Anda di halaman 1dari 10

RESUME

KONSEP UMUM MENYUSUI DAN STANDAR PROSEDUR


OPERASIONAL MENYUSUI

OLEH KELOMPOK 4
TINGKAT 2.A / D-IV KEPERAWATAN
ANNISA PRATIWI (P07120216031)
KETUT YUNI HANDAYANI (P07120216032)
IDA AYU PUTU GAYATRI PRABHA (P07120216033)
PUTU AYU WINDILA ROSA (P07120216034)
MADE AYU SISTA UTAMI (P07120216035)
NI PUTU AYU KRISNAYANTI (P07120216036)
PUTU AYU WIDYANINGSIH (P07120216037)
RIBKA OKTAFIA KATININGRUM (P07120216038)
IDA AYU PUTU MIRAH KENCANAWATI (P07120216039)
GUSTI AY TRIANA UTARI (P07120216040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN PELAJARAN
2017
Konsep Umum Menyusui dan Standar Prosedur Operasional Menyusui

A. Konsep Umum Menyusui


Menyusui adalah proses pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi, dimana bayi
memiliki refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan ASI. Menyusui merupakan
proses alamiah yang keberhasilannya tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang
mahal namun membutuhkan kesabaran, waktu, dan pengetahuan tentang menyusui serta
dukungan dari lingkungan keluarga terutama suami ( Roesli, 2000), Lawrence (1994) dalam
Roesli (2001), menyatakan bahwa menyusui adalah pemberian sangat berharga yang dapat
diberikan seorang ibu pada bayinya. Dalam keadaan miskin, sakit atau kurang gizi,
menyusui merupakan pemberian yang dapat menyelamatkan kehidupan bayi. Hal tersebut
sejalan dengan Suryaatmaja dalam Soetjiningsih (1997), yang mengatakan menyusui adalah
realisasi dari tugas yang wajar dan mulia seorang ibu.
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada, dan fungsinya
memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara,
dengan berat kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada
waktu hamil, payudara membesar mencapai 600 gram dan pada waktu menyusui bisa
mencapai 800 gram.
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu:
1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara
Dalam korpus mammae terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu.
Alveolus terdiri dari beberapa sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot, dan pembuluh
darah. Beberapa alveolus mengelompok membentuk lobulus, kemudian beberapa lobulus
berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dari alveolus, ASI disalurkan ke dalam
saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran
yang lebih besar (duktus Laktiferus).
Payudara mulai dibentuk sejak embrio berumur 18-19 minggu dan baru slesai ketika
mulai menstruasi, dengan terbentuknya hormon estrogen dan progesteron yang berfungsi
untuk maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin adalah hormon yang berfungsi untuk
produksi ASI di samping hormon lain seperti insulin, tiroksin, dan sebagainya. Dengan
menyusui lebih dini, terjadi perangsangan puting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis,
sehingga sekresi ASI makin lancar. Dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses
laktasi, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran timbul akibat perangsangan puting susu
oleh hisapan bayi.
1. Refleks Prolaktin
Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini dirangsang, timbul
impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke kelenjar hipofisis bagian depan sehingga
kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon inilah yang berperan dalam
produksi ASI. Dengan demikian mudah dipahami bahwa makin sering rangsangan
menyusu makin banyak pula produksi ASI.
2. Refleks Aliran
Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hipofisis depan, tetapi
juga ke kelenjar hipofisis belakang yang mengeluarkan hormon oksitosin. Hormon ini
berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus (unit terkecil yang
memproduksi ASI) dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar. Makin sering
menyusui, pengosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan
terjadinya bendungan susu makin kecil dan menyusui akan semakin lancar. Saluran ASI
yang mengalami bendungan tidak hanya mengganggu penyusuan tetapi juga berakibat
mudah terkena infeksi.

Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim makin cepat dan
baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas pada hari pertama menyusui dan ini adalah
mekanisme alamiah untuk kembalinya rahim ke bentuk semula.

Tiga refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi adalah refleks menangkap,
refleks menghisap, dan refleks menelan.
1. Refleks Menangkap
Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bila
bibirnya dirangsang dengan papilla mamae (puting susu) maka bayi akan membuka
mulut dan berusaha untuk menangkap puting susu.
2. Refleks Menghisap
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Supaya puting
mencapai bagian belakang palatum, maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut
bayi. Dengan demikian, maka sinus laktiferus (saluran yang besar melebar) yang berada
di bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah, dan palatum, sehingga ASI terperas
keluar.
3. Refleks Menelan
Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelannya.

Menyusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi (on demand), karena
secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi menyusu,
payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Demikian halnya bayi yang lapar atau bayi
kembar, dengan daya hisapnya maka payudara akan mempoduksi ASI lebih banyak, karena
semakin kuat daya hisapnya, semakin banyak ASI yang diproduksi.
Produksi ASI selalu berkesinambungan, setelah payudara disusukan, maka akan terasa
kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI,
karena ASI akan terus diproduksi asal bayi tetap menghisap, ibu cukup makan dan minum
serta adanya keyakinan mampu memberi ASI pada anaknya. Menurut literatur, produksi
ASI berkisar antara 600 cc sampai 1 liter sehari. Dengan demikian, ibu dapat menyusui bayi
secara eksklusif sampai 6 bulan dan tetap memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun
bersama makanan lain.

B. Manfaat ASI
1. Manfaat ASI untuk Bayi
a. Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi
ASI merupakan zat gizi yang sesuai untuk bayi karena ASI mengandung lemak,
karbohidrat, protein, garam dan mineral, serta vitamin.
b. Mengandung Zat Protektif
Bayi yang mendapat ASI lebih jarang terkena penyakit karena adanya zat protektif
dalam ASI, seperti laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4,
faktor antistreptokokus, antibodi, dan imunitas seluler.
c. Tidak Menimbulkan Alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan
merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak
menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan
akan mengurangi kemungkinan alergi ini.
d. Mempunyai Efek Psikologis yang Menguntungkan
Waktu menyusu kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini ini
akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Interaksi yang timbul
waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan
aman ini penting untuk menimbulkan dasar kepercayaan pada bayi (basic sense of
trust), yaitu dengan mulai dapat mempercayai orang lain (ibu) maka akan timbul rasa
percaya pada diri sendiri.
e. Menyebabkan Pertumbuhan yang Baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah
lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan
obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan Laktasi, turunnya berat
badan bayi (pada minggu prtama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi
penyuluhan. Alasannya adalah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera memberikan
ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga
dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak, sehingga
penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
f. Mengurangi Kejadian Karies Dentis
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi
dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dot terutama
pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula
dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
g. Mengurangi Kejadian Maloklusi
Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah
yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dot.

2. Manfaat ASI untuk Ibu


a. Aspek Kesehatan Ibu
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar
hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan
pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae ada ibu
yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.
b. Aspek Keluarga Berencana
Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan. Jarak rata-rata
kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui 11
bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon untuk ovulasi,
sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan.
c. Aspek Psikologis
Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu
akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

3. Manfaat ASI untuk Keluarga


a. Aspek Ekonomi
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu
formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Selain itu, penghematan juga
disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi
biaya berobat.
b. Aspek Psikologis
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran bayi lebih jarang, sehingga
suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c. Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga
tidak perlu repot menyiapkan air masak dan botol dot yang harus selalu dibersihkan.
Selain itu juga tidak perlu minta pertolongan orang lain.

4. Manfaat ASI untuk Negara


a. Menurukan Angka Kesakitan dan Kematian Anak
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi bayi
baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.
b. Mengurangi Subsidi untuk Rumah Sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang karena rawat gabung akan memperpendek lama
rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi nosokomial serta
mengurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit. Anak yang mendapat
ASI lebih jarang dirawat di rumah sakit dibandingkan anak yang mendapat susu
formula.
c. Mengurangi Devisa untuk Membeli Susu Formula
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu, diperkirakan dapat
menghemat devisa sebesar Rp 8,6 milyar yang seharusnya dipakai untuk membeli
susu formula.
d. Meningkatkan Kualitas Generasi Penerus Bangsa
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal, sehingga kualitas
generasi penerus bangsa akan terjamin.

C. Standar Prosedur Operasional Menyusui


1. Ibu mencuci tangan.
2. Bersihkan payudara.
3. ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan areola. Cara ini
mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
4. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
a. Ibu duduk dengan menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak
tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi. Untuk lebih
nyaman, ibu dapat menggunakan bantal pada pangkuan atau bantal menyusui
sebagai penyangga.
b. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu
dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di depan.
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
5. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah (seperti
huruf C). Jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
6. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara:
a. Menyentuh pipi dengan puting susu atau,
b. Menyentuh sisi mulut bayi
7. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi di dekatkan ke payudara ibu
dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.
a. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga
puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI
keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di bawah areola.
b. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tak perlu dipegang atau disangga lagi.

D. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar


Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu. Untuk mengetahui bayi telah menyusu dengan teknik yang benar,
perhatikan:
a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu
c. Mulut bayi terbuka lebar
d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
e. Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bagian bawah lebih banyak
yang masuk
f. Bayi nampak mengisap kuat dengan irama perlahan
g. Puting susu ibu tidak terasa nyeri
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
i. Kepala agak menengadah
j. Melepas hisapan bayi
Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui
pada payudara yang lain. Cara melepas hisapan bayi:
 Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau,
 Dagu bayi ditekan ke bawah
k. Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap
terakhir).
l. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu
dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.
m. Menyendawakan bayi
Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak
muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi:
 Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian punggungnya
ditepuk perlahan-lahan atau,
 Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-
lahan.

Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan
jadwal yang tidak teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena hisapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui nir-jadwal (on
demand), sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui
sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui,
dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu
menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara tetapi tidak terlalu ketat.
Daftar Pustaka

Suradi, Rulina dan Hesti Kristina Tobing. 2003. Manajemen Laktasi. Jakarta: Perkumpulan
Perinatologi Indonesia

jtptunimus-gdl-nurhidayah-5886-2-bab2 Diakses pada tanggal 14 November 2017

www.depkes.go.id Diakses pada tanggal 15 November 2017

Anda mungkin juga menyukai