OLEH KELOMPOK 4
TINGKAT 2.A / D-IV KEPERAWATAN
ANNISA PRATIWI (P07120216031)
KETUT YUNI HANDAYANI (P07120216032)
IDA AYU PUTU GAYATRI PRABHA (P07120216033)
PUTU AYU WINDILA ROSA (P07120216034)
MADE AYU SISTA UTAMI (P07120216035)
NI PUTU AYU KRISNAYANTI (P07120216036)
PUTU AYU WIDYANINGSIH (P07120216037)
RIBKA OKTAFIA KATININGRUM (P07120216038)
IDA AYU PUTU MIRAH KENCANAWATI (P07120216039)
GUSTI AY TRIANA UTARI (P07120216040
Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim makin cepat dan
baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas pada hari pertama menyusui dan ini adalah
mekanisme alamiah untuk kembalinya rahim ke bentuk semula.
Tiga refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi adalah refleks menangkap,
refleks menghisap, dan refleks menelan.
1. Refleks Menangkap
Timbul bila bayi baru lahir tersentuh pipinya, bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bila
bibirnya dirangsang dengan papilla mamae (puting susu) maka bayi akan membuka
mulut dan berusaha untuk menangkap puting susu.
2. Refleks Menghisap
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Supaya puting
mencapai bagian belakang palatum, maka sebagian besar areola harus tertangkap mulut
bayi. Dengan demikian, maka sinus laktiferus (saluran yang besar melebar) yang berada
di bawah areola akan tertekan antara gusi, lidah, dan palatum, sehingga ASI terperas
keluar.
3. Refleks Menelan
Bila mulut bayi terisi ASI, ia akan menelannya.
Menyusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi (on demand), karena
secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi menyusu,
payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Demikian halnya bayi yang lapar atau bayi
kembar, dengan daya hisapnya maka payudara akan mempoduksi ASI lebih banyak, karena
semakin kuat daya hisapnya, semakin banyak ASI yang diproduksi.
Produksi ASI selalu berkesinambungan, setelah payudara disusukan, maka akan terasa
kosong dan payudara melunak. Pada keadaan ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI,
karena ASI akan terus diproduksi asal bayi tetap menghisap, ibu cukup makan dan minum
serta adanya keyakinan mampu memberi ASI pada anaknya. Menurut literatur, produksi
ASI berkisar antara 600 cc sampai 1 liter sehari. Dengan demikian, ibu dapat menyusui bayi
secara eksklusif sampai 6 bulan dan tetap memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun
bersama makanan lain.
B. Manfaat ASI
1. Manfaat ASI untuk Bayi
a. Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi
ASI merupakan zat gizi yang sesuai untuk bayi karena ASI mengandung lemak,
karbohidrat, protein, garam dan mineral, serta vitamin.
b. Mengandung Zat Protektif
Bayi yang mendapat ASI lebih jarang terkena penyakit karena adanya zat protektif
dalam ASI, seperti laktobasilus bifidus, laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4,
faktor antistreptokokus, antibodi, dan imunitas seluler.
c. Tidak Menimbulkan Alergi
Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan
merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak
menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan
akan mengurangi kemungkinan alergi ini.
d. Mempunyai Efek Psikologis yang Menguntungkan
Waktu menyusu kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini ini
akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Interaksi yang timbul
waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan
aman ini penting untuk menimbulkan dasar kepercayaan pada bayi (basic sense of
trust), yaitu dengan mulai dapat mempercayai orang lain (ibu) maka akan timbul rasa
percaya pada diri sendiri.
e. Menyebabkan Pertumbuhan yang Baik
Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah
lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan
obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan Laktasi, turunnya berat
badan bayi (pada minggu prtama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi
penyuluhan. Alasannya adalah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera memberikan
ASInya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga
dibuktikan bermanfaat karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak, sehingga
penurunan berat badan bayi hanya sedikit.
f. Mengurangi Kejadian Karies Dentis
Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi
dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dot terutama
pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula
dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi.
g. Mengurangi Kejadian Maloklusi
Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah
yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dot.
Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam
lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya bayi akan menyusu dengan
jadwal yang tidak teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena hisapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui nir-jadwal (on
demand), sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali
menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui
sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui,
dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu
menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara tetapi tidak terlalu ketat.
Daftar Pustaka
Suradi, Rulina dan Hesti Kristina Tobing. 2003. Manajemen Laktasi. Jakarta: Perkumpulan
Perinatologi Indonesia