Anda di halaman 1dari 9

GANGGUAN BERBAHASA

Ocfitasari Aditian (A310170153)

Neneng Wicayanti (A310170157)

Amy Rachmawati S (A310170160)

Nabila Jayshi S.P (A310170169)

Mia Nur I (A310170176)

Septiana Intan S (A310170181)

Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan (1) penyebab gangguan berbahasa
pada anak , (2)hambatan yang menyebabkan gangguan berbahasa , (3) jenis gangguan
berbahasa pada anak , (4) penanganan gangguan bahasa pada anak . Hasil (1)penybab
gangguan berbahasa yaitu ada 3 , satu gangguan berbicara yang disebabkan masalah
artikulasi, gangguan bersuara, masalah kefasihan , afasia karena ketidak mampuan
perkembangan otak, keterlambatan berbicara yang dipicu faktor lingkungan.Yang
kedua yaitu gangguan pendengaran baik parsial maupun total . Yang ketiga yaitu
gangguan akibat kondisi tertentu seperti : kesulitan belajar amenjadi sebab gangguan
berbahasa dan retardasi atau keterbelakangan mental . (2) hambatan yang menyebabkan
gangguan berbaha yaitu meliputi masalah verbal seperti kesulitan menceritakan
kembali suatu cerita, masalah kefasihan, kesulitan menangkap makna kata-kata,
membedakan kelas kata. (3) jenis gangguan perbahasa pada anak yaitu autisme,
atraksia, disleksia, gagap, speech delay (keterlambatan berbicara) dan cerebral palsy.
(4) penanganan gangguan berbahasa pada anak yaitu dengan memberi stimulasi bahasa
yang baik dengan anak dan menggunakan metode komunikasi resprensentatif.

Kata Kunci : gangguan berbahasa, stimulasi, penyebab, jenis

PENDAHULUAN

Bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Berbahasa merupakan proses
mengomunikasikan bahasa tersebut. Proses berbahasa sendiri memerlukan pikiran dan
perasaan yang dilakukan oleh otak manusia untuk menghasilkan kata-kata atau
kalimat.Alat bicara yang baik akan mempermudah berbahasa dengan baik. Namun,
mereka yang memiliki kelainan fungsi otak dan bicaranya, tentu mempunyai kesulitan
dalam berbahasa, baik produktif maupun reseptif. Inilah yang di sebut sebagai
gangguan berbahasa.

Gangguan-gangguan berbahasa tersebut sebenarnya akan sangat mempengaruhi


proses berkomunikasi dan berbahasa apabila tidak diketahui sejak kecil. Banyak faktor
yang mempengaruhi dan menyebabkan adanya gangguan berbahasa, kemudian faktor-
faktor tersebut akan menimbulkan gangguan berbahasa. Maka dari itu, akan dijabarkan
macam gangguan berbahasa yang sering dialami anak berserta faktor-faktor yang
menyebakannya.Secara medis menurut Sidharta (1984) gangguan berbahasa itu dapatdi
bedakan atas tiga golongan, yaitu (1) gangguan berbicara, (2) gangguan berbahasa, dan
(3) gangguan berpikir. Ketiga gangguan itu masih dapat di atasi kalau penderita
gangguan itu mempunyai daya dengar yang normal; jika tidak, maka akan menjadi
sukar atau bahkan sangat sukar.

PEMBAHASAN
GANGGUAN BERBAHASA

Berbahasa berarti berkomunikasi dengan menggunaakan suatu bahasa. Bagaimana


kemampuan berbahasa dikuasai manusia, berkaitan erat dan sejalan dengan
perkembangan manusia yang baru lahir itu. Kanak-kanak yang lahir dengan alat
artikulasi dan auditori yang akan dapat mendengar kata-kata dengan baik dan juga akan
dapat menirukan kata-kata itu. Pada mulanya ucapan tiruannya itu cuma mirip tetapi
lambat laun akan menjadi tegas dan jelas. Proses memproduksi kata-kata itu
berlangsung terus berjalan dengan proses pengembangan, pengenalan, dan pengertian
(gnosis dan kognisis). Dalam perkembangan itu kata-kata akan menjadi perkataan yang
merupakan abstraksi atau kata-kata yang mengandung makna. Umpamanya, kata ayam
menjadi simbol dari binatang berkaki dua yang bersayap, tetapi tidak terbang seperti
burung. Dia hidup dan berjalan di atas bumi seperti anjing, tetapi tidak menggonggong,
melainkan berkokok. Setingkat lebih maju lagi kemudian kata ayam diasosiasikan
dengan jenis, kegunaan, kualitas, dan sebagainya.

Dengan demikian kemampuan untuk diferensiasi antara ayam jantan dan betina,
ayam kampong dan ayam negri, daging ayam dan daging sapi, sudah diperoleh. Proses
berbicara dan mengerti bahasa adalah proses serebral, yang berarti proses ekspresi
verbal dan komperhensi auditorik itu dilaksanakan oleh sel-sel saraf di otak yang
disebut neuron. Proses neuron di otak ini sangat rumit sekali untuk bisa dipahami.
Barangkali kalau disedehanakan bisa kita umpamakan dengan alat komputer yang dapat
menyimpan (storage) semua masukan dalam bentuk sendi elektronik (coding), yang
dapat diangkat kembali (recall) dari simpanan itu. Kemudian alat komputer ini
mengalihkan sandi itu dalam bentuk yang dapat dipahami oleh dunia diluar komputer
(decoding). Gudang tempat penyimpanan sandi ekspresi kata-kata di otak adalah
didaerah broca, sedangkan gudang tempat penyimpanan sandi komperhensi kata-kata
adalah didaerah Wernicke.

Berbahasa, seperti yang sudah disebutkan diatas, berarti berkomunikasi dengan


menggunakan suatu bahasa. Untuk dapat berbahasa diperlukan kemampuan
mengerluarkan kata-kata. Ini berarti, daerah broca dan wernicke harus berfungsi dengan
baik. Kerusakan pada daerah tersebut dan sekitarnya menyebabkan terjadinya
gangguan bahsa yang disebut afasia, dalm hal ini broce sendiri menamai afemia.
Perkembangan gerak poluntar pada otak yang pada mulanya bersifat kaku dan kasar,
kemudian menjadi luwes, ternyata tidak terjadi pada kedua belah otak (hemisterium)
secara sama. Mekanisme neuronal yang mendasari penyempurnaan gerakan voluntar itu
ternyata lebih lengkap dan lebih rumit hanya pada salah satu belah otak saja. Oleh
karena itu, terdapatlah orang-orang yang lebih mampu menggunakan anggota gerak
yang sebelah kiri dari padasebelah kanan, atau sebaliknya. Maka terdapatlah orang-
orang kidal atau tidak kidal. Belahan otak (hemisferium) yang memiliki organisasi
neuronal yang lebih sempurna itu dikenal sebagai hemisferium yang dominan. Dalam
pertumbuhan dan perkembangan otak pembentukan daerah Broca dan Wernicke terjadi
pada hemisferium yang dominan. Pada orang kidal hemisferium kananlah yang
dominan, dan pada orang yang tidak kBagian ini menunjukan otak mempunyai
setangkup daerah reseptif auditorik primer (1), setangkup daerah reseptif sekunder (4),
setangkup daerah reseptif visual (5), setangkup daerah motorik suplementer (7), dan
setangkup daerah motorik primer (8). Disamping itu juga memiliki setunggal daerah
pengenalan kembali (kognisio) data auditorik dan visual (3), dan setunggal daerah
ekspresi perkataan (6). Daerah fungsional yang setunggal berlokasi pada hemisferium
yang dominan. Penyaluran impuls dari daerah fungsional di hemisferium yang tidak
dominan ke hemisferium yang dominan dilakukan melalui serabut-serabut korpus
kolasum, yakni serabut asosiasi (yang menghubungkan) kedua hemisferium. Data
auditorik (lafal, perkataan) ditangkap di (1) kedua sisi (belahan otak kiri – kanan). Data
itu disampaikan juga kepada (2) sehingga perkataan dapat diidentifikasikan sebagai
simbol bahasa lisan. Pengenalan kembali (kognisio) lafal perkataan diatas oleh (3) yang
juga mengurus proses kognisio lainnya, seperti kognisio visual dan taktil. Inisiasi
berbicara sangat mungkin diurus oleh (3), yang mmemerintahkan (2), untuk
menghubungi (6), agar mengeluarkan perintah pelaksanaan gerakan otot-otot kepada
(8), sehingga menghasilkan lafal perkataan. Sekaligus dengan itu (6),memesankan
kepada (7) untuk mengatur gerakan yang menghasilkan perkataan itu berjalan secara
terpadu. Dalam hal ini proses berbahasa tulis diatur melalui (5) dan (4), yang dalam
pembahasan bahasa lisan tidak akan disinggung.Kajian tentang afasia atau afasialogi
dalam pengembangannya menghasilkan berbagai taksonomi yang sangat
menbingungkan seperti yang dibuat oleh Benson (1975), Rapin (neurolg kanak-kanak),
dan Allen (psikolinguis) (Rapin dan Allen, 1988); tetapi taksonomi yang telah
disederhanakan oleh Benson, afasia ini dibedakan atas afasia ekspresi atau afasia
motorik, yang dulu dikenal sebagai afasia tipe Broca, dan afasia reseptif atau afasia
sensorik yang dulu dikenal sebagai afasia Wernicke.Berikut dibicarakan jenis-jenis
afasia itu. idal, hemisf

a.Afasia Motorik Didapati adanya tiga macam afasia motorik ini, antara lain:

1.Afasia motorik Kortikal Tempat menyimpan sandi-sandi perkataan adalah korteks


daerah broca. Maka apabila gudang penyimpanan itu musnah,tidak akan ada lagi
perkataan yang dapat dikeluarkan.jadi afasia motoric adalah hilangnya kemampuan
untuk mengutarakan isi pikiran dengan menggunakan perkataan. Penderitanya masih
mengerti bahasa lisan dan tulisan, namun ekspresi verbal tidak bisa sama sekali

2.Afasia Motorik Subkortikal Sandi-sandi perkataan disimpan di lapisan permukaan


(korteks) daerah broca,maka apabila kerusakan terjadi pada bagian bawahnya
(subkortikal) semua perkataan masih tersimpan utuh di dalam gudang.
Namun,perkataan itu tidak dapat dikeluarkan karena terputus,sehingga perintah untuk
mengeluarkan perkataan masih dapat disampaikan ke gudang penyampaian perkataan
itu (gudang broca) sehingga ekspresi verbal masih mungkin dengan pancingan jadi
penderitanya tidak dapat mengeluarkan isi pikirannya dengan menggunakan perkataan,
tetapi masih bisa berekspresi verbal dengan membeo.

3.Afasia Motorik TranskortikalAfasia motoric transkortikal terjadi karena


terganggunya hubungan langsung antara daerah broca dan wernice. Ini
berarti,hubungan langsung antara pengertian dan ekspresi bahasa terganggu. Pada
umumnya afasia motoric transkortikal ini merupakan lesikortikal yang merusak
sebagian daerah broca. Jadi penderitanya dapat mengutarakan perkataan subtitusinya.
Misalnya ,untuk mengatakan pensil sebagai jawaban atas pertanyaan “Barang yang
saya pegang ini namanya apa?”. Dia tudak mampu mengeluarkan perkataan itu.
Namun, mampu untuk , mengeluarkan perkataan ,”itu ,tu ,tu ,tu ,untuk menulis.” Afasia
ini disebut juga afasia nominative

b. Afasia SensorikPenyebab terjadinya afasia sensorik adalah akibat adanya


kerusakan pada lesikortikal di daerah Wernicke pada hemisferium yang dominan.
Daerah itu terletak di kawasan asosiatif anatara daerah visual, daerah sensonik, daerah
motorik, dan daerah pendengaran. Kerusakan di daerah Wernicke ini menyebabkan
bukan saja pengertian dari apa yang didengar (pengertian auditorik) terganggu, tetapi
juga pengertian dari apa yang dilihat (pengertian visual) ikut terganggu. Jadi, penderita
afasia sensorik ini kehilangan pengertian bahasa lisan dan bahasa tulis. Namun, dia
masih memiliki curah verbal meskipun hal itu tidak dipahami oleh dirinya sendiri
maupun oleh orang lain.Curah verbalnya itu merupakan bahasa baru (neologisme) yang
tidak dipahami oleh siapa pun. Curah verbalnya itu sendiri dari kata-kata, ada yang
mirip, ada yang tepat dengan perkataan bahasa apapun.

Neologisme itu diucapkannya dengan irama,irama,nada,dan melodi yang sesuia


dengan bahasa asing yang ada. Sikap mereka pun wajar-wajar saja, seakan-akan dia
berdialog dalam bahasa yang saling dimengerti. Dia bersikap biasa, tidak tegang,
marah, atau depresif. Sesungguhnya apa yang diucapkannya maupun apa yang
didengarnya (bahasa verbal yang normal), keduanya sama sekali tidak
dipahaminya.erium kirilah yang dominan. Perhatikan bagan otak tersebut.

PENYEBAB GANGGUAN BERBAHASA PADA ANAK


Pada anak-anak gangguan berhabasa atau komunikasi dapat dikategorikan sebagai
berikut :

1. Gangguan berbicara
Masalah artikulasi , gangguan suara , masalah kefasihan , afasia karena ketidak
sempurnaan perkembangan otak , keterlambatan berbicara yang dipicu faktor
lingkungan .
2. Gangguan pendengaran
Gangguan pendengaran konduktif yang disebabkan oleh suatu penyakit yang
menggangu fungsi telinga bagian luar ,(2) gangguan pendengaran akibat hilangnya
sensor syaraf karena kerusakan sel sensorik di dalam telinga. (3) gangguan
pendengaran kompleks akibat rusaknya fungsi pada telinga bagian luar , tengah dan
dalam , (4) gangguan pusat pendengaran yang terjadi akibat kerusakan pada syaraf
atau jaringan otak .
3. Gangguan akibat kondisi tertentu
4. Kesulitan belajar , serebral palsy (lumpuh otak) , retardasi atau keterbelakangan
mental .
HAMBATAN GANGGUAN BERBAHASA
Meliputi masalah bahasa verbal seperti kesulitan menceritakan kembali suatu cerita
, masalah kefasihan , kesulitan menangkap makna kata , membedakan kelas kata ,
memahami arahan , dll. Kemampuan mendengar atau mempresepsi auditif
mempengaruhi ketrampilan bahasa reseptif yang mencakup membaca , menulis dan
mengeja . Hal ini karena kesulitan dalam pembedaan bunyi dan memahami konsep
kesulitan dalam pembedaan bunyi dan memahami konsep dasar baca tulis . A dapun
kesulitan mempersepsi visual berakibat pada kesulitan membedakan bentuk ,
menempatkan angka dan huruf , melompati angka serta bermasalah pada koordinas
mata dan tangan .

JENIS GANGGUAN BERBAHASA


 Disatria. Merupakan jenis kelainan yang terjadi akibat kerusakan susunan
syaraf pusat yang menyebabkan kelumpuhan, kekakuan, kelemahan atau juga
gangguan pada koordinasi otot-otot alat komunikasi/ucap atau organ bicara.
 Dislalia. Merupakan gejala gangguan bicara karena kurang atau tidak mampu
dalam memperhatikan bunyi ucapan yang diterima, sehingga konsep bahasanya
tidak terbentuk.
 Disaudia. Gangguan ini merupakan gangguan bicara yang disebabkan oleh
gangguan pendengaran anak.Disglosia. Disglosia adalah gangguan bicara

 karena adanya kelainan dalam struktur organ bicara dan struktur organ
artikulasi, seperti sumbing langitan, anomaly (kelainan bentuk lidah)
 Dislogia. Merupakan satu bentuk kelaian bicara yang disebabkan oleh
kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan di bawah normal.
 Autisme gangguan perkembangan saraf yang memengaruhi kemampuan anak
dalam berkomunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.
 Ataksia yang merupakan gangguan koordinasi seperti kikuk atau gerakan
canggung dan tidak kokoh, muncul pada banyak penyakit dan kondisi.
 Speech delay Keterlambatan bicara atau speech delay adalah telatnya
kemampuan berbicara yang terjadi pada anak-anak.
PENANGANAN GANGGUAN BAHASA
Pengembangan keterampilan membaca yang baik dan tepat perlu diketahui
dan dikembangkan oleh guru SD. Maka diperlukan strategi pengembangan
yang sesuai dengan karakteristik anak dan pengembangannya harus tetap
berpijak pada kemampuan prakolastik yang lebih substansial. Seperti yang
dikemukakan Bromley (1992:216) strategi yang digunakan harus menyediakan
dengan tepat sesuai minat yang dibutuhkan anak, juga melibatkan anak dan
situasi yang berbeda dalam kelompok kecil, kelompok besar atau secara
individual.
Strategi yang digunakan dalam mengembangkan kemampuan membaca
pada anak SD kelas rendah adalah dengan pendekatan pengalaman berbahasa.
Pendekatan ini diberikan dengan menerapkan konsep DAP (Developmentally
Aproppriate Practice). Pendekatan ini disesuaikan dengan karakteristik anak
dengan menggunakan metode mengajar yang tepat untuk mengembangkan
kemampuan membaca serta melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat
memberikan berbagai pengalaman bagi anak. Selain itu, perlu juga
memperhatikan motivasi dan minat anak sehingga kedua faktor itu berpengaruh
besar dalam pengembangan keterampilan membaca. (Dhieni,
Nurbiana,2008,hlm. 5.22).
Metode pengembangan yang tepat untuk mengatasi delay on reading atau
keterlambatan membaca adalah :

A. Pendekatan pengalaman bahasa


Dalam pendekatan ini guru menggunakan kata-kata anak sendiri untuk
membantunya belajar membaca. Kata-kata itu dapat berupa penjelasan gambar
atau suatu cerita pendek yanng dimasukkan dalam satu buku. Mula-mula anak
mengatakan kepada guru apa yang harus ditulis. Setelah beberapa waktu anak-
anak dapat menyalin tulisan guru dan akhirnya dapat menuliskan kata-kata
mereka sendiri.
Banyak guru yang menggunakan metode ini sebagai suatu pendekatan
pertama untuk membaca. Membaca kata-kata mereka sendiri membantu anak-
anak memahami bahwa kata yang tertulis adalah untuk komunikasi makna. Jadi
kekuatan dari pendekatan pengalaman bahasa yang utama adalah dapat membuat
anak menggunakan pengalaman mereka sendiri.Langkah-langkah yang harus
dilakukan guru dalam pendekatan ini adalah:
(1). Mengidentifikasi anakMengenali anak yang memiliki gangguan
keterlambatan membaca melalui tes membaca.
(2). Mengetahui prasyarat membacaSebelum belajar membaca anak harus melalui
tahapan prasyarat membaca. Anak yang memiliki gangguan keterlambatan
membaca akan mempunyai hambatan dalan mengkode simbol. Oleh karena itu
sebelum belajar membaca harus dipastikan dulu kemampuan kesadaran simbol
anak (persepsi visual) yaitu visual spasial, visual diskriminasi, figure and ground
dan visual memori.
(3). Merencanakan dan menyusun teknik penilaianPenilaian disini adalah alat
untuk mengetahui dan menggali daftar kosa kata dan kalimat berdasarkan
pendekatan pengalaman bahasa. Ada dua penilaian yang disiapkan, yaitu :a)
Penilaian alamiah yaitu dilakukan dengan cara bercakap-cakap atau tanya jawab
mengenai pengalaman sehari-hari.b) Penilaian yang dikondisikan yaitu dengan
cara guru menyiapkan gambar-gambar. Anak melihat gambar tersebut dan
menceritakan kembali apa yang dilihat berdasarkan pengalaman
bahasanya.Setelah melakukan penilaian, selanjutnya guru menganalisis pola kosa
kata.
Pada fase ini anak membaca kata-kata dan kalimat dari pola termudah dulu
hingga yang tersulit. Dari hal tersebut guru bisa menilai kata-kata mana saja yang
bisa anak baca secara konsisten dan kata-kata mana saja yang belum dapat
dibaca. Selanjutnya dilakukan intervensi, yaitu anak membaca kata-kata yang
belum bisa ia baca. Anak membaca kata-kata dan kalimat yang diperoleh dari
penilaian yang tadi yaitu kata-kata dan kalimat berdasarkan pengalaman bahasa
anak sendiri.

B. Metode fonik
Metode ini mengandalkan pada pelajaran alfabet yang diberikan terlebih
dahulu kepada anak, mempelajari nama-nama huruf dan bunyinya. Setelah
mempelajari bunyi huruf, anak mulai merangkum huruf-huruf tertentu untuk
membentuk kata-kata. Untuk memberikan latihan membaca kepada anak dalam

keterampilan ini, buku cerita harus dipilih secara terencana, sehingga semua kata
bersifat reguler dan dapat dibunyikan. Sangat sukar untuk menulis buku dengan
kata-kata yang secara fonik bersifat reguler, yang menarik untuk dibaca anak.
Dalam metode ini anak benar-benar harus memusatkan pemikirannya akan
pembunyian kata-kata, karena dalam metode ini anak harus membunyikan kata-
kata tanpa harus mengetahui maknanya. Penggunaan metode ini mempunya
prasyarat yaitu anak harus memahami benar dasar-dasar membaca dengan baik.

C. Pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan masalah


Berdasarkan kenyataan dan pengalaman, ada beberapa pihak yang diikut-
sertakan dalam menangani masalah gangguan keterlambatan berbahasa yaitu
delay on reading ini. Karena penyebab dari satu masalah bukan bersifat tunggal.
Setiap masalah harus dilihat dari berbagai aspek, seperti aspek biologis, psikis
dan sosial.Sesuai dengan aspek-aspek tersebut, maka pihak-pihak yang ikut
berperan dalam menangani masalah ini adalah guru, orang tua anak, psikolog,
psikiater, rekan guru, pihak yayasan yang mengelola SD tersebut, Depdikbud.
Kerjasama yang perlu yang perlu dibangun dalam menangani masalah ini
terutama dari pihak guru dengan orang tua anak.Jadi harus ada kerjasama dalam
membimbing anak belajar membaca misalnya setelah anak belajar membaca di
sekolah, hal ini harus ditindak lanjuti oleh orang tua di rumah. Dan orang tua
anak harus meluangkan waktunya untuk membimbing anak.

KESIMPULAN
Gangguan berbahasa merupakan salah satu faktor pembahasan dalam Psikolinguisti.
Faktor-faktor yang menyembabkan gangguan berbahasa :

 Keterbataasan pendengaran
 Keterlambatan perkembangan jaringan otot organ wicara sehingga anak sulit
menggerakan otot wicara dengan cepat untuk menghasilkan suara.
 Keterlambatan pemahaman bahasa orang dewasa yang perkataanya panjang dan
rumit.
 Kurang berinteraksi dengan orang lain
 Telalu pasif dalam pergaulan sosial
 Terlalu mengandalkan komunikasi nonverbal yang efektif di terapkan di rumah tetapi
tidak diterima di masyarakat, anak akan malas mencoba menggunakan kata-kata.
 Kurang dipedulikan orang lain karena di anggap sama sekali tidak mampu bicara atau
memahami orang lain.
 Ketika ditanya jawabannya sering diwakili orang lain.
 Tidak cukup waktu karena orang lain tidak memberinya kesempatan merespon
sementara anak membutuhkan waktu untuk mulai bicara.
 Rangsangan terlalu banyak dalam arti bahasa yang diajarkan terlalu banyak, sama
 halnya dengan melempar banyak bola pada anak yang sedang belajar menangkap
bola.
 Terlalu banyak bahasa formal bukan bahasa komukatif yang diberikan, misalnya
tentang angka dan macam-macam warna yang kurang bermanfaat untuk komunikasi
harian.
 Terlalu sering bermain sendiri karena yang dihadapi hanya mainan bukan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Indah, Nur Rohmani. 2012. Gangguan Berbahasa Kajian Pengantar. Malang : UIN
MALIKI PRESS (Anggota IKAPI).

Anda mungkin juga menyukai