Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes pekerjaan siswa
atau mahasiswa. Penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi
angka-angka.
Angka-angka hasil penskoran itu kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses
pengolahan tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan
angka, seperti angka dengan rentangan 0-10, 0-100 atau 0-4 dan ada pula yang dengan huruf
A, B, C, D dan E.
Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang dipergunakan,
apakah tes objektif atau tes essay. Untuk soal-soal objektif biasanya setiap jawaban yang
benar diberi skor 1 (satu) dan setiap jawaban yang salah diberi skor 0 (nol). Total skor yang
diperoleh dengan menjumlahkan skor yang diperoleh dari semua soal. Untuk soal-soal essay
dalam penskorannya biasanya digunakan cara memberi bobot kepada setiap soal menurut
tingkat kesulitannya atau banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang
dianggap paling baik. Misalnya untuk soal nomor 1 diberi skor maksimum 4, untuk soal
nomor 3 diberi skor maksimum 6, untuk soal nomor 5 skor maksimum 10, dan seterusnya.
Pertanyaan lisan digunakan untuk mengetahui taraf serap siswa untuk masalah yang berkaitan
dengan kognitif. Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah mengajukan
pertanyaan, memberi waktu untuk berfikir, kemudian menunjuk peserta untuk menjawab
pertanyaan.
Tes pilihan ganda memacu pada butir yang diijinkan dimana siswa harus memilih salah satu
dari beberapa pilihan.
Bentuk soal uraian objektif sangat tepat digunakan untuk bidang matematika dan IPA, karena
kunci jawabannya hanya satu. Objektif disini dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa guru
dalam bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama. Pertanyaan pada bentuk soal ini
diantaranya adalah hitunglah, tafsirkan, buat kesimpulan dan sebagainya.
Bentuk jawaban singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi
pengambil tes untuk menuliskan jawabannya.
1. Bentuk Menjodohkan
Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu daftar
kemungkinan jawaban dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu
dengan satu kemungkinan jawaban.
Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status siswa berdasarkan hasil kerja dari suatu
tugas. Tes ini digunakan pada bidang studi yang batasannya jelas, seperti fisika, biologi,
kimia.
Cara penskoran tes bentuk pilihan ada dua, yaitu tanpa ada koreksi terhadap jawaban tebakan,
dan dengan koreksi terhadap jawaban tebakan.
Adalah satu untuk tiap butir yang dijawab benar, sehingga jumlah skor yang diperoleh siswa
adalah banyaknya butir yang dijawab benar.
Contoh:
Banyaknya soal tes ada 40 butir. Banyaknya jawaban yang benar ada 20. Jadi skor yang
dicapai seseorang:
2.) Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan adalah pemberian skor dengan
memberikan pertimbangan pada butir soal yang dijawab salah dan tidak dijawab, rumus nya
sebagai berikut:
Contoh: soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal dengan 4 pilihan tiap butir,
dan banyaknya 40 butir. Bila banyaknya butir yang dijawab benar ada 20, yang dijawab salah
ada 12, dan tidak dijawab ada 8, maka skor yang diperoleh adalah:
Pada bentuk soal uraian objektif, biasanya langkah-langkah mengerjakan dianggap sebagai
indikator kompetensi para peserta didik. Oleh sebab itu, sebagai pedoman penskoran dalam
soal bentuk uraian objektif adalah bagaimana langkah-langkah mengerjakan dapat
dimunculkan atau dikuasai oleh peserta didik dalam lembar jawabannya.
Untuk membuat pedoman penskoran, sebaiknya Anda melihat kembali rencana kegiatan
pembelajaran untuk mengidentifikasi indikator-indikator tersebut.
Contoh:
Indikator : peserta didik dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah satuan
ukurannya.
Butir soal: Sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150 cm, lebar 80 cm, dan
tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk menjawabnya tuliskan langkah-
langkahnya!)
Pedoman penskoran uraian objektif:
2 = 150 cm x 80 cm x 75 cm 1
3 = 900.000cm3 1
4 = liter 1
5 = 900 liter 1
Skor Maksimum 5
Prinsip penskoran soal bentuk uraian non-objektif sama dengan bentuk uraian objektif yaitu
menentukan indikator kompetensinya. Contoh:
Indikator: peserta didik dapat mendeskripsikan alasan Warga Negara Indonesia bangga
menjadi Bangsa Indonesia.
Butir soal:tuliskan alasan-alasan yang membuat Anda berbangga sebagai Bangsa Indonesia!
Pedoman penskoran:
Jawaban boleh bermacam-macam namun pada pokok jawaban tadi dapat dikelompokkan
sebagai berikut.
Pembobotan soal adalah pemberian bobot kepada suatu soal dengan cara membandingkannya
dengan soal lain dalam suatu perangkat tes yang sama.
Bobot setiap soal ujian yang ada dalam suatu perangkat tes ditentukan dengan pertimbangan
faktor-faktor yang berkaitan dengan materi dan karakteristikk soal itu sendiri, seperti luas
lingkup, materi yang hendak dibuatkan soalnya, esensialitas dan tingkat kedalaman, materi
yang ditanyakan, dan tingkat kesukaran soal.
Yang harus dipertimbangkan dalam pembobotan soal uraian adalah skala penskoran yang
hendak digunakan, misalnya : skala 10 atau skala 100. Rumus yang dipakai untuk
penghitungan skor butir soal (SBS) adalah:
c = bobot soal
Setelah diperoleh skor setiap soal (SBS) maka dapat dihitung total skor siswa (STS) untuk
serangkaian soal dalam tes yang bersangkutan dengan rumus:
Dalam beberapa situasi bisa digunakan soal bentuk campuran, yaitu bentuk pilihan dan
bentuk uraian. Pembobotan soal bagian soal bentuk pilihan ganda dan bentuk uraian
ditentukan oleh cakupan materi dan kompleksitas jawaban atau tingkat berpikir yang terlibat
dalam mengerjakan soal. Pada umumnya cakupan materi soal bentuk pilihan ganda lebih
banyak, sedang tingkat berpikir yang terlibat dalam mengerjakan soal bentuk uraian biasanya
lebih banyak dan lebih tinggi.
Suatu ulangan terdiri dari n1 soal pilihan ganda dan n2 soal uraian. Bobot untuk soal pilihan
ganda adalah w1 dan bobot untuk soal uraian adalah w2. Jika seorang peserta didik
menjawab benar n1 pilihan ganda, dan n2 soal uraian, maka peserta didik itu mendapat skor:
Contoh: Suatu ulangan terdiri dari 20 bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan, dan 4 buah soal
bentuk uraian. Titi dapat menjawab benar soal pilihan ganda 16 butir dan salah 4 butir,
sedang bentuk uraian bisa dijawab benar 20 dari skor maksimum 40. Apabila bobot pilihan
ganda adalah 0,40 dan bentuk uraian 0,60, maka skor yang diperoleh Titi dapat dihitung
sebagai berikut.
Komponen afektif ikut menentukan keberhasilan belajar siswa. Ada dua komponen afektif
yang penting untuk di ukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pelajaran. Sikap siswa
terhadap pelajaran bisa positif bisa negatif atau netral.
Contoh:
Instrumen untuk mengukur minat peserta didik yang telah berhasil dibuat ada 10 butir. Jika
rentangan yang dipakai adalah 1 sampai 5, maka skor terendah seorang peserta didik adalah
10, yakni dari 10 x 1 dan skor tertinggi sebesar 50, yakni dari 10 x 5. Dengan demikian,
mediannya adalah (10 + 50)/2 atau sebesar 30. jika dibagi menjadi 4 kategori, maka skala 10-
20 termasuk tidak berminat, 21 sampai 30 kurang berminat, 31 – 40 berminat, dan skala 41 –
50 sangat berminat.
Tes untuk mengukur ranah psikomotor adalah tes penampilan atau kinerja (performance)
yang telah dikuasai siswa. Dapat berupa tes paper and pencil,tes identifikasi, tes simulasi, dan
tes unjuk kerja
Tes penampilan/pemuatan, baik berupa tes identifikasi, tes simulasi, maupun unjuk kerja,
semuanya dapat diperoleh datanya dengan menggunakan daftar cek (cheeek-list) ataupun
skala penilaian (ranting scale). Daftar cek maupun skala penilaian juga dapat dipakai sebagai
lembar penilaian atau alat untuk observasi dalam rangka pengukuran yang bebas waktunya
dalam arti tidak dilakukan dalam suasana ujian secara formal.
3) lakukan pengamatan terhadap subjek yang dinilai untuk melihat pemunculan indikator-
indikator yang dimaksud
4) jika indikator tersebut muncul, maka beri tanda V atau tulis kata “ya” pada tempat yang
telah disediakan.