disusun oleh:
Azis Kurniawan 317038
Hidayatul Fitri 317046
Intan Naomi Marpaung 317047
Isromaita 317049
Juan Carlo Triatmaka 317050
KELAS B
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERSATUAN
PERAWAT NASIONAL INDONESIA
JAWA BARAT
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah kami selaku tim
perawat dapat menyelesaikan Satuan Acara Penyuluhan Penanganan
Pencegahan Infeksi Pada Luka Dengan Menggunakan Madu ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Penulis berterima kasih
kepada Perawat CI Ruang Fresia 1 dan Dosen pembimbing akademik Bapak
Herdiman yang telah memberikan tugas ini kepada tim perawat.
Penyuluhan ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu melalui kata pengantar ini tim penulis sangat
terbuka menerima kritik serta saran yang membangun sehingga tim perawat
dapat memperbaikinya.
Tim perawat sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembacanya metode penanganan
pencegahan infeksi pada luka dengan menggunakan madu di Rumah Sakit
Umum Daerah Hasan Sadikin Bandung. Tim perawat juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan
jauh dari apa yang diharapkan.
Laporan penyuluhan ini membahas mengenai perawatan luka dalam
mencegah infeksi yang diperuntukkan bagi penderita kanker yang mengalami
luka, dimulai dari cara kerja madu pada luka, hingga manfaat dari madu pada
luka. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekali lagi tim perawat mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan serta memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Bandung, 7 Februari 2018
Tim Perawat
DAFTAR ISI
A. Latar belakang
Madu merupakan cairan kental, dengan kandungan gula jenuh, berasal dari
nektar bunga yang dikumpulkan dan dimodifikasi oleh lebah madu Apis mellifera.
Secara umum, madu memiliki kandungan utama ± 30% glukosa, 40% fruktosa, 5%
sukrosa, dan 20% air; selain itu, terkandung pula sejumlah senyawa asam amino,
vitamin, mineral, dan enzim.
Penggunaan madu sebagai bahan perawatan luka, sebagai suatu pengobatan
kuno yang ditemukan kembali dan hal itu meningkatkan ketertarikan terhadap madu,
dan banyak laporan tentang keefektifannya yang sudah dipublikasikan. Hasil temuan
klinis didapatkan bahwa infeksi dapat sembuh lebih cepat, inflamasi “swelhing” dan
nyeri dapat segera dikurangi odor (baupun) berkurang, slough, jaringan nekrotik
dapat terangkat, granulasi dan epitelisasi menjadi lebih cepat sehingga terjadi
pembentukan jaringan scar yang minimal.
Asam anti microbial dalam madu mencegah pertumbuhan mikroba pada luka
yang lembab (basah). Tidak seperti antiseptik tropikal lainnya, madu tidak
menyebabkan kerusakan jaringan. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan didapatkan
hasil bahwa secara histology madu dapat meningkatkan proses penyembuhan luka.
Hal itu adalah efek langsung nutrient yang “drowing limple out” dari sel dengan
mekanisme osmosis. Stimulasi proses penyembuhan juga disebabkan oleh asiditas /
keasaman dari nadi itu sendiri. Osmosis menyebabkan cairan madu yang kontak
dengan permukaan luka dapat mencegah “dressing sticking” sehingga tidak terasa
nyeri atau terjadi kerusakan jaringan ketika dressing diganti. Begitu banyak bukti-
bukti yang mendukung penggunaan madu, dan dari hasil penelitian dengan teknik
randomized controlled clinical trial menunjukkan bahwa ternyata madu lebih efektif
dari pada silver sulva diazine dan poly urethane film (opsite) untuk menyembuhkan
luka bakar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan pasien dan keluarga mampu memahami tentang
metode penanganan pencegahan infeksi pada luka dengan menggunakan madu.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan 75% peserta dapat menyebutkan :
a. Manfaat dari pemberian madu pada pasien kanker yang mengalami luka;
b. Cara kerja madu dalam mencegah infeksi pada pasien kanker yang mengalami
luka;
c. Cara atau metode pemberian madu pada luka akibat kanker;
d. Menyebutkan 2 dari 3 kriteria dilakukannya metode ini; dan
e. Mampu melakukan minimal 2 kategori dari 3 hal di atas.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : Metode penanganan pencegahan infeksi pada luka
dengan menggunakan madu
2. Sasaran : keluarga dan pasien yang memiliki luka akibat
kanker
3. Metoda : presentasi dan diskusi
4. Media : ppt, leaflet
5. Waktu Tempat : disesuaikan, ruang Fresia
6. Pengorganisasian
A. Moderator : Intan Naomi Marpaung
B. Pemateri : Juan Carlo Triatmaka
C. Fasilitator. : Isromaita dan Azis Kurniawan
D. Notulen : Hidayatul Fitri
E. Pengawas : CI Ruang Fresia dan Pembimbing Akademik
Uraian Tugas
a) Moderator
- Membuka acara
- Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
- Menjelaskan tujuan dan topik
- Menjelaskan kontrak waktu
- Menyerahkan jalannya penyuluhan pada pemateri
- Mengarahkan alur diskusi
- Memimpin jalannya diskusi
- Menutup acara
b) Pemateri
mempresentasikan materi untuk penyuluhan.
c) Fasilitator
o Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.
o Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta.
d) Observer
Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
7. Setting Tempat
F F
O
Keterangan :
= Pemateri M = Moderator
O = Observer = Klien
F = Fasilitator
Catatan : Setting tempat disesuaikan dengan kondisi anak dan mengikut
sertakan peserta tambahan
D. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta
1. 10 menit Pembukaan
Perkenalan mahasiswa Memperhatikan
Perkenalan dosen/CI Memperhatikan
Menjelaskan tujuan Memperhatikan
Menjelaskan kontrak waktu Memperhatikan
2. 20 menit Pelaksanaan
Menggali pengetahuan peserta tentang Menjelaskan
perawatan luka pada pasien kanker
Memberi reinforcement positif Memperhatikan
Menjelaskan manfaat dari pemberian Memperhatikan
madu pada luka pasien kanker
Menjelaskan cara kerja madu pada luka Memperhatikan
Memberi kesempatan pada peserta untuk Memberi
bertanya pertanyaan
Memberi reinforcement positif Memperhatikan
Menjawab pertanyaan yang diajukan Memperhatikan
Menjelaskan cara melakukan perawatan Memperhatikan
luka dengan madu
Memberi kesempatan pada peserta untuk Memperhatikan
bertanya dan mencoba mempraktekkannya
Memberi reinforcement positif Memperhatikan
Menjawab pertanyaan yang diajukan Memperhatikan
3. 10 menit Penutup
Meminta peserta untuk memberikan Memberi
pertanyaan atas penjelasan yang tidak pertanyaan
dipahami
Menjawab pertanyaan yang diajukan Memperhatikan
Menyimpulkan diskusi Berpartisipasi
Melakukan evaluasi Menjawab
pertanyaan
Mengucapkan salam Menjawab
salam
E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana
b. 60% peserta mengikuti penyuluhan
c. Tempat dan media serta alat penyuluhan sesuai rencana
2. Evaluasi Proses
a.Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu yang direncanakan sesuai pelaksanaan
c.70% peserta aktif dan tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu :
a. Mengetahui manfaat dari pemberian madu pada pasien kanker yang
mengalami luka;
b. Mengetahui cara kerja madu dalam mencegah infeksi pada pasien kanker
yang mengalami luka;
c. Mengetahui dan melakukan cara atau metode pemberian madu pada luka
akibat kanker;
d. Menyebutkan 2 dari 3 kriteria dilakukannya metode ini; dan
e. Mampu melakukan minimal 2 kategori dari 3 hal di atas.
BAB II
PEMBAHASAN
Materi penyuluhan
METODE PENANGANAN PENCEGAHAN INFEKSI
PADA LUKA DENGAN MENGGUNAKAN MADU
4) Imunomodulasi
Pengendalian infeksi pada luka diduga tak hanya diperantarai oleh
aktivitas antibakterial madu; namun juga didukung pula oleh potensi
imunomodulasi madu. Hal ini terbukti dalam beberapa uji coba klinis dengan
mengoleskan madu pada luka bakar derajat II yang sengaja dibuat dalam
kondisi steril; luka yang terbentuk bebas dari kontaminasi bakteri dan laju
penyembuhan pada luka yang mendapat intervensi perawatan madu terbukti
lebih cepat bila dibandingkan dengan luka yang tidak mendapat intervensi.
Secara in vitro, madu terbukti mampu menginduksi produksi sitokin oleh
leukosit yang pada akhirnya akan menstimulasi pertumbuhan sel. Madu
dengan konsentrasi 1% mampu menstimulasi pelepasan TNF-α, IL-1β, dan
IL-6 dari monosit – sitokin yang terbukti secara in vivo berperan dalam
perbaikan jaringan.
Meskipun stimulasi produksi sitokin pro-inflamasi seperti TNF-α dinilai
berbahaya, namun tidak perlu dikhawatirkan karena pada penggunaan madu,
respons inflamasi tersebut akan tetap diregulasi oleh aktivitas anti-inflamasi
madu. Oleh sebab itu, jika madu dengan konsentrasi 1% diberikan pada luka
yang meradang, tidak akan ada peningkatan stimulasi produksi TNF-αdan
madu justru akan menekan pembentukan senyawa ROS. Selain itu, madu juga
berperan merangsang pembentukan matrix metallopeptidase 9 (MMP-9),
enzim protease yang berperan dalam pelepasan sel keratinosit dari membran
basalis, sehingga memungkinkan terjadinya migrasi keratinosit untuk
reepitelisasi.
Terdapat beberapa hipotesis yang menjelaskan mekanisme potensi
imunomodulasi madu; namun hipotesis yang paling mungkin adalah adanya
komponen molekuler tertentu dengan berat 5.8 kDa yang masih belum
teridentifikasi. Tonks, dkk. menyimpulkan bahwa komponen molekuler
tersebut mampu menstimulasi produksi TNF-α oleh makrofag melalui
stimulasi pada TLRs 4 (Toll-like receptors 4).
Madu merupakan cairan kental dengan komponen utama fruktosa yang diperoleh
dari nektar bunga dan dimodifikasi oleh lebah madu (Apis mellifera). Madu telah
digunakan sejak dahulu kala untuk perawatan luka; meskipun kini mulai digantikan
dengan modalitas perawatan luka modern, madu memiliki keunggulan yakni salah
satunya mampu melawan infeksi kuman yang resisten terhadap antibiotik.
Pada pasien-pasien yang mengalami kanker, biasanya terdapat bagian kulit yang
mengalami perlukaan. Dimana jika terdapat luka pastilahh akan beresiko infeksi yang
jika dibiarkan dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat mengancam
nyawa penderitanya, untuk itulah diperlukan perawatan luka yang memadai untuk
mencegah infeksi, salah satunya dengan menggunakan madu.
Penggunaan madu sebagai salah satu materi perawatan luka bersifat
menguntungkan karena madu mengandung sekaligus berbagai potensi anti-inflamasi,
anti-bakterial, serta anti-oksidan; ditambah dengan sifat madu yang anti-resisten. Tak
hanya karena bioaktivitasnya tersebut, madu juga mampu mempertahankan
kelembapan luka serta menstimulasi pengangkatan jaringan mati, sehingga dapat
mendukung penyembuhan luka; madu dapat mengurangi bau tidak sedap pada luka
dapat memberikan kenyamanan. Meskipun demikian, salah satu penyulit yang patut
dipertimbangkan adalah perlunya penggantian balut madu setiap hari untuk madu
lokal agar MIC tetap tercapai. Selain itu, madu yang digunakan untuk perawatan luka
sebaiknya sudah terstandarisasi dan sudah steril.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, N.A. (2017). Madu: Efektivitasnya untuk Perawatan Luka. Jakarta Pusat
[internet]. [Jakarta, 6 Feb 2018]. Available from: http://www./21_249CPD-Madu-
Efektivitasnya%20untuk%20Perawatan%20Luka.pdf.
Jones VE. (2016). Essential Microbiology For Wound CCare. United Kingdom:
Oxford University Press.
Sudjatmiko G. (2011). Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik Rekonstruksi. 3rd ed.
Jakarta: Yayasan Khasanah Kebajikan.