Anda di halaman 1dari 20

PRESENTASI KASUS

DERMATITIS NUMULARIS

Disusun Oleh :
Gembong Satria Mahardhika
G4A016083

Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipresentasikan dan disetujui presentasi kasus yang berjudul:


“DERMATITIS NUMULARIS”

Disusun oleh :

Gembong Satria Mahardhika


G4A016083

Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu tugas di
bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Purwokerto, Februari 2018

Pembimbing,

dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp. KK


NIP. 19790622 201012 2 001
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan atas berkat rahmat dan
anugerahnya sehingga penyusunan presentasi kasus dengan judul “Dermatitis
Numularis” ini dapat diselesaikan. Presentasi kasus ini merupakan salah satu tugas
di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Penyusun menyadari bahwa dalam
penulisan laporan kasus ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun
mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penulisan di masa yang akan
datang. Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. dr. Ismiralda Oke Putranti., Sp.KK selaku dosen pembimbing


2. Dokter-dokter spesialis kulit dan kelamin SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin di RSUD Margono Soekarjo
3. Rekan-rekan Dokter Muda Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin atas
semangat dan dorongan serta bantuannya.
Semoga presentasi kasus ini bermanfaat bagi semua pihak yang ada di dalam
maupun diluar lingkungan RSUD Margono Soekarjo.

Purwokerto, Februari 2018

Penyusun
I. PENDAHULUAN

Dermatitis merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai


respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, cenderung
residif dan menjadi kronis. Dermatitis numularis sendiri berasal dari bahasa Latin
yaitu kata “nummus” yang berarti “coin”, dan kata dermatitis yang berarti suatu
ekzem, kata-kata yang umum untuk menggambarkan suatu peradangan pada kulit
(AAD, 2012).

Dermatitis numularis adalah dermatitis berupa lesi berbentuk mata uang


atau agak lonjong, berbatas tegas dengan efloresensi berupa papulvesikel, biasanya
mudah pecah sehingga basah. Etiologi dari dermatitis numularis belum diketahui,
diduga adalah Staphylococcus sp. dan Micrococcus sp. selain itu juga didahului
trauma fisis dan kimiawi, stress, minuman yang mengandung alkohol, lingkungan
dengan kelembapan rendah. (Anita, 2006)

Dermatitis numularis memiliki gambaran klinis yaitu rasa yang sangat gatal,
Lesi akut berupa papulavesikel dan vesikel (0,3-1cm) yang membesar dengan cara
berkonfluens(meluas kesamping) dan membentuk lesi karakteristik seperti uang
logam, eritematosa, sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Ukuran garis tengah
dapat mencapai 5 cm, jarang sampai 10 cm. Penyembuhan dimulai dari tengah
sehingga terkesan menyerupai lesi dermatomikosis. Lesi lama berupa likenifikasi
dan skuama. (AAD, 2012)

Diagnosa dermatitis numularis ini ditegakkan berdasarkan gejala klinis.


Gambaran histopatologi dan laboratorium juga membantu diagnosa serta bila
diagnose sudah ditegakkan maka dapat ditentukan penatalaksanaannya. (AAD,
2012)
II. LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn T
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 27 tahun
Pekerjaan : Pekerja Laundry
Agama : Islam
Alamat : Purwokerto Selatan
No. RM : 02000613
Tanggal Pemeriksaan : Sabtu, 10 Februari 2018
Metode Anamnesis : Autoanamnesis
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Gatal pada telapak tangan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien Tn. T, laki-laki 27 tahun, datang ke Poli Penyakit Kulit dan Kelamin
RSUD Margono Soekarjo pada tanggal 10 Februari 2018 sekitar pukul 09.00
WIB dengan dengan keluhan gatal di kedua telapak tangan sejak 1 minggu
yang lalu. Pasien rutin kontrol ke poli kulit RSUD Margono Soekarjo. Pada
awalnya pasien mengeluhkan terdapat gatal dan kemerahan yang tersebar di
kedua tangan. Gatal dirasakan sejak 4 tahun yang lalu. Gatal timbul terus-
terusan. Gatal tidak disertai sisik maupun luka. Pada awalnya gatal timbul
terutama bila pasien sehabis mencuci baju menggunakan detergen. Namun
lama kelamaan gatal timbul terus menerus. Gatal terutama terasa pada jari-
jari tangan dan bagian bawah ibu jari. Pasien menyangkal adanya infeksi pada
saluran THT, gigi yang bolong, maupun sakit pada perut.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Riwayat keluhan yang sama sebelumnya disangkal
b. Riwayat penyakit kulit sebelumknya disangkal
c. Riwayat alergi makanan disangkal
d. Riwayat asma disangkal
e. Riwayat tekanan darah tinggi (hipertensi) dan kencing manis (diabetes
melitus) disangkal
f. Riwayat rawat inap di rumah sakit disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan yang sama dengan pasien disangkal
b. Riwayat alergi obat, makanan, dan debu disangkal
c. Riwayat penyakit asma pada keluarga disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang pekerja yang tinggal bersama orangtua
dan kedua adiknya. Pasien bertempat tinggal di Purwokerto Selatan dan
bekerja sebagai pekerja laundry.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Antropometri : BB: 54 kg, TB: 165 cm IMT : 20 (Normal)
Vital Sign : Tensi : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,8°C
Kepala : Mesochepal, simetris, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-), discharge (-)
Telinga : Simetris, sekret (-), discharge (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-),
Tenggorokan : T1 – T1 tenang, tidak hiperemis
Thorax : Simteris. Retraksi (-)
Jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-).
Paru : SD vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, supel, timpani, BU (+) normal
Kelenjar Getah Bening : tidak teraba pembesaran.
Ekstremitas : Akral hangat, edema , sianosis
2. Status Dermatologi
a. Lokasi
Palmaris manus dextra et sinistra
b. Penyebaran
Regio thenar dan digitus
c. Efloresensi
Makula eritema berbatas tegas yang terletak pada regio thenar dan digiti
palmaris I-V berbatas tegas konfigurasi numularis tersebar bilateral

D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

E. Resume
Pasien Tn. T, laki-laki 27 tahun, datang ke Poli Penyakit Kulit dan
Kelamin RSUD Margono Soekarjo pada tanggal 10 Februari 2018 sekitar
pukul 09.00 WIB dengan dengan keluhan gatal di kedua telapak tangan sejak
1 minggu yang lalu. Pasien rutin kontrol ke poli kulit RSUD Margono
Soekarjo. Pada awalnya pasien mengeluhkan terdapat gatal dan kemerahan
yang tersebar di kedua tangan. Gatal dirasakan sejak 4 tahun yang lalu. Gatal
timbul terus-terusan. Gatal tidak disertai sisik maupun luka. Pada awalnya
gatal timbul terutama bila pasien sehabis mencuci baju menggunakan detergen.
Namun lama kelamaan gatal timbul terus menerus. Gatal terutama terasa pada
jari-jari tangan dan bagian bawah ibu jari. Pasien menyangkal adanya infeksi
pada saluran THT, gigi yang bolong, maupun sakit pada perut.
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya 4 tahun yang lalu.
Riwayat alergi makan disangkal. Riwayat asma pada pasien disangkal.
Riwayat darah tinggi (hipertensi) disangkal. Keluarga tidak pernah mengalami
keluhan seperti pasien.
Pasien merupakan seorang pekerja yang tinggal bersama orangtua dan
kedua adiknya. Pasien bertempat tinggal di Purwokerto Selatan dan bekerja
sebagai pekerja laundry.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, BB 54 kg
dan TB 165 cm. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Pemeriksaan status
dermatologi didapatkan efloresensi berupa makula eritema berbatas tegas yang
terletak pada regio thenar dan digiti I-V berbatas tegas konfiguasi numularis
tersebar bilateral
Berdasarkan anamnesis, gambaran klinis, dan pemeriksaan penunjang yang
ditemukan pada pasien maka dapat ditegakkan diagnosis dermatitis numularis
F. Diagnosis Kerja
Dermatitis Numularis

G. Diagnosis Banding
1. Dermatitis kontak
2. Dermatitis atopik
3. Tinea korporis

H. Penatalaksanaan
1. Non farmakologis
a. Menghindari aktivitas yang akan mengeluarkan banyak keringat dan
menghindari faktor pencetus seperti stress.
b. Pakaian sebaiknya longgar untuk mencegah keringat berlebih dan
iritasi karena gesekan pakaian.
c. Menghindari alergen dan pemakaian bahan-bahan iritan (deterjen,
alkohol, pemutih).
d. Menganjurkan untuk menggunakan pelembab kulit untuk mengatasi
kulit kering dan mandi menggunakan sabun bayi.
e. Memberitahukan untuk tidak menggaruk luka atau daerah kulit yang
gatal karena akan menimbulkan tempat infeksi baru.
2. Farmakologis
a. PO Metilprednisolon tablet 16 mg diberikan 1 kali sehari selama 5 hari
setelah makan.
b. PO Cetirizine tablet 10 mg diberikan 1 kali sehari selama 5 hari (bila
gatal).

I. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
Qua ad comesticam : ad bonam
III. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Dermatitis numularis adalah penyakit radang yang bersifat kronis
dengan keluhan berupa rasa gatal. Lesi pada dermatitis numular sangat khas
yaitu berbentuk koin, terdiri dari kelompok papul dan vesikel pada dasar
kemerahan. Jumlah lesi dapat satu atau lebih, biasanya mudah pecah sehingga
basah (oozing), bisa disertai krusta dan skuama. Predileksi terutama pada
tungkai bawah, namun dapat juga dijumpai pada anggota tubuh bagian atas
seperti dada dan ekstremitas atas seperti lengan dan punggung tangan (Burns
et al, 2010 dan Jiamton et al, 2012).

B. Epidemiologi
Dermatitis numularis pada orang dewasa terjadi lebih sering pada pria
daripada wanita. Usia puncak awitan pada kedua jenis kelamin antara 55
sampai 65 tahun; pada wanita usia puncak terjadi juga pada usia 15 sampai 25
tahun. Dermatitis numularis tidak biasa ditemukan pada anak, bila ada
timbulnya jarang pada usia di bawah 1 tahun. Umumnya kejadian menigkat
seiring dengan meningkatnya usia (Lange, 2008).
Prevalensi penyakit dermatitis numularis di dunia adalah 2 kasus per
1000 penduduk. Prevalensi yang sama didapatkan di negara Amerika Serikat.
Dermatitis numularis lebih terjadi sering pada pria daripada wanita. Usia
puncak awitan terbagi menjadi dua distribusi usia, paling banyak terjadi pada
dekade ke enam dan ke tujuh dan banyak terjadi pada pria. Kebanyakan pada
wanita dengan angka kejadian lebih kecil, terjadi pada dengan dekade kedua
dan ketiga dan sering berhubungan dengan dermatitis atopi. Dermatitis
numularis sangat jarang ditemukan pada anak-anak. Bila ada timbulnya jarang
pada usia sebelum satu tahun, umumnya kejadian meningkat seiring dengan
meningkatnya usia (Djuanda, 2007).
C. Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor secara sendiri atau
bersama-sama telah dikemukakan sebagai agen penyebab (Djuanda, 2007 dan
Siregar, 2005) :
1. Trauma lokal, baik fisik maupun kimia
Patogenesisnya belum diketahui secara pasti. Dermatitis Numularis
yang disebabkan trauma lokal terutama terjadi pada tangan, misalnya
gigitan serangga atau terkena bahan kimia yang menyebabkan iritasi
2. Xerosis atau kekeringan kulit
Insiden Dermatitis Numularis meningkat pada musim kering dengan
kelembaban rendah. Lingkungan dengan kelembaban rendah menyebabkan
peningkatan hilangnya kandungan air dalam kulit, selanjutnya terjadi
perubahan komposisi lipid sawar epidermis sehingga kulit menjadi kering
atau xerosis.
3. Insufisiensi vena dan varises
Ditemukannya kasus dengan lesi Dermatitis Numularis di sepanjang
vena tungkai menimbulkan dugaan bahwa Dermatitis Numularis mungkin
disebabkan oleh adanya varises dan edema pada ekstremitas bawah,
sehingga timbul istilah varicose eczema.
4. Stres emosional /psikologis
60% kasus eksema dicetuskan oleh faktor stres, bahkan
dikatakan bahwa stres merupakan faktor pencetus utama pada dermatitis.
5. Bakteri
Stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan ,mengingat jumlah
koloninya meningkat walaupun tanda infeksi secara klinis tak tampak;
mungkin juga lewat mekanisme hipersensitivitas. Eksaserbasi terjadi bila
koloni bakteri meningkat diatas 10 juta kuman/cm².
6. Alkohol
Minuman beralkohol dapat menyebabkan eksaserbasi

D. Patogenesis
Dermatitis numularis merupakan suatu kondisi yang terbatas pada
epidermis dan dermis saja. Patofisiologi dari penyakit ini tidak diketahui
secara pasti, tetapi sering bersamaan dengan kondisi kulit yang kering. Adanya
fissura pada permukaan kulit yang kering dan gatal dapat menyebabkan
masuknya alergen dan mempengaruhi terjadinya peradangan pada kulit. Suatu
penelitian menunjukkan dermatitis numularis meningkat pada pasien dengan
usia yang lebih tua terutama yang sangat sensitif dengan bahan-bahan pencetus
alergi, pertahanan pada kulit yang lemah menyebabkan peningkatan untuk
terjadinya dermatitis kontak alergi.Salah satu gejala dermatitis numularis
terdapat sensasi gatal, penelitian mengenai peran mast cell pada proses
penyakit ini ditemukan adanya peningkatan jumlah mast cell pada area lesi
dibandingkan area yang tidak mengalami lesi pada pasien yang menderita
dermatitis numularis. Suatu penelitian juga mengidentifikasi adanya peran
neurogenik yang menyebabkan inflamasi pada dermatitis numularis dan
dermatitis atopik dengan mencari hubungan antara mast cell dengan saraf
sensoris dan mengidentifikasi distribusi neuropeptida pada epidermis dan
dermis dari pasien dengan dermatitis numularis. Peneliti mengemukakan
hipotesa bahwa pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari mast
cell yang kemudian berinteraksi dengan neural C-fibers dapat menimbulkan
gatal. Para peneliti juga mengemukakan bahwa kontak dermal antara mast cell
dan saraf, meningkat pada daerah lesi maupun non lesi pada penderita
dermatitis numularis. Substansi P dan kalsitonin terikat rantai peptida
meningkat pada daerah lesi dibandingkan pada non lesi pada penderita
dermatitis numularis. Neuropeptida ini dapat menstimulasi pelepasan sitokin
lain sehingga memicu timbulnya inflamasi (James et al, 2011).
Penelitian lain telah menunjukkan bahwa adanya mast cell pada dermis
dari pasien dermatitis numular menurunkan aktivitas enzim chymase,
mengakibatkan menurunnya kemampuan menguraikan neuropeptida dan
protein. Disregulasi ini dapat menyebabkan menurunnya kemampuan enzim
untuk menekan proses inflamasi (James et al, 2011).

E. Manifestasi Klinis
Penderita dermatitis numularis umumnya mengeluh sangat gatal yang
disertai dengan nyeri. Awalnya dimulai dengan eritema berbentuk lingkaran,
selanjutnya melebar sebesar uang logam, dikelilingi oleh papul-papul, vesikel
dan kemudian ditutupi krusta coklat. Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel
(0,3-1 cm), kemudian membesar dengan cara berkonfluensi atau meluas ke
samping, membentuk satu lesi khas seperti uang logam (koin), eritematosa,
sedikit edematosa, dan berbatas tegas. Lambat laun vesikel pecah terjadi
eksudasi, kemudian mengering menjadi krusta coklat atau kekuningan.
Ukurang diameter lesi dapat mencapai 5 cm, dan jarang sampai 10 cm.
Penyembuhan dimulai dari tengah sehingga terkesan menyerupai lesi
dermatomikosis. Lesi lama berupa likenifikasi dan skuama (Djuanda, 2007;
Siregar, 2004).
Jumlah lesi dapat hanya satu, dapat pula banyak dan tersebar, bilateral atau
simetris, dengan ukuran yang bervariasi, mulai dari miliar, sampai nummular,
bahkan plakat. Tempat predileksi di tungkai bawah, badan, lengan termasuk
punggung tangan. Dermatitis numularis cenderung hilang timbul, ada pula yang
terus menerus, kecuali dalam periode pengobatan. Bila terjadi kekambuhan,
umumnya timbul pada tempat semula (Djuanda, 2007; Siregar, 2004).

Gambar 1. Dermatitis Numularis pada Kaki


Gambar 2. Dermatitis Numularis pada Tangan

F. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, tidak ada penemuan yang spesifik. Untuk
membedakannya dengan penyakit lain, seperti dermatitis karena kontak
diperlukan patch test dan prick test untuk mengidentifikasikan bahan kontak.
Pemeriksaan KOH untuk membedakan tinea dengan dermatitis numular yang
mempunyai gambaran penyembuhan di tengah. Jika ada kondisi lain yang
sangat mirip dengan penyakit ini sehingga sulit untuk menentukan
diagnosisnya (contohnya pada tinea, psoriasis) dapat dilakukan biopsy (Kang
dan Shin 2007; Shankar 2005).

G. Diagnosis Banding
1. Tinea pedis : pinggir aktif, bagian tengah agak menyembuh, dapat dicari
hifa dari sediaan langsung.
2. Psoriasis : Skuama putih lebih tebal dan mengkilat serta iritasinya lebih
ringan
3. Dermatitis kontak alergi : Morfologi klinis primer antara dermatitis kontak
dan dermatitis numularis sering sulit untuk dibedakan. Pada dermatitis
kontak biasanya lokal, dan ditemukan riwayat kontak sebelumnya. Untuk
membedakan dapat dilakukan pemeriksaan patch test atau prick test (Kang
dan Shin 2007; Shankar 2005).

H. Penatalaksanaan
1. Non Farmakologis
Pasien perlu untuk diberitahukan tentang perkembangan atau
perjalanan penyakit dari dermatitis numular yang cenderung sering
berulang, mencegah atau menghindari faktor-faktor yang memperburuk
atau menimbulkan dermatitis numularis seperti stress, panas, atau trauma,
menggunakan pelembab kulit atau emollient untuk mengatasi kulit kering
dan jangan menggaruk luka karena bisa menjadi tempat infeksi baru dan
dapat meninggalkan bekas garukan yang permanen (Burns et al., 2010;
Gerd dan Thomas, 2003).
2. Farmakologis
a. Emolien
Emolien merupakan pelembab. Digunakan untuk mengurangi
kekeringan pada kulit. Contoh emolien yang sering digunakan
antara lain : aqueouscream, gliserine dan cetomacrogol cream, wool
fat lotions (Button, 2005; Djuanda, 2007).
b. Steroid topikal
Untuk menghilangkan peradangan pada kulit dan mengurangi iritasi
kulit. Misalnya dengan pemberian triamcinolone 0,025-0,1%. Bila lesi
masih eksudatif, sebaiknya dikompres terlebih dahulu, misalnya dengan
menggunakan larutan permanganas kalikus 1 : 10.000 (Button, 2005;
Djuanda, 2007).
c. Antihistamin oral
Antihistamin digunakan sebagai sedatif dan untuk mengurangi
gatal. Contohnya hidroksizin dengan dosis 3-4 x 25 mg sehari (Button,
2005; Djuanda, 2007).
d. Antibiotik oral
Antibiotik dapat digunakan untuk mencegah infeksi sekunder atau
bila ditemukan infeksi bacterial. Antibiotik yang dapat diberikan seperti
eritromisis, tetrasiklin 20-40 mg/kgBB selama 7-14 hari, atau amoksilin
4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari (Button, 2005; Djuanda, 2007).
e. Steroid injeksi
Injeksi steroid digunakan pada kondisi kasus yang sangat berat.
Contoh injeksi steroid yang dapat diberikan yaitu triamsinolon asetonida
0,1 mg/ml (0,1 ml / suntikan) secara intralesi (Button, 2005; Djuanda,
2007).

I. Progonosis
Seperti yang diketahui bahwa perkembangan atau perjalanan penyakit dari
dermatitis numularis itu bersifat kronik dan cenderung sering berulang (residif).
Mencegah atau menghindari dari faktor-faktor yang memperburuk atau
meningkatkan frekuensi untuk cenderung berulang dengan menggunakan
pelembab pada kulit akan sangat membantu mencegah penyakit ini. Adapun
prognosis bervariasi dalam setiap individu (AAD, 2012). Berdasarkan suatu
pengamatan sejumlah penderita yang diikuti selama berbagai interval sampai
dua tahun, didapati bahwa 22% sembuh, 25% pernah sembuh untuk beberapa
minggu sampai tahun, dan 53% tidak pernah bebas dari lesi kecuali masih
dalam pengobatan. Dermatitis numularis cenderung residif pada sebagian besar
kasus. Umumnya prognosis dari penyakit kulit ini adalah baik (Burns et al.,
2010).
IV. PEMBAHASAN

Anamnesa dilakukan secara allo-anamnesis dan auto-anamnesis dengan


pasien dan orangtua pasien, didapatkan keluhan gatal pada kaki kanan sejak 4 hari
yang lalu, gatal terus-menerus, lokasi gatal terdapat lesi berukuran sebesar koin
(nummular) dan apabila lesi di garuk akan terasa panas dan nyeri. Tampak plak
eritematous, di atasnya terdapat papulovesikel eritematosa serta ekskoriasi.
Gejala klinis yang didapatkan dari pasien ini sesuai dan mendukung diagnosa
dermatitis nummularis, dimana penegakan diagnosisnya adalah terdapat lesi
berbentuk koin, papul dan vesikel berdinding tipis pada dasar yang eritematus.
Kronologi terbentuknya lesi kulit ini dimulai dari penyatuan (konfluensi) papul-
papul kecil dan papulovesikel. Pasien menggaruk lesi tersebut sehingga
papulovesikel tersebut pecah dan meninggalkan bekas yang basah (oozing).
Status generalis pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan keluhan dan dalam
batas normal. Pada status dermatologis didapatkan wujud kelainan kulit berupa plak
eritematosa dengan papul dan vesikel multipel, berbentuk bulat seperti koin
(numular), dan bulat agak lonjong dengan diameter ±2-3 cm, berbatas tegas, disertai
ekskoriasi pada ektremitas inferior, regiocruris anterior dextra et sinistra.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang dikarenakan
goldstandard dari dermatitis numularis adalah berdasarkan gejala klinis. Adapun
usulan pemeriksaan yang diajukan adalah untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Tatalaksana yang diberikan dibagi menjadi duaprinsippengobatan yaitu
sistemik dan topikal. Pada pengobatan sistemik diberikan kortikosteroid yang
bertujuan menekan proses inflamasi. Pada pasien ini yang diberikan adalah
methylprednisolone dalam sediaan pulveres dengan dosis 8 mg (dosis setara dengan
setengah tablet methylprednisolone) per hari. Sedangkan untuk gejala gatal
diberikan antihistamin berupa loratadine dengan 5 mg (dosis setara dengan
setengah tablet loratadine) dalam sediaan pulveres yang diminum sehari satu kali.
Pengobatan topikal yang diberikan padapasien berupa desoxymethasone cream
dengan dosis 2,5 mg dalam satu tube. Krim dioleskan 4 kali sehari tipis-tipis setelah mandi
pada tempat yang gatal. Tujuan dilakukannya pengolesan sehabis mandi adalah agar obat
dapat diabsorbsi secara maksimal oleh karena terbukanya pori-pori setelah mandi.
V. KESIMPULAN

1. Dermatitis numularis adalah penyakit radang yang bersifat kronis dengan


keluhan berupa rasa gatal. Lesi pada dermatitis numular sangat khas yaitu
berbentuk koin, terdiri dari kelompok papul dan vesikel pada dasar
kemerahan.
2. Penyebabnya tidak diketahui, banyak faktor secara sendiri atau bersama-
sama telah dikemukakan sebagai agen penyebab
3. Diagnostik dermatitis numularis adalah terdapat lesi berbentuk koin, terdiri
dari papul dan vesikel berdinding tipis bergabung menjadi plak pada dasar
yang eritematus.
4. Pengobatan ditujukan untuk rehidrasi pada kulit dan perbaikan barrier lipid
epidermal, pengurangan peradangan dan pengobatan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Dermatology. 2012. Nummular Dermatitis. Available from


URL : http://www.aad.org/skin-conditions/dermatology-a-to-
z/nummular-dermatitis. Diakses pada tanggal 07 November 2016.

Anita, J., et al. 2006. Mast Cells, Nerves and Neuropeptides in Atopic Dermatitis
and Nummular Eczema. Arch Dermatology Research. Vol. 295 (1) : 2-
7.

Burns T., Breathnach S., Cox N., Griffiths C. 2010. Rooks Textbook of Dermatology
Volume 1 8th ed. USA : Gasington Road.

Button B. K. 2005. ABC of Dermatology. 4th. London : BMJ. Hal : 17-26.

Djuanda, A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta : FKUI.

Gerd, P., Thomas J. 2003. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 6th ed.
New York : McGraw-Hill. Hal : 46-8.

James, W. D., Berger T. G., Elston D. M. 2011. Andrews’ Diseases of the Skin
Clinical Dermatology. Edisi 11. Philadelphia : Saunders Elsevier.

Jiamton S, Tangjaturonrusamee C, Kulthanan K, Clinical Features and Aggravating


Factors in Nummular Eczema in Thais. In: Department of Dermatology,
Faculty of Medicine Siriraj Hospital, Mahidol University, Bangkok,
Thailand: 2012.p.36-37

Kang I. J., Shin M. K. 2007. Patch Testing in Nummular Eczema: Comparison of


Patch Test Results between Nummular Eczema and Atopic Dermatitis.
Korean Journal Of Dermatology. Vol. 45(9): 871-876.

Lange, L., et al. 2008. Elevated Levels of Tryptase in Children with Nummular
Eczema. Journal of Allergy. Vol. 63(7) : 947-9.

Loren, E., et al. 2010. Dermal Dendritic Cells In Psoriasis, Nummular Dermatitis,
and Normal-Appearing Skin. Journal of the American Academy of
Dermatology.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II Edisi 3. Jakarta : FKUI.
Shankar, K., et al. 2005. Relevance of Patch Testing in Patients with Nummular
Dermatitis. Indian Journal Dermatology Venereology Leprology. Vol.
71(6) : 406-8.

Siregar, R. S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Sterry W., Paus R., Burgdof W. H. 2006. Dermatology. USA : Thieme. Hal : 197.

Anda mungkin juga menyukai