Anda di halaman 1dari 9

Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar

Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri .... (Euis Yuniastuti) ISSN 1412-565 X

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES, MOTIVASI, DAN HASIL BELAJAR


BIOLOGI DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
PADA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA V-1 BALIKPAPAN

Euis Yuniastuti
Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan
Universitas Tridharma Balikpapan
email: euis_yuniast@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dirancang sebagai sebuah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) dengan tiga siklus
pembelajaran yang dilaksanakan SMP Kartika V-1 Balikpapan dan bertujuan meningkatkan keterampilan proses
sains, motivasi belajar, dan hasil belajar biologi siswa kelas VII melalui strategi pembelajaran inkuiri terbimbing.
Selama penelitian berlangsung, peneliti bertindak sebagai guru kelas, dan selama kegiatan pengamatan, peneliti
dibantu oleh rekan–rekan sejawat. Pengumpulan data lapangan dilakukan melalui pengisian lembar observasi,
wawancara, pembuatan catatan lapangan, pengambilan dokumentasi, dan pengadaan tes. Analisis data secara
kualitatif dilakukan untuk menjelaskan motivasi dan keterampilan proses siswa sedangkan analisis kuantifatif
diperlukan untuk menjelaskan peningkatan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan keterampilan proses (rata–rata keterlaksanaan 55% pada siklus I, 69,38% pada siklus II, dan 80,63%
pada siklus III), motivasi belajar siswa (rata–rata keterlaksanaan 60,74% pada siklus I, 69,63% pada siklus II, dan
80,00% pada siklus III) dan hasil belajar siswa (rata – rata persentase ketuntasan sebesar 45,56% pada siklus I,
58,89% pada siklus II, dan 86,67% pada siklus III). Berdasarkan analisis hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan strategi inkuiri terbimbing mampu meningkatkan motivasi belajar dan keterampilan proses
siswa yang secara konsekutif berdampak pada kenaikan ketuntasan belajar siswa.
Kata kunci: keterampilan proses, motivasi belajar, hasil belajar, inkuiri terbimbing

ABSTRACT
This research was designed as a classroom action with three-cycle learning process research which took place
in SMP Kartika V-1 Balikpapan and purposes on improving process skills, learning motivation, and learning
outcomes in Biology subject of seventh grade students through guided inquiry strategy. Throughout the research,
the researcher had a role as the teacher, whilst the researcher’s acquaintances handled the observation activity. All
research data obtainment was carried out by completing observation forms, interviewing students, arranging field
notes, taking documentations, and conducting tests. Qualitative analysis was conducted to explicate the students’
learning motivation and process skills profile, whilst quantitative analysis was also conducted to explain the
improvement of students’ learning outcomes. The results show the significant improvement in students’ process skills
(55.00% average accomplishment on cycle I, 69.38% on cycle II, and 80.00% on cycle III), learning motivation
(60.74% average accomplishment on cycle I, 69.63% on cycle II, and 80.00% on cycle III), and learning outcomes
(45.56% average learning accomplishment on cycle I, 58.89% on cycle II, and 86.67% on cycle III) on each
cycle. Based on the research analysis, it can be concluded that implementing guided inquiry is a viable strategy to
improve students’ learning motivation and process skills, which consecutively impacts the improvement of students
learning accomplishments.
Keywords: process skills, learning motivation, learning outcomes, guided inquiry

PENDAHULUAN Proses pembelajaran siswa dilaksanakan


Pada dasarnya pendidikan menuntut keaktifan secara pasif (Nuryani, 2005).
dari peserta didik, khususnya pembelajaran Pada hakikatnya, biologi sebenarnya
sains yang berhubungan dengan pengalaman merupakan pendidikan berorientasi kehidup-
dan kehidupan sehari–hari yang pernah an, serta lingkungan dan pelaksanaannya
dialami peserta didik. Akan tetapi pada sangat dipengaruhi oleh lingkungan
kenyataannya pembelajaran sains, khususnya masyarakat. Rasanya tidak sesuai jika
mata pelajaran Biologi, masih didominasi pembelajaran biologi hanya dilakukan di
oleh penggunaan metode ceramah. Peserta ruang kelas tanpa adanya kegiatan lapangan.
didik hanya mendengarkan penjelasan guru Dengan demikian, guru biologi sangat
dan mencatat hal–hal yang dianggap penting. perlu menguasai materi biologi secara lebih
80
Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar
Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri .... (Euis Yuniastuti) ISSN 1412-565 X

mendalam dengan strategi serta keterampilan (1) Keterampilan proses siswa yang diukur
mengajar yang baik. ada delapan; (2) aspek yakni mengajukan
Selain itu, biologi masih diajarkan hipotesis, menggunakan alat/bahan,
dengan sistem hafalan sehingga kurang melaksanakan percobaan, mengamati,
mengembangkan proses berpikir. Seharusnya, menggolongkan, melakukan komunikasi,
pembelajaran biologi yang baik ialah menafsirkan informasi, dan menerapkan
pembelajaran yang dilandaskan pada prinsip konsep; (3) Motivasi belajar siswa yang
keterampilan proses, di mana siswa dididik diukur ada lima belas aspek yakni perhatian
untuk menemukan dan mengembangkan dengan pelajaran, rasa ingin tahu, paham
sendiri fakta dan konsepnya sendiri. tujuan pembelajaran, dapat bekerja sama,
bertukar pendapat, berani mencoba hal baru,
Penerapan keterampilan proses dalam berani bertanya, fokus pada tugas, mencoba
pembelajaran biologi dapat diintegrasi di berbuat lebih baik, berpendapat, keaktifan
dalam kegiatan praktikum siswa, akan tetapi mencari sumber belajar lain, berlomba
dibutuhkan strategi pembelajaran khusus agar menyelesaikan tugas, mencari ide baru solusi,
keterampilan proses siswa terus berkembang, mampu berdiskusi, dan bekerja keras dalam
salah satunya ialah strategi pembelajaran penyelesaian tugas; (4) Hasil belajar dibatasi
inkuiri terbimbing. Melalui strategi ini, siswa pada ranah kognitif dan diukur melalui pre-
tetap didorong untuk secara aktif menyusun test, tes formatif 1 dan 2, tes akhir siklus, dan
eksperimen hingga menyimpulkan hasilnya post-test; (5) Materi pembelajaran dibatasi
namun tetap diberikan arahan/bimbingan pada materi Pencemaran Lingkungan; dan
dari guru. (6) Subjek dalam penelitian ialah siswa kelas
Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan VII SMP Kartika V-1 Balikpapan sejumlah
memiliki kemampuan menguasai konsep, 30 orang
meningkatkan kreativitas, dan kesadaran Rumusan masalah: (1) Bagaimana
dalam memahami permasalahan yang peningkatan keterampilan proses sains siswa
berkaitan dengan pelestarian lingkungan. kelas VII SMP Kartika V-1 Balikpapan
Keterlibatan siswa secara aktif dalam strategi dengan strategi pembelajaran Inkuiri
pembelajaran ini dapat membantu mereka Terbimbing?; (2) Bagaimana peningkatkan
memecahkan permasalahan nyata dan motivasi belajar biologi siswa kelas VII
merespon secara aktif terhadap fenomena SMP Kartika V-1 Balikpapan dengan strategi
alam di sekitar mereka pembelajaran Inkuiri Terbimbing?; dan
Berdasarkan pengamatan/analisis lapa­ngan, (3) Bagaimana peningkatkan hasil belajar
permasalahan yang dapat diidentifikasi an­ biologi siswa kelas VII SMP Kartika V-1
tara lain: (1) Proses pembelajaran masih Balikpapan dengan strategi pembelajaran
berpusat pada guru; (2) Siswa kurang Inkuiri Terbimbing?
aktif dan kurang terlibat dalam proses Tujuan penelitian ingin meningkatkan
pembelajaran; (3) Siswa kurang mampu keterampilan proses sains, motivasi belajar,
memecahkan serta menyikapi permasalahan dan hasil belajar biologi siswa kelas VII SMP
yang dihadapinya; (4) Pembelajaran lebih Kartika V-1 Balikpapan
mementingkan segi hafalan; (5) Siswa kurang
mampu mengaplikasikan pengetahuannya Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat
dalam kehidupan nyata; (6) Guru kurang siap berguna dalam: meningkatkan motivasi
dalam perencanaan pembelajaran; dan (7) belajar biologi, keterampilan proses sains,
Pembelajaran kurang bermakna. hasil belajar biologi, dan mengembangkan
sikap ilmiah. Bagi guru, penelitian
Ruang lingkup penelitian ini antara lain:

81
Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar
Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri .... (Euis Yuniastuti) ISSN 1412-565 X

ini diharapkan dapat berguna dalam mengevaluasi buku dan sumber–sumber


meningkatkan keterampilan guru untuk informasi lain secara kritis, merencanakan
menyusun konsep biologi, wawasan dan penyelidikan/investigasi, mengulas apa yang
profesi guru, rujukan dalam pengembangan telah diketahui, melaksanakan percobaan
keterampilan proses siswa, dan rujukan atau eksperimen dengan menggunakan
dalam penentuan strategi pembelajaran alat untuk memperoleh data, menganalisis
dan menginterpretasi data, serta membuat
yang sesuai. Bagi peneliti lain, penelitian
prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya.
ini diharapkan dapat memberi masukan dan
bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis Dua pendekatan inkuiri yang diketahui antara
pada konsep biologi lain. lain inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas.
Pada inkuiri terbimbing, siswa dihadapkan
Kajian pustaka dalam penulisan ini adalah: pada tugas yang relevan untuk diselesaikan
A. Pembelajaran Biologi di Tingkat SMP baik melalui diskusi kelompok maupun
individual agar mampu menyelesaikan
Menurut Dimyati (2002:7), Belajar masalah dan menarik kesimpulan secara
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang mandiri, akan tetapi siswa tetap memperoleh
kompleks. Siswa adalah penentu terjadinya pedoman/bimbingan berupa pertanyaan atau
proses belajar, yang terjadi karena siswa diskusi serta pemantauan dari guru.
mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan
Berbeda halnya dengan inkuiri terbimbing,
sekitar berupa keadaan alam, benda-benda,
pembelajaran inkuiri bebas menempatkan
hewan, tumbuhan, manusia, atau hal – hal siswa seolah–olah sebagai ilmuwan
lain yang dijadikan bahan belajar. sehingga diberikan kebebasan menentukan
Siswa yang belajar sains, menurut Susanto permasalahan yang akan diselidiki,
(2003:6) tidak lagi menerima informasi merancang prosedur eksperimen secara
tentang produk sains, tetapi melakukan mandiri, dan siswa diberikan sedikit/tidak
proses ilmiah untuk menemukan fakta dan sama sekali bimbingan dari guru. Akan
tetapi inkuiri bebas memiliki kelemahan di
membangun konsep dan prinsip di bidang
antaranya waktu yang relatif lama sehingga
sains. Khususnya untuk pembelajaran biologi
bisa melebihi alokasi waktu dalam kurikulum
pada tingkat SMP, pemberian pengalaman dan pemilihan topik permasalahan kelompok
secara langsung perlu ditingkatkan dengan yang bisa melenceng dari konteks materi
demikian siswa mampu menerapkan teori pembelajaran.
yang telah dipelajari dalam biologi bagi
C. Keterampilan Proses Sains
kehidupan mereka sehari–hari. Oleh karena
itu siswa perlu dibantu untuk mengembangkan Menurut Semiawan (1992:12), keterampilan
sejumlah keterampilan proses agar mereka proses ialah keterampilan fisik dan mental
mampu mengeksplorasi dan memahami terkait dengan kemampuan– kemampuan
fenomena alam sekitar (Asmani, 2009). yang mendasar yang dimiliki, dikuasai,
dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan
B. Strategi Pembelajaran Inkuiri ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil
Terbimbing menemukan sesuatu yang baru. Rangkaian
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry keterampilan proses menurut Rustaman
yang berarti “proses bertanya dan mencari et.al (2003:191) antara lain mengamati,
tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah menggolongkan, menafsirkan, meramalkan,
yang diajukan”. Lebih lanjut, Depdikbud menerapkan, merencanakan penelitian, dan
dalam Ibrahim (2007) mengemukakan mengkomunikasikan.
bahwa inkuiri ialah proses yang bervariasi Pelaksanaan penilaian keterampilan
dan meliputi kegiatan–kegiatan observasi, proses siswa bisa berupa tes dan non-tes.
merumuskan pertanyaan yang relevan, Penilaian berupa tes dilakukan dengan

82
Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar
Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri .... (Euis Yuniastuti) ISSN 1412-565 X

membuat pertanyaan dalam bentuk esai (sisi bentuk rangkaian periode/siklus yang sengaja
subjektivitas/individualisme siswa) atau dilakukan dengan tujuan memperbaiki
pilihan ganda (objektivitas siswa). Akan mutu proses belajar mengajar. Kelas ialah
tetapi penilaian berupa tes seringkali hanya sekelompok siswa yang dalam waktu dan
memberi peluang tebakan sehingga berbeda tempat yang sama menerima pelajaran yang
dari kondisi siswa sesungguhnya. Penilaian sama dari seorang guru yang sama.
berupa non-tes menurut Sumiati dan Asra
(2008), Arikunto (2009), dan Widyaningtyas Karakteristik dari PTK antara lain: (1)
(2010), membutuhkan sebuah lembar Penelitian berawal dari masalah guru atas
pengamatan yang dapat berisi rubrik, kinerjanya; (2) Fokus penelitian berupa
daftar cek, atau skala bertingkat. Penilaian kegiatan pembelajaran; (3) Bersifat siklus–
kemampuan siswa didasarkan pada jenis– siklus yang terdiri dari perencanaan,
jenis kriteria yang telah ditetapkan, yakni pemberian tindakan, pengamatan, dan
pemberian level unjuk kerja secara kuantatif refleksi; (4) Berlangsung dalam jangka
dengan angka 1, 2, 3, dan 4 dan secara waktu tertentu secara teratur; dan (5)
kualitatif sebagai interpretasinya. Pelaksanaannya secara kolaboratif karena
melibatkan pihak lain, misalnya observer
D. Motivasi Belajar Siswa
Menurut Aqib (2009:6), manfaat PTK
Menurut Djamarah (2002:114), motivasi bagi guru antara lain untuk memperbaiki
ialah suatu pendorong yang mengubah pembelajaran, profesionalisme, dan
energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk kepercayaan diri guru. PTK juga membantu
aktivitas nyata untuk mencapai tujuan sekolah untuk berkembang sebagai
tertentu. konsekuensi adanya kemajuan pada diri guru
Pada dasarnya, motivasi belajar siswa dan pendidikan di sekolah tersebut.
dibedakan menjadi dua jenis, yakni motivasi F. Penelitian Relevan
intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut
Beberapa hasil penelitian yang relevan
Usman (2010:29), motivasi ini timbul
terhadap penelitian yang dilakukan
sebagai akibat dari dalam individu tersebut
penulis antara lain: (1) Penelitian oleh
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan
Elsye Theodora Maasawet yang berjudul
dari orang lain sehingga dengan kondisi
“Meningkatkan Kemampuan Kerja Sama
yang demikian akhirnya ia mau melakukan
Belajar Biologi Melalui Penerapan Strategi
sesuatu atau belajar. Motivasi ekstrinsik
Inkuiri Terbimbing pada Siswa Kelas VII
menurut Djamarah (2002:117) ialah motif–
SMP Negeri VI Kota Samarinda Tahun
motif yang aktif dan berfungsi karena
Pelajaran 2010/2011” memaparkan hasil
adanya rangsangan dari luar, seperti adanya
bahwa melalui penerapan strategi inkuiri
kompetisi/persaingan.
terbimbing terjadi peningkatan kemampuan
E. Penelitian Tindakan Kelas kerja sama siswa dalam belajar biologi pada
Menurut Arikunto (2009), Penelitian siklus I adalah 12,04% meningkat menjadi
Tindakan Kelas (PTK) merupakan gabungan 61,58% pada siklus kedua, dan meningkat
definisi dari tiga kata, “penelitian, tindakan, lagi pada siklus ketiga 84,53%; dan (2)
dan kelas”. Penelitian merupakan kegiatan Waryanto dalam penelitiannya yang berjudul
mencermati suatu objek dengan menggunakan “Peningkatan Keterampilan Proses Sains dan
aturan metodologi ilmiah untuk memperoleh Partisipasi Siswa pada Pembelajaran Biologi
data/informasi yang bermanfaat bagi peneliti Melalui Penerapan Inkuiri Terbimbing di
atau orang-orang yang berkepentingan. Kelas X-1 SMA Negeri I Sukoharjo Tahun
Tindakan ialah suatu gerak kegiatan dalam Pelajaran 2011/2012”, menunjukkan bahwa

83
Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar
Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri .... (Euis Yuniastuti) ISSN 1412-565 X

terjadi peningkatan persentase keterampilan lain), uji dependabilitas (audit untuk


proses pada siklus I sebesar 63% dan menyeseuaikan dengan prosedur), dan uji
pada siklus II meningkat 81%. Sedangkan konformabilitas (uji objektivitas penelitian).
partisipasi siswa siklus I adalah 61% terjadi Analisis data secara kualitatif dilakukan
peningkatan pada siklus II menjadi 77%. dengan memanfaatkan data kualitatif berupa
hasil observasi, catatan lapangan, dan
METODE PENELITIAN wawancara untuk membandingkan proses
Penelitian yang dilakukan merupakan pembelajaran dari siklus I hingga siklus
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang III. Penilaian keterampilan proses siswa
ditujukan untuk melakukan perbaikan dan dilakukan secara semi-kualitatif dengan
peningkatan layanan profesional guru. menggunakan skor 1 sampai 4 dengan
Subjek penelitian ialah siswa kelas VII-1 indikasi “kurang”, ”cukup”, ”baik”, dan
SMP Kartika V-1 Balikpapan Tahun Pelajaran “sangat baik”, sedangkan penilaian motivasi
2011/2012 yang berjumlah 30 siswa. dilakukan secara semi-kualitatif pula dengan
Penelitian dilakukan dari bulan Mei sampai menggunakan skor 1 sampai 3 dengan
bulan Juni tahun 2012 dan berlokasi di SMP indikasi “tidak dilakukan”, “dilakukan”, dan
Kartika V-1 Balikpapan, Provinsi Kalimantan “sering dilakukan”.
Timur. Dalam penelitian, peran dan posisi Analisis data secara kuantitatif dilakukan
peneliti ialah sebagai pengelola instrumen, dengan membandingkan hasil tes formatif 1,
perancang tindakan, dan pengumpul data. tes formatif 2, dan tes akhir pada setiap siklus,
Pada proses pelaksanaan, peneliti dibantu ditambah hasil pre-test sebelum siklus I dan
rekan sejawat sebagai observer. post-test setelah siklus III. Nilai tes siswa
Penelitian ini terdiri dari tiga siklus memiliki kriteria ketuntasan minimal sebesar
pertemuan yang masing–masing terdiri dari 65 untuk mengukur persentase ketuntasan
empat tahap: merencanakan, melakukan belajar siswa tiap siklus.
tindakan, mengamati, dan merefleksi. Materi
pembelajaran pada siklus 1 ialah pencemaran HASIL PENELITIAN
udara, pada siklus 2 ialah pencemaran tanah, Rekapitulasi secara umum hasil penelitian
dan pada siklus 3 ialah pencemaran air. Setiap dapat dilihat dalam Gambar 1.
siklus terdiri dari tiga pertemuan dan diakhir
A. Peningkatan Aktivitas Guru
tiap pertemuan dilakukan evaluasi berupa tes
formatif 1 (setelah pertemuan 1), tes formatif Aktivitas guru terlihat mengalami
2 (setelah pertemuan 2), dan tes akhir siklus peningkatan dari siklus I sebesar 74,75%, pada
(setelah pertemuan 3). Sebelum siklus 1 siklus II menjadi 89,90% dan pada siklus III
dimulai, kelas diberikan pre-test dan setelah mencapai 93,94%. Pada siklus I, guru masih
siklus 3 berakhir, kelas diberikan post-test belum siap dan terlalu cepat menjelaskan
untuk evaluasi seluruh materi. kompetensi dasar sehingga siswa belum
siap menggabungkan pemahaman terhadap
Beberapa instrumen penelitian yang
materi sebelumnya yang telah disampaikan.
digunakan antara lain lembar observasi guru,
Kondisi ini berkaitan dengan masalah
lembar observasi siswa, catatan lapangan,
kesiapan (readiness) siswa dalam menerima
dan dokumentasi. Pengujian keabsahan
pembelajaran di awal. Hal ini sesuai dengan
data dilakukan dengan empat uji yakni uji
teori belajar asosiasi menurut Thorndike
kredibilitas (triangulasi dan diskusi dengan
(Slameto, 2010:114) yang menyatakan
rekan sejawat), uji ketersampaian (validitas
kesiapan ialah prasyarat untuk belajar
eksternal agar dapat dipahami oleh peneliti
berikutnya.

84
Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar
Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri .... (Euis Yuniastuti) ISSN 1412-565 X

Gambar 1
Diagram rekapitulasi keseluruhan hasil pembelajaran inkuiri terbimbing

Pada siklus II, aktivitas guru meningkat siswa yang merespon motivasi dari guru. Siswa
sebesar 15,15%. Hal ini disebabkan guru sudah mulai berani menjawab pertanyaan
telah memperbaiki media pembelajaran guru. Aktivitas siswa mendengarkan
dengan menggunakan LCD dan mengajak informasi dari guru mengalami peningkatan
sebagai akibat dari penggunaan media LCD
siswa keluar kelas. Menurut Miarso (1984),
oleh guru. Namun, siswa masih malu bertanya
media yang dirancang dengan baik dapat atau takut dianggap kurang memperhatikan
merangsang timbulnya semacam dialog penjelasan guru sebelumnya.
internal dalam diri siswa yang belajar
Pada siklus III, aktivitas siswa meningkat
sehingga dapat memicu perubahan kualitas
menjadi 81,48% karena siswa sudah
dalam diri siswa mampu berdiskusi baik secara berkelompok
Pada siklus III, guru sudah menerapkan strategi maupun dalam kelas. Siswa sudah terbiasa
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan belajar dengan strategi pembelajaran inkuiri
maksimal sehingga aktivitas meningkat terbimbing. Menurut Landsberg (Maasawet,
2011:17), kerja sama ialah proses beregu
menjadi 93,94%. Saat melaksanakan
di mana anggotanya saling mendukung
praktikum, guru sepenuhnya melakukan untuk mencapai hasil melalui sumbangan
bimbingan karena siswa sudah mudah diatur pemahaman dan penguatan satu sama lain
dan bertanggung jawab terhadap tugasnya. agar semuanya berpartisipasi. Hal ini lah
Guru dapat mengelola kelas secara merata yang terjadi selama siklus III berlangsung.
sehingga siswa memperoleh perhatian yang C. Peningkatan Keterampilan Proses
sama. Siswa
B. Peningkatan Aktivitas Siswa Keterampilan proses siswa mengalami
Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari peningkatan dari siklus I sebesar 55,00%,
siklus I sebesar 66,67% menjadi 75,76% menjadi 69,38% pada siklus II, dan
pada siklus II dan mencapai 81,48% pada mencapai 80,63% pada siklus III. Pada
siklus III. Rendahnya aktivitas siswa pada siklus I, keterampilan proses siswa masih
siklus I menunjukkan bahwa respon siswa belum maksimal. Hanya dua kelompok yang
terhadap prasyarat guru masih rendah. masuk dalam kategori “baik”, dua lainnya
Motivasi belajar siswa masih kurang, terlihat masih tergolong “cukup”. dan masih ada
dari ketidaksiapan siswa terhadap pelajaran. satu kelompok yang tergolong “kurang”.
Keaktifan siswa dalam presentasi, diskusi, Pada siklus ini, siswa kurang jelas menerima
dan membuat kesimpulan masih rendah dan informasi dari guru akibat rendahnya inisiatif
siswa yang pandai masih mendominasi. siswa untuk bertanya.
Pada siklus II, aktivitas siswa mengalami Pada siklus II, terdapat kemajuan dalam
kemajuan, terbukti dengan bertambahnya

85
Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar
Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri .... (Euis Yuniastuti) ISSN 1412-565 X

keterampilan proses siswa, di mana sudah melalui strategi inkuiri terbimbing agar
tiga kelompok tergolong “baik” dan dua permasalahan bahaya pencemaran tanah
kelompok tergolong “cukup”, serta tidak lebih dekat pada siswa.
ada kelompok yang tergolong “kurang”.
Berdasarkan pengamatan, pada siklus II satu Pada siklus III, rata – rata motivasi belajar
kelompok masih salah membuat hipotesis, siswa sudah masuk dalam kategori “tinggi”.
disebabkan kelompok tersebut masih kurang Aspek keaktifan mencari sumber belajar lain
menyimak dan banyak bermain. menduduki persentase 100%, yang berarti
siswa bersemangat untuk belajar dari sumber
Pada siklus III, kemajuan besar terjadi
lain. Hal ini disebabkan pada akhir siklus III,
pada kelompok siswa, di mana hanya satu
kelompok yang tergolong “cukup”, dan empat guru mengajak siswa untuk studi lapangan
sisanya tergolong “baik”. Piaget (Hughes, di kawasan hutan mangrove Margo Mulyo
2012:30) menemukan bahwa perkembangan Balikpapan Barat. Sesuai dengan pendapat
kognitif sebagian besar bergantung pada Souders dan Prescott (Johnson, 2011:155),
seberapa jauh anak akan aktif berinteraksi belajar langsung adalah belajar yang membuat
dengan lingkungannya. Di dalam kelas, pelajaran melekat dengan cara mencari dan
penyajian pengetahuan dengan mendorong menggabungkan informasi secara aktif dari
siswa menemukan sendiri pengetahuan tempat kerja, masyarakat, maupun ruang
tersebut dilakukan melalui interaksi inkuiri kelas, lalu menyematkan informasi tersebut
terbimbing. dalam ingatan.
D. Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Akan tetapi, menurut catatan lapangan
Motivasi belajar siswa mengalami aspek bertanya pada guru masih harus perlu
peningkatan dari siklus I sebesar 60,74%, dimotivasi oleh guru. Sesuai dengan teori
menjadi 69,38% pada siklus II, dan law of effect dari Thorndike (Sardiman,
mencapai 80,63% pada siklus III. Pada 2011:33) yang menyatakan bahwa motivasi
siklus I, motivasi belajar siswa masih rendah akan bertambah apabila belajar disertai rasa
akan tetapi aspek mencoba berbuat lebih senang/puas.
baik pada keseluruhan siswa cukup tinggi E. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
(88,89%) yang mengindikasikan siswa ada
keinginan untuk berusaha meningkatkan Hasil belajar siswa mengalami peningkatan
pengetahuannya. Siswa yang pandai dan ketuntasan dari siklus I hanya 45,56% menjadi
bermotivasi tinggi masih belum dapat bekerja 58,00% pada siklus II, dan mencapai 86,67%
sama dengan temannya yang lain. pada siklus III. Pada siklus I ketuntasan siswa
relatif rendah, hanya 15 orang di akhir siklus
Pada siklus II, terdapat peningkatan I yang tuntas belajarnya (meraih nilai di atas
motivasi belajar siswa, terutama dalam 65).
aspek penyelesaian tugas dan kemampuan
berdiskusi. Namun pada pertemuan ketiga, Pada siklus II, terjadi peningkatan pada
skor rata-rata motivasi belajar siswa sempat setiap pertemuan, di mana pada akhir siklus
menurun. Hal ini disebabkan siswa kesulitan terdapat 21 orang yang tuntas (70% dari total
memahami materi pencemaran tanah karena siswa). Namun dalam catatan lapangan siklus
kurang berdampak langsung pada kehidupan II, terdapat penurunan nilai dari tes formatif
sehari – hari. Menurut Ausubel (Hidayanto, 1 ke tes formatif 2 pada dua orang siswa,
2009:119), belajar bermakna dapat terjadi dan sekitar lima orang siswa mengalami
bila siswa sudah mampu menghubungkan penurunan dari tes formatif 2 ke tes akhir
antara pengetahuan baru dengan pengetahuan siklus II. Hal ini disebabkan oleh beberapa
yang dimilikinya. Guru harus terus berupaya hal antara lain karena sakit dan materi
pencemaran tanah pada siklus II cukup sulit

86
Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar
Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri .... (Euis Yuniastuti) ISSN 1412-565 X

untuk dipahami karena kurang berdampak Harus ada pihak ketiga dari keluarga yang
langsung kepada siswa. bisa menjembatani anak dan orang tuanya.
Pada siklus III, peningkatan juga dapat Guru bisa memotivasi anak tersebut untuk
ditemukan pada tiap pertemuan, di mana di selalu rajin belajar dan dapat memberi
akhir siklus ketuntasan menjadi 90,00% atau pelajaran tambahan.
hanya sekitar tiga orang siswa yang masih
belum tuntas. Berdasarkan catatan lapangan, KESIMPULAN
ketiga siswa tersebut memiliki masalah Berdasarkan analisis hasil penelitian,
tersendiri yang mempengaruhi prestasi beberapa kesimpulan utama dapat diperoleh
belajar mereka. antara lain:
Siswa pertama memiliki masalah pada 1) Penerapan strategi pembelajaran inkuiri
kondisi fisik yang lemah akibat sakit asma di dalam kelas memicu terjadinya
sehingga sulit belajar lebih keras. Solusi kenaikan keterampilan proses siswa
yang bisa ditawarkan di antaranya pemberian dalam melakukan praktikum biologi,
tambahan pelajaran di rumah siswa tersebut khususnya mengenai dampak pencemaran
dan perlunya kerja sama guru dengan orang lingkungan. Tiap siklus, persentase
tua agar perhatian dan motivasi untuk belajar keterampilan proses siswa mengalami
harus terus diberikan. kenaikan dari 55,00% (siklus I) menjadi
Siswa kedua memiliki masalah dalam 69,38% (siklus II), dan terakhir mencapai
membagi waktu antara belajar dan bekerja 80,63% (siklus III).
akibat harus membantu ekonomi keluarganya. 2)
Penerapan pembelajaran inkuiri
Masalah ini sekiranya dapat diatasi dengan terbimbing juga berdampak pada kenaikan
jalan pemberian beasiswa dan memberi motivasi belajar biologi siswa. Kenaikan
pemahaman pada orang tua agar memberi motivasi belajar tiap siklus diketahui dari
kelonggaran waktu pada anaknya untuk persentase motivasi belajar siswa mulai
belajar dari 60,74% (siklus I), menjadi 73,33%
Siswa terakhir memiliki masalah psikologis (siklus II), dan terakhir mencapai 80,00%
karena kerapkali memperoleh intimidasi (siklus III).
(bullying) dari orang tuanya, seperti paksaan 3) Hasil belajar siswa sebagai dampak
kehendak orang tua agar anaknya menjadi dari kenaikan keterampilan proses dan
juara kelas atau hukuman orang tua berupa motivasi belajar siswa juga mengalami
amarah dan pukulan saat hasil rapot yang kenaikan di tiap siklus, yakni mulai
buruk. Menurut Andrew Mell (Mulyadi, dari rata–rata persen ketuntasan sebesar
2010:122), bullying terjadi jika seseorang 63,09% (siklus I), menjadi 66,18%
merasa teraniaya dan direndahkan orang lain (siklus II), dan terakhir mencapai 86,67%
baik secara verbal, fisik, maupun mental. (siklus III).

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta
Asmani, J.M. 2009. Belajar Efektif Untuk SMP dan SMA. Yogyakarta: Diva Press
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, S dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Hidayanto, D.N. 2009. Pemikiran Pendidikan: Dari Filsafat ke Ruang Kelas. Jakarta: Penerbit LeKDiS

87
Peningkatan Keterampilan Proses, Motivasi, dan Hasil Belajar
Biologi dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri .... (Euis Yuniastuti) ISSN 1412-565 X

Hughes, A.G. dan E.G. Hughes. 2012. Learning & Teaching: Pengantar Psikologi Pembelajaran Modern.
Bandung: Penerbit Nuansa
Ibrahim, M. 2007. Pembelajaran Inkuiri. [Online]. Tersedia: http://herfis.com/2009/07/pembelajaran-inkuiri.html
[Januari, 2012]
Johnson, E.B. 2011. Contextual Teaching & Learning (CTL): Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar
Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung:: Penerbit Kaifa
Maasawet, E.T. 2011. Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Belajar Biologi Melalui Penerapan Strategi Inkuiri
Terbimbing Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri VI Kota Samarinda Tahun Pelajaran 2010/2011. Jurnal
Bioedukasi Volume 2, Nomor 1
Miarso, Y. 1984. Teknologi Komunikasi Pendidikan: Pengertian dan Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Penerbit
Rajawali
Mulyadi, H. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar. Yogyakarta: Penerbit Nuha Litera
Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rustaman, N. et. al.,. 2003. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: FPMIPA-UPI.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Penerbit PT RajaGrafindo Persada
Semiawan, C.R. 1992. Pendekatan Ketrampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta:
Penerbit Grasindo
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 1990. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Susanto, P. 2003. Keterampilan Dasar Mengajar IPA berbasis Konstruktivisme. Malang: JICA.
Usman, Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Penerbit Remaja Rosda Karya
Widyaningtyas. 2010. Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya. [Online]. Tersedia: http://educare.e-fkipunla.net/
index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=49 [Januari, 2012]

88

Anda mungkin juga menyukai