Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sastra ( Sansekerta/ Shastra ) merupakan kata serapan dari bahasa
Sansekerta, sastra, yang berarti “ teks yang mengandung instruksi” atau “
pedoman “, dari kata dasar sas yang berarti “ instruksi” atau “ ajaran “.
Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “
kasusastraa “ atau sebuah jrnis tulisan yang memilliki arti atau keindahan
tertentu.
Selain itu dalam arti kasusastraan, sastra yang bisa dibagi menjadi
sastra tertulis atau sastra lisan( sastra oral ). Di sini sastra tidak banyak
berhubungan dengan tulisan, tetapi degan bahasa yang dijadikan wahana
untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu. Biasanya,
kasusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.
Suatu hasil karya baru dapat dikatakan memiliki nilai sastra bila
didalamnya terdapat kesepadanan antara bentuk dan isinya. Bentuk
bahasanya baik dan indah, dan susunannya beserta isinya dapat
menimbulkan perasaan haru dan kagum dihati pembacanya.
Bentuk dan isi sastra harus saling mengisi, yaitu dapat menimbulkan
kesan yang mendalam di hati para pembacanya sebagai perwujudan nilai-
nilai karya seni. Apabila isi tullisan cukup baik tetapi cara pengungkapan
bahasanya buruk, karya tersebut tidak dapat disebut sebagai cipta sastra,
begitu juga sebaliknya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sastra Indonesia?
2. Apa saja jenis- jenis karya sastra Indonesia ?
3. Apa saja bentuk- bentuk karya sastra lama Indonesia?
4. Apa saja bentuk-bentuk karya sastra baru Indonesia ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis-jenis karya sastra Indonesi
2. Untuk memberikan penjelasan tentang bentuk-bentuk sastra lama
Indonesia.
3. Untuk memberikan penjelasan tentang bentuk-bentuk sastra baru
Indonesia.
D. Manfaat
1. Memberikan pemahaman tentang sastra Indonesia
2. Menambah ilmu tentang bentuk-bentuk sastra lama Indonesia dan sastra
baru Indonesia.

2
Bab II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sastra Indonesia


Sastra ( Sansekerta/ Shastra ) merupakan kata serapan dari bahasa
Sansekerta, sastra, yang berarti “ teks yang mengandung instruksi” atau “
pedoman “, dari kata dasar sas yang berarti “ instruksi” atau “ ajaran “.
Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada “
kasusastraa “ atau sebuah jenis tulisan yang memilliki arti atau keindahan
tertentu.
Selain itu dalam arti kasusastraan, sastra yang bisa dibagi menjadi
sastra tertulis atau sastra lisan ( sastra oral ). Di sini sastra tidak banyak
berhubungan dengan tulisan, tetapi degan bahasa yang dijadikan wahana
untukmengekspresikanpengalaman atau pemikiran tertentu. Biasanya,
kasusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa.

B. Jenis-Jenis Sastra Indonesia


Karya sastra Indonesia dapat dibedakan menjadi dua menurut zaman
pembuatan karya sastra tersebut. Yang pertama adalah karya sastra lama
Indonesia dan karya sastra baru Indonesia. Masing –masing karya memiliki
ciri khas tersendiri.
Menurut zaman pembuatan karya sastra, sastra Indonesia dapat
dibagi menjadi dua yaitu :
1. Karya sastra lama Indonesia
Karya sastra lama adalah karya satra yang lahir dalam masyarakat
lama, yaitu suatu masyarakat yang masih memegang adat dan istiadat
yang berlaku di daerahnya. Sastra lama Indonesia memiliki ciri – ciri :
a. Bersifat moral, pendidikan, nasihat, adat istiadat, serta ajaran –
ajaran agama.
b. Terikat oleh kebiasaan dan adat istiadat
c. Bersifat istana sentris

3
d. Bentuknya baku
e. Biasanya nama pengarangnya tidak disertakan (anonim)

Bentuk – bentuk sastra lama Indonesia :


1) Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat
luas dikenal dalam bahasa – bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa,
pantun dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda dikenal
sebagai paparikan. Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan
namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Semua jenis
pantung terdiri atas dua bagian yaitu sampiran dan isi. Sampiran
adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam
(mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya) dan
biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang
menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima / sajak.
Dua baris terakhir merupakan isi yang merupakan tujuan dari pantun
tersebut.
Dalam perkembangannya pantun dikembangkan menjadi
Karmia dan Talibun. Karmia merupakan pantung “versi pendek”
atau hanya dua baris. Sedangkan talibun adalah “versi panjang” atau
enam baris atau lebih.
Ciri – ciri pantun :
a. Bersajak aa-aa atau ab-ab.
b. Terdiri dari delapan sampai dua belas suku kata.
c. Satu pantun terdiri dari empat baris atau larik.
d. Pantun terdiri dari sampiran dan isi.
e. Setiap sampiran dan isi di baris pertama, kata pertama huruf
besar atau huruf kapital. Di baris kedua, kata pertama huruf
kecil.

4
Peran pantun :

a. Sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan alur berfikir


b. Melatih seseorang untuk berfikir tentang makna kata sebelum
berujar
c. Melatih orang untuk berfikir asosiatif

Jenis – jenis pantun :

a. Pantun kepahlawanan
b. Pantun adat
c. Pantun budi
d. Pantun agama
e. Pantun jenaka
f. Pantun teka- teki
g. Pantun kias
h. Pantun perpisahan
i. Pantun nasihat
j. Pantun percintaan
k. Pantun peribahasa

Contoh pantun agama :

Bunga kenanga di atas kubur


Pucuk sari pandan jawa
Apa guna sombong dan takabur
Rusak hati badan binasa

Contoh pantun percintaan :

Ikan sepat dimasak berlada


Kutunggu digulai anak seberang
Jika tak dapat di masa muda
Kutunggu sampai beranak seorang

5
2) Gurindam
Kata gurindam sama artinya dengan kata perhiasan atau
bunga dalam arti kiasan. Gurindam merupakan puisi tradisional
yang menerima pengaruh sastra dari Tamil (India).
Ciri- ciri :
a. Terdiri dari dua baris
b. Baris pertama berisi ungkapan
c. Beris kedua berisi akibat atau balasan dari ungkapan pada baris
pertama
d. Sajak akhir beriramaa a-a a; b-b; c-c; dst
e. Berasal dari tamil (india)
f. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas

Contoh :

Kurang pikir kurang siasat (a)


Tentu dirimu akan tersesat (a)
Jika suami tiada berhati lurus (b)
Istri pun kelak menjadi kurus (b)

3) Syair
Syair merupakan puisi tradisional indonesia yang cukup tua
pula umurnya. Syair tumbuh dan bertunas setelah masuknya
peradaban Islam ke Indonesia. Kata syair berasal dari kata syu’ur
yang berarti perasaan. Syair digunakan untuk melukiskan hal – hal
yang panjang misalnya tentang suatu cerita, ilmu, persahabatan dll.
Fungsi syair adalah untuk menyampaikan cerita dan pengajaran dan
digunakan juga dalam kegiatan yang berunsur keagamaan.

Ciri – ciri syair :

a. Tiap bait terdiri dari empat baris


b. Biasanya empat baris terdiri dari empat kata
c. Sajaknya a – a – a – a
d. Keempat baris merupakan rangkaian isi (pesan)

6
Contoh :

Adalah pada suatu hari

Bermain ke taman Raden Puteri

Diiringi sekalian anak menteri

Inang pengasuh kanan kiri

4) Hikayat
Hikayat ialah suatu cerita. Kata hikayat (dari bahasa Arab)
mempunyai arti cerita. Hikayat biasanya mengisahkan tokoh –
tokoh yang hidup di lingkungan istana atau tokoh yang ada
kaitannya dengan kehidupan istana, atau golongan bangsawan, atau
tentang orang – orang terkemuka pada suatu kurun waktu tertentu.
Biasanya di dalam hikayat dilukiskan tentang kehidupan tokoh
secara panjang lebar dalam suatu perjalanan atau kepetualangan
yang mengandung keanehan dan keajaiban yang diceritakan secara
berlebih – lebihan dan degan latar atau tempat kejadian di suatu
negeri “antah brantah” di dalam hikayat sering ditemui kisah
penggambaran seorang putera raja yang berlayar di samudera luas,
diselingi dengan pertempurang yang dahsyat dan dengan bantuan
kekuatan gaib. Di samping itu kita temui pula gambaran tentang
istana yang indah bertahtakan ratna mutu menikam, putri raja yang
cantik laksana dewi dari kayangan. Kita mengenal beberapa hikayat
seperti Hikayat Sang Boma, Hikayat Galilah Damina, Hikayat Panji
Semirang, Hikayat Hang Tuah Lima Saudara, Hikayat Si Miskin,
Hikayat Putri Johor Menikam.
Hikayat yang mulanya bersifat istana sentris ini, kemudian
setelah masuknya pengaruh Islam ke Indonesia, muncul pula
berbagai hikayat yang berhubungan dengan peristiwa – peristiwa
sejarah atau tokoh – tokoh keagamaan yang termasyur dan gagah
perkasa, antara lain adalah Hikayat Amir Hamzah, Hikayat

7
Mohammad Ali Hanafi, Hikayat Raja Bandar, Hikayat Sultan
Iskandar Zulkarnain, Hikayat Raja Pasai.

5) Dongeng
Dongeng merupakan salah satu cerita rakyat yang cukup
beragam cakupannya. Misalnya, dongeng Kancil Mencuri Ketimun,
Kancil dengan Buaya, Asal-Usul Terjadinya Gunung
Tangkubanperahu, Ciung Wanara, Bawang Merah dan Bawang
Putih, Timun Emas, dan sebagainya. Istilah dongeng dapat dipahami
sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak hal
sering tidak masuk akal. Dari sudut pandang ini dongeng dapat
dipandang sebagai cerita fantasi.
Pada umumnya dongeng tidak terikat oleh waktu dan tempat,
dapat terjadi dimana saja dan pada waktu kapan saja. Kekurangan
latar tesebut terlihat pada awal dongeng yang sering menggunakan
kata-kata pembuka seperti “Pada zaman dahulu kala”, “Nun pada
waktu itu”, “Syahdan pada zaman dahulu”, dan lain-lain. Demikian
pula dengan penunjuk latar tempat yang hanya sering disebut “di
negeri antah berantah”, “di negeri dongeng”, dan lain-lain.
Dilihat dari segi penokohan, tokoh dongeng pada umumnya
terbelah menjadi dua macam, yaitu: tokoh dengan karakter baik dan
buruk, yang tak lain maksud dari itu untuk memberikan pesan moral.
Kemunculan dongeng yang sebagai bagian dari cerita rakyat selain
berfungsi sebagai hiburan, juga sebagai sarana untuk mewariskan
nilai-nilai yang diyakini masyarakat pada waktu itu. Dongeng
merupakan suatu bentuk cerita rakyat yang bersifat universal yang
dapat ditemukan dimasyarakat dunia.
Dongeng klasik dan modern. Dongeng klasik termasuk
kedalam sastra tradisional sedangkan dongeng modern termasuk
kedalam sastra rekaan. Dongeng klasik merupakan dongeng yang
telah muncul sejak zaman dahulu yang mewaris secara turun-
temurun melalui lisan. Sedangkan dongeng modern merupakan

8
cerita dongeng yang sengaja ditulis agar dapat dibaca orang lain.
Misalnya, cerita Harry Potter (J.K Rowling), Lord of the Rings
(J.R.R Tolkien), Goosebumps (R.L Stine). Contoh umtuk karya
sastra Indonesia misalnya Hilangnya Ayam Bertelur Emas
(Djokolelono), Putri Berwajah Buruk (Poppy Donggo Hutagalung).

2. Karya sastra baru indonesia


Karya sastra baru Indonesia sangat berbeda dengan sastra lama.
Karya sastra ini sudah tidak dipengaruhi adat kebiasaan masyarakat
sekitarnya. Tetapi karya sastra baru Indonesia ini banyak yang sudah
dipengaruhi oleh sastra dari Barat dan Eropa. Ciri – ciri sastra baru
Indonesia :
a. Ceritanya berkisar kehidupan masyarakat
b. Bersifat dinamis ( mengikuti perkembangan zaman)
c. Menceritakan kepribadian pengarangnya
d. Selalu diberi nama sang pembuat karya sastra

Jenis - jenis sastra baru :

1) Puisi
Puisi adalah seni tertulis dimana bahasa digunakan untuk
kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti
semantiknya.Menurut Dresden, puisi adalah sebuah dunia dalam
kata. Isi yang terkandung dalam puisi termasuk cerminan
pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair yang membentuk
sebuah dunia bernama puisi.
Menurut Suyuti, puisi adalah pengucapan bahasa yang
memperhitungkan adanya aspek-aspek bunyi di dalamnya, yang
mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual
penyair yang diambil dari kehidupan individu dan soasialnya dengan
teknik tertentu, yang dapat membangkitkan selera pembacanya.
Unsur- unsur puisi menurut Dick Hartoko adalah puisi terdiri
dari dua unsur, yaitu tematik atau semnatik dan unsur sintaksis puisi.

9
Unsur tematik atau unsur semantic puisi menuju unsur batin
yaitu makna yag ada didalam puisi yang tidak secara langsung dapat
diamati, yang terdiri dari :
a. Tema
b. Perasaan
c. Nada dan suasana
d. Amanat dan pesan

Struktur fisik adalah struktur yang bisa diamati melalui bahasa yang
tampak. Terdiri dari :

a. Diksi
b. Kata konkret
c. Versifikasi
d. Pengimajinasian
e. Bahasa figurative atau majas
f. Tata wajah
Di dalam baris – baris sebuah puisi dapat berbentuk apa saja
( melingkar, zig-zag, dll). Hal tersebut merupakan salah satu cara
penulis untuk menunjukan pemikirannya. Biasanya puisi juga hanya
berisi satu suka kata yang hanya ditulis berulang- ulang.Penulis
selalu menciptakan “kenehan’ untuk menciptakan sebuah puisi. Ada
beberapa perbedaan antara puisi lama dengan puisi baru :
a. Puisi lama
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan – aturan. Antara
lain:
a) Jumlah kata dalam satu baris
b) Jumlah baris dalam satu bait
c) Persajakan atau rima
d) Banyak suku kata tiap baris
e) Irama

10
Jenis jenis puisi lama :

a) Mantra
Mantra merupakan bentuk puisi tradisional yang tertua.
Mantra ini tumbuh dan berkembang secara lisan dari mulut
ke mulut. Mantra merupakan ucapan sakti yang diucapkan
oleh dukun atau pawang. Bahasa mantra tidak mudah
dipahami bahkan mungkin tidak mempunyai arti atau paling
tidak, tidak mempunyai arti dalam ukuran pemakaian bahasa
sebagai alat komunikasi. Mantra diterima secara pasif oleh
orang lain tanpa diiringi oleh keinginan atau keharusan
memahami artinya, yang penting adalah khusuk dalam
pengucapan dan kemanjurannya.
Ciri – ciri mantra :
 Mementingkan irama dan repetisi.
Irama dan repetisi merupakan alat mencapai emosional
dan efek magis.
 Hampir tidak dipersoalkan tentang kehidupan atau nilai –
nilai karena ia memang berada dalam suatu lingkup dunia
gaib atau dunia misteri.
Contoh :
Assalamualaikum putri satulung besar
Yang beralunbrilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutku
Aku membawa sadap gading
Aku membasuh mukamu
b) Gurindam
Kata gurindam sama artinya dengan kata perhiasan
atau bunga dalam arti kiasan. Gurindam merupakan puisi
tradisional yang menerima pengaruh sastra dari Tamil
(India).

11
Ciri- ciri :

 Terdiri dari dua baris


 Baris pertama berisi ungkapan
 Baris kedua berisi akibat atau balasan dari ungkapan pada
baris pertama
 Sajak akhir beriramaa a-a a; b-b; c-c; dst
 Berasal dari tamil (india)
 Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Jika suami tiada berhati lurus (b)
Istri pun kelak menjadi kurus (b)
c) Pantun
Selain mantra, pantun merupakan bentuk puisi
tradisional yang paling tua. Menurut Van Ophuysen pantun
tercipta atau lahir karena keinginan untuk mengiaskan
sesuatu dengan menggunakan benda – benda alam. Hal ini
sama dengan ende – ende dalam bahasa Batak; merupakan
suatu bentuk penggunaan benda – benda alam sebagai
lambang untuk menyampaikan suatu maksud tertentu.
Dalam hal ini ende – ende yang digunakan adalah daun –
daun tertentu untuk melambangkan suatu maksud atau yang
mewakili suatu pernyataan. Misalnya, jika yang dikirimkan
daun – daun seperti sitarak, hadungdung, sitata, podom –
podom dan pahu, maka yang dikirim tahu maksudnya. Bunyi
– bunyi suku kata yang terdapat pada kata itu dirangkai
sehingga membentuk suatu ujaran tertentu yang
mengandung pengertian. Arti rangkaian itu adalah semenjak
kita bercerai tiada saya dapat tidur sebelum menangi.
Diantara puisi indonesia, pantunlah yang merupakan
milik Indonesia sejati, di dalam pantun terdapat 4 baris, dua

12
baris pertama merupakan suatu pengantar atau aba – aba dan
dua baris berikutnya yang berupa isi atau maksud pokok.
d) Seloka
Suatu bentuk puisi tradisional yang ada hubungannya
dengan pantun tua yaitu seloka. Seloka merupakan pantung
berantai atau pantun berkait. Baris kedua pada bait pertama
menjadi baris pertama pada bait kedua; baris keempat pada
bait pertama menjadi baris ketiga pada bait yang kedua.
Yang membedakan antara pantun dan seloka adalah hanya
terletak pada rangkaian bait – bait tersebut. Bila dilihat dari
bentuk tunggalnya maka pantun dan seloka tidak terdapat
perbedaannya. Disamping itu, seloka tercipta sebagai suatu
bentuk dialog antara dua orang, biasanya antara pemuda
dengan pemudi yang sedang dimabuk asmara.

Contoh :

Bunga mawar cempaka biru

Bunga rampai di dalam puan

Tujuh malam semalam rindu

Belum sampai padamu tuan

Bunga rumpai didalam puan

Ruku ruku dari peringgit

Belum sampai padamu tuan

Rindu saya bukan sedikit

Ruku – ruku dari peringgit

Teras jati bertalam – talam

Rindu saya bukan sedikit

Nyaris mati semalam – malam

13
Teras jati bertalam – talam

Kapal berlabuh di lautan sisi

Nyaris mati semalam – malam

Bantal dipeluk saya tangisi

e) Talibun
Talibun adalah jenis pantun yang terdiri dari lebih
dari empat baris, yaitu enam baris, delapan baris, atau
sepuluh baris.

Contoh :

Baju tas destar kesumba


Seluar gunting petani
Jahitan nyonya kampung Erak
Di hilir kampung pasar Malaka
Batang emas dahan suasana
Buahnya intan dengan pudi
Bunga diisap burung borak
Pipit hendak hinggap dirangtingnya
Adakah boleh oleh yang punya?
b. Puisi baru
Memiliki bentuk yang lebih bebas daripada puisi lama.
Tidak terikat pada aturan aturan yang ketat. Meskipun demikian,
hakikat puisi tetap dipertahankan seperti rima, irama, dan
pilihan kata.
Hakikat puisi ada tiga hal, yaitu:
a) Sifat seni atau fungsi estetika
Sebuah puisi haruslah indah. Unsur-unsur keindahan dalam
puisi, misalnya: rima, irama, pilihan kata yang tepat, dan
gaya bahasanya.

14
b) Kepadatan
Puisi sangat padat makna dan pesan. Artinya, penulis hanya
mengemukakan inti masalahnya. Jadi, kata-kata perlu
dipilih supaya mampu mengungkapkan gagasan
sebenarnya.
c) Ekspresi tidak langsung
Puisi banyak menggunakan kata kiasan. Bahasa kias adalah
ucapan yang tidak langsung. Jadi dia harus berpikir untuk
memilih kata yang tepat untuk mengungkapkan
perasaannya.

Hakikat puisi tetap dipertahankan seperti rima, irama,


pilihan kata , dan citraan.
a) Rima
Rima adalah persamaan atau pengulangan bunyi. Bunyi
yang sama itu tidak terbatas pada akhir baris, tetapi juga
untuk keseluruhan baris, bahkan juga bait. Persamaan bunyi
yang dimaksudkan disini adalah persamaan (pengulangan)
bunyi yang memberikan kesan merdu, indah, dan dapat
mendorong suasana yang dikehendaki oleh penyair dalam
puisi.
Rima bisa berupa:
 Pengulangan bunyi-bunyi konsonan dari kata-kata
berurutan (aliterasi).
 Persamaan bunyi vokal dalam deretan kata (asonasi).
 Persamaan bunyi yang terdapat setiap akhir baris.

b) Irama
Irama sama dengan ritme. Irama diartikan sebagai alunan
yang terjadi karena pengulangan dan pergantian kesatuan
bunyi dalam arus panjang pendek bunyi.

15
Jadi, irama dikatakan memiliki:
 Pengulangan.
 Pergantian bunyi dalam arus panjang pendek.
 Memiliki keteraturan.
Contoh:
Piring putih piring bersabun
Disabun anak orang Cina
Memetik bunga dalam kebun
Setangkai saja yang menggila
c) Diksi
Diksi adalah pemilihan kata untuk menyampaikan
gagasan secara tepat. sehingga dapat membedakan
secara tepat nuansa makna (perbedaan makna yang
halus) gagasan yang ingin disampaikan.Agar
menghasilkan rangkaian bunyi yang merdu,
menimbulkan makna estetis, dan memberikan kesan
yang mendalam.

d) Citraan
Citraan adalah gambaran angan atau perasaan yang
muncul dibenak pembaca puisi. Wujudnya yaitu
sesuatu yang dapat dilihat, dicium, diraba, dikecap, dan
didengar oleh panca indera, tetapi hanya dalam angan-
angan tidak secara nyata.
Makna Konotasi dan Denotasi
 Makna Denotatif adalah makna yang tertulis dalam
kamus.
Misalnya : Kursi bermakna tempat duduk berkaki dan
bersandaran.
 Makna Konotatif adalah makna yang didasarkan atas
pemikiran dan perasaan yang dirtimbulkan oleh
pembaca ataupun pendengar. Misalnya : Kata

16
“hujan”, dalam KBBI bermakna titik titik air yang
berjatuhan dari udara lewat proses pendinginanKata
“hujan”, juga bisa berarti rahmat bagi para petani

e) Memparafrasekan sebagai sarana memahami nilai


Memparafrasekan adalah mengubah teks puisi menjadi
sebuah prosa atau mengembalikan teks puisi kedalam
bentuk tuturan yang lengkap. Secara mudah, parafrase
dapat dilakukan dengan menceritakan kembali isi puisi
dengan menggunakan kata-kata sendiri secara bebas.
2) Sajak
Sajak ialah persamaan bunyi. Persamaan yang terdapat pada
kalimat atau perkataan, di awal, di tengah, dan di akhir perkataan.
Persamaan itu ada yang tepat benar-benar dan ada pula yang kurang
sempurna. Walaupun sajak bukan menjadi syarat khusus bagi
sesuatu puisi lama, tetapi pengaruhnya sangat mengikat kepada
bentuk dan pilihan kata dalam puisi itu.
Jenis-jenis sajak :
a. Sajak awal ialah persamaan bunyi yang terdapat pada awal
kalimat
Contoh :
Kalau karena bulan
Tidaklah bintang meninggi hari
Kalau tidak karena Tuan
Tidaklah saya sampai kemari
b. Sajak tengah ialah persamaan di tengah kalimat
Contoh :
Guruh petus penuba limbat
Ikan luba berenang-renang
Tujuh ratus jadikan ubat
Badan berjumpa maka senang

17
c. Sajak akhir ialah sajak yang terdapat pada akhir kalimat. Sajak
ini terdapat hampir pada segala puisi lama, juga puisi baru.
Contoh :
Berdiri aku di tepi pantai
Memandang lepas ke tengah laut
Ombak pulang pecah berderai
Keribaan pasir rindu berpaut
d. Asonansi ialah persamaan bunyi huruf hidup (vocal) yang
terdapat dalam perkataan atau kalimat
Contoh :
Kini kami bertikai pangkai
Diantara dua mana mutiara
Jauhari ahli lalai menilai
Lengah langsung melewat abad
e. Sajak sempurna adalah dalam memilih perkataan untuk
mencapai persamaan bunyi, tiadalah selalu bunyi itu jatuh
dengan sempurna pada suara yang sama, ada yang mirip dan ada
yang benar-benar tepat. Sajak yang tepat itu disebut sajak
sempurna
Contoh :
Gabak hari awan pun mendung
Pandan terkulai menderita
Sajak mati ayah kandung
Makan berhurai air mata
f. Sajak tak sempurna ialah sajak yang hanya bunyi saja yang
hampir bersamaan.
Contoh :
Uncang buruk tak bertali
Kian kemari tergantung-gantung
Bujang buruk tak berbini
Kian kemari meraung-raung

18
3) Peribahasa
Ialah bentuk pengucapan yang banyak dijumpai dalam
kesusastraan lama, sebagai wakil cara berfikir bangsa kita di zaman
lama itu. Peribahasa banyak digunakan dalam kehidupan orang pada
masa dahulu. Ini dikarenakan cara cara demikianlah yang mudah
bagi mereka untuk memberi nasihat, teguran, atau sindiran yang
mudah ditangkap oleh orang yang dinasihatinya.misalnya, sekali air
bah, sekali tepian berubah.selain itu peribhasa yang digunakan masa
kini yaitu hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri,
baik lagi negeri sendiri dan dimana bumi dipijak, disitu langit
dijunjung.
4) Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan
naratif. Biasanya dalam bentuk cerita. penulis novel disebut novelis.
Kata novel berasal dari bahasa Italia, “novella” yang berarti “ sebuah
kisah, sepotong berita”.
Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih
kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan
metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya, sebuah novel bercerita
tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-
hari, dengan menitikberatkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif
tersebut.
Novel dalam bahasa indonesia dibedakan dari roman.
Sebuah roman alur ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemeran
atau tokoh cerita juga lebih banyak.

5) Cerita pendek
Cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen
cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-
karya fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian

19
modern) dan novel. Karena singkatnya, cerita-cerita pendek yang
sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh, plot, tema,
bahasa, dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang
lebih panjang. Ceritanya bisa dalam berbagai jenis. Cerpen biasanya
berasal dari anekdot, sebuah situasi yang digambarkan singkat yang
dengan cepat tiba pada tujuannya, dengan paralel pada tradisi
penceritaan lisan. Dengan munculnya novel yang realistis, cerita
pendek berkembang sebagai sebuah miniatur novel.
6) Drama
Drama adalah bentuk karya sastra yang dilukiskan dengan
menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan
menggunakan dialog atau monolog.Drama bertujuan untuk
menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan
emosi melalui lakuan dan dialog. Drama merupakan penciptaan
kembali kehidupan nyata atau menurut istilah Aristoteles adalah
peniruan gerak yang memanfaatkan unsurunsur aktivitas nyata.
Unsur- unsur drama :
1) Plot
2) Penokohan
3) Dialog

Jenis- jenis drama:

a. Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu


a) Drama Baru/Drama Modern
Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan memberikan
pendidikankepada masyarakat yang umumnya bertema
kehidupan manusia sehari-hari. Contoh drama baru/modern
adalah sinetron, opera, dan film.
b) Drama Lama/Drama Klasik
Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya
menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau
kerajaan, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan

20
sebagainya. Contoh drama tradisional/klasik, seperti lenong
(pertunjukan sandiwara dengan gambang kromong dari
Jakarta), topeng Betawi, dagelan/ketoprak (sandiwara
tradisional Jawa dengan iringan musik gamelan, diringi
tarian dan tembang), wayang yang dimainkan seorang
dalang, dan randai (tarian yang dibawakan oleh sekelompok
orang yang berkeliling membentuk lingkaran dan
menarikannya sambil bernyanyi dan bertepuk tangan).
b. Drama menurut kandungan isi ceritanya, yaitu
a) Drama Komedi Drama komedi adalah drama yang lucu dan
menggelitik penuh keceriaan.
b) Drama Tragedi Drama tragedi adalah drama yang ceritanya
sedih penuh kemalangan.
c) Drama Tragedi Komedi Drama tragedi-komedi adalah drama
yang ada sedih dan ada lucunya.
d) Opera Opera adalah drama yang mengandung musik dan
nyanyian.
e) Lelucon/Dagelan Lelucon adalah drama yang lakonnya
selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa
penonton.
f) Operet / Operette Operet adalah opera yang ceritanya lebih
pendek.
g) Pantomim Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam
bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.
h) Tablo Tablo adalah drama yang mirip pantomim yang
dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah
pelakunya.
i) Passie Passie adalah drama yang mengandung unsur
agama/relijius.
j) Wayang Wayang adalah drama yang pemain dramanya
adalah boneka wayang

21
7) Kata Mutiara
Kata mutiara ialah kata yang diungkapkan dari hasil pemikiran
seseorang yang dibahasakan dengan halus dan lembut menjadikan
sebuah kata terindah. Memaknai dan mengilhami sebuah mutiara yang
indah dan bernilai tinggi.
8) Majas atau Gaya Bahasa
Majas adalah gaya bahasa dalam bentuk tulisan maupun lisan
yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili
perasaan dan pikiran dari pengarang. Majas dibagi menjadi beberapa
macam, yakni majas perbandingan, majas sindiran, majas penegasan,
dan majas pertentangan.
a. Majas Perbandingan, terdiri dari :
a) Alegori
Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggmbaran.
Contoh :Iman adalah kemudi dalam mengarungi zaman
b) Alusio
Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah
dikenal. Contoh : Apakah peristiwa Madiun akan terjadi lagi di
sini ?
c) Simile
Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan
dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan,
dll. Contoh : Pikirannya kusut baga benang dilanda ayam.
d) Metafora
Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan
menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. Contoh : Aku
adalah angin yang kembara.

22
e) Antropomorfisme
Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang
berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
Contoh : Setelah sampai dikaki gunung ia duduk di mulut sungai.
f) Sinestesia, metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan
suatu indera untuk dikenakan pada indera lain. Contoh: Betapa
sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan.
g) Antonomasia
Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai
nama jenis. Contoh: “...jangan seperti anak kemarin sore, kolonel.
Kalau mereka menginginkan kematianku, baiklah. Mungkin ini
jalan terbaik, Jenderal.”
h) Aptronim
Pemberian nama ang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
Contoh:Karena sehari-hari ia bekerja kusir gerobak, ia dipanggil
Karto Gerobak.
i) Metonimia
Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang
menjadi merek, ciri khas, atau atribut. Contoh: Aku selalu minum
Aqua
j) Hipokorisme
Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk
menunjukan hubungan karib. Contoh:Lama otak hanya
memandangi ikan bunga biji yang membuat otak kian terkesima.
k) Litotes
Ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan merendahkan
diri. Contoh: Apa yang kami berikan ini memang tak berarti
buatmu.
l) Hiperbola
Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan, sehingga
kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Contoh: Pemikiran-
pemikirannya tersebar ke seluruh dunia.

23
m) Personifikasi
Pengungkapan dengan menyampaikan benda mati atau tidak
bernyawa sebagai manusia. Contoh: Bunga ros menjaga dirinya
dengan duri.
n) Depersonifikasi
Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau
tidak bernyawa. Contoh:Kalau engkau jadi bunga, aku jadi
tangkainya.
o) Pars pro toto
Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukan
keseluruhan objek. Contoh: Sejak kemarin dia tidak kelihatan
batang hidungnya. (batang hidungnya mewakili seluruh tubuh).
p) Totum pro parte
Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud adalah
sebagian. Contoh: Indonesia bertanding Volly melawan Thailand.
(meyebutkan seakan-akan seluruh bangsa Indonesia bermain
padahal 6 orang yang bermain).
q) Eufimisme
Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar
dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh: Maaf bapak ini pendengarannya sudah berkurang. (orang
tersebut tuli).
r) Disfemisme
Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas
sebaimana adanya. Contoh:Jika aku bunga, engkau kumbangnya.
s) Fabel
Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat
berpikir dan bertutur kata. Contoh: Kancil dan Buaya.
t) Parabel
Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan
dalam cerita. Contoh: Cerita Adam dan Hawa.

24
u) Perifrase
Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih
pendek. Contoh: Ke mana pun ia pergi, besi tua bermerek,
Yamaha produksi tahun 1970 selalu menemaninya.
v) Eponim
Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. Contoh:
Gelora Bung Karno, Gunung Sukarnapura, Rezim Suharto.
w) Simbolik
Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang
untuk menyatakan maksud.Contoh: Katakanlah Cinta dengan
Bunga.
b. Majas Sindiran
a) Ironi
Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan
menyatakan kebalikan dari fakta tersebut. Contoh: Kota Bandung
sangatlah indah dengan sampah-sampahnya.
b) Sarkasme
Sindiran langsung dan kasar. Contoh: Mampus kamu, manusia
tidak tau diri!
c) Sinisme
Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa
kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Contoh:
Tak usah ku perdengarkan suaramu yang merdu dan memecahkan
telinga itu.
d) Satire
Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk
mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. Contoh:
Jemu aku dengan bicaramu
Kemakmuran, keadilan, kebahagiaan
Sudah sepuluh tahun engkau bicara
Aku masih tak punya celana
Budak kurus pengangkut sampah

25
e) Innuendo
Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya. Contoh:
Karena ia menyisihkan selembar dua lembar kertas kantor, ia kini
telah membuka toko alat-alat tulis.
c. Majas Penegasan, terdiri dari :
a) Apofasis
Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
Contoh: Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa
saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang negara.
b) Pleonasme
Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau
menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh: Darah merah membasahi baju dan tubuhnya.
c) Repetisi
Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu
kalimat. Contoh: Baru beberapa langkah ia berjalan tiba-tiba
suara gemuruh mengejutkan – orang berteriak Siaaap! Siaaap....
d) Pararima
Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian
kata yang berlainan. Contoh: Mondar-mandir, kolang-kaling,
lekak-lekuk.
e) Aliterasi
Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan. Contoh:
Keras-keras kena air lembut juga.
f) Paralelisme
Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang
sejajar. Contoh: Jika kamu minta, aku akan datang.
g) Tautologi
Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
Contoh: Kejadian itu tidak saya inginkan dan tidak saya
harapkan.

26
h) Sigmatisme
Pengulangan bunyi “s” untuk efek tertentu. Contoh: Kutulis surat
ini kala hujan gerimis.
i) Antanaklasis
Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna
yang berlainan. Contoh: Ketika mengetahui bahwa bunga yang
diberikan kepada bunga desa itu diterima, hatinya berbunga-
bunga.
j) Klimaks
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang
sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang
kompleks/lebih penting. Contoh: Kesengsaraan membuahkan
kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.
k) Antiklimaks
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang
kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang
sederhana/kurang penting. Contoh: Ketua pengadilan negeri itu
adalah orang yang kaya, pendiam, dan tidak terkenal namanya.
l) Inversi
Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat
sebelum subjeknya. Contoh: Pergilah ia meninggalkan kami,
keheranan kami melihat perangainya.
m) Retoris
Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di
dalam pertanyaan tersebut. Contoh: Inikah yang kau namai
bekerja ?
n) Elipsis
Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam
susunan normal unsur tersebut seharusnya ada. Contoh: Risalah
derita yang menimpa ini.

27
o) Koreksio
Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru
atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang
sesungguhnya. Contoh: Silakan pulang saudara-saudara, eh maaf,
silakan makan.
p) Polisidenton
Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan
kata penghubung.
q) Asindeton
Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata
penghubung. Contoh: Dan kesesakan kesedihan, kesakitan, seribu
derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa.
r) Interupsi
Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara
unsur-unsur kalimat. Contoh: Tiba-tiba suami itu direbut oleh
perempuan lain.
s) Ekskalamasio
Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru. Contoh: Wah,
biar ku peluk, dengan tangan menggigil.
t) Enumarasio
Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian
suatu keseluruhan. Contoh: Laut tenang. Di atas permadani biru
itu tampak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan.
Angin berhembus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya.
Di sana-sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu
membentuk suatu lukisan yang harmonis. Itulah keindahan sejati.
u) Preterito
Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud
yang sebenarnya. Contoh: Sudahlah, nasi sudah menjadi bubur,
tidak perlu kita sesali apa yang telah terjadi.

28
v) Alonim
Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan. Contoh: Dulah
varian dari Abdullah.
w) Kolokasi
Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang
berdampingan dengan kalimat. Contoh: Susah memang berurusan
dengan si kepala batu (“ kepala batu” adalah asosiasi yang tetap
antara “kepala” dan “batu”).
x) Silepsis
Penggunaan satu kata yang mempunyai labih dari satu makna dan
yang berfungsi dalam lebih dri satu konstruksi sintaksis. Contoh:
Ia telah kehilangan topi dan semangatnya.
y) Zeugma
Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak
gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga
menjadi kalimat yang rancu.
Contoh: Ia menundukan kepala dan badannya untuk memberi
hormat kepada kami.
d. Majas Pertentangan, terdiri dari:
a) Paradoks
Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah
bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar. Contoh: Dia
besar tetapi nyalinya kecil.
b) Oksimoron
Paradoks dalam satu frase. Contoh: Keramah-tamahan yang
bengis.
c) Antitesis
Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan
arti satu dengan yang lain. Contoh:Kaya miskin, tua muda, besar
kecil, semuanya mempunyai kewajiban terhadap keamanan
bangsa.

29
d) Kontradiksi interminus
Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada
bagian sebelumnya. Contoh: Yang belum melunasi uang sekolah
tidak boleh mengikuti ulangan umum, kecuali Bisma.
e) Anakronisme
Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian antara peristiwa
dengan waktunya. Contoh: Dalam tulisan Cesar, Shakespeare
menuliskan jam brerbunyi tiga kali.

30
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran tentang bentuk-bentuk sastra Indonesia dan jenis-jenis
sastra Indonesia sangatlah penting untuk dipelajari. Bentuk-bentuk sastra
lama Indonesia terdiri dari pantun, gurindam, syair, hikayat, dongeng.
Sedangkan bentuk-bentuk sastra lama Indonesia terdiri dari puisi, sajak,
peribahasa, cerpen, novel, drama, kata mutiara, majas. Dalam mempelajari
sastra Indonesia itu terdapat beberapa aspek humaniora yang dapat
mengasah kepekaan sosial, ketajaman watak, serta menghargai karya-karya
orang lain. Hal itu dikarenakan belajar sastra Indonesia dapat membantu
seseorang lebih memahami kehidupan dan menghargai nilai-nilai
kemanusiaan.
Sastra merupakan hasil rasa yang mengasilkan keindahan. Begitu
juga sastra Indonesia yang akan selalu berkembang dan dinamis dengan
perkembangan masyarakat supaya tetap bisa diterima dan sesuai dengan
perkembangan budaya.
B. Saran
Pembelajaran mengenai sastra Indonesia kurang dirasa penting dan
dikesampingkan. Padahal apabila kita mempelajari bentuk-bentuk sastra
Indonesia dan jenis-jenis sastra Indonesia maka kita akan menyadari bahwa
sastra Indonesia itu sangat beragam. Oleh karena itu, kita seharusnya
melestarikan sastra-satra yang ada di Indonesia supaya tetap terjaga.

31
32

Anda mungkin juga menyukai