LP Aiha
LP Aiha
A. PENGERTIAN
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells
(hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2010).
Penyakit auto imun terjadi bila respons imun terjadi terhadap anti gen sel
atau jaringan tubuhnya sendiri (self). Anti bodi yang terbentuk di sebut auto
anti bodi. Pada penyakit anemia hemolitik auto imun (Autoimmune
Hemolytic Anemia=AIHA) anti bodi terhadap anti gen self pada eritrosit
yang merupakan auto anti bodi akan menyebabkan kerusakan eritrosit
tersebut sehingga terjadi anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis.
Anemia hemolitik adalah anemia yang di sebabkan oleh proses hemolisis,
yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya
(normal umur eritrosit 100-120 hari). Kerusakan abnormal sel-sel darah
merah (sel darah merah), baik di dalam pembuluh darah (hemolisis
intravaskular) atau di tempat lain dalam tubuh (extravascular).
Anemia hemolitik merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah (HB)
berada di bawah nilai normal akibat kerusakan (dekstruksi) pada eritrosit
yang lebih cepat dari pada kemampuan sumsum tulang mengantinya
kembali. Jika terjadi hemolisis (pecahnya sel darah merah) ringan/sedang
dan sumsum tulang masih bisa mengompensasinya, anemia tidak akan
terjadi, keadaan ini disebut anemia terkompensasi. Namun jika terjadi
kerusakan berat dan sumsum tulang tidak mampu menganti keadaan inilah
yang disebut anemia hemolitik.
Hemolisis adalah kerusakan sel darah merah pada sirkulasi sebelum 120
hari (umur eritrosit normal). Hemolisis mungkin asymptomatic, tapi bila
‘eritropoesis’ tidak dapat mengimbangi kecepatan rusaknya sel darah
merah dapat terjadi anemia. (Gurpreet, 2004)
Autoimmune hemolytic anemia (AIHA) adalah suatu kondisi dimana
imunoglobulin atau komponen dari sistem komplemen terikat pada antigen
permukaan sel darah merah dan menyebabkan pengrusakan sel darah
merah melalui Sistem Retikulo Endotelial (SRE). Antibodi yang khas pada
AIHA antara lain IgG, IgM atau IgA dan bekerja pada suhu yang berbeda-
beda. (Lanfredini, 2007)
B. KLASIFIKASI ANEMIA
1. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena terjadinya
penghancuran darah sehingga umur dari eritrosit pendek ( umur eritrosit
normalnya 100 sampai 120 hari).
Berdasarkan penyebab hemolisenya dapat dibagi lagi menjadi:
Kongenital : faktor dari eritrosit sendiri, gangguan enzim dari tubuh,
hemagloblastoma
Didapat : bahan kimia, obat, sitostatika, infeksi, idiopatik
C. ETIOLOGI
Faktor Intrinsik : Yaitu kelainan yang terjadi pada metabolisme dalam eritrosit
Kelainan karena faktor ini dibagi menjadi tiga macam yaitu:
1. Gangguan struktur dinding eritrosit
Sferositosis
Penyebab hemolisis pada penyakit ini diduga disebabkan oleh
kelainan membran eritrosit. Kadang-kadang penyakit ini berlangsung ringan
sehingga sukar dikenal. Pada anak gejala anemianya lebih menyolok
daripada dengan ikterusnya, sedangkan pada orang dewasa sebaliknya.
Suatu infeksi yang ringan saja sudah dapat menimbulkan krisis aplastik
Kelainan radiologis tulang dapat ditemukan pada anak yang telah lama
menderita kelainan ini. Pada 40-80% penderita sferositosis ditemukan
kolelitiasis.
Ovalositosis (eliptositosis)
Pada penyakit ini 50-90% dari eritrositnya berbentuk oval (lonjong).
Dalam keadaan normal bentuk eritrosit ini ditemukan kira-kira 15-20% saja.
Penyakit ini diturunkan secara dominan menurut hukum mendel. Hemolisis
biasanya tidak seberat sferositosis. Kadang-kadang ditemukan kelainan
radiologis tulang. Splenektomi biasanya dapat mengurangi proses hemolisis
dari penyakit ini.
A-beta lipropoteinemia
Pada penyakit ini terdapat kelainan bentuk eritrosit yang
menyebabkan umur eritrosit tersebut menjadi pendek. Diduga kelainan
bentuk eritrosit tersebut disebabkan oleh kelainan komposisi lemak pada
dinding sel.
2. Gangguan pembentukan nukleotida
Kelainan ini dapat menyebabkan dinding eritrosit mudah pecah,
misalnya pada panmielopatia tipe fanconi. Anemia hemolitik oleh karena
kekurangan enzim sbb:
- Definisi glucose-6- phosphate-Dehydrogenase (G-6PD)
- Defisiensi Glutation reduktase
- Defisiensi Glutation
- Defisiensi Piruvatkinase
- Defisiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI)
- Defisiensi difosfogliserat mutase
- Defisiensi Heksokinase
- Defisiensi gliseraldehid-3-fosfat dehydrogenase
3. Hemoglobinopatia
Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari
hemoglobinnya (95%), kemudian pada perkembangan selanjutnya
konsentrasi HbF akan menurun, sehingga pada umur satu tahun telah
mencapai keadaan yang normal . Sebenarnya terdapat 2 golongan besar
gangguan pembentukan hemoglobin ini, yaitu:
- Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin abnormal).
Misal HbS, HbE dan lain-lain
- Gangguan jumblah (salah satu atau beberapa) rantai globin. Misal talasemia
Faktor Ekstrinsik : Yaitu kelainan yang terjadi karena hal-hal diluar eritrosit.
- Akibat reaksi non imunitas : karena bahan kimia / obat
- Akibat reaksi imunitas : karena eritrosit yang dibunuh oleh antibodi yang
dibentuk oleh tubuh sendiri.
- Infeksi, plasmodium, boriella
D. PATOFISIOLOGI
Kekurangan nutrisi Perdarahan hemolisis
Anemia (Hb)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Gambaran penghancuran eritrosit yang meningkat:
G. PENATALAKSANAAN
Penderita dengan anemia hemolitik autoimun IgG atau IgM ringan
kadang tidak memerlukan pengobatan spesifik, tetapi kondisi lain di mana
terdapat ancaman jiwa akibat hemolitik yang berat memerlukan pengobatan
yang intensif.
Tujuan pengobatan adalah mengembalikan nilai-nilai hematologis
normal, mengurangi proses hemolitik dan menghilangkan gejala dengan efek
samping minimal.
Penatalaksanaan yang dapat diberikan :
1. Kortikosteroid
Penderita dengan anemia hemolitik autoimun karena IgG mempunyai
respon yang baik terhadap pemberian steroid dengan dosis 2-
10mg/kgBB/hari. Bila proses hemolitik menurun dengan disertai peningkatan
kadar Hb (monitor kadar Hb dan retikulosit), maka dosis kortikosteroid
diturunkan secara bertahap. Pemberian kortikosteroid jangak panjang perlu
mendapat pengawasan terhadap efek samping, dengan monitor kadar
elektrolit, peningkatan nafsu makan, kenaikan berat badan, gangguan
tumbuh kembang, serta risiko terhadap infeksi.
Steroid ini mempunyai fungsi memblok magrofag dan menurunkan
sitesis antibody.Selain prednisolon dapat juga diberikan metilprednisolon
pemberian dosis disesuaikan. Pasien yang tidak berespon setelah
pemberian prednisone atau gagal mempertahankan kadar Hb dalam waktu
2-3 minggu, maka pengangkatan limfa (splenoktomi) dapat di pertimbangkan
2. Gammaglobulin intravena
Pemberian gammaglobulin intravena dengan dosis 2g/kgBB pada
penderita anemia hemolitik autoimun dapat diberikan bersama-sama dengan
kortikosteroid.
3. Tranfusi Darah
Pada umumnya, anemia hemolitik autoimun tidak membutuhkan
tranfusi darah. Tranfusi sel eritrosit diberikan pada kadar hemoglobin yang
rendah, yang disertai dengan tanda-tanda klinis gagal jantung dengan dosis
5ml/kgBB selama 3-4jam. Transfusinya sendiri dapat merangsang
pembentukan lebih banyak lagi antibody maka, darah yang ditranfusi harus
tidak mengandung antigen yang sesuai dengan penderita.Kemudian pada
keadaan gawat dapat diberikan immunoglobulin dosis tinggi. Transfusi
biasanya dilakukan apabila Hb < 7 g/dl.
4. Plasmafaresis atau Tranfusi Tukar
Plasmafaresis untuk pengobatan anemia hemolitik autoimun yang
disebabkan oleh IgG kurang efektif bila dibandingkan dengan hemolitik yang
disebabkan oleh IgM meskipun sifatnya hanya sementara
5. Splenektomi
Penderita yang tidak responsif terhadap pemberian kortikosteroid
dianjurkan untuk splenektomi. Tetapi mengingat komplikasi splenektomi
(seperti sepsis), maka tindakan ini perlu dipertimbangkan. Splenoktomi ini
bertujuan agar limfa berhenti menghancurkan sel darah merah yang
terbungkus oleh autoantibody.Pengangkatan limfa diketahui berhasil
mengendalikan pada sekitar 50% penderita.
a. Data demografi
b. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu : Kemungkinan klien pernah terpajan zat-zat
kimia atau mendapatkan pengobatan seperti anti kanker,analgetik dll.
Kemungkinan klien pernah kontak atau terpajan radiasi dengan kadar
ionisasi yang besar. Kemungkinan klien kurang mengkonsumsi makanan
yang mengandung as. Folat,Fe dan Vit12. Kemungkinan klien pernah
menderita penyakit-penyakit infeksi. Kemungkinan klien pernah mengalami
perdarahan hebat
- Riwayat kesehatan keluarga : Penyakit anemia dapat disebabkan olen
kelainan/kegagalan genetik yang berasal dari orang tua yang sama-sama
trait sel sabit
- Riwayat kesehatan sekarang : Klien terlihat keletihan dan lemah, Muka klien
pucat dan klien mengalami palpitasi, Mengeluh nyeri mulut dan lidah
c. Kebutuhan dasar
- Pola aktivitas sehari-hari : Keletihan,malaise,kelemahan, Kehilangan
produktibitas : penurunan semangat untuk bekerja
- Sirkulasi : Palpitasi,takikardia,mur mur sistolik,kulit dan membran mukosa
( konjungtiva,mulut,farink dan bibir) pucat Sklera : biru atau putih seperti
mutiara, Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer
dan vasokonstriksi (kompensasi)
- Kuku : mudah patah,berbentuk seperti sendok
- Rambut kering,mudah putus,menipis dan tumbuh uban secara prematur
d. Eliminasi : Diare dan penurunan haluaran urin
e. Integritas ego : Depresi,ansietas,takut dan mudah tersinggung
f. Makanan dan cairan : Penurunan nafsu makan, Mual dan muntah,
Penurunan BB. Distensi abdomen dan penurunan bising usus. Nyeri mulut
atau lidah dan kesulitan menelan
g. Higiene : Kurang bertenaga dan penampilan tidak rapi
h. Neurosensori : Sakit kepala,pusing,vertigo dan ketidak mampuan
berkonsentrasi, Penurunan penglihatan, Gelisah dan kelemahan
i. Nyeri atau kenyamanan : Nyeri abdomen samar dan sakit kepala
j. Pernafasan : Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas (takipnea,ortopnea,
dan dispnea)
k. Keamanan : Gangguan penglihatan,jatuh,demam dan infeksi
l. Seksualitas : Perubahan aliaran menstruasi ( menoragia/amenore), Hilang
libido, Impoten
m. Pemeriksaan diagnostik : Jumlah darah lengakap (JDL) : Hb dan Ht
menurun, Jumlah eritrosit menurun, Bilirubin serum ( tak tergonjugasi) :
meningkat, Tes schilling : penurunan ekskresi Vit 12 di urin, Guaiak : mungkin
positif untuk darah pada urin dan feses
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /
absorpsi nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah
(SDM) normal.
c. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet;
perubahan proses pencernaan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leucopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
3. Intervensi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
(……………………..) (…………………)