KONSEP DASAR
1. Anatomi Fisiologi
Peritonitis
Pre Operasi
Post Operasi
Resiko Intoleransi
Nyeri kekurangan aktivitas
volume cairan
Resiko
infeksi
7. Penatalaksanaan
a. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan karena syok dan
kegagalan sirkulasi, maka cairan oral dihindari dan diberikan cairan vena untuk
mengganti elektrolit dan kehilangan protein. Biasanya selang usus dimasukkan
melalui hidung ke dalam usus untuk mengurangi tekanan dalam usus.
b. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase bedah dan perbaikan
dapat diupayakan.
c. Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis, seperti apendiktomi.
Bila perforasi tidak dicegah, intervensi pembedahan mayor adalah insisi dan drainase
terhadap abses.
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama, umur, alamat, agama, pendidikan, dll.
b. Riwayat kesehatan
c. Kaji keluhan utama
Keluhan waktu di data : Terdapat pasien muntah-muntah, demam, sakit kepala, nyeri
ulu hati, makan-minum kurang, turgor kulit jelek, keadaan umum lemah.
Riwayat kesehatan yang lalu : Pernah menderita moviting atau tidak
Riwayat kesehatan keluarga : Apakah anggota keluarga pernah menderita penyakit
seperti pasien
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tanda vital : kenaikan TD, nadi, suhu dan respirasi
b. Inspeksi
1) Kepala : Keadaan rambut, mata, muka, hidung, mulut, telinga dan leher
2) Abdomen: biasanya terjadi pembesaran limfa
3) Genetalia : Tidak ada perubahan
c. Palpasi abdomen : Teraba pembesaran limfa , perut kembung, nyeri
d. Auskultasi : peristaltic usus menurun
Perkusi abdomen : hipersonor
3. Pengkajian primer
a. Airway
Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Adakah sumbatan jalan nafas berupa secret,
lidah jatuh atau benda asing
b. Breathing
Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman, dan nilai berapa frekuensi
pernafasan klien per menitnya.
c. Circulation
Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji keseimbangan cairan
dan elektrolit klien, lebih lanjut kaji output dan intake klien.
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon terhadap nyeri atau sama
sekali tidak sadar. Tidak di anjurkan menggunakan GCS, adapun cara yang cukup
jelas dan cepat adalah :
A: Awakening
V: Respon Bicara
P: Respon Nyeri
U: Tidak Ada Nyeri
e. Exposure
Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar dapat diketahui kelaianan
yang muncul, pada abdomen akan tampak distensi sebagai akibat perubahan sirkulasi,
penumpukan cairan dan udara yang tertahan dilumen.
3) Gunakan pendekatan yang positif terhadap pasien, hadir dekat pasien untuk
memenuhi kebutuhan rasa nyamannya dengan cara: masase, perubahan posisi,
berikan perawatan yang tidak terburu-buru
5) Anjurkan pasien untuk istirahat dan menggunakan tenkik relaksai saat nyeri.
b. Dx II. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan asupan cairan yang
tidak adekuat.
1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT
normal
4) Awasi nilai laboratorium, seperti Hb/Ht, Na+ albumin dan waktu pembekuan.
1) Pantau tanda dan gejala infeksi( suhu, denyut jantung, penampilan luka).
4) Lindungi pasien terhadap kontaminasi silang dengan pemakaian set ganti balut
yang steril.
1) Tirah baring pada pasien dan bantu segala aktivitas sehari-hari, atur periode
istirahat dan aktivitas
6. Evaluasi
C. DAFTAR PUSTAKA
Andra. 2016. Peritonitis Pedih dan Sulit Diobati. www.majalah-farmacia.com.
Brunner dan Suddarth. 2011. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E. et all. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2010. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika.