Tugas Toksik II
Tugas Toksik II
NIM : 151210671
PRODI : D-IV KESEHATAN LINGKUNGAN
MATA KULIAH : TOKSIKOLOGI
DOSEN : ASEP IRFAN, SKM, M.Kes
A. Pengertian Pestisida
Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini
berasal dari pest (“hama“) yang diberi akhiran cide (“pembasmi”). Sasarannya
bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau
mikrobia yang dianggap mengganggu. Dalam bahasa sehari-hari, pestisida seringkali
disebut sebagai “racun”.
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah
sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti
cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap
merugikan.
Pestisida adalah bahan-bahan kimia yang tidak terlepas dari penggunaannya untuk
mengendalikan hama dan jasad pengganggu lainnya. Pestisida tidak saja membawa
dampak yang positif terhadap peningkatan produk pertanian, tapi juga membawa dampak
negatif terhadap lingkungan di sekitarnya, (Diana, 2000).
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan
atau menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep
Pengendalian Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk
memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan
hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang
kendali.
1
B. Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia
Pada umumnya pestisida, terutama pestisida sintesis adalah biosida yang tidak
saja bersifat racun terhadap jasad pengganggu sasaran. Tetapi juga dapat bersifat
racun terhadap manusia dan jasad bukan target termasuk tanaman, ternak dan
organisme berguna lainnya.Apabila penggunaan pestisida tanpa diimbangi dengan
perlindungan dan perawatan kesehatan, orang yang sering berhubungan dengan
pestisida, secara lambat laun akan mempengaruhi kesehatannya. Pestisida meracuni
manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat
mempersiapkan, atau sesudah melakukan penyemprotan.
Kecelakaan akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami
oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan. Mereka dapat mengalami
pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah,
mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan,
dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian. Kejadian tersebut umumnya
disebabkan kurangnya perhatian atas keselamatan kerja dan kurangnya kesadaran
bahwa pestisida adalah racun.Kadang-kadang para petani atau pekerja perkebunan,
kurang menyadari daya racun pestisida, sehingga dalam melakukan penyimpanan dan
penggunaannya tidak memperhatikan segi-segi keselamatan. Pestisida sering
ditempatkan sembarangan, dan saat menyemprot sering tidak menggunakan
pelindung, misalnya tanpa kaos tangan dari plastik, tanpa baju lengan panjang, dan
tidak mengenakan masker penutup mulut dan hidung. Juga cara penyemprotannya
sering tidak memperhatikan arah angin, sehingga cairan semprot mengenai tubuhnya.
Bahkan kadang-kadang wadah tempat pestisida digunakan sebagai tempat minum,
atau dibuang di sembarang tempat. Kecerobohan yang lain, penggunaan dosis
aplikasi sering tidak sesuai anjuran. Dosis dan konsentrasi yang dipakai kadang-
kadang ditingkatkan hingga melampaui batas yang disarankan, dengan alasan dosis
yang rendah tidak mampu lagi mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak
melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun
tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang
mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Seseorang yang menderita
keracunan kronis, ketahuan setelah selang waktu yang lama, setelah berbulan atau
bertahun. Keracunan kronis akibat pestisida saat ini paling ditakuti, karena efek racun
dapat bersifat karsiogenic (pembentukan jaringan kanker pada
2
tubuh), mutagenic (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang),
danteratogenic (kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan).
Pestisida dalam bentuk gas merupakan pestisida yang paling berbahaya bagi
pernafasan, sedangkan yang berbentuk cairan sangat berbahaya bagi kulit, karena
dapat masuk ke dalam jaringan tubuh melalui ruang pori kulit. Menurut World
Health Organization (WHO), paling tidak 20.000 orang per tahun, mati akibat
keracunan pestisida. Diperkirakan 5.000 – 10.000 orang per tahun mengalami dampak
yang sangat fatal, seperti mengalami penyakit kanker, cacat tubuh, kemandulan dan
penyakit liver. Tragedi Bhopal di India pada bulan Desember 1984 merupakan
peringatan keras untuk produksi pestisida sintesis. Saat itu, bahan kimia metil
isosianat telah bocor dari pabrik Union Carbide yang memproduksi pestisida sintesis
(Sevin). Tragedi itu menewaskan lebih dari 2.000 orang dan mengakibatkan lebih dari
50.000 orang dirawat akibat keracunan. Kejadian ini merupakan musibah terburuk
dalam sejarah produksi pestisida sintesis.
Selain keracunan langsung, dampak negatif pestisida bisa mempengaruhi
kesehatan orang awam yang bukan petani, atau orang yang sama sekali tidak
berhubungan dengan pestisida. Kemungkinan ini bisa terjadi akibat sisa racun
(residu) pestisida yang ada didalam tanaman atau bagian tanaman yang dikonsumsi
manusia sebagai bahan makanan. Konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut,
tanpa sadar telah kemasukan racun pestisida melalui hidangan makanan yang
dikonsumsi setiap hari. Apabila jenis pestisida mempunyai residu terlalu tinggi pada
tanaman, maka akan membahayakan manusia atau ternak yang mengkonsumsi
tanaman tersebut. Makin tinggi residu, makin berbahaya bagi konsumen.
Pestisida sebagai bahan beracun, termasuk bahan pencemar yang berbahaya
bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Pencemaran dapat terjadi karena pestisida
menyebar melalui angin, melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme yang
dikenainya. Residu pestisida sintesis sangat sulit terurai secara alami. Bahkan untuk
beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan tahun. Dari
beberapa hasil monitoring residu yang dilaksanakan, diketahui bahwa saat ini residu
pestisida hampir ditemukan di setiap tempat lingkungan sekitar kita. Kondisi ini
secara tidak langsung dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap organisma
bukan sasaran. Oleh karena sifatnya yang beracun serta relatif persisten di
lingkungan, maka residu yang ditinggalkan pada lingkungan menjadi masalah.
3
Residu pestisida telah diketemukan di dalam tanah, ada di air minum, air
sungai, air sumur, maupun di udara. Dan yang paling berbahaya racun pestisida
kemungkinan terdapat di dalam makanan yang kita konsumsi sehari-hari, seperti
sayuran dan buah-buahan.Aplikasi pestisida dari udara jauh memperbesar resiko
pencemaran, dengan adanya hembusan angin. Pencemaran pestisida di udara tidak
terhindarkan pada setiap aplikasi pestisida. Sebab hamparan yang disemprot sangat
luas. Sudah pasti, sebagian besar pestisida yang disemprotkan akan terbawa oleh
hembusan angin ke tempat lain yang bukan target aplikasi, dan mencemari tanah, air
dan biota bukan sasaran.
Bahan kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh atau
mempengaruhi organ tertentu yang mungkin berkaitan dengan sifat bahan kimia atau
berhubungan dengan tempat bahan kimia memasuki tubuh atau disebut juga organ
sasaran. Efek racun bahan kimia atas organ-organ tertentu dan sistem tubuh:
1.Paru-paru dan sistem pernafasan
Efek jangka panjang terutama disebabkan iritasi (menyebabkan bronkhitis atau
pneumonitis). Pada kejadian luka bakar, bahan kimia dalam paru-paru yang dapat
menyebabkan udema pulmoner (paru-paru berisi air), dan dapat berakibat fatal.
Sebagian bahan kimia dapat mensensitisasi atau menimbulkan reaksi alergik dalam
saluran nafas yang selanjutnya dapat menimbulkan bunyi sewaktu menarik nafas, dan
nafas pendek. Kondisi jangka panjang (kronis) akan terjadi penimbunan debu bahan
kimia pada jaringan paru-paru sehingga akan terjadi fibrosis atau pneumokoniosis.
2.Hati
Bahan kimia yang dapat mempengaruhi hati disebut hipotoksik. Kebanyakan
bahan kimia menggalami metabolisme dalam hati dan olehkarenanya maka banyak
bahan kimia yang berpotensi merusak sel-sel hati. Efek bahan kimia jangka pendek
terhadap hati dapat menyebabkan inflamasi sel-sel (hepatitis kimia), nekrosis
(kematian sel), dan penyakit kuning. Sedangkan efek jangka panjang berupa sirosis
hati dari kanker hati.
4
4.Sistem syaraf
Bahan kimia yang dapat menyerang syaraf disebut neurotoksin. Pemaparan
terhadap bahan kimia tertentu dapat memperlambat fungsi otak. Gejala-gejala yang
diperoleh adalah mengantuk dari hilangnyakewaspadaan yang akhirnya diikuti oleh
hilangnya kesadaran, karena bahan kimia tersebut menekan sistem syaraf pusat.
Bahan kimia yang dapat meracuni sistem enzim yang menuju ke syaraf adalah
pestisida. Akibat dari efek toksik pestisida ini dapat menimbulkan kejang otot dan
paralisis (lurnpuh). Di samping itu ada bahan kimia lain yang dapat secaraperlahan
meracuni syaraf yang tangan dan kaki serta mengakibatkan mati rasa dan kelelahan.
6.Kulit
Banyak bahan kimia bersifat iritan yang dapat menyebabkan dermatitis atau
dapat menyebabkan sensitisasi kulit dan alergi. Bahan kimia lain dapat menimbulkan
jerawat, hilangnya pigmen (vitiligo), mengakibatkan kepekaan terhadap sinar
matahari atau kanker kulit.
6
kehamilan. Perempuan yang terkena pestisida masa awal kehamilan dapat
mengakibatkan cacat pada bayi.
2.Penyimpanan
Setelah menggunakan pestisida apabila berlebih hendaknya di simpan yang
aman seperti jauh dari jangkauan anak-anak, tidak bercampur dengan bahan makanan
dan sediakan tempat khusus yang terkunci dan terhindar dari sinar matahari langsung.
3.Penatalaksanaan penyemprotan
Pada pelaksanaan penyemprotan ini banyak menyebabkan keracunan dan
penyakit lainnya oleh sebab itu petani di wajibkan memakai alat pelindung diri yang
lengkap setiap melakukan penyemprotan, tidak melawan arah angin atau tidak
melakukan penyemprotan sewaktu angin kencang, hindari kebiasaan makan-minum
serta merokok di waktu sedang menyemprot, setiap selesai menyemprot dianjurkan
untuk mandi pakai sabun dan berganti pakaian serta pemakain alat semprot yang baik
akan menghindari terjadinya penyakit.