PENDAHULUAN
Penyebab penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, namun diyakini
paparan terhadap berbagai antigen seperti agen infeksi, vaksinasi, dan obat-obatan
dapat memicu reaksi imunologi. Manifestasi klinis yang dominan pada penyakit
ini adalah palpable purpura dan petechiae, arthritis, nyeri perut, dan nefritis. Pada
kebanyakan pasien pediatric penyakit ini merupakan penyakit self-limited, namun
perdarahan intestinal yang parah atau intususepsi dapat menjadi komplikasi akut
yang berbahaya. Prognosis HSP tergantung pada seberapa parah keterlibatan
ginjal yang terjadi. Gejala pada ginjal yang ditimbulkan, dapat berupa hematuria
intermiten dan proteinuria hingga sindrom nefrotik-nefritik yang parah. 2
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : An. AT
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir/umur : 31 Agustus 2012 / 5 tahun 1 bulan
Lahir dibantu : Bidan
Berat badan lahir : 3100 gr
Partus secara : Spontan letak belakang kepala
Kebangsaan : Indonesia
Suku bangsa : Minahasa
Nama Ibu : Ny. SP
Umur Ibu : 44 tahun
Pendidikan Ibu : SMA
Pekerjaan Ibu : IRT
Status Perkawinan :I
Nama Ayah : Bpk. JP
Umur Ayah : 50 tahun
Pendidikan Ayah : SMA
Pekerjaan Ayah : Petani
Status Perkawinan :I
Alamat : Mapanget
Tanggal MRS : 06/09/2017
II. ANAMNESIS
Family Tree
2
A. Keluhan Utama : Bercak kemerahan di kedua tungkai.
Pasien datang diantar oleh keluarga dengan keluhan utama timbul bercak
kemerahan di kedua tungkai, gatal-gatal di kaki, demam, sakit kepala sejak
3 hari SMRS. Pernah ada riwayat muncul bercak merah sebelumnya
pertama kali ± 1 bulan SMRS dan bercak - bercak sempat menghilang.
Muntah sejak 1 hari SMRS dengan frekuensi 4 kali / hari, volume ¼ gelas
air kemasan. Muntah berwarna kekuningan berisi makanan dan cairan,
tidak ada darah. Pasien juga mengeluh BAK berwarna kecoklatan seperti
cola sejak 1 minggu SMRS. Demam sumer – sumer, tidak diukur dengan
termometer. Intake menurun.
B. Anamnesis antenatal
Selama hamil ibu penderita tidak kontrol kehamilan secara teratur dan hanya
sebanyak 4 kali.
Suntik Tetanus Toksoid 2 kali.
Selama hamil ibu dalam keadaan sehat.
C. Penyakit yang sudah pernah dialami
Morbili : -
Varisela : -
Pertusis : -
Diare : +
Cacing : -
Batuk/pilek : +
Lain-lain : -
3
Pertama kali duduk : 8 bulan
Pertama kali merangkak : 8 bulan
Pertama kali berdiri : 12 bulan
Pertama kali berjalan : 13 bulan
Pertama kali tertawa : 4 bulan
Pertama kali berceloteh : 7 bulan
Pertama kali memanggil mama : 12 bulan
Pertama kali memanggil papa : 12 bulan
F. Imunisasi
Dasar Ulangan
Jenis Imunisasi
I II III I II III
BCG +
Polio + + +
DTP + + + + + +
Campak +
Hepatitis B + + +
G. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang mengalami sakit seperti ini.
4
H. Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan
Pasien tinggal di rumah permanen dengan atap seng, dinding kayu,
lantai kayu. Jumlah kamar 2 buah, dihuni oleh 3 orang terdiri dari 2 orang
dewasa dan 1 orang anak. WC/Kamar mandi berada di dalam rumah.
Sumber air minum : PAM
Sumber penerangan listrik : PLN
Penanganan sampah : Dibuang di tempat pembuangan sampah
I. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit
Kesadaran : Compos Mentis. E4 M6 V5
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 112 kali/menit, regular, kuat angkat
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36.7ºC
SpO2 : 99%
Berat Badan : 16 kg
Tinggi Badan : 98 cm
Status Gizi : Kurang
Sianosis : Tidak ada
Anemia : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Kejang : Tidak ada
Kulit
Warna : Sawo matang
Efloresensi : Purpura eritematous, batas tegas, ukuran lenticular,
tersebar di keempat ekstremitas
Pigmentasi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada
Lapisan Lemak: Tipis
Turgor : Kembali cepat
5
Tonus : Eutoni
Oedema : Tidak ada
Kepala
Bentuk : Mesocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Ubun–ubun besar: Menutup
Mata
Exophthalmus/Enophthalmus : Tidak ada
Tekanan bola mata : Normal pada palpasi
Konjungtiva : Anemis -/-
Sklera : Ikterik -/-
Refleks kornea : Normal
Pupil : Bulat, isokor Ø 3mm – 3mm
Refleks cahaya +/+
Lensa : Jernih
Fundus : tidak dievaluasi
Visus : tidak dievaluasi
Gerakan : Normal ke segala arah
Mulut
Bibir : Sianosis (-)
Lidah : Beslag (-)
Gigi : Caries (-)
Selaput mulut : Mukosa basah
Gusi : Perdarahan (-)
Bau pernapasan : Foetor (-)
6
Tenggorok
Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)
Faring : Hiperemis (+)
Leher
Trakea : Letak tengah
Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Kaku kuduk : Tidak ada
Thoraks
Bentuk : Simetris
Rachitic Rosary : Tidak ada
Ruang intercostal : Normal
Precordial bulging : Tidak ada
Xiphosternum : Tidak ada
Harrison’s groove : Tidak ada
Pernapasan paradoxal : Tidak ada
Retraksi : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
Paru – Paru
Inspeksi : Simetris kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan = kiri
Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler, Ronkhi -/- ,
Wheezing -/-
Jantung
Detak jantung : 88 kali/menit
Iktus : Cordis tidak tampak
Batas kiri : Linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : Linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II-III linea parasternalis sinistra
Bunyi jantung apex : M1 > M2
Bunyi jantung aorta : A1 > A2
Bunyi jantung pulmo : P1 < P2
7
Bising : (-)
Abdomen
Bentuk : Datar, lemas
Lain – lain : bising usus (+) normal, nyeri perut (+)
Lien : tidak teraba
Hepar : tidak teraba
8
MCHC 30,0 – 40,0 g/dL 30.3 g/dL
MCV 80,0 – 100,0 fL 59.9 fL
SGOT 0-37 U/I 24
SGPT 0-42 U/I 15
Ureum 10-50 mg/dl 20
Creatinin 0.7-1.5 mg/dl 9.55
Natrium 136-156 mmol/l 133
III. RESUME
Pasien anak perempuan usia 5 tahun 1 bulan, MRS pada tanggal 06
September 2017 jam 23.30 WITA, dengan BB = 16 kg, PB = 98 cm. Pasien
datang diantar oleh keluarga dengan keluhan utama timbul bercak kemerahan di
kedua tungkai, gatal-gatal di kaki, demam, sakit kepala sejak 3 hari SMRS.
Pernah ada riwayat muncul bercak merah sebelumnya pertama kali ± 1 bulan
SMRS dan bercak - bercak sempat menghilang. Muntah sejak 1 hari SMRS
dengan frekuensi 4 kali / hari, volume ¼ gelas air kemasan. Muntah berwarna
kekuningan berisi makanan dan cairan, tidak ada darah. Pasien juga mengeluh
9
BAK berwarna kecoklatan seperti cola sejak 1 minggu SMRS. Demam sumer –
sumer, tidak diukur dengan termometer. Intake menurun.
V. PENATALAKSANAAN
- Paracetamol Syrup 3 x 1 ½ cth
- Cefixime Syrup 2 x ¾ cth
- Ranitidin 2x15 mg iv
10
- Cegah dehidrasi, cegah dan obati infeksi, perbaiki defisiensi
mikronutrien
VI. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : Bonam
- Quo ad functionam : Dubia
- Quo ad sanationam : Dubia
VII. FOLLOW UP
11
S : Demam (-), bercak kemerahan dan gatal, sakit kepala (-)
O : KU: tampak sakit Kesadaran: Compos Mentis
TD: 90/60 N: 102 kali/menit R: 22 kali/menit S: 36.30C
Kepala : conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), Pernapasan Cuping
Hidung (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Simetris kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor Kanan = kiri
Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler, Ronkhi
-/- ,
Wheezing -/-
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, purpura (+) tersebar di kedua
ektermitas bawah, palpable, gatal
12
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor Kanan = kiri
Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler, Ronkhi
-/- ,
Wheezing -/-
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, purpura (+) tersebar di kedua
ektermitas bawah, palpable, gatal
13
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, purpura (+) multiple pada
ekstremitas bawah.
14
- Metilprednisolon 2x15 mg IV
15
O : KU: tampak sakit Kesadaran: Compos Mentis
TD: 90/60 N: 102 kali/menit R: 22 kali/menit S: 36.30C
Kepala : conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), Pernapasan Cuping
Hidung (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : bising (-)
Pulmo : Inspeksi : Simetris kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor Kanan = kiri
Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler, Ronkhi
-/- ,
Wheezing -/-
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, purpura (+) multiple pada
ekstremitas bawah.
16
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor Kanan = kiri
Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler, Ronkhi
-/- ,
Wheezing -/-
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 2 detik, purpura (+) multiple pada
ekstremitas bawah.
17
BAB III
PEMBAHASAN
18
masih belum jelas. IgA adalah immunoglobulin utama yang secara langsung
melawan antigen virus dan bakteri pada sistem imun area mukosa. Kompleks IgA
dibentuk dan terdeposisi pada kulit, usus, dan glomeruli ginjal, memicu respons
inflamasi daerah lokal. Semua pasien HSP memiliki kompleks imun IgA1 yang
bersirkulasi, namun hanya pasien dengan manifestasi nefritis yang memiliki imun
kompleks bermassa molekul besar yang mengandung IgA1 dan IgG. Kompleks
tersebut diekskresikan pada urin pada sebagian pasien sehingga berpotensi
menjadi marker spesifik terhadap penyakit ini.5
Ruam di kulit menjadi penanda awal pasien dengan HSP. Keterlibatan organ lain
dapat muncul bersamaan dengan ruam, atau bermanifestasi setelah beberapa hari
atau beberapa minggu. Adanya bercak kemerahan pada ekstremitas bawah pasien
ini juga merupakan tanda awal terjadinya HSP, dimana gejala seperti gangguan
gastrointestinal dan ginjal muncul 4 minggu setelah muncul ruam pada kulit.
Banyak kasus HSP didahului infeksi saluran pernafasan akut, oleh karena itu HSP
dapat didahului beberapa gejala sistemik seperti demam dan malaise.Pada kasus
ini, pasien datang dengan demam sumer-sumer dan disertai nyeri kepala.
Berdasarkan anamnesis, pada pasien ini tidak ditemukan adanya infeksi saluran
pernafasan akut sebelumnya munculnya gejala HSP. Sebuah studi menyebutkan
nyeri perut atau arthritis muncul setelah 1-14 hari ruam muncul. Ruam khas HSP
adalah palpable purpura yang distribusinya simetris pada ekstensor, tungkai
bawah dan bokong. Beberapa kasus melibatkan lengan, wajah dan telinga tetapi
biasanya hanya sekitar batang tubuh. Purpura HSP dapat berupa petechiae,
ekimosis besar, dan dapat didahului dengan urtikaria atau eritematosa,
makulopapular lesi. Lesi bulosa yang parah jarang terjadi pada anak-anak, hanya
sekitar 2% dari pasien.6
Kejadian keterlibatan gastrointestinal dilaporkan umumnya antara 50-75%
dari kasus dengan presentasi yang paling umum adalah nyeri perut kolik. Gejala
lain termasuk muntah dan perdarahan gastrointestinal bermanifestasi sebagai
darah samar pada tinja atau tampak secara makroskopik. Perdarahan
gastrointestinal masif jarang ditemukan, hanya dilaporkan pada sekitar 2% dari
pasien. Gejala tersebut merupakan hasil dari edema dan perdarahan dinding usus
akibat vaskulitis. Intususepsi juga merupakan komplikasi yang jarang terjadi
namun penting untuk ditegakkan segera karena keterlambatan manajemen dapat
mengakibatkan usus iskemik. Enteropati, pankreatitis, dan hidrops kandung
empedu dapat juga terjadi. Harus diingat bahwa edema sekunder akibat
hipoalbuminemia mungkin terjadi karena sindrom nefrotik atau kehilangan
19
protein pada enteropati atau kombinasi keduanya. Gejala gastrointestinal yang
muncul pada pasien ini yaitu muntah yang berwarna kekuningan berisi cairan dan
makanan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.6
Arthritis atau athralgia terjadi pada 15-25% kasus namun hingga 82%
pasien mengalami gejala pada persendian selama penyakit berlangsung. Arthritis
biasanya mengenai persendian besar pada anggota gerak bagian bawah termasuk
lutut, pergelangan kaki, tumit, dan panggul. Namun tidak menutup kemungkinan
anggota gerak atas juga terlibat. Pada sebuah review retrospektif 100 pasien, 72%
pasien mengalami gejala pada sendi tumit dan pergelangan kaki, 50% pasien
mengalami gejala pada lutut, 26% pasien mengalami gejala pada tangan dan
pergelangan tangan, dan 10% pada sendi siku. Gejala yang terjadi meliputi nyeri
sendi, bengkak dan penurunan range of movement. Meskipun keterlibatan sendi
tampak memperberat penyakit, namun hal ini tidak menyebabkan kerusakan
permanen.6
20
dibanding tipe vaskulitis lain. Kadar IgA serum yang meningkat dapat
ditemui pada 25 – 50% kasus HSP, namun besarnya peningkatan tidak
sebanding dengan beratnya gejala HSP.
- Pemeriksaan darah lengkap Pada HSP umumnya didapatkan kadar
trombosit yang meningkat. Kadar hemoglobin yang rendah mungkin
ditemui jika terjadi perdarahan saluran cerna atau hematuria berat akibat
komplikasi HSP. Leukositosis dijumpai pada kasus kasus HSP yang
didasari oleh adanya infeksi bakteri.
- Urinalisis dilakukan untuk mendeteksi adanya hematuria ataupun
proteinuria yang menjadi salah satu kriteria diagnosis untuk HSP.
- Pemeriksaan gangguan fungsi pembekuan darah Pemeriksaan
seperti PPT (Plasma Prothrombin Time), APTT (Activated Partial
Thromboplastin Time),dan CT (clotting time) dapat dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan purpura akibat gangguan pembekuan darah.
Pada HSP umumnya ditemui fungsi pembekuan darah yang normal.
- Pemeriksaan laju endap darah Laju endap darah merupakan
pertanda non spesifik dari adanya proses inflamasi. Pada 60% kasus HSP
dapat ditemui laju endap darah yang meningkat.
- Pemeriksaan kadar serum kreatinin (SC) dan kadar urea dalam
darah (Blood Urea Nitrogen / BUN) Kadar BUN-SC akan meningkat pada
beberapa kasus HSP dengan penurunan fungsi filtrasi glomerulus akibat
adanya kerusakan pembuluh darah ginjal.
Pada kasus ini, tidak dilakukan pemeriksaan kadar Ig A namun pada
pemeriksaan darah lengkap ditemukan adanya peningkatan leukosit dan creatinin.
21
ruam dikulit ekstremitas bawah yang disertai dengan gejala gastrointestinal dan
ginjal.
22
pada kasus ini yaitu cefixime syrup 2 x ¾ cth, Natrium Doklofenak 3x15 mg tab,
Ranitidin 2x15 mg IV dan Metilprednisolon 2x15 mg IV.
Sebagian besar kasus HSP dapat membaik dengan sendirinya, prognosis
umumnya baik dengan five-year survival rates sebesar 95%. Satu dari tiga pasien
mengalami relaps dengan durasi yang lebih singkat dan gejala yang lebih ringan,
umumnya dalam waktu 4 bulan dan megenai organ yang sama. Prognosis pasien
berdasarkan pada usia saat onset penyakit, keterlibatan organ ginjal, keterlibatan
organ kulit, ketidakseimbangan imunoglobulin, dan keterlibatan neurologis.7
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
24