Anda di halaman 1dari 1

VAKSIN DIFTERI

Vaksin difteri disiapkan dari toksin Corynebacterium diphtheriae dan adsorpsi pada aluminium
hidroksida atau aluminium fosfat memperbaiki antigenisitas. Vaksin ini menstimulasi produksi
antitoksin yang protektif. Vaksin difteri dengan antigen tunggal tidak tersedia dan vaksin ini
diberikan dalam bentuk kombinasi dengan vaksin lain yaitu kombinasi dengan tetanus toksoid
sebagai DT (untuk usia <7 tahun) dan TD (untuk usia ≥ 7 tahun), atau kombinasi dengan tetanus
toksoid serta pertusis sebagai DPT. Vaksin ini direkomendasikan untuk anak usia antara 2 bulan
dan 10 tahun yang diberikan dalam 3 dosis (interval 1 bulan) imunisasi primer difteri, tetanus,
pertusis (aselular, komponen), serta poliomielitis (inaktivasi) dan haemophilus tipe b konjugat
(adsorbsi) (lihat jadwal vaksin bab 14.2). Untuk anak usia lebih dari 10 tahun yang belum
diimunisasi, diberikan 3 dosis imunisasi primer vaksin difteri (dosis rendah), tetanus dan
inactivated poliomyelitis vaccine.

Dosis booster diberikan 3 tahun setelah suntikan pertama di atas. Anak usia di bawah 10 tahun
diberikan vaksin difteri, tetanus, pertusis (aselular, komponen) dan oral poliomyelitis vaccine atau
vaksin difteri (dosis rendah), tetanus, pertusis (aselular, komponen) dan oral poliomyelitis vaccine.
Anak usia lebih dari 10 tahun diberikan vaksin difteri (dosis rendah), tetanus dan oral poliomyelitis
vaccine. Booster kedua diberikan vaksin difteri (dosis rendah), tetanus dan oral poliomyelitis
vaccine 10 tahun setelah dosis booster sebelumnya. Wisatawan yang berkunjung ke area infeksi
difteri harus diimunisasi lengkap.

Pegawai yang berhubungan dengan pasien difteri, atau menangani spesimen klinik yang bisa
patogenik, atau bekerja langsung dengan Corynebacterium diphtheriae atau C. ulcerans harus
menerima booster jika telah menerima imunisasi primer lengkap (dengan 5 dosis vaksin yang
mengandung difteri yang diberikan dengan interval yang cocok); dosis lebih lanjut diberikan
dengan interval 10 tahun jika risiko tertahan. Petugas yang belum diimunisasi lengkap harus
melengkapi imunisasi primernya; dosis booster diberikan setelah 5 tahun, kemudian pada
interval 10 tahun. Vaksin difteri (dosis rendah), tetanus dan oral poliomyelitis vaccine digunakan
untuk tujuan ini; imunitas harus diperiksa dengan uji antibodi sedikitnya 3 bulan setelah
imunisasi lengkap.
Tatalaksana penanggulangan kasus, karier, kontak dan Kejadian Luar Biasa (KLB) dilakukan
oleh Kemkes. Harus ada riwayat imunisasi individu yang terinfeksi dan dicatat kontak atau
lingkungan mereka. Bagi yang belum diimunisasi lengkap harus melengkapi imunisasinya dan
yang sudah diimunisasi lengkap harus diberikan dosis booster. Saran mengenai terapi antibakteri
untuk pencegahan difteri sekunder pada individu yang tidak kebal, lihat tabel 5.1, bagian 5.1.

Lihat 14.1 untuk kontraindikasi umum.

Selengkapnya klik http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-14-produk-imunologis-dan-vaksin/144-vaksin-dan-


antisera/vaksin-difteri

Anda mungkin juga menyukai