PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau
gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian, karena anak
merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat
diulang setelah usianya bertambah.
Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang dimaksud anak
adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah).
Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun
seperti yang ditulis Hurlock (1980), maka dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai dengan
kelompok usia, yaitu ; usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah, usia 6-12 tahun disebut usia
sekolah, usia 13-18 tahun disebut usia remaja.
B. Rumusan masalah.
Agar mahasiswa /I mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
keluarga dengan anak usia sekolah.
C. Tujuan.
1. Agar mahasiswa/i mampu melaksanakan pengkajian pada keluarga dengan anak usia
sekolah.
2. Agar mahasiswa/i mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan
anak usia sekolah.
3. Agar mahasiswa/I mampu melakukan intervensi pada keluarga dengan anak usia
sekolah.
4. Agar mahasiswa/i mampu melaksanakan implementasi pada keluarga dengan anak usia
sekolah.
5. Agar mahasiswa/i mampu melakukan evaluasi pada keluarga dengan anak usia
sekolah.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi.
Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak sejak usia 6 tahun atau
masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. Akhir masa kanak-kanak memiliki
beberapa ciri:
1. Label yang digunakan oleh orangtua.
a. Usia yang menyulitkan, yaitu suatu masa ketika anak tidak mau lagi menuruti
perintah dan ketika anak lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada oleh
orangtua dan anggota keluarga lain.
b. Usia tidak rapi, yaitu suatu masa ketika anak cenderung tidak memperdulikan
dan ceroboh dalam penampilan.
c. Usia bertengkar, yaitu suatu masa ketika banyak terjadi pertengkaran antar-
keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota
keluarga.
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar, yaitu suatu masa ketika anak diharapkan memperoleh
dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai
keterampilan penting tertentu baik kurikuler maupun ekstrakurikuler.
b. Periode kritis dalam berprestasi, yaitu suatu masa ketika anak membentuk
kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses, yang
cenderung menetap sampai dewasa.
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi.
a. Usia berkelompok, yaitu suatu masa ketika perhatian utama anak tertuju pada
keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
b. Usia penyesuaian diri, yaitu suatu masa ketika anak ingin menyesuaikan
dengan standar yang disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara,
dan perilaku.
c. Usia kreatif, yaitu suatu masa ketika akan ditentukan apakah anak akan
menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak.
d. Usia bermain, yaitu suatu masa ketika besarnya keinginan bermain karena
luasnya (adanya) minat dan kegiatan untuk bermain.
5. Perkembangan Moral.
Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikategorikan oleh Kohlberg
berada dalam tahap konvensional. Pada tahap ini, anak mulai belajar tentang peraturan-
peraturan yang berlaku, menerima peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai
dengan aturan yang telah diterimanya.
6. Perkembangan Spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkret atau nyata
daripada belajar tentang “God”. Mereka mulai tertarik terhadap surga dan neraka
sehingga cenderung melakukan atau mematuhi peraturan, karena takut bila masuk
neraka.
7. Perkembangan Bahasa.
Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari berbagai
pelajaran di sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media. Kesalahan pengucapan
mengalami penurunan karena selama mencari pengalaman anak telah mendengar
pengucapan yang benar sehingga mampu mengucapkannya dengan benar.
8. Perkembangan Sosial.
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yang ditandai dengan
adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat
untuk diterima sebagai anggota kelompok.
9. Perkembangan Seksual.
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-teman terlebih guru dan
pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan penampilan, pakaian, dan
bahkan gerak-gerik sesuai dengan peran seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak
mengembangkan minat-minat yang sesuai dengan dirinya. Disini, peran orang tua
sangat penting untuk mempersiapkan anak menjelang pubertas.
10. Perkembangan Konsep Diri.
Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan dengan orang
tua, saudara, dan sanak keluarga lain. Saat usia ini, anak-anak membentuk konsep diri
ideal, seperti dalam tokoh-tokoh sejarah, cerita khayal, sandiwara, film, tokoh nasional
atau dunia yang dikagumi, untuk membangun ego ideal yang menurut Van den Daele
berfungsi sebagai standar perilaku umum yang diinternalisasi.
C. Bermain.
Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan fisiologis karena
selama bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan sosial sehingga
memungkinkannya untuk menikmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak.
Bentuk permainan yang sering diminati pada usia ini:
a. Bermain konstruktif: membuat sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa
memikirkan manfaatnya, seperti menggambar, melukis, dan membentuk sesuatu.
b. Menjelajah: ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
c. Mengumpulkan: benda-benda yang menarik perhatian dan minatnya, membawa
benda ke rumah, menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya
dalam laci.
d. Permainan dan olahraga: cenderung ingin memainkan permainan anak besar (bola
basket dan sepak bola) dan senang pada permainan yang bersaing.
e. Hiburan: anak ingin meluangkan waktu rumah untuk membaca, mendengar radio,
menonton, atau melamun.
f. Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga yaitu: mensosialisasikan anak dengan
lingkungannya, termasuk keberhasilan dalam belajar dan kebutuhan berkelompok
dengan teman sebayanya, mempertahankan hubungan perkawinan yang harmonis,
dan memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga (Friedman, 1998).
D. Masalah Anak Usia Sekolah.
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan
psikolgis.
1. Bahaya Fisik.
a. Penyakit.
Penyakit infeksi pada usia sekolah jarang sekali terjadi dengan adanya
kekebalan yang didapat dari imunisasi yang pernah didapatkan semasa bayi dan
diulang pada kelas satu atau enam, tetapi berbahaya adalah penyakit palsu atau
khayal untuk menghindarkan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Penyakit yang sering ditemui adalah penyakit yang berhubugan dengan
keberhasilan diri anak.
b. Kegemukan.
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar, tetapi
akibat banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi. Bahaya kegemukan yang
mungkin dapat terjadi: anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga
kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan yang penting untuk
keberhasilan sosial, dan teman-temannya sering mengganggu dan mengejek
dengan sebutan-sebutan “gendut” atau sebutan lain sehingga anak merasa
rendah diri.
c. Kecelakaan.
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang
menghasilkan keterampilan tertentu. Maskipun tidak meninggalkan bekas fisik,
kecelakaan yang dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati
akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut terhadap
kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi dapat berkembang menjadi rasa malu yang
mempengaruhi hubungan sosial.
d. Kecanggungan.
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman
sebaya. Bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah
diri.
e. Kesederhanaan.
Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada saat apapun. Orang
yang lebih dewasa memandangnya sebagai perilaku yang kurang menarik
sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi
perkembangan konsep diri anak.
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam berbicara.
Ada empat bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak usia
sekolah: kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di
sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang lain, kesalahan dalam
berbicara, seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa, cacat dalam bicara
seperti gagap atau pilar, akan membuat anak menjadi sadar diri sehingga anak
hanya berbicara bila perlu, anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam
bahasa yang digunakan di lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha
untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia “berbeda” dan pembicaraan
yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan merendahkan orang lain, dan
yang bersifat membual akan ditentang oleh temannya.
b. Bahaya emosi.
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-teman sebaya maupun
orang dewasa, bila ia masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang
kurang menyenangkan, seperti marah yang meledak-ledak, dan juga bila emosi
yang buruk seperti marah dan cemburu masih sangat kuat sehingga kurang
disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain.
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk
menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena membuang
waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan
mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
d. Bahaya dalam konsep diri.
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
pada perlakuan orang lain. Bila konsep sosialnya didasarkan pada berbagai
stereotip, ia cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam
memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi maka itu
cenderung menetap dan terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian
sosial anak.
BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN MALARIA
A. Definisi.
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan gambaran penyakit
berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala
oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa
genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia, dan splenomegali.
B. Etiologi.
Penyebab malaria adalah dari genus plasmodium famili plasmodiidae dari orde Coccdiiae
penyebab malaria di Indonesia sampai saat ini di golongkan menjadi empat plasmodium, yaitu:
a. Plasmodium Falsiparum, penyebab penyakit malaria tropika
b. Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria tertiana.
c. Plasmodium Malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.
d. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya banyak di Afrika.
C. Masa inkubasi.
Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-30 hari, gigitan nyamuk dan
munculnya gejala klinis masa inkubasi dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya:
a. Plasmodium Flasiparum antara 12 hari.
b. Plasmodium Vivax antara 13-17 hari.
c. Plasmodium Ovale antara 13-17 hari.
d. Plasmodium Malariae antara 28-30 hari.
Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas infeksi, pengobatan yang sudah
pernah didapat sebelumnya dan derajat imunitas penjamu. (Soegijanto,2004:6).
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa. Terdapat empat
spesies Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax
(malaria tertiana ringan). Plasmodium falcifarum menimbulkan malaria falsifarum (malaria
tertiana berat), malaria pernisiosa dan Blackwater faver. Plasmodium malariae menimbulkan
malaria kuartana, dan Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale.
Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya dengan
membandingkan bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang terdapat di dalam
darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari skizon yang terdapat di dal am sel parenkim
hati.
D. Patofisiologi.
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:
a. Fase seksual.
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk
(Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat
berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak
berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung
nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang
kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam
waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay &
Rahardja, 2002, hal .162-163).
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi
merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara
permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten,
sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan
hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001, hal. 409).
b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit,
menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam
peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-
eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan
menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu
merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam
darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah
mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah.
Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di
hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses
kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan
bersamaan dari usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan
berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara
lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu
48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di lepaskan dapat memasuki
siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah, penderita merasa
kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di
pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama
yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.
E. Pathway.
Gigitan nyamuk
Plasmodium vivax
Plasmodium kuartana
P;asmodium falciparum
Plasmodium ovale
Menginfeksi eritrosit
Eritrosit pecah
Gangguan
pertukaran gas Perubahan perfusi Gangguan
jaringan Intoleransi
perubahan
aktivitas
nutrisi
F. Manifestasi klinis.
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer
(1999) antara lain sebagai berikut :
a. Demam.
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada
Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas
demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap
72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa
serangan demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara
berurutan :
1. Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri
dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar
dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode
ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2. Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC
atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah,
dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang
(anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat.
3. Periode keringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah,
temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun
akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
G. Pemeriksaan diagnostik.
1. Pemeriksaan mikroskopis malar.
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi
klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di
dalam penderita.Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target
dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria
atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat
dilakukan. Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit
plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil
negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial
dengan interval antara pemeriksaan satu hari.Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-
syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas
mencapai 100%).
a) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode.
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam
sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan
identifikasi spesies parasit.
b) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan
volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian
tipis.
c) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang
tepat.
d) Identifikasi spesies plasmodium.
e) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan
selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
2. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat).
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat
acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik
pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi
acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat
sebagai instrumen hitung parasit.
3. Pemeriksaan imunoserologis.
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap
paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi
plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay
dan enzim immunoassay.
H. Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis
plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:
1. Malaria Tersiana/ Kuartana.
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan
mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini
disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari).
2. Malaria Ovale.
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau
mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam).
Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan
dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
3. Malaria Falcifarum.
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x
250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.
e. Fungsi keluarga.
1. Fungsi efektif.
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
2. Fungsi sosialisasi.
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan.
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga
didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu
keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
4. Fungsi reproduksi.
5. Fungsi ekonomi.
f. Stress dan koping keluarga.
1. Stresor Jangka pendek dan panjang.
Stresor jangka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 Bulan.
Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi /stressor.
3. Strategi koping yang di gunakan.
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4. Strategi adaptasi disfungsional.
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di gunakan
bila menghadapi permasalahan.
g. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di
gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik
klinik.
h. Harapan Keluarga.
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
2) Tahap diagnosa.
a) Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga.
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan
dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari:
- Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan)
- Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang
tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.
- Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial.
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk diagnosa
keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan
etiologi.
b) Menentukan skoring.
Proses skoring menggunkan skala yang telah dirumsukan.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGPADA KELUARGA TN.B.F DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH
A. Pengkajian.
1. Data umum.
1.1. Identitas keluarga.
a. Nama : Tn.B.F.
b. Umur : 34 tahun.
c. Jenis kelamin : Laki-laki.
d. Pendidikan : S1.
e. Agama : Kristen Protestan.
f. Pekerjaan : PNS.
g. Alamat : RT:01,RW:01,Desa: Homfolo.
1.2. Komposisi keluarga.
No Nama JK Hub Umur Pendidikan Pekerjaan Status kesehatan
1.3. Genogram.
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Tinggal bersama
1.6. Agama.
Keyakinan yang dianut keluarga Tn.B.F adalah kristen protestan. Tidak ada perbedaan
dalam anggota keluarga. Keluarga Tn.B.F selalu menjalankan ibadah setiap hari
minggu.
3. Data Lingkungan.
3.1. Karakteristik dan denah rumah.
Ny.N mengatakan luas rumah Tn.B.F 12 x 14 m². terdiri dari 1 ruang tamu,4 kamar
tidur, rumah permanen,lantai dari papan,29 ventilasi,18 jendela kaca,pencahayaan dari
luar sangat terang jadi ruangan tidak pengap. Air yang digunakan untuk makan dan
minum berasal dari sumur bor. Ny. N mengatakan kalau mati lampu keluarga Tn. B.F.
menggunakan air danau.
Ruang depan : Tampak bersih.
Ruang tamu : Tampak bersih.
Ruang tidur : Tidak menggunakan tempat tidur,hanya kasur,tampak
kotor karena barang-barang kurang ditata dengan rapi.
Ruang dapur : Tampak kotor karena barang-barang kurang ditata dengan
rapi.
Kamar mandi : Kamar mandi terdiri dari 1 bak mandi dan 1 WC.
Jendela : Jendela dirumah ada 18 jendela dan 29 ventilasi,
penerangan dirumah sangat cukup karena jendela kaca bisa di buka.
Sistem penyajian makanan : Terbuka.
DENAH RUMAH.
JALAN
Kamar
Kamar
Kamar Kamar
Dapur
Tetangga tetangga
Danau
4. Struktur keluarga.
4.1. Pola komunikasi keluarga.
Komunikasi keluarga Tn.B.F adalah terbuka,dimana semua dibicarakan dan
diselesaikan bersama.
5. Fungsi keluarga.
5.1. Fungsi afektif.
Ny. N mengatakan keluargnya saling menyayangi dan saat ini sangat memperhatikan
AK.2 yang sedang sakit malaria tropika.
f. Fungsi reproduksi.
Ny. N mengatakan saat ini belum merencanakan punya anak lagi karena AK.2
masih kecil. Dan Ny. N megikuti program KB,dan jenis KB yang di pakai Ny.N
adalah KB suntik.
g. Fungsi ekonomi.
Keluarga Tn. B.F menggunakan penghasilan setiap bulan yang digunakan untuk
membiayai kebutuhan sehari-hari.
7. Pemeriksaan fisik.
Pemfis IK AK 1 AK 2
TD 120/80 mmhg - -
Mulut Bersih, mukosa bibir Bersih, mukosa bibir Bersih, mukosa bibir
lembab lembab kering.
Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
8. Analisa data.
No Data Problem Etiologi
1. Ds :
- Ny.N mengatakan
bahwa 3 hari yang lalu
AK.2 mengidap
penyakit malaria.
Do :
Malaria pada AK.2
- AK.2 tampak pucat dan Ketidakmampuan keluarga
lemah. mengenal masalah
- Suhu : 39 ºC. kesehatan keluarga
- Nadi : 95x/menit. mengenai penyakit malaria
- Respirasi : 28x/menit.
2. Ds :
- Ny. N mengatakan luas
rumahnya 12 x 14 m ²
Do :
Kerusakan penatalaksanaan Ketidakmampuan keluarga
- Dapur tampak kotor
pemeliharaan rumah mempertahankan suasana
karena barang-barang
rumah yang sehat
kurang ditata dengan
rapi.
- Kamar tampak kotor
karena barang-barang
kurang ditata dengan
rapi
- Keadaan air di dalam
Bak mandi tampak
kotor.
- Air danau di sekitar
rumah tampak kotor.
9. Prioritas masalah.
1. Malaria pada AK.2.
2. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
10. Skoring.
a. Malaria pada anak AK.2 berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah penyakit malaria.
No Bobot Nilai Pembenaran
Total = 3 2/3
b. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mempertahankan suasana rumah yang sehat.
Total = 4
b. Malaria pada anak AK.2 berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan keluarga mengenai penyakit malaria.
No.D Tujuan Kriteria Hasil standar Intervensi
p TUM TUK
2. Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon 1. Mampu 1. Kaji tingkat
penyuluhan pada tindakan selama verbal/ menjelaskan pengetahuan
keluarga masalah 1x 60 menit Pengeta pengertian dari keluarga tentang
kesehatan dapat keluarga daapt huan malaria. malaria.
teratasi mengetahui atau
mengenal masalah
kebersihan rumah. sikap 2. Mampu
mennyebutkan 2. Pertemuan dengan
penyebab dari keluarga untuk
malaria. membahas tentang
:
- Pengertian
malaria.
- Penyebab/factor
dari malaria.
- Tanda dan gejala
malaria.
- Pencegahan
malaria.
Tindaka
n/
psikomo 3. Berikan
tor kesempatan
keluarga untuk
3. Mampu bertanya.
menyebutkan tanda
dan gejala dari 4. Pantau respon
Kamis,12 May 2016 1. TUK1: Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang kebersihan rumah.
TUK4: Memberikan pujian atas keputusan dan tindakan yang diambil oleh
keluarga.
kamis,12 may 2016 2. TUK 1 : Mengkaji pengetahuan keluarga mengenai penyakit malaria
TUK 2: Mengadakan pertemuan dengan keluarga dan membahas tentang
penyakit malaria.
TUK3 : Memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya.
TUK4 : Memantau respon terhadap materi yang telah diberikan.
TUK5 : Memberikan pujian terhadap kemampuan keluarga memahami
materi yang diberikan.
13. Evaluasi.
Tgl/ jam No. Dp Implementasi
Kamis,12 May 2016 1. S : Ny. N mengatakan sudah mengerti tentang kebersihan rumah.
O : Keluarga membersihkan rumah seperti yang di contohkan.
A : Masalah belum teratasi.
P : ingatkan kepada keluarga untuk selalu menjaga lingkungan rumah
sehat.
Kamis,12 May 2016 2. S : Ny. N mengatakan sudah paham/mengerti tentang pengertian malaria.
O : Ny. N mampu menjelaskan kembali pengertian,penyebab,tanda dan
gejala dari penyakit malaria.
A : masalah teratasi.
P : interevensi di hentikan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Keluarga degnan tahap perkembangan anak usia sekolah mempunyai tugas perkembangan
yaitu : mwnsosialisakikan anak untuk dapat meningkatkan prestasi sekolahnya ,meningkatkan
komunikasi terbuka agar mau bercerita tentang pengalaman yang diaalaminya. Selain itu oran tua
juga harus bisa melepaskan anak-anaknya ubtuk bisa bergaul dan bermain dengan teman
sebayanya.
Pada tahap ini anak sering kali tidak berada dirumah ,mereka lebih sering menghabiskan
waktu untuk bermain dengan teman-temannya,sehingga orang tua berpisah dengan anaknya untuk
sementara waktu.
Penerapan proses keperawatan keluarga memerlukan keterampilan yang baik didalam
berkomunikasi,skill keperawatan dan pemilihan pertanyaaan yang tepat sehingga proses
keperawatan dapat di terapkan dengan baik.
B. Saran.
1. Dalam melakukan pengkajian mahasiswa daapt menyimpulkan apakah keluarga mampu
memenuhi tugas perkembangan anak usia sekolah atau belum.
2. Dalam melakukan pengkajian,mahasiswa harus membina trust terlebih dahulu untuk
melakukan rencana asuhan keperawatan.