Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai potret atau
gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian, karena anak
merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat
diulang setelah usianya bertambah.
Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang dimaksud anak
adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah).
Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun
seperti yang ditulis Hurlock (1980), maka dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga sesuai dengan
kelompok usia, yaitu ; usia 2-5 tahun disebut usia prasekolah, usia 6-12 tahun disebut usia
sekolah, usia 13-18 tahun disebut usia remaja.

B. Rumusan masalah.
Agar mahasiswa /I mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada
keluarga dengan anak usia sekolah.

C. Tujuan.
1. Agar mahasiswa/i mampu melaksanakan pengkajian pada keluarga dengan anak usia
sekolah.
2. Agar mahasiswa/i mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada keluarga dengan
anak usia sekolah.
3. Agar mahasiswa/I mampu melakukan intervensi pada keluarga dengan anak usia
sekolah.
4. Agar mahasiswa/i mampu melaksanakan implementasi pada keluarga dengan anak usia
sekolah.
5. Agar mahasiswa/i mampu melakukan evaluasi pada keluarga dengan anak usia
sekolah.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi.
Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak sejak usia 6 tahun atau
masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak. Akhir masa kanak-kanak memiliki
beberapa ciri:
1. Label yang digunakan oleh orangtua.
a. Usia yang menyulitkan, yaitu suatu masa ketika anak tidak mau lagi menuruti
perintah dan ketika anak lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada oleh
orangtua dan anggota keluarga lain.
b. Usia tidak rapi, yaitu suatu masa ketika anak cenderung tidak memperdulikan
dan ceroboh dalam penampilan.
c. Usia bertengkar, yaitu suatu masa ketika banyak terjadi pertengkaran antar-
keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi semua anggota
keluarga.
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar, yaitu suatu masa ketika anak diharapkan memperoleh
dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari berbagai
keterampilan penting tertentu baik kurikuler maupun ekstrakurikuler.
b. Periode kritis dalam berprestasi, yaitu suatu masa ketika anak membentuk
kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses, yang
cenderung menetap sampai dewasa.
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi.
a. Usia berkelompok, yaitu suatu masa ketika perhatian utama anak tertuju pada
keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompok.
b. Usia penyesuaian diri, yaitu suatu masa ketika anak ingin menyesuaikan
dengan standar yang disetujui oleh kelompok dalam penampilan, berbicara,
dan perilaku.
c. Usia kreatif, yaitu suatu masa ketika akan ditentukan apakah anak akan
menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak.
d. Usia bermain, yaitu suatu masa ketika besarnya keinginan bermain karena
luasnya (adanya) minat dan kegiatan untuk bermain.

B. Perkembangan Usia Sekolah.


1. Perkembangan Biologis.
Saat umur sampai 12 tahun, pertumbuhan rata-rata 5 cm per tahun untuk tinggi
badan dan meningkat 2-3 kg per tahun untuk berat badan. Selama usia tersebut, anak
laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki cenderung
gemuk. Pada usia ini, pembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya
daripada otot.
2. Perkembangan Psikososial
Menurut Freud, perkembangan psikososialnya digolongkan dalam fase laten, yaitu
ketika anak berada dalam fase oidipus yang terjadi pada masa prasekolah dan mencintai
seseorang. Dalam tahap ini, anak cenderung membina hubungan yang erat atau akrab
dengan teman sebaya, juga banyak bertanya tentang gambar seks yang dilihat dan
dieksploitasi sendiri melalui media. Menurut Erikson, perkembangan psikososialnya
berada dalam tahap industri vs inferior. Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau
menguasai keterampilan yang bersifat teknologi dan sosial, memiliki keinginan untuk
mandiri, dan berupaya menyelesaikan tugas. Inilah yang merupakan tahap industri.
Bila tugas tersebut tidak dapat dilakukan, anak akan menjadi inferior.
3. Temperamen.
Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan faktor terpenting dalam
perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya menunjukkan anak mudah bereaksi
terhadap situasi yang baru. Pada usia ini, sifat temperamental sering muncul sehingga
peran orang tua dan guru sangat besar untuk mengendalikannya.
4. Perkembangan Kognitif.
Menurut Plaget, usia ini berada dalam tahap operasional konkret, yaitu anak
mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Selama periode ini
kemampuan anak belajar konseptual mulai meningkat dengan pesat dan memiliki
kemampuan belajar dari benda, situasi, dan pengalaman yang dijumpainya.

5. Perkembangan Moral.
Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikategorikan oleh Kohlberg
berada dalam tahap konvensional. Pada tahap ini, anak mulai belajar tentang peraturan-
peraturan yang berlaku, menerima peraturan, dan merasa bersalah bila tidak sesuai
dengan aturan yang telah diterimanya.
6. Perkembangan Spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkret atau nyata
daripada belajar tentang “God”. Mereka mulai tertarik terhadap surga dan neraka
sehingga cenderung melakukan atau mematuhi peraturan, karena takut bila masuk
neraka.
7. Perkembangan Bahasa.
Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari berbagai
pelajaran di sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media. Kesalahan pengucapan
mengalami penurunan karena selama mencari pengalaman anak telah mendengar
pengucapan yang benar sehingga mampu mengucapkannya dengan benar.
8. Perkembangan Sosial.
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yang ditandai dengan
adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat
untuk diterima sebagai anggota kelompok.
9. Perkembangan Seksual.
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-teman terlebih guru dan
pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan penampilan, pakaian, dan
bahkan gerak-gerik sesuai dengan peran seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak
mengembangkan minat-minat yang sesuai dengan dirinya. Disini, peran orang tua
sangat penting untuk mempersiapkan anak menjelang pubertas.
10. Perkembangan Konsep Diri.
Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan dengan orang
tua, saudara, dan sanak keluarga lain. Saat usia ini, anak-anak membentuk konsep diri
ideal, seperti dalam tokoh-tokoh sejarah, cerita khayal, sandiwara, film, tokoh nasional
atau dunia yang dikagumi, untuk membangun ego ideal yang menurut Van den Daele
berfungsi sebagai standar perilaku umum yang diinternalisasi.

C. Bermain.
Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan fisiologis karena
selama bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan sosial sehingga
memungkinkannya untuk menikmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak.
Bentuk permainan yang sering diminati pada usia ini:
a. Bermain konstruktif: membuat sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa
memikirkan manfaatnya, seperti menggambar, melukis, dan membentuk sesuatu.
b. Menjelajah: ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
c. Mengumpulkan: benda-benda yang menarik perhatian dan minatnya, membawa
benda ke rumah, menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya
dalam laci.
d. Permainan dan olahraga: cenderung ingin memainkan permainan anak besar (bola
basket dan sepak bola) dan senang pada permainan yang bersaing.
e. Hiburan: anak ingin meluangkan waktu rumah untuk membaca, mendengar radio,
menonton, atau melamun.
f. Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga yaitu: mensosialisasikan anak dengan
lingkungannya, termasuk keberhasilan dalam belajar dan kebutuhan berkelompok
dengan teman sebayanya, mempertahankan hubungan perkawinan yang harmonis,
dan memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga (Friedman, 1998).
D. Masalah Anak Usia Sekolah.
Masalah-masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan
psikolgis.
1. Bahaya Fisik.
a. Penyakit.
Penyakit infeksi pada usia sekolah jarang sekali terjadi dengan adanya
kekebalan yang didapat dari imunisasi yang pernah didapatkan semasa bayi dan
diulang pada kelas satu atau enam, tetapi berbahaya adalah penyakit palsu atau
khayal untuk menghindarkan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Penyakit yang sering ditemui adalah penyakit yang berhubugan dengan
keberhasilan diri anak.

b. Kegemukan.
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar, tetapi
akibat banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi. Bahaya kegemukan yang
mungkin dapat terjadi: anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga
kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan yang penting untuk
keberhasilan sosial, dan teman-temannya sering mengganggu dan mengejek
dengan sebutan-sebutan “gendut” atau sebutan lain sehingga anak merasa
rendah diri.
c. Kecelakaan.
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang
menghasilkan keterampilan tertentu. Maskipun tidak meninggalkan bekas fisik,
kecelakaan yang dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati
akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut terhadap
kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi dapat berkembang menjadi rasa malu yang
mempengaruhi hubungan sosial.
d. Kecanggungan.
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman
sebaya. Bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah
diri.
e. Kesederhanaan.
Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada saat apapun. Orang
yang lebih dewasa memandangnya sebagai perilaku yang kurang menarik
sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi
perkembangan konsep diri anak.
2. Bahaya Psikologis
a. Bahaya dalam berbicara.
Ada empat bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak usia
sekolah: kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di
sekolah dan menghambat komunikasi dengan orang lain, kesalahan dalam
berbicara, seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa, cacat dalam bicara
seperti gagap atau pilar, akan membuat anak menjadi sadar diri sehingga anak
hanya berbicara bila perlu, anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam
bahasa yang digunakan di lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha
untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia “berbeda” dan pembicaraan
yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan merendahkan orang lain, dan
yang bersifat membual akan ditentang oleh temannya.
b. Bahaya emosi.
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-teman sebaya maupun
orang dewasa, bila ia masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang
kurang menyenangkan, seperti marah yang meledak-ledak, dan juga bila emosi
yang buruk seperti marah dan cemburu masih sangat kuat sehingga kurang
disenangi orang lain.
c. Bahaya bermain.
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan
kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk
menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena membuang
waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan
mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
d. Bahaya dalam konsep diri.
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
pada perlakuan orang lain. Bila konsep sosialnya didasarkan pada berbagai
stereotip, ia cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam
memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi maka itu
cenderung menetap dan terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian
sosial anak.

BAB III
LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA DENGAN MALARIA
A. Definisi.
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan gambaran penyakit
berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala
oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa
genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia, dan splenomegali.

B. Etiologi.
Penyebab malaria adalah dari genus plasmodium famili plasmodiidae dari orde Coccdiiae
penyebab malaria di Indonesia sampai saat ini di golongkan menjadi empat plasmodium, yaitu:
a. Plasmodium Falsiparum, penyebab penyakit malaria tropika
b. Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria tertiana.
c. Plasmodium Malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.
d. Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya banyak di Afrika.
C. Masa inkubasi.
Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-30 hari, gigitan nyamuk dan
munculnya gejala klinis masa inkubasi dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya:
a. Plasmodium Flasiparum antara 12 hari.
b. Plasmodium Vivax antara 13-17 hari.
c. Plasmodium Ovale antara 13-17 hari.
d. Plasmodium Malariae antara 28-30 hari.
Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas infeksi, pengobatan yang sudah
pernah didapat sebelumnya dan derajat imunitas penjamu. (Soegijanto,2004:6).
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa. Terdapat empat
spesies Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax
(malaria tertiana ringan). Plasmodium falcifarum menimbulkan malaria falsifarum (malaria
tertiana berat), malaria pernisiosa dan Blackwater faver. Plasmodium malariae menimbulkan
malaria kuartana, dan Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale.
Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya dengan
membandingkan bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang terdapat di dalam
darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari skizon yang terdapat di dal am sel parenkim
hati.

D. Patofisiologi.
Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:
a. Fase seksual.
Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di dalam tubuh nyamuk
(Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian merozoit di dalam eritrosit dapat
berkembang menjadi bentuk- bentuk seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak
berkembang akan mati bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung
nyamuk terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote, yang
kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang menjadi Ookista. Dalam
waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang memasuki kelenjar ludah nyamuk (Tjay &
Rahardja, 2002, hal .162-163).
Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang eritrosit membentuk
tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit- skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi
merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara
permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten,
sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan
hospes sampai timbulnya gejala klinis demam. (Mansjoer, 2001, hal. 409).
b. Fase Aseksual
Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang terinfeksi parasit,
menyengat manusia dan dengan ludahnya menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam
peredaran darah yang untuk selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-
eritrositer). Parasit tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan
menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan melepaskan beribu-ribu
merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer primer.” Terjadi di dalam
darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi lebih kurang 120 hari. Sel darah
mengandung hemoglobin yang dapat mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah.
Eritrosit diproduksi oleh hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di
hancurkan di limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses
kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin yang dikelurkan
bersamaan dari usus halus. Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan
berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki jaringan lain, antara
lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-eritrositer sekunder“. Dalam waktu
48 -72 jam, sel-sel darah merah pecah dan merozoit yang di lepaskan dapat memasuki
siklus di mulai kembali. Setiap saat sel darah merah pecah, penderita merasa
kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein asing yang di
pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium memiliki siklus hidup yang sama
yaitu tetap sebagian di tubuh manusia (aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.
E. Pathway.

Gigitan nyamuk

Plasmodium vivax

Plasmodium kuartana

P;asmodium falciparum

Plasmodium ovale

Menginfeksi eritrosit
Eritrosit pecah

Hb tubuh Suplai O2 ke seluruh Mual muntah Adanya rasa


berkurang tubuh menurun panas dan
lemas
Anoreksia
O2 dalam darah
Kebutuhan O2
berkurang keseluruh tubuh Gangguan
tidak terpenuhi BB menurun pergerakan

Gangguan
pertukaran gas Perubahan perfusi Gangguan
jaringan Intoleransi
perubahan
aktivitas
nutrisi

F. Manifestasi klinis.
Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara umum menurut Mansjoer
(1999) antara lain sebagai berikut :
a. Demam.
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang (sporolasi). Pada
Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan skizon tiap 48 jam maka periodisitas
demamnya setiap hari ke-3, sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap
72 jam dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan beberapa
serangan demam periodik.
Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara
berurutan :
1. Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri
dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar
dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode
ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2. Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC
atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah,
dapat terjadi syok (tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang
(anak). Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti
dengan keadaan berkeringat.
3. Periode keringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah,
temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun
akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa.

G. Pemeriksaan diagnostik.
1. Pemeriksaan mikroskopis malar.
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi
klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di
dalam penderita.Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target
dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria
atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat
dilakukan. Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit
plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil
negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial
dengan interval antara pemeriksaan satu hari.Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-
syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas
mencapai 100%).
a) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode.
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam
sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan
identifikasi spesies parasit.
b) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan
volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian
tipis.
c) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang
tepat.
d) Identifikasi spesies plasmodium.
e) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan
selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
2. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat).
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat
acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik
pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi
acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat
sebagai instrumen hitung parasit.
3. Pemeriksaan imunoserologis.
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap
paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi
plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay
dan enzim immunoassay.
H. Penatalaksanaan.
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari jenis
plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:
1. Malaria Tersiana/ Kuartana.
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan
mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini
disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari).
2. Malaria Ovale.
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau
mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam).
Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan
dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
3. Malaria Falcifarum.
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x
250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.

I. Asuhan keperawatan keluarga.


Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks gengan menggunakan
pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga. Tahapan dari proses keperawatan keluaarga meliputi :
1) Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga.
a) Yang termasuk pada pengkajian keluarga adalah:
- Mengidentifikasi data demografi dan sosio kultural.
- Data lingkungan.
- Struktur dan fungsi keluarga.
- Stres dan strategi koping yang digunakan keluarga.
- Perkembangan keluarga.

b) Yang termasuk pada pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga


adalah:
- Fisik.
- Mental.
- Emosi.
- Sosial.
- Spirtual.
2) Perumusan diagnosis keperawatan.
3) Penyusun perencanaan.
Perencanaan disusun dengan menyusun prioritas menetapkan tujuan, identifikasi
sumber daya keluarga, dan menyeleksi intervensi keperawatan.
4) Pelaksanaan asuhan keperawatan.
Perencanaan yang sudah disusun dilaksanakan dengan memobilisasi sumber-sumber
daya yang ada di keluarga, masyarakat dan pemerinta
5) Evaluasi.
Pada tahapan evaluasi, perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
6) Tahap tahap asuhan keperawatan.
1. Tahap Pengkajian.
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil
data/informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :
- Wawancara keluarga.
- Observasi fasilitas rumah.
- Pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga (head to to).
- Data sekunder, misalnya hasil laboratorium, hasil X-ray, PAP Smear dan
sebagainya.
Hal2 yang perlu di kaji dalam keluarga adalah:
a. Data Umum.
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi:
- Nama kepala keluarga (KK).
- Alamat dan telepon.
- Pekerjaan kepala keluarga.
- Pendidikan kepala keluarga.
- Komposisi Keluarga.
- Tipe keluarga.
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah2 yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
- Suku Bangsa.
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebutserta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
- Agama.
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg
dapat mempengaruhi kesehatan.
- Status sosial ekonomi keluarga.
Status sosial ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan baik
dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu
status sosial ekonomi ditentkan pula oleh kebutuhan2 yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang2 yg dimiliki oleh keluarga ,
siapa yg mengatur keuangan.
- Aktivitas rekreasi keluarga.
Rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan saja keluarga pergi
bersama2unuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu namun dengan
menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga.
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga ini.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian biasa digunakan terhadap pencegahan
penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya.
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami
dan istri.
c. Pengkajian lingkungan.
1. Karakteristik rumah.
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan,
peletakan perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank
dengan sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.
2. Karateristik tetangga dan komunitas RW.
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas
setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik,
aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3. Mobilitas geografis keluarga.
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga
berpindah tempat.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan mengenai waktu digunakan keluarga untuk berkumpul
serta perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana interaksinya dengan
masyarakat.
5. Sistem pendukung keluarga.
Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota
keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan. Fasilitas mencangkup fasilitas fisik, fasilitas
psikologi atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau
dukungan dari masyarakat setempat.
d. Struktur keluarga.
1. Pola komunikasi keluarga.
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga.
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain untuk merubah perilaku.
3. Struktur peran.
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal.
4. Nilai atau norma keluarga.
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang
berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi keluarga.
1. Fungsi efektif.
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai.
2. Fungsi sosialisasi.
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam
keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya
dan perilaku.
3. Fungsi perawatan kesehatan.
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga
didalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari
kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu
keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan
untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota yang
sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.
4. Fungsi reproduksi.
5. Fungsi ekonomi.
f. Stress dan koping keluarga.
1. Stresor Jangka pendek dan panjang.
Stresor jangka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 Bulan.
Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi /stressor.
3. Strategi koping yang di gunakan.
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi
permasalahan.
4. Strategi adaptasi disfungsional.
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di gunakan
bila menghadapi permasalahan.
g. Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di
gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik
klinik.
h. Harapan Keluarga.
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
petugas kesehatan yang ada.
2) Tahap diagnosa.
a) Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga.
Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan
pada pengkajian, yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan
dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari:
- Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan)
- Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang
tidak adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.
- Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial.
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga
kesehatan keluarga dapat di tingkatkan. Khusus untuk diagnosa
keperawatan potensial (sejahtera) boleh tidak menggunakan
etiologi.
b) Menentukan skoring.
Proses skoring menggunkan skala yang telah dirumsukan.

c) Tahap Intervensi/Tahap Perencanaan Tindakan Keperawatan Keluarga.


Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup
tujuan umum dan tujuan khusus serta dilengkapi dengan kriteria dan standar.
Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan
dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.
d) Tahap Implementasi/Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan
mengenai diagnosa yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap
keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:
1. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan dengan cara:
a. Memberikan informasi.
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.
c. Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan
cara:
a. Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan.
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.
c. Mendiskusikan tentang konsekuensi tipa tindakan
d. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit.
e) Tahap Evaluasi.
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah di berikan, dilakukan penilaian
untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/belum berhasil perlu disusun rencana
baru yang sesuai.
Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga.Untuk dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
waktu dan kesediaan keluarga.Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP
secara operasional:
- S adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara
subjektif setelah dilakukan intervensi keperawatan,
misalnya : keluarga mengatakan nyerinya berkurang.
- O adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif
setelah dilakukan intervensi keperawatan, misalnya : BB
naik 1 kg dalam 1 bulan.
- A adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan
mengacu pada tujuan yang terkait dengan diagnosis.
- P adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat
respon dari keluarga pada tahapan evaluasi .
Tahapan Evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif adalah evaluasi yang di lakukan selama proses asuhan keperawatan,
sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGPADA KELUARGA TN.B.F DENGAN TAHAP
PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH
A. Pengkajian.
1. Data umum.
1.1. Identitas keluarga.
a. Nama : Tn.B.F.
b. Umur : 34 tahun.
c. Jenis kelamin : Laki-laki.
d. Pendidikan : S1.
e. Agama : Kristen Protestan.
f. Pekerjaan : PNS.
g. Alamat : RT:01,RW:01,Desa: Homfolo.
1.2. Komposisi keluarga.
No Nama JK Hub Umur Pendidikan Pekerjaan Status kesehatan

1. Ny. N P Istri 29 tahun SMA IRT Sehat

2. An. S L Anak 9 tahun SD Pelajar Sehat

3. An. S P Anak 3 tahun PAUD Pelajar Sakit

1.3. Genogram.
Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Tinggal bersama

1.4. Tipe keluarga.


Tipe keluarga Tn.B.F adalah keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari Tn.B.F
sebagai suami,Ny.N sebagai istri dan AK.1 dan AK.2yang tinggal satu atap.

1.5. Suku bangsa.


Ny. N mengatakan mengatakan bahwa keluarganya merupakan suku Sentani.

1.6. Agama.
Keyakinan yang dianut keluarga Tn.B.F adalah kristen protestan. Tidak ada perbedaan
dalam anggota keluarga. Keluarga Tn.B.F selalu menjalankan ibadah setiap hari
minggu.

1.7. Status sosial ekonomi.


Tn. B.F bekerja sebagai guru di lereh, Ny.N mengatakan Tn.B.F biasanya pulang
kerumah kalau ada hari libur. Penghasilan keluarga Tn.B.F per bulan ±
Rp.2000.000,00.

1.8. Aktivitas dan rekreasi keluarga.


Jika ada waktu luang keluarga Tn.B.F sering menonton TV,mancing bersama,dan
berkumpul dengan keluarga besar.
2. Riwayat tahap perkembagan keluarga.
2.1. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
Keluarga Tn. B.F mempunyai 2 anak, anak pertama laki-laki berumur 9 tahun dan
anak kedua berumur 3 tahun,maka Tn.B.F berada pada tahap perkembangan keluarga
dengan anak usia sekolah.

2.2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.


Ny. N mengatakan tahap perkembagan yang belum terpenuhi yaitu memenuhi
kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.

2.3. Riwayat keluarga inti.


Keluarga Tn.B.F tidak mempunyai penyakit menular dan tidak mempunyai penyakit
keturunan. Tidak ada anggota keluarga yang cacat. Riwayat kesehatan Tn.B.F adalah
sebagai berikut :
 Ny. N mengatakan AK.2 mengindap penyakit malaria dua hari yang lalu dan
sudah dibawah ke Puskesmas Distrik Ebungfaw.

2.4. Riwayat keluarga sebelumnya.


Pada keluarga Tn. B.F tidak diketahui adanya riwayat penyakit keturunan maupun
menular. Sedangkan dari keluarga Ny. N juga tidak diketahui adanya penyakit
keturunan dan menular.

3. Data Lingkungan.
3.1. Karakteristik dan denah rumah.
Ny.N mengatakan luas rumah Tn.B.F 12 x 14 m². terdiri dari 1 ruang tamu,4 kamar
tidur, rumah permanen,lantai dari papan,29 ventilasi,18 jendela kaca,pencahayaan dari
luar sangat terang jadi ruangan tidak pengap. Air yang digunakan untuk makan dan
minum berasal dari sumur bor. Ny. N mengatakan kalau mati lampu keluarga Tn. B.F.
menggunakan air danau.
 Ruang depan : Tampak bersih.
 Ruang tamu : Tampak bersih.
 Ruang tidur : Tidak menggunakan tempat tidur,hanya kasur,tampak
kotor karena barang-barang kurang ditata dengan rapi.
 Ruang dapur : Tampak kotor karena barang-barang kurang ditata dengan
rapi.
 Kamar mandi : Kamar mandi terdiri dari 1 bak mandi dan 1 WC.
 Jendela : Jendela dirumah ada 18 jendela dan 29 ventilasi,
penerangan dirumah sangat cukup karena jendela kaca bisa di buka.
 Sistem penyajian makanan : Terbuka.

DENAH RUMAH.

JALAN

Kamar

Kamar
Kamar Kamar

Dapur

Tetangga tetangga

Danau

3.2. Karakteristik keluarga dan komunitas.


Ny. N mengatakan keluarga Tn. B.F. berada pada lingkungan yang bermata pencaharian
nelayan dan petani, dan hidup saling menghormati.

3.3. Mobilitas geografis keluarga.


Ny. N mengatakan tidak pernah pindah tempat tinggal semenjak menikah, dan sudah
menjadi warga yang menetap di kampung Homfolo.

3.4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.


Ny. N mengatakan setiap hari kumpul dengan tetangga dan sering mengikuti kegiatan
yang ada dikampung.

3.5. Sistem pendukung keluarga.


Biasanya kalau ada keluarga yang sakit, Ny.N menelpon Tn.B.F untuk meminta
persetujuan dan membawa ke puskesmas.

4. Struktur keluarga.
4.1. Pola komunikasi keluarga.
Komunikasi keluarga Tn.B.F adalah terbuka,dimana semua dibicarakan dan
diselesaikan bersama.

4.2. Struktur kekuatan keluarga.


Antar anggota keluarga saling menghormati dan menghargai,dan dalam pengambilan
keputusan suami yang mengambil keputusan dan berdasarkan keputusan bersama.

4.3. Struktur peran.


a. Tn.B.F : Berperan sebagai kepala keluarga,suami,dan pencari nafkah.
b. Ny. N : Berperan sebagai ibu rumah tangga.
c. AK.1 : Berperan sebagai anak pertama.
d. AK.2 : Berperan sebagai anak kedua.

4.4. Nilai dan norma keluarga.


Keluarga Tn.B.F menerapkan nilai dan norma yang berlaku menurut ajaran agama dan
aturan yang ada dimasyarakat,keluarga Tn. B.F mempunyai kebiasaan mencuci tangan
dan berdoa sebelum makan.

5. Fungsi keluarga.
5.1. Fungsi afektif.
Ny. N mengatakan keluargnya saling menyayangi dan saat ini sangat memperhatikan
AK.2 yang sedang sakit malaria tropika.

5.2. Fungsi sosial.


Antara keluarga dan tetangga tidak ada masalah dalam berkomunikasi.

5.3. Fungsi perawatan keluarga.


a. Mengenal masalah kesehatan keluarga.
Dari pengkajian Ny.N tidak mampu mengenal masalah malaria yang terjadi pada
Ak.2, karena ia hanya mengetahui penyakit malaria itu disebabkan oleh gigitan
nyamuk.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.


Ny. N mengatakan sebelum membawa anaknya ke Puskesmas Ia menelpon Tn.
B.F terlebih dahulu untuk meminta persetujuan.
c. Memberi keperawatan pada anggota keluarga.
Menghadapi AK.2 yang sedang sakit malaria, Ny. N memberikan obat yang
diberikan dari Puskesmas dan sering memantau suhu AK.2,dan jika AK.2 demam
Ny.N sering mengompres menggunakan air biasa.

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat.


Pemanfaatab rumah belum maksimal. Keluarga belum menyadari pentingnya
kebersihan lingkungan terhadap kesehatan,meskipun menyadar inamun belum
dilaksanakan secara maksimal.

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.


Ny.N mengatakan jika ada keluarga yang sakit, ia menelpon Tn. B.F untuk
meminta persetujuan dan langsung langsung di bawah ke Puskesmas.

f. Fungsi reproduksi.
Ny. N mengatakan saat ini belum merencanakan punya anak lagi karena AK.2
masih kecil. Dan Ny. N megikuti program KB,dan jenis KB yang di pakai Ny.N
adalah KB suntik.

g. Fungsi ekonomi.
Keluarga Tn. B.F menggunakan penghasilan setiap bulan yang digunakan untuk
membiayai kebutuhan sehari-hari.

6. Stress dan kopingf keluarga.


6.1. Stres jangka panjang dan jangka pendek.
- Stressor jangka pendek : Keluarga Tn.B.F masih memikirkan bagaiman
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya.
- Stressor jangka panajng : Untuk saat ini keluarga Tn.B.F mengatakan sangat
khawatir kalau penyakit AK.2 tidak sembuh.
6.2. Kemampuan keluarga untuk merespon terhadap situasi atau stressor.
Ny. N menyadari bahwa AK.2 sakit, untuk itu Ny.N menelpon Tn.B.F terlebih dahulu
meminta persetujuan dari Tn.B.F untuk membawa Ak.2 ke Puskesmas.

6.3.Strategi koping yang digunakan.


Karena berhubung Tn. B.F masih berada di tempat kerja jadi Ny. N memutuskan untuk
menelpon Tn.B.F untuk meminta persetujuan untuk membawa AK.2 ke Puskesmas.

6.4. Strategi adaptasi disfungsional.


Pada saat pengkajian Tn.B.F tidak berada di rumah dan didalam keluarga tidak
ditemukkan adanya tanda-tanda mal adaptif,

7. Pemeriksaan fisik.
Pemfis IK AK 1 AK 2

KU Baik Baik Baik

TD 120/80 mmhg - -

Nadi 83 x menit 78 x/menit 95 x/menit

Suhu 34,7 ºC 36,7ºC 39 º C

Repirasi 20x/menit 18x/menit 28x/menit

Kepala Loncong,rambut Oval ,rambut Loncong,rambut


bersih,warna hitam. bersih,warna hitam. bersih,warna hitam.

Mata Simetris,konjungtiva Simetris,konjungtiva Simetris,konjungtiva


tidak anemis,sklera tidak anemis,sklera tidak pucat ,sklera tidak
tidak ikterik. ikterik. ikterik.
Hidung Bersih,fungsi Bersih,fungsi penciuman Bersih,fungsi
penciuman baik,tidak baik,tidak ada penciuman baik,tidak
ada sekret,tidak ada sekret,tidak ada ada sekret,tidak ada
pernapasan cuping pernapasan cuping pernapasan cuping
hidung. hidung. hidung.

Telinga Bersih,simertis,tidak Bersih,simertis,tidak ada Bersih,simertis,tidak


ada serumen,fungsi serumen,fungsi ada serumen,fungsi
pendengaran baik. pendengaran baik. pendengaran baik.

Mulut Bersih, mukosa bibir Bersih, mukosa bibir Bersih, mukosa bibir
lembab lembab kering.

Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid

Abdomen Datar,simetris,tidak Datar,simetris,tidak ada Datar,simetris,tidak


ada nyeri tekan. nyeri tekan. ada nyeri tekan.

Ekstremitas Tidak ada Tidak ada varises,tidak Tidak ada


varises,tidak ada ada edema. varises,tidak ada
edema. edema.

8. Analisa data.
No Data Problem Etiologi

1. Ds :
- Ny.N mengatakan
bahwa 3 hari yang lalu
AK.2 mengidap
penyakit malaria.
Do :
Malaria pada AK.2
- AK.2 tampak pucat dan Ketidakmampuan keluarga
lemah. mengenal masalah
- Suhu : 39 ºC. kesehatan keluarga
- Nadi : 95x/menit. mengenai penyakit malaria
- Respirasi : 28x/menit.

2. Ds :
- Ny. N mengatakan luas
rumahnya 12 x 14 m ²
Do :
Kerusakan penatalaksanaan Ketidakmampuan keluarga
- Dapur tampak kotor
pemeliharaan rumah mempertahankan suasana
karena barang-barang
rumah yang sehat
kurang ditata dengan
rapi.
- Kamar tampak kotor
karena barang-barang
kurang ditata dengan
rapi
- Keadaan air di dalam
Bak mandi tampak
kotor.
- Air danau di sekitar
rumah tampak kotor.

9. Prioritas masalah.
1. Malaria pada AK.2.
2. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah.
10. Skoring.
a. Malaria pada anak AK.2 berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah penyakit malaria.
No Bobot Nilai Pembenaran

1. Sifat masalah. 3/3x1=1 Masalah sudah nyata atau


- Tidak/kurang sehat sedang terjadi

Kemungkinan masalah dapat Masalah dapat diubah


diubah. dengan cara menganjurkan
- Sebagian 1/2x 2=1 kepada keluarga untuk
kontrol ke pusat pelayanan
kesehatan.

Potensi masalah untuk dicegah. Masalah dapat dicegah


- Cukup dengan cara mengajarkan
2/3x1= 2/3 cara merawat anak yang
sedang sakit malaria.

Menonjolnya masalah. Keluarga merasakan ada


masalah yang terjadi pada
- Masalah berat harus
2/2x1=1 AK.2.
segera ditangani

Total = 3 2/3
b. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan Ketidakmampuan
keluarga mempertahankan suasana rumah yang sehat.

No Kriteria Bobot Pembenaran

1. Sifat masalah. 3/3x1 = 1 Masalah sudah nyata atau


- Ancaman kesehatan sedang terjadi

2. Kemungkinan masalah dapat 2/2x2= 2 Masalah dapat diubah


diubah. dengan cara menganjurkan
- Hanya sebagian. keluarga untuk menjaga dan
dan memelihara kerusakan
rumah.

3. Potensial masalah untuk 3/3x1 = 1 Masalah dapat dicegah


dicegah. dengan cara meningkatkan
- Cukup pengetahuan tentang syarat-
syarat kebersihan rumah
yang sehat.

4. Menonjolnya masalah. Maslah tidak dirasakan


- Masalah tidak 0/2=0 karena keluarga tidak
dirasakan mengerti tentang kebersihan
rumah.

Total = 4

11. Perencanaan keperawatan keluarga.


a. Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah berhubungan dengan
Ketidakmampuan keluarga mempertahankan suasana rumah yang sehat.
No.Dp Tujuan Kriteria Hasil standar Intervensi
TUM TUK
1. Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon 1. Keluarga dapat 1. Kaji tingkat
penyuluhan pada tindakan selama 1 verbal/ mengetahui pengetahuan
keluarga masalah x 60 menit Pengetahuan syarat-syarat keluarga
kesehatan dapat keluarga dapat kebersihan rumah tentang
teratasi mengetahui atau yang sehat. kebersihan
mengenal masalah 2. Keluarga dapat rumah.
kebersihan rumah. Sikap mengambil 2. Jelaskan syarat-
keputusan yang syarat rumah
tepat. kebersihan
rumah yang
3. Keluarga dapat sehat.
Tindakan/ mempertahankan 3. Anjurkan
Psikomotor suasana rumah keluarga untuk
yang sehat. selalu menjaga
dan memelihara
kebersihan serta
merapikan
perabotan
rumah.
4. Berikan pujian
atas keputusan
dan tindakan
yang diambil
oleh keluarga.

b. Malaria pada anak AK.2 berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan keluarga mengenai penyakit malaria.
No.D Tujuan Kriteria Hasil standar Intervensi
p TUM TUK
2. Setelah dilakukan Setelah dilakukan Respon 1. Mampu 1. Kaji tingkat
penyuluhan pada tindakan selama verbal/ menjelaskan pengetahuan
keluarga masalah 1x 60 menit Pengeta pengertian dari keluarga tentang
kesehatan dapat keluarga daapt huan malaria. malaria.
teratasi mengetahui atau
mengenal masalah
kebersihan rumah. sikap 2. Mampu
mennyebutkan 2. Pertemuan dengan
penyebab dari keluarga untuk
malaria. membahas tentang
:
- Pengertian
malaria.
- Penyebab/factor
dari malaria.
- Tanda dan gejala
malaria.
- Pencegahan
malaria.

Tindaka
n/
psikomo 3. Berikan
tor kesempatan
keluarga untuk
3. Mampu bertanya.

menyebutkan tanda
dan gejala dari 4. Pantau respon

malaria. terhadap materi


yang telah
diberikan.
5. Beri pujian
terhadap
kemampuan
memahami materi
yang di berikan.

12. Implementasi keperawatan.


Tgl/jam No dp Implementasi

Kamis,12 May 2016 1. TUK1: Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang kebersihan rumah.

TUK2: Menjelaskan elaskan syarat-syarat rumah kebersihan rumah yang


sehat.

TUK3: Menganjurkan keluarga untuk selalu menjaga dan memelihara


kebersihan serta merapikan perabotan rumah.

TUK4: Memberikan pujian atas keputusan dan tindakan yang diambil oleh
keluarga.

kamis,12 may 2016 2. TUK 1 : Mengkaji pengetahuan keluarga mengenai penyakit malaria
TUK 2: Mengadakan pertemuan dengan keluarga dan membahas tentang
penyakit malaria.
TUK3 : Memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya.
TUK4 : Memantau respon terhadap materi yang telah diberikan.
TUK5 : Memberikan pujian terhadap kemampuan keluarga memahami
materi yang diberikan.

13. Evaluasi.
Tgl/ jam No. Dp Implementasi

Kamis,12 May 2016 1. S : Ny. N mengatakan sudah mengerti tentang kebersihan rumah.
O : Keluarga membersihkan rumah seperti yang di contohkan.
A : Masalah belum teratasi.
P : ingatkan kepada keluarga untuk selalu menjaga lingkungan rumah
sehat.

Kamis,12 May 2016 2. S : Ny. N mengatakan sudah paham/mengerti tentang pengertian malaria.
O : Ny. N mampu menjelaskan kembali pengertian,penyebab,tanda dan
gejala dari penyakit malaria.
A : masalah teratasi.
P : interevensi di hentikan

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Keluarga degnan tahap perkembangan anak usia sekolah mempunyai tugas perkembangan
yaitu : mwnsosialisakikan anak untuk dapat meningkatkan prestasi sekolahnya ,meningkatkan
komunikasi terbuka agar mau bercerita tentang pengalaman yang diaalaminya. Selain itu oran tua
juga harus bisa melepaskan anak-anaknya ubtuk bisa bergaul dan bermain dengan teman
sebayanya.
Pada tahap ini anak sering kali tidak berada dirumah ,mereka lebih sering menghabiskan
waktu untuk bermain dengan teman-temannya,sehingga orang tua berpisah dengan anaknya untuk
sementara waktu.
Penerapan proses keperawatan keluarga memerlukan keterampilan yang baik didalam
berkomunikasi,skill keperawatan dan pemilihan pertanyaaan yang tepat sehingga proses
keperawatan dapat di terapkan dengan baik.

B. Saran.
1. Dalam melakukan pengkajian mahasiswa daapt menyimpulkan apakah keluarga mampu
memenuhi tugas perkembangan anak usia sekolah atau belum.
2. Dalam melakukan pengkajian,mahasiswa harus membina trust terlebih dahulu untuk
melakukan rencana asuhan keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai