Anda di halaman 1dari 13

Hambatan dan Potensi Sumber Daya… (Yulfira. M, Zainal.

A, Gusnedi)

HAMBATAN DAN POTENSI SUMBER DAYA LOKAL DALAM


UPAYA MENGURANGI RESIKO KEMATIAN IBU DI KECAMATAN TIGO
LURAH KABUPATEN SOLOK, PROVINSI SUMATERA BARAT

The Barriers and Potential Local Resources to Reduce The Risk of Maternal Death in
In Tigo Lurah District of Solok Regency West Sumatera

Yulfira Media1, Zainal Arifin2, Gusnedi3


1
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Sumatera Barat
2
Jurusan Antropologi, FISIP Universitas andalas
3
Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Padang
Email: Fira.media@yahoo.com

Abstract

Background: The maternal mortality rate ( MMR ) in Solok, West Sumatra Province is still remain high at
449.2 per 100,000 live births. The selection of birth attendants is considered as one of the high MMR.
Objective: The study aims to explore barriers and potential local resources to reduce the risk of maternal
death.
Methods: The study was conducted using a qualitative approach. Data was collected through in-depth
interviews and focus group discussions.
Results: The results of the study revealed that reduction of the risk of maternal death was facing some
barriers such as socio-cultural barriers, geographic conditions, limited access to health services,
economics status, and low utilization of potential local resources. The resources that can be utilized in
reducing maternal death risk are the presence of potential dukun beranak (traditional birth attendant),
potential local leaders, village social capital, and interaction/ communication pattern based on locally
social and cultural condition.
Conclusion: The study revealed some bariers in reducing the risks of maternal deaths, but the problems
could be overcomed by optimalizing and utilizing several available potential local resources.

Keywords: maternal mortality , barriers of maternal health access, potential local resources

Abstrak

Latar belakang: Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat masih tinggi,
yaitu sebesar 449,2 per 100.000 kelahiran hidup. Pemilihan tenaga penolong persalinan dianggap turut
mempengaruhi AKI.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hambatan dan potensi sumber daya lokal dalam upaya
mengurangi resiko kematian ibu.
Metode: Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara mendalam dan Fokus Group Discussion.
Hasil: Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hambatan dalam upaya mengurangi risiko kematian ibu
yaitu hambatan sosial budaya, kondisi geografis dan keterbatasan akses pelayanan kesehatan, kondisi
ekonomi masyarakat, dan masih rendahnya pemanfaatan potensi lokal dalam upaya perawatan kesehatan
ibu hamil dan bersalin. Potensi lokal yang dapat dimanfaatkan dalam upaya risiko kematian ibu adalah
potensi keberadaan dukun beranak, potensi pemimpin lokal modal sosial nagari, dan pola interaksi dan
komunikasi yang berbasiskan sosial budaya masyarakat.
Kesimpulan: Penelitian menunjukkan adanya beberapa hambatan terkait kematian ibu, namun beberapa
potensi sumber daya lokal dapat dimanfaatkan dalam upaya mengurangi risiko kematian ibu.

Kata kunci: kematian ibu, kendala akses kesehatan ibu, potensi sumber daya lokal

Naskah masuk: 4 Maret 2014, Review: 31 Maret 2014, Disetujui terbit: 14 April 2014

1
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 1–13

PENDAHULUAN  Setiap wanita usia subur mempunyai


akses terhadap pencegahan kehamilan
Permasalahan kematian ibu di Indonesia yang tidak diinginkan dan penanganan
saat ini kondisinya cukup memprihatinkan. komplikasi keguguran.
Data terakhir dalam Survei Demografi dan Berbagai upaya untuk menurunkan AKI
Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun telah banyak dilakukan pemerintah, dan
2007 menunjukan bahwa angka kematian upaya terobosan yang paling mutakhir
ibu (AKI) masih sebesar 228/100 ribu adalah program Jaminan Persalinan
kelahiran hidup1 bahkan SDKI 2012 (Jampersal) yang digulirkan sejak 2011.
menunjukkan adanya kenaikan estimasi AKI Program Jampersal ini diperuntukan bagi
di Indonesia2. Kondisi ini menjadi sangat seluruh ibu hamil, bersalin dan nifas serta
sulit untuk pencapaian target penurunan bayi baru lahir yang belum memiliki
angka kematian ibu sebesar 118/100.000 jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan8.
kelahiran hidup pada tahun 20153.
Pelaksanaan program Jampersal yang salah
AKI di Provinsi Sumatera Barat juga masih satu tujuannya meningkatkan cakupan
tergolong tinggi, yaitu sebesar 207/100.000 persalinan dengan tenaga kesehatan belum
kelahiran pada tahun 2011. Angka ini bisa dikatakan berhasil jika persentase
masih jauh dari yang ditargetkan dalam persalinan dengan tenaga kesehatannya
RPJMD Provisi Sumatera Barat pada tahun masih rendah. Hal ini bisa terlihat dari data
2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran cakupan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga
hidup4. Kabupaten Solok merupakan salah kesehatan K4 yag masih rendah (65,6%) dan
satu kabupaten dengan angka kematian ibu cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
tertinggi di Provinsi Sumatera Barat, yaitu yang juga masih rendah di Kabupaten Solok
sebesar 449,2 per 100.000 kelahiran hidup5. yaitu 68,4%9. Dengan kata lain bahwa
partisipasi masyarakat untuk memanfaatkan
Kematian ibu di negara berkembang pelayanan kesehatan dalam pertolongan
termasuk di Indonesia masih banyak terjadi persalinan dianggap masih dibawah target
di rumah, tanpa pertolongan tenaga yang diharapkan, yaitu 90%.9 Artinya, masih
kesehatan, keterlambatan akses untuk terdapat 31,6% persalinan ditolong oleh
menerima perawatan yang berkualitas dan dukun di Kabupaten Solok
sebagainya. Hal ini juga erat kaitannya
ketidaktahuan wanita, suami, dan keluarga Dukun bayi (dukun beranak) menurut
tentang pentingnya pelayanan antenatal Kusnada Adimihardja dalam Rina Anggoro
(pemeriksaan selama kehamilan), adalah seorang wanita atau pria yang
pertolongan oleh tenaga kesehatan terampil, menolong persalinan10, sejak dahulu kala
persiapan kelahiran dan kegawatdarutan, sampai sekarang masih banyak
merupakan beberapa faktor yang dimanfaatkan sebagai penolong. Dukun bayi
mempengaruhi pemanfaatan pelayanan merupakan tenaga terpercaya menurut
kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir6. masyarakat setempat. Hasil studi yang
dilakukan Ristrini pada tahun 2007
Pentingnya peningkatan kesehatan ibu hamil mengungkapkan bahwa kemampuan tenaga
dan bayi baru lahir, maka pada tahun 2000, non kesehatan/dukun bersalin masih kurang,
telah dicanangkan Gerakan Nasional khususnya yang berkaitan dengan tanda-
Kehamilan yang Aman atau ’Making tanda bahaya, resiko kehamilan dan
Pregnancy Safer (MPS) sebagai bagian persalinan serta rujukannya11.
program safe motherhood.
Upaya penurunan AKI tidak hanya tanggung
Pesan kunci Gerakan Kehamilan yang jawab pemerintah, tetapi lebih penting lagi
Aman/ MPS adalah7: peran serta masyarakat. Dalam mempercepat
keberhasilan penurunan AKI, disamping
 Setiap persalinan ditolong oleh tenaga faktor akses dan pelayanan kesehatan,
kesehatan terlatih masyarakat dengan segenap potensi dan
 Setiap komplikasi obstetri dan neonatal peran sertanya juga merupakan agenda
mendapat pelayanan yang adekuat prioritas.8
2
Hambatan dan Potensi Sumber Daya… (Yulfira. M, Zainal. A, Gusnedi)

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, hamil/punya balita (10 orang), tokoh
maka artikel ini bertujuan untuk masyarakat (10 orang), kader (10 orang),
mendeskripsikan tentang beberapa hambatan dan tenaga kesehatan (20 0rang). Total
dan potensi sumber daya lokal dalam upaya jumlah peserta FGD di wilayah kerja
mengurangi risiko kematian ibu di Kab. Puskesmas Batu Bajanjang adalah sebanyak
Solok. Artikel ini merupakan bagian dari 60 orang. Setelah FGD dilakukan
kajian pengembangan strategi triangulasi untuk menguji tingkat keabsahan
pemberdayaan masyarakat berbasiskan data dengan melakukan wawancara
sosial budaya lokal dalam upaya mendalam dengan beberapa informan, yaitu
mengurangi risiko kematian ibu khususnya aparat kesehatan, ibu hamil/punya balita,
di Kab. Solok. tokoh masyarakat (Wali Nagari, Sekretaris
Nagari, Tokoh agama), dan dukun.
METODE Pengolahan data dilakukan melalui tahapan
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2013, dari data yang dikumpulkan kemudian
di Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera dibuat transkrip hasil wawancara, diskusi
Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan yaitu mencatat seluruh data yang diperoleh
pertimbangan bahwa Kabupaten Solok dari wawancara dan diskusi. Setelah semua
adalah kabupaten dengan AKI tertinggi data tercatat dengan baik kemudian
menurut hasil penelitian Dinas Kesehatan dilakukan pemilihan data dengan
tahun 2008 sebesar 449.2 per 100.000 mengurutkan data berdasarkan kelompok
kelahiran hidup6 dan cakupan pemeriksaan pertanyaan, dan selanjutnya data yang
kehamilan K4 rendah (65,6%) dan cakupan dihasilkan disajikan dalam bentuk matriks
pertolongan persalinan dengan tenaga hasil wawancara dan diskusi guna
kesehatan yang rendah yaitu 68,4%. mempermudah dalam menganalisis data.
Kemudian secara purposive dipilih satu
Proses analisis data dimulai dengan
kecamatan yaitu Kecamatan Tigo Lurah
menelaah seluruh data yang tersedia dari
yang mempunyai Puskesmas Batu
berbagai sumber, yaitu dari hasil FGD,
Bajanjang. Puskesmas ini dipilih dengan
wawancara mendalam, observasi/
pertimbangan bahwa wilayah kerja
pengamatan yang sudah dituliskan dalam
Puskesmas Batu Bajanjang yang paling
catatan lapangan, dan dokumen resmi dari
rendah capaian cakupan pemeriksaan
instansi terkait.
kehamilan dengan tenaga kesehatan K4
yaitu 40,4% dan cakupan pertolongan HASIL
persalinan dengan tenaga kesehatan
(40,6%).6 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Puskesmas Batu Bajanjang didirikan pada
kualitatif. Data atau informasi yang tahun 2004, dan termasuk dalam Kecamatan
dikumpulkan terdiri dari data primer dan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. Sebelumnya
data sekunder. Data sekunder diperoleh Puskesmas Batu Bajanjang merupakan
melalui studi kepustakaan untuk mendapat Puskesmas Pembantu yang terdapat di
dokumen antara lain dari Dinas Kesehatan wilayah Kecamatan Payung Sekaki. Sejak
berupa buku Profil Kesehatan Kab Solok, pemekaran menjadi Kecamatan Tigo lurah,
dokumen Rencana Pembangunan Jangka statusnya berubah menjadi Puskesmas.
Panjang Menengah Daerah (RPJMD) Kecamatan Tigo Lurah merupakan
Provinsi Sumatera Barat, Buku Laporan kecamatan terluas di Kabupaten Solok, dan
PWS KIA dan data pendukung lainnya. termasuk daerah terpencil di Kabupaten
Pengumpulan data primer dilakukan dengan Solok. Ada 5 (lima) nagari/desa yang
diskusi kelompok terarah (focus group termasuk dalam wilayah administrasi
discussion/ FGD), wawancara mendalam Kecamatan Tigo Lurah, yaitu Rangkiang
(indepth interview), dan observasi. FGD Luluih,Tanjuang Balik Sumiso, Batu
telah dilakukan kepada 5 (lima) kelompok Bajanjang, Garabak Data dan Simanau.
yaitu kelompok ibu hamil/punya anak balita Pusat pemerintahan Kecamatan Tigo Lurah
(sebanyak 10 orang), keluarga ibu terdapat di Batu Bajanjang, yang memiliki
3
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 1–13

jarak 96 km ke ibu kota Kabupaten Solok di biasa, sehingga tidak perlu dipersoalkan
Arosuka, dengan waktu tempuh empat apalagi diinformasikan kepada orang lain.
sampai enam jam, dan berjarak 130 km ke Pemahaman seperti ini juga dilatar
Kota Padang menggunakan kendaraan roda belakangi oleh adanya rasa malu bagi
empat dicapai dalam waktu sekitar tujuh seorang ibu dan keluarganya untuk
sampai sembilan jam. memeriksakan kehamilan apabila masih
dalam usia muda (3 bulan kebawah), di
Topografi wilayah ini berbukit-bukit
samping itu juga ada perasaan khawatir atau
dijajaran pegunungan Bukit Barisan,
takut dianggap terlalu berharap. Hal ini
sebagian besar luas lahan merupakan hutan
seperti yang diungkapkan informan sebagai
negara dan lahan kritis/tidak subur.
berikut:
Jalan yang menghubungkan antara nagari
“Jika kehamilan masih muda (di bawah 3
pada umumnya adalah jalan setapak. Sarana
bulan) rasanya malu diinformasikan
transportasi umum di nagari-nagari ini
kepada orang lain dan apalagi diperiksa
adalah ojek, dengan biaya sewa ojek dari
kehamilannya karena takut dikatakan
nagari menuju kota Kecamatan kurang lebih
terlalu berharap (“arok”), sehingga
Rp. 100.000,-. Kondisi medan yang dilalui
akan membuat malu kalau justru
cukup berat dengan sebagian besar jalannya
nantinya tidak jadi hamil”.
adalah jalan tanah dan berlumpur jika
musim hujan, dan biasanya hanya mobil Adanya pandangan dari masyarakat
double gardan yang aman jika melewati tersebut di atas, maka seorang ibu hamil
daerah ini. akan cenderung memeriksakan kehamilan
apabila mereka sudah merasa yakin bahwa
Wilayah kerja Puskesmas Batu Bajanjang
mereka hamil 4 bulan ke atas, dan apabila
yang meliputi 5 (lima) nagari (desa)
ditemukan ada persoalan selama kehamilan.
mempunyai kondisi wilayah geografis yang
Rasa malu dan belum ada kepastian ini pula
relatif sulit dijangkau, terdapat 3 (tiga)
yang membuat, seorang ibu hamil dan
nagari yang hanya dapat dilalui roda dua dan
keluarganya juga tidak mempersiapkan
roda empat sedangkan 2 (dua) nagari lainnya
secara baik persalinan yang akan dihadapi.
hanya dapat dilalui dengan kendaraan roda 2
Persiapan hanya akan dilakukan seminggu
dan kuda beban (sarana transportasi dalam
sebelum persalinan.
perdagangan). Puskesmas Batu Bajanjang
merupakan satu-satunya Puskesmas dengan Pemahaman seperti ini akhirnya membuat
kategori sangat terpencil. Akses masyarakat berbagai persoalan kehamilan terkadang
terhadap pelayanan kesehatan juga sangat tidak terpantau dengan cepat oleh tenaga
dipengaruhi oleh kondisi geografis yang kesehatan. Bahkan persoalan seorang ibu
berbukit-bukit dan jalan relatif jelek hamil terkadang tidak bisa dimasuki,
tersebut. sehingga menjadi persoalan bagi bidan dan
tenaga kesehatan lainnya, karena dianggap
Hambatan dalam Perawatan Kesehatan
sebagai persoalan pribadi dan keluarganya.
Ibu Hamil dan Bersalin Akibatnya berbagai upaya untuk
memasukkan pengetahuan-pengetahuan
Hasil FGD dan wawancara mendalam
kesehatan yang benar terkait dengan
terdapat beberapa hambatan yang terkait
kehamilan dan persalinan, relatif sulit
perawatan kesehatan ibu hamil dan bersalin
dilakukan bahkan oleh kader posyandu
di lokasi penelitian antara lain adalah
sendiri, karena sering dianggap mencampuri
sebagai berikut:
urusan pribadi seseorang.
Hambatan Sosial dan Budaya: Pengetahuan masyarakat menurut informan
Masih kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan tentang masalah kesehatan
ibu hamil dan bersalin juga relatif kurang.
masyarakat terkait perawatan kehamilan,
persalinan dan pasca persalinan Masyarakat di sini hanya memerlukan
tenaga kesehatan ketika sudah terjadi
Hasil FGD dan wawancara mendalam masalah, kesadaran masyarakat terhadap
diketahui bahwa pemahaman masyarakat kesehatan relatif kurang. Masyarakat di
tentang kehamilan adalah persoalan yang daerah ini tidak terlalu mementingkan
Hambatan dan Potensi Sumber Daya… (Yulfira. M, Zainal. A, Gusnedi)

kesehatannya, di mana ketika ibu sudah ada di Solok tersebut terkadang


hamil besar tidak ada perlakuan khusus membutuhkan waktu sampai satu malam.
terhadap ibu tersebut, dan tetap saja masih Situasi ini menyebabkan terlambat
pergi ke sawah untuk menjalankan memutuskan untuk dirujuk, masalah
aktifitasnya. Masyarakat beranggapan geografi dan transportasi yang sulit juga
pekerjaan tersebut sudah hal yang biasa. menjadi kendala sehingga dapat
menyebabkan ibu dengan komplikasi ini
Persepsi masyarakat terhadap tenaga bidan
terlambat untuk ditangani.
bahwa bidan masih relatif muda, dan
masyarakat cenderung merasa kurang
Hambatan Sosial dan Budaya: masih
percaya dengan bidan tersebut karena belum
kuatnya tradisi dan kepercayaan
berpengalaman dalam membantu persalinan.
masyarakat terhadap perawatan
Begitu juga dengan bidan, tampaknya juga
kesehatan ibu hamil dan bersalin
merasa kurang percaya diri dan lebih
bersikap hati-hati dengan dukun setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Mereka masih ada perasaan khawatir masyarakat di lokasi penelitian cenderung
terhadap dukun yang dianggap mempunyai mempunyai kepercayaan dan tradisi yang
kemampuan lebih, dimana dukun tidak terkait dengan perawatan kehamilan,
hanya membantu ibu melahirkan tapi dia persalinan dan pasca persalinan. Dalam hal
juga ilmu untuk bisa menahan kelahiran. pemeriksaan kehamilan dapat dikatakan
Selanjutnya masyarakat menyatakan bahwa bahwa pemeriksaan kehamilan dengan
pendekatan tenaga kesehatan kepada menggunakan bantuan dukun beranak
masyarakat masih dianggap kurang dan dianggap merupakan suatu kepercayaan dan
perlu peningkatan. kebiasaan masyarakat di kampung.
Sementara itu, pandangan masyarakat Kepercayaan masyarakat terhadap dukun
terhadap pelayanan yang diberikan oleh beranak, selain karena sudah merupakan
dukun lebih bersifat kekeluargaan. tradisi atau kebiasaan masyarakat setempat,
Hubungan dukun dengan masyarakat sudah juga dimungkinkan oleh kondisi jumlah
terbina dengan baik. Dukun bisa tenaga dukun beranak yang relatif banyak
menenangkan ibu hamil dan memberikan jika dibandingkan dengan jumlah tenaga
pelayanan yang baik serta bersifat bidan. Apalagi hal ini diperburuk oleh
kekeluargaan, dan pembayarannya relatif kondisi tenaga kesehatan yang cenderung
murah tidak ada tarifnya. Dalam hal ini tidak berada ditempat dan pelayanan pada
biasanya dukun diberikan imbalan berupa hari tertentu saja (Selasa dan Rabu), jarak
beras sebanyak satu atau dua sukek. Bagi yang jauh dengan biaya transportasi ke
mereka yang ekonominya relatif cukup baik Puskesmas yang relatif besar, sehingga pada
cenderung menambahkan uang kurang lebih waktu pemeriksaan kehamilan yang pertama
sebesar Rp50.000,-. Selanjutnya sebagian kali masyarakat cenderung menggunakan
masyarakat lebih mempercayai dukun jasa tenaga dukun beranak.
karena sudah berpengalaman, dan sudah
banyak ibu yang dibantu melahirkan. Pada umumnya masyarakat di daerah ini
Jika dalam proses persalinan, dukun mempunyai kebiasaan melahirkan di rumah
menyatakan sudah tidak sanggup lagi, maka dengan bantuan dukun beranak sebagai
dukun memberikan izin untuk memanggil tenaga pertolongan pertama persalinan.
bidan. Sebelum bidan membantu menangani Alasan informan melahirkan di rumah
persalinan biasanya bidan meminta izin karena merasa lebih nyaman, tenang di
terlebih dahulu kepada dukun yang dianggap rumah sendiri didampingi oleh keluarga.
sakti (punya ilmu ghaib), kalau tidak takut Sedangkan dukun dipilih sebagai penolong
nanti di “pampan” sehingga anak tidak bisa persalinan karena sudah dikenal dekat,
lahir. Begitu juga pada keadaan dipercaya dan sudah merupakan tradisi yang
kegawatdaruratan, di mana ibu sudah dilakukan secara turun temurun, dan
saatnya harus dirujuk, tapi harus tetap seizin bayarannya bisa dengan beras satu atau dua
dukun dan keluarga serta ninik mamak. sukek (satu sukek adalah sekitar dua liter),
Keputusan melalui musyawarah keluarga tergantung dari kondisi ekonomi
untuk membawa ibu ke rumah sakit yang masyarakat.
5
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 1–13

harus dilakukan oleh masing-masing


Hasil temuan di lapangan menunjukkan keluarga sesudah kelahiran anak kurang
bahwa adanya kecenderungan dari lebih satu bulan, baik laki maupun
masyarakat untuk meminta bantuan perempuan, dan masyarakat akan merasa
persalinan dengan dukun beranak terlebih malu jika tidak melaksanakan kegiatan
dahulu. Masyarakat mempunyai anggapan tersebut. Tradisi turun mandi ini sudah
nanti saja ke tenaga kesehatan, yaitu kalau merupakan tradisi turun temurun, yang
kondisinya sudah tidak bisa lagi ditangani dilakukan secara adat, dan dalam hal ini
oleh dukun beranak. Dalam hal ini dapat dukun dianggap menjadi tokoh penting
dikatakan bahwa jika kondisi persalinan dalam kegiatan tersebut.
tidak bisa ditangani dukun beranak, maka
barulah biasanya dukun beranak tersebut Kondisi Geografis dan Keterbatasan
meminta keluarga untuk memanggil bidan. Akses Pelayanan Kesehatan
Namun kondisi seperti ini biasanya sudah Wilayah kerja Puskesmas Batu Bajanjang
dalam kondisi yang kritis yang sudah bukan merupakan daerah terpencil, jarak yang
ditangani bidan lagi tetapi sudah harus relatif jauh dan kondisi geografis sulit
dirujuk ke rumah sakit, seperti yang dijangkau karena kondisi jalan menuju pusat
diungkapkan informan sebagai berikut: kecamatan masih berbatu bahkan berlumpur
“Lebih baik ke dukun beranak sajalah ketika hujan, sehingga sulit untuk dilalui
dahulu, ya nanti-nanti sajalah ke bidan. kendaraan roda empat.
Jika dukun beranak sudah menyerah, Keterpencilan membuat pelayanan
maka baru disuruh memangil bidan. Pada kesehatan relatif terbatas, tidak saja karena
saat ini biasanya kondisi ibu tersebut keterbatasan tenaga kesehatan yang bisa
sudah dianggap bukan “makanannya menjangkau semua lapisan masyarakat,
bidan lagi”, tetapi harus dibawa ke rumah tetapi juga lebih disebabkan karena jadwal
sakit”. pelayanan hanya bisa dilakukan pada hari-
hari tertentu saja. Ketersediaan sarana
Kondisi ini juga dapat menyebabkan
prasarana pendukung yang dimiliki lembaga
masalah kegawatdaruratan tersebut menjadi
kesehatan yang relatif masih terbatas,
terlambat untuk dirujuk.
sehingga beberapa program yang seharusnya
dilakukan oleh lembaga kesehatan ini
Dukun tidak hanya membantu persalinan,
akhirnya tidak bisa dilaksanakan.
tetapi juga membantu perawatan terhadap
anak dan ibu habis melahirkan, seperti Kondisi keterbatasan akses dan layanan
membantu memandikan anak dan ibu kesehatan tersebut mengakibatkan
setelah melahirkan yaitu lebih kurang pertolongan kesehatan yang seharusnya
setengah jam setelah persalinan, mencuci dilakukan oleh tenaga kesehatan justru
pakaian ibu yang terkena darah waktu cenderung terkendala, padahal persoalan
melahirkan, melakukan pemijatan, sakit apalagi melahirkan tidak bisa
melakukan pemasangan babek (ikatan kain dijadwalkan dan tidak bisa ditunda-tunda.
panjang yang diikatkan pada bagian bawah Upaya masyarakat untuk memberdayakan
perut) supaya peranakan tidak turun, dan diri agar mandiri dan mampu mengatasi
menganjurkan untuk meminum ramuan persoalan kesehatan yang mereka hadapi,
“obat” pahit (sekalian kunyit) serta ramuan juga terkadang terhambat karena kurangnya
jamu bersalin. pengetahuan yang mereka miliki, serta
Salah satu tradisi adat paska kelahiran kurangnya penyuluhan tentang kesehatan di
adalah tradisi turun mandi, yaitu kegiatan tengah masyarakatnya.
turun mandi anak ke kali dimaksudkan
Kondisi Ekonomi Masyarakat
untuk melepas hutang kepada dukun, yang
mana dalam hal ini masyarakat Sebagian besar (±90%) masyarakat di lokasi
beranggapan bahwa ada perasaan penelitian mempunyai mata pencaharian
berhutang kepada dukun yang telah sebagai petani, yang hanya mengandalkan
membantu persalinan diikuti dengan pertanian sebagai sumber kehidupan
mencuci tangan dukun yang terkena darah mereka. Dalam memenuhi kebutuhan hidup
waktu melahirkan. Rangkaian kegiatan ini mereka sehari-hari, biasanya masyarakat
Hambatan dan Potensi Sumber Daya… (Yulfira. M, Zainal. A, Gusnedi)

akan menjual sebagian hasil pertaniannya kebersamaan yang seharusnya bisa


seperti beras ke pasar. Hasil pertanian yang membantu mengatasi persalinan, juga tidak
mereka peroleh cenderung dimanfaatkan banyak membantu karena persoalan
untuk kebutuhan hidup sehari-hari. kehamilan dan persalinan adalah persoalan
Penghasilan yang relatif terbatas, keluarga inti, sehingga terkadang tidak
mengakibatkan masyarakat kesulitan ketika banyak bantuan masyarakat luas yang bisa
harus mengeluarkan biaya yang cukup besar diandalkan.
untuk persalinan. Kondisi ini membuat
Gambaran dari beberapa persoalan yang
masyarakat akhirnya lebih banyak memilih
dihadapi masyarakat Batu Bajanjang di atas,
pelayanan kesehatan yang relatif tidak
akhirnya membuat sebagian besar
membutuhkan biaya besar dalam waktu
masyarakatnya lebih banyak mengandalkan
bersamaan, yaitu tenaga dukun beranak.
tenaga tradisional yaitu tenaga dukun. Bagi
Hasil wawancara dengan informan diketahui
masyarakat Batu Bajanjang, dukun lebih
bahwa persalinan dengan tenaga bidan bisa
dipilih sebagai “tenaga kesehatan” dalam
menghabiskan biaya sampai Rp800.000,-
mengatasi berbagai persoalan kehamilan dan
apalagi kalau lokasi bidan yang relatif jauh.
persalinan, bukan saja karena sudah dikenal
Ini berbeda apabila persalinan dilakukan
lama dan dianggap berpengalaman, tetapi
kepada dukun beranak yang hanya
juga karena dukun bisa dipanggil kapan saja
mengeluarkan biaya antara Rp50.000,-
untuk membantu persalinan, dan biaya yang
sampai dengan Rp100.000,-. Bagi
dikeluarkan juga dianggap tidak
masyarakat yang kurang mampu bisanya
memberatkan masyarakatnya. Cara dukun
memberikan beras sebanyak satu atau dua
dalam membantu persalinan lebih banyak
sukek (satu sukek sama dengan 21/2 liter
dalam bentuk mengurut, dan akan
beras).
memberikan ramuan bila kehamilan dan
Besarnya biaya persalinan ini, lebih persalinan tersebut dianggap bermasalah.
disebabkan karena bidan terkadang harus Berbeda dengan tenaga bidan, yang
meminta dana tambahan apabila ia harus dipahami lebih mengandalkan obat-obatan
diajak ke rumah untuk membantu persalinan daripada sentuhan fisik, disamping juga
tersebut. Sementara sebagian besar karena penggunaan tenaga bidan juga
masyarakat memang lebih menyukai dianggap membutuhkan lebih banyak biaya.
melakukan persalinan di rumah, dengan
Walaupun sebagian besar persoalan
alasan keluarga bisa membantu dan terasa
kehamilan dan persalinan diserahkan kepada
lebih nyaman. Walaupun masyarakat Batu
dukun, tetapi bukan berarti keberadaan
Bajanjang ini sudah mendengar adanya
bidan sebagai tenaga kesehatan ditolak oleh
Jampersal, namun belum semua masyarakat
masyarakat. Kebiasaan yang sudah lama
bisa memanfaatkannya, bahkan sebagian
mereka terima cenderung sulit untuk
masyarakat belum mengetahui akan adanya
ditinggalkan, sehingga meminta bantuan
Jampersal ini.
dukun tetap akan dilakukan walaupun ibu
Masih rendahnya pengembangan dan hamil tersebut juga meminta bantuan kepada
pemanfaatan potensi lokal dalam upaya “tenaga kesehatan” (bidan). Dalam FGD
perawatan kesehatan ibu hamil dan juga terungkap bahwa seorang dukun tidak
bersalin merasa keberatan apabila keluarga pasien
justru meminta bidan ikut mendampingi
Hambatan lain adalah masih rendahnya dukun dalam melakukan persalinan. Bahkan
pengembangan dan pemanfaatan potensi pada kasus-kasus tertentu, seorang dukun
lokal yang bisa digunakan dalam mengatasi justru akan menyuruh keluarga ibu hamil
berbagai persoalan kehamilan, sementara untuk meminta bantuan persalinan kepada
lembaga kesehatan yang ada di nagari ini bidan apabila sang dukun ini merasa tidak
justru belum bisa dimanfaatkan secara sanggup untuk membantu persalinan ibu
maksimal. Persoalan transportasi misalnya hamil tersebut.
kondisi jalan dan jarak yang harus ditempuh
akan memakan biaya cukup besar apabila Menyikapi persoalan kehamilan dan
masyarakat harus meminta pelayanan ke persalinan di atas, maka tampak masyarakat
nagari terdekat apalagi ke Solok. Nilai-nilai di lokasi penelitian bukanlah tidak mau
7
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 1–13

meminta pelayanan kesehatan dan Oleh sebab itu, mencarikan argumentasi


persalinan dengan bidan atau tenaga yang lebih logis mungkin akan lebih baik
kesehatan. Persoalan pemahaman akan dan bisa diterima sesuai dengan nilai-nilai
kemampuan dan pengalaman seorang bidan dan kebiasaan lokal.
sangat menentukan sistem pelayanan
Keberadaan Pemimpin lokal
kesehatan yang dilakukan tenaga kesehatan
tersebut. Keterbatasan ekonomi juga sering Keberadaan pemimpin lokal (mamak dan
menjadi alasan mengapa masyarakat relatif wali nagari) relatif masih kuat, dimana
enggan dan jarang meminta pelayanan pendapatnya diterima oleh masyarakatnya,
persalinan kepada bidan, disamping dan berpengaruh terhadap perilaku
persoalan kepercayaan yang relatif masih masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan
sulit untuk dihilangkan. Masih kuatnya kesehatan. Sumberdaya lokal ini juga bisa
kepercayaan masyarakat terhadap tenaga dimanfaatkan untuk memasukkan nilai-nilai
dukun ini, juga didukung oleh masih ilmu kesehatan yang akan disodorkan dan
lemahnya penyuluhan kesehatan yang disosialisasikan kepada masyarakat. Akan
terprogram yang dilakukan oleh tenaga tetapi, persoalan yang tetap harus
kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada. diperhatikan adalah persoalan tata cara
dalam melakukan sosialisasi juga harus
Potensi Sumber Daya Lokal Yang Bisa
disesuaikan dengan budaya lokal. Terkait
Dimanfaatkan Dalam Upaya Mengurangi
dengan adanya anggapan masyarakat bahwa
Resiko Kematian Ibu
persoalan kehamilan adalah persoalan
Keberadaan dukun personal (malu memberi tahu), maka
sosialisasi yang dilakukan pun tidak dalam
Potensi sumberdaya lokal yang bisa bentuk kelompok besar yang sifatnya
dimanfaatkan di lokasi penelitian antara lain terbuka, tetapi akan menjadi lebih baik kalau
adalah; 1) keberadaan dukun beranak di dilakukan secara tertutup dan dalam
dalam masyarakat di lokasi penelitian masih kelompok kecil. Peran kader posyandu
dipercayai oleh masyarakat; 2) jumlah sangat dibutuhkan dalam melakukan
dukun beranak lebih banyak dibandingkan sosialisasi dan penyuluhan bagi para ibu
dengan tenaga kesehatan, untuk satu nagari hamil, karena keberadaan mereka yang
jumlahnya bisa mencapai kurang lebih 15 relatif sudah bisa diterima keberadaannya di
orang, sedangkan tenaga kesehatan untuk tengah masyarakat.
satu nagari jumlahnya rata-rata satu atau dua
orang. Hal ini sebaiknya keberadaan dukun Potensi modal sosial masyarakat nagari
bukan sebagai kendala tapi bagaimana
dioptimalkan sebagai potensi. Terkait dengan biaya yang harus
dikeluarkan ibu hamil dan keluarganya,
Persoalan yang sering dihadapi selama ini perlu ada terobosan akan biaya yang harus
adalah masih kuatnya beberapa tradisi yang dikeluarkan oleh ibu hamil dan keluarganya
harus dilakukan ibu hamil ketika meminta apabila meminta pelayanan kepada tenaga
pertolongan dengan dukun, yang dalam ilmu kesehatan. Persoalan biaya yang harus
kesehatan dianggap bertentangan dan tidak dikeluarkan ibu hamil ketika meminta
sesuai dengan petunjuk kesehatan. Misal pelayanan kepada dukun, sebenarnya juga
tradisi adanya kewajiban mandi bagi tidaklah murah karena pasca persalinan ibu
seorang ibu yang baru selesai persalinan hamil terkadang juga harus melakukan
untuk mandi, walaupun di tengah malam aktivitas tertentu sebagai ucapan terima
sekalipun. Sebagai sebuah tradisi, maka kasih kepada dukun tersebut. Perbedaannya,
persoalan seperti ini seharusnya dipahami biaya yang mereka keluarkan selama ini
secara arif, karena bisa saja dibalik untuk dukun tidaklah dikeluarkan sekaligus,
kebiasaan tersebut terselip sebuah pesan dan tetapi tahap bertahap. Berbeda dengan biaya
tujuan tertentu. Sebagai sebuah tradisi, maka yang harus dikeluarkan bila meminta
“melarang” dan “meniadakan” kebiasaan ini pelayanan kepada tenaga kesehatan, yang
juga akan membuat pengetahuan dengan cenderung harus dikeluarkan sekaligus,
faham bertolak belakang yang ingin sehingga memang terkesan besar dan
disodorkan juga akan mengalami resistensi. menyulitkan.
Hambatan dan Potensi Sumber Daya… (Yulfira. M, Zainal. A, Gusnedi)

Pentingnya memiliki tabungan menjelang Hasil penelitian di atas telah teridentifikasi


persalinan, tetap harus disosialisasikan beberapa hambatan dalam perawatan
sebagai pemahaman dasar kepada ibu hamil kehamilan dan persalinan terkait dengan
dan keluarganya. Walaupun selama ini pengetahuan, tradisi, nilai-nilai kepercayaan,
pernah diterapkan sistem arisan bagi ibu-ibu ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan,
hamil, yang menyerupai sistem tradisional masalah untuk mencapai akses pelayanan,
julo-julo, tetapi tidak berjalan secara baik pengaruh perilaku dari dari tenaga
karena tersendatnya pembayaran bagi ibu kesehatan.
hamil yang sudah menerima. Oleh sebab itu, Penduduk setempat sudah sangat percaya
perlu ada kreativitas yang mungkin bisa terhadap dukun sebagai penolong persalinan
dimotori oleh kader posyandu untuk padahal menurut gerakan Making Pregnancy
membuat tabungan bersama yang bisa Safer untuk mengurangi risiko terjadinya
dijadikan modal dasar pemberian “kredit” kematian ibu, seharusnya setiap ibu bersalin
bagi ibu-ibu hamil sebagai pengganti ditolong oleh tenaga kesehatan yang
“arisan” yang lebih bersifat individual. kompeten7. Pedoman Pemantauan Wilayah
Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-
KIA) yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina
Pola interaksi dan komunikasi yang
Kehatan Ibu, menyatakan bahwa tenaga
berbasiskan sosial budaya masyarakat
penolong persalinan adalah dokter spesialis
Terkait dengan pola interaksi dan kebidanan dan kandungan, dokter umum,
komunikasi yang dilakukan di tengah bidan dan perawat. Demikian pula untuk
masyarakat, perlu adanya pemahaman tenaga yang melakukan pemeriksaan
mendalam akan nilai-nilai sosial-budaya kesehatan adalah tenaga kesehatan. Apabila
yang berkembang ditengah masyarakat. masyarakat melakukan pemeriksaan
Pemahaman akan nilai-nilai sosial-budaya kehamilan ke dukun, artinya belum
ini tidak saja terkait dengan tata cara melakukan ANC (antenatal care), dimana
berkehidupan di tengah masyarakat, tetapi ANC bertujuan untuk memberikan
juga terkait dengan tata cara dalam pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai
menjalankan dan melaksanakan pekerjaan standar pelayanan kebidanan yang
dan program yang ada. dianjurkan untuk menjamin perlindungan
kepada ibu hamil berupa deteksi dini factor
PEMBAHASAN risiko, pencegahan dan penanganan
komplikasi13.
Angka kematian ibu merupakan salah satu Budaya dan sudah menjadi kepercayaan
indikator kesejahteraan sosial suatu negara masyarakat merupakan tantangan bagi
atau wilayah. Kematian seorang ibu Pemerintah Kabupaten Solok dalam upaya
mempengaruhi kondisi kehidupan suatu meningkatkan pelayanan kesehatan ibu di
keluarga karena adanya anak yang menjadi daerahnya, meskipun hal tersebut tidaklah
yatim. Terdapat berbagai faktor determinan mudah. Seperti yang dikemukakan oleh
turut andil dalam kejadian kematian ibu. Lawrence Green (dalam Notoatmojdo,
Determinan yang memegang peranan 2010)14 bahwa faktor perilaku masyarakat
penting dalam kematian ibu meliputi faktor mengenai kesehatan ditentukan oleh faktor
pelayanan kesehatan, aksesibilitas dan predisposisi (pre disposing factors), faktor
ketersediaan pelayanan kesehatan preventif pemungkin (enabling factors), dan faktor
dan kuratif, faktor reproduksi seperti paritas, penguat. Faktor predisposisi (pre disposing
status kesehatan umum, usia, dan faktor- factors), yaitu faktor-faktor yang
faktor sosial-ekonomi, termasuk tempat memberikan kemudahan atau
tinggal (daerah perkotaan / pedesaan), mempredisposisi terjadinya perilaku
pendidikan, pendapatan, status, serta faktor seseorang antara lain pengetahuan, sikap,
budaya12. Berdasarkan determinan tersebut, kepercayaan, tradisi, nilai-nilai, norma
terlihat bahwa kendala ibu hamil dan ibu sosial, dan sebagainya. Faktor pemungkin
bersalin di daerah penelitian adalah masalah adalah tersedianya sarana dan prasarana
aksesibilitas pelayanan kesehatan, faktor pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk
sosial ekonomi, dan budaya. mencapainya, misalnya Puskesmas, Poskesri
9
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 1–13

dan Posyandu. Faktor penguat merupakan masyarakat juga mempunyai pemahaman,


faktor-faktor yang memperkuat atau nilai-nilai, tradisi dan kepercayaan yang
mendorong terjadinya perilaku, seperti sikap dimiliki oleh masyarakat setempat dalam
dari perilaku petugas kesehatan dan tokoh menghadapi persalinan dan pasca
masyarakat. persalinan. Masyarakat cenderung
Gambaran hasil penelitian seperti yang telah memanfaatkan dukun beranak dalam
diungkapkan di atas menunjukkan bahwa perawatan kehamilan, persalinan dan pasca
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan persalinan. Masyarakat mempunyai
ibu hamil dan bersalin masih relatif rendah. pandangan bahwa tenaga dukun beranak
Kondisi tersebut di atas juga berkaitan lebih dipercaya dan lebih berpengalaman,
dengan rendahnya pendidikan masyarakat sedangkan tenaga bidan belum begitu
setempat. Sebagian besar (kurang lebih 80% dipercaya masyarakat karena dianggap
adalah tidak tamat SD dan tamat SD) relatif muda dan belum banyak pengalaman.
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kondisi keterbatasan akses dan layanan
Batu Bajanjang mempunyai pendidikan kesehatan tersebut mengakibatkan
yang relatif rendah, dan mereka menikah pertolongan kesehatan yang seharusnya
pada usia yang relatih muda. Dengan dilakukan justru cenderung terkendala.
pendidikan yang relatif rendah, maka Selanjutnya kondisi ekonomi masyarakat
kemampuan mereka untuk mendapatkan yang relatif kurang, dan masih rendahnya
pengetahuan mengenai kesehatan ibu dan pemanfaatan potensi lokal dalam upaya
anak juga terbatas. Apalagi sosialisasi atau perawatan kehamilan, persalinan dan pasca
penyuluhan dari tenaga kesehatan kepada persalinan.
masyarakat mengenai kesehatan ibu hamil
masih relatif kurang. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa
Pemahaman masyarakat terhadap manfaat potensi sumber daya lokal yang bisa
pemeriksaan kehamilan cenderung belum dimanfaatkan dalam upaya mengurangi
dimengerti oleh sebagian masyarakat. resiko kematian ibu adalah dukun beranak.
Masyarakat cenderung merasa malu untuk Seperti yang telah dikemukakan bahwa
memeriksakan kehamilannya, apalagi kalau dukun beranak merupakan tenaga yang
kehamilannnya masih di bawah tiga bulan. potensial dengan jumlahnya relatif lebih
Pemahaman masyarakat yang seperti ini banyak dibandingkan tenaga kesehatan, bisa
akhirnya membuat berbagai persoalan dipanggil kapan saja, biaya perawatannya
kehamilan terkadang tidak terpantau dengan lebih murah dan mempunyai kemampuan
cepat oleh tenaga kesehatan dan fasilitas lebih (bisa menahan kelahiran) serta
kesehatan. Bahkan persoalan seorang ibu dipercaya masyarakat, sehingga mempunyai
hamil terkadang tidak bisa dimasuki dan peluang lebih besar dalam membantu
menjadi persoalan bagi bidan dan tenaga perawatan kehamilan persalinan dan pasca
kesehatan lainnya, karena dianggap sebagai persalinan. Menyikapi hal ini, pemerintah
persoalan pribadi dan keluarganya. dapat memanfaatkan potensi dukun beranak
Akibatnya berbagai upaya untuk ini dengan melakukan pendekatan yang
memasukkan pengetahuan-pengetahuan berbasis sosial budaya lokal. Dalam hal ini
modern terkait dengan kehamilan dan tenaga kesehatan bisa merangkul dan
persalinan, relatif sulit dilakukan bahkan melakukan pembinaan serta pendampingan
oleh kader posyandu sendiri, karena sering terhadap dukun beranak, sehingga dalam
dianggap mencampuri urusan pribadi menghadapi persoalan kehamilan dan
seseorang. persalinan sampai pasca persalinan bisa
dilaksanakan kemitraan antara tenaga
Meutia F. Swasono menyatakan bahwa kesehatan (bidan) dengan dukun beranak,
berbagai kelompok masyarakat dengan yang disesuaikan dengan nilai-nilai, tradisi
kebudayaannya di seluruh dunia memiliki dan budaya dari masyarakat setempat.
aneka persepsi, interpretasi dan tindakan
dalam menghadapi terbentuknya janin dan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan
kelahiran bayi, dengan berbagai Litbang Kesehatan di Desa Tetingi,
implikasinya terhadap kesehatan15. Hasil Kecamatan Blang Pegayon, Kabupaten
penelitian juga menunjukkan bahwa Gayo Lues, Provinsi Nanggroe Aceh
Hambatan dan Potensi Sumber Daya… (Yulfira. M, Zainal. A, Gusnedi)

Darusssalam menunjukkan hasil yang tidak kampung) untuk menolong persalinan


jauh berbeda, yang mana masyarakat lebih daripada tenaga kesehatan. Kondisi ini
percaya kepada dukun beranak (bidan
memberikan peluang bagi bidan kampung dikemukakan Green12 bahwa ada faktor
untuk menolong persalinan lebih banyak penguat yaitu faktor-faktor yang
daripada tenaga kesehatan. Oleh karena itu, memperkuat atau mendorong terjadinya
pemerintah setempat hendaknya perilaku, seperti sikap dari perilaku petugas
memberikan perhatian khusus kepada bidan kesehatan dan tokoh masyarakat.
kampung dengan cara membina dan Keberadaan potensi sumber daya lokal
merangkul bidan kampung untuk bekerja tersebut selanjutnya perlu
sama dalam mengatasi permasalahan diimplementasikan ke dalam program dan
kehamilan seorang ibu sampai pasca- kegiatan yang terkait dengan upaya
persalinan16. mengurangi resiko kematian ibu.
Keberadaan pemimpin lokal (tokoh Dari uraian tersebut di atas, maka apabila
masyarakat dan walinagari) dan kader Pemerintah Daerah ingin mengurangi risiko
posyandu juga merupan potensi sumber kematian ibu perlu upaya keras untuk
daya lokal yang bisa dimanfaatkan dalam meningkatkan pemanfaatan penolong
upaya mengatasi permasalahan kesehatan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan
ibu hamil dan bersalin. Peran dari pemimpin memanfaatkan potensi yang ada di daerah
lokal dan kader posyandu sangat diperlukan tersebut. Hasil penelitian ini dapat menjadi
dalam penyampaian sosialisasi kesehatan, dasar bagi Pemerintah Daerah dalam
karena mereka dianggap orang-orang yang melakukan evaluasi dan perencanaan
kuat pengaruhnya di dalam masyarakat. intervensi program peningkatan pelayanan
Selanjutnya dalam rangka menekan risiko kesehatan ibu di Kabupaten Solok.
kematian ibu hamil dan melahirkan,
Identifikasi hambatan dan potensi di daerah
pendekatan seharusnya lebih berorientasi
penelitian dapat menjadi tantangan bagi
nilai-nilai sosial-budaya lokal
jajaran sektor kesehatan di Kabupaten Solok
(Minangkabau). Hal ini penting, karena
dan Pemerintahan Provinsi Sumatera Barat
gengsi sosial yang dimiliki oleh seorang
untuk lebih meningkatkan promosi
pelaku program, tidak ditentukan oleh
kesehatan ibu untuk meningkatkan
kecakapannya dalam melaksanakan program
pengetahuan masyarakat tentang perlunya
tersebut, tetapi lebih dilihat pada
pemeriksaan kesehatan ibu hamil dan
kemampuan dirinya dalam melakukan
persiapan ibu bersalin agar terhindar dari
interaksi dan komunikasi sesuai dengan
risiko kematian ibu. Kondisi kurangnya
nilai-nilai lokal. Sikap dan perilaku dari
pengetahuan dan adanya perbedaan
tokoh masyarakat dan petugas kesehatan
pemahaman masyarakat terhadap kesehatan
yang berorintasi nilai-nilai budaya dianggap
ibu hamil dan bersalin, dan masih kuatnya
dapat memperkuat terjadinya perilaku dalam
tradisi, nilai-nilai dan kepercayaan
pemilihan tenaga dan tempat pemeriksaan
masyarakat dalam perawatan kehamilan,
kehamilan/persalinan. Hal ini seperti yang
persalinan dan pasca persalinan tentunya
menjadi kendala bagi tenaga kesehatan masyarakat tersebut dan dengan cara yang
dalam upaya meningkatkan cakupan lebih khusus.
pemeriksaan kehamilan dan persalinan
Masalah kondisi geografis, yang
dengan tenaga kesehatan.
“diperparah” dengan ketersediaan sarana
Adanya faktor penghambat tersebut di prasarana pendukung dan ketersediaan
daerah penelitian maka perlu dilakukan pelayanan yang relatif masih terbatas perlu
upaya yang kuat dalam mengubah cara adanya inovasi dengan program terobosan
pandang masyarakat menuju perilaku untuk mendekatkan masyarakat ke fasilitas
meningkatkan kesadaran untuk melakukan kesehatan atau mendekatkan fasilitas
ANC dan pencarian penolong persalinan kesehatan ke masyarakat, seperti
dengan tenaga kesehatan sesuai dengan memperbanyak posyandu untuk
arahan program kesehatan dengan mendekatkan fasilitas kesehatan masyarakat
memanfaatkan potensi yang ada di untuk memudahkan dalam melakukan
11
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 5 No 1, April 2014 : 1–13

pemeriksaan kehamilan, perintisan pemanfaatan potensi lokal dalam upaya


kemitraan bidan dan dukun bayi, perawatan kesehatan ibu hamil dan bersalin.
pembentukan desa siaga dalam upaya
Beberapa potensi lokal yang dapat
Program Perencanaan Persalinan dan
dimanfaatkan dalam upaya risiko kematian
Pencegahan Komplikasi (P4K) serta
ibu adalah potensi keberadaan dukun
program rumah tunggu13. Selain itu
beranak untuk mendukung bidan dalam
pemerintah setempat dapat memanfaatkan
membantu persalinan dengan kemitraan,
program Program nasional Pemberdayaan
potensi pemimpin lokal modal sosial nagari,
Masyarakat (PNPM) yang berbasis
dan pola interaksi dan komunikasi yang
pemberdayaan masyarakat untuk
berbasiskan sosial budaya masyarakat.
memperbaiki infrastruktur di daerah tersebut
Potensi ini dapat dikembangkan dan
agar akses ke Kabupaten dan Provinsi
dimanfaatkan dalam upaya mengurangi
menjadi lebih lancer sehingga kegiatan
risiko kematian ibu.
ekonomi nagari juga meningkat. Dalam
proses perencanaan tersebut memanfatkan Saran
potensi tokoh masyarakat untuk
meningkatkan pemberdayaan masyarakat 1. Perlu peningkatan kapasitas masyarakat
agar program pelayanan kesehatan ibu dapat yang terkait perubahan perilaku
lebih ditingkatkan, kesadaran masyarakat kesehatan masyarakat, khususnya
lebih meningkatkan tanpa meninggalkan tentang kehamilan dan persalinan
peranan dukun yang sudah menjadi melalui penyuluhan kepada ibu hamil
kepercayaan masyarakat. Alternatif lainnya dan keluarga, tokoh masyarakat, kader
adalah pemberian beasiswa kepada keluarga dan dukun beranak.
dukun untuk dididik di sekolah kebidanan 2. Upaya peningkatan pemanfaatan potensi
seperti yang dilakukan oleh Pemerintah lokal dalam upaya mengurangi risiko
Daerah Kab. Sukabumi6, yang dirancang kematian perlu diimplementasikan
setelah lulus bidan ditempatkan kembali ke melalui program dan kegiatan yang
daerah asal sebagai upaya membangun terkait dengan promosi kesehatan dan
kepercayaan dukun terhadap bidan yang pemberdayaan masyarakat seperti desa
tidak lain adalah keluarganya sendiri siaga.
sehingga mereka lambat laun dapat 3. Program beasiswa pendidikan bidan
bekerjasama dengan baik. khusus keluarga dukun yang akan
ditempatkan kembali ke daerah asalnya
Untuk masalah pembiayaan, dengan era untuk bekerja sama dengan dukun
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) sehingga secara bertahap ANC dan
diharapkan semua pendudukan secara penolong persalinan oleh tenaga
perlahan mempunyai jaminan pembiaayan kesehatan dapat meningkat.
sehingga kendala aksesibilitas karena alasan 4. Pelaksanaan PNPM dengan melibatkan
ekonomi dapat dikurangi dan kematian ibu masyarakat untuk memperbaiki
dapat menurun sesuai target yang infrastruktur daerah sehingga dapat
diharapkan. mempermudah akses ke daerah lain yang
dapat meningkatkan kegiatan ekonomi
dan akses penduduk untuk mendapatkan
KESIMPULAN DAN SARAN pelayanan kesehatan.
Kesimpulan UCAPAN TERIMA KASIH
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ada Kementerian Pendidikan Republik Indonesia
beberapa hambatan dalam upaya melalui Program Beasiswa Unggulan (BSU)
mengurangi resiko kematian ibu. Hambatan tahun anggaran 2010 hingga 2012.
yang terkait dalam perawatan kehamilan dan
persalinan berkaitan dengan permasalahan DAFTAR PUSTAKA
sosial budaya, kondisi geografis dan
keterbatasan akses pelayanan kesehatan, 1. BPS, BKKBN, Depkes, Macro Inc, Survei
kondisi ekonomi masyarakat yang masih Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007, 2008,
relatif rendah, dan masih rendahnya Calverton-Maryland, USA.
Hambatan dan Potensi Sumber Daya… (Yulfira. M, Zainal. A, Gusnedi)

2. BKKBN, BPS, Depkes, Macro Inc, Survei 10. Anggoro, Rina, Dukun Bayi dalam Persalian oleh
Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012, 2013, Masyarakat Indonesia, Makara, Kesehatan,
Jakarta. Volume 13, no. 1, Juni 2009: 13(1);9-14;
3. Kementerian Perencanaan Pembangunan http://journal.ui.ac.id/health/article/viewFile/328/
Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan 324
Nasional, Evaluasi Paruh Waktu RPJMN 2010 - 11. Ristirini, Upaya Pemberdayaan Masyarakat
2014, 2013, Jakarta. Miskin di Pedesaan dalam Rangka making
4. Bappeda, Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Pregnancy Safer (Analisis Situasi Upaya
Barat Nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Pelayanan Kesehatan Maternal). Jurnal
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Derah Kedokteran Indonesia No. 2. Tahun XXXIII,
Provinsi Sumatera Barat, 2011, Padang. Februari 2007.
5. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, Studi 12. Garg, BS. Safe Motherhood : Social, Economic
Kematian Ibu dan Kematian Bayi di Propinsi and Medical Determinant of Maternal Mortality.
Sumatera Barat tahun 2007 Faktor Determinan Women and Health Learning Package: Safe
dan Permasalahannya, 2008, Padang. Motherhood. 2006. www.the-networktufh.org
6. Afifah,Tin, Pangaribuan, L, Rachmalina, dan 13. Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Ditjen Bina
Media, Yulfira, Perilaku Pemeriksaan Kesehatan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan
Ibu Hamil dan Pemilihan Pertolongan RI, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat
Persalinan di Kabupaten Sukabumi. Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA), 2009,
Ekologi Kesehatan, Volume 9, No. 3 September Jakarta.
2010. 14. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan:
7. Departemen Kesehatan. Rencana Strategis Teori dan Aplikasi. 2010. Jakarta: PT Rineka
Nasional Making Pregnancy Safer (MPS) di Cipta.
Indonesia 2001-2010, 2001. Direktorat 15. Swasono, Meutia F, Kehamilan dan Kelahiran,
Kesehatan Keluarga.Jakarta. Perawatan Ibu dan Bayi dalam Konteks Budaya.
8. Masadmin, Depkes Siapkan 1,2 Milyar Untuk 1998. Jakarta: UI Press.
Jampersal, 2011, http://mediabidan.com/depkes 16. Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan.
[Diakses 6 Maret 2013]. Buku Seri Etnografi kesehatan Ibu dan Anak
9. Dinas Kesehatan Kab. Solok, Laporan PWS KIA 2012, Etnik Gayo Desa Tetinggi, Kecamatan
Kabupaten Solok Tahun 2012. 2013. Solok. Plang Pegayon, Kabupaten gayo Lues, Provinsi
Naggroe Aceh Darussalam. 2012. Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai