Anda di halaman 1dari 15

METODE PENENTUAN EPISENTRUM GEMPA

Untuk menentukan lokasi sumber gempa atau episentrum secara akurat dapat
digunakan dua cara, yaitu dengan menggunakan metode jarak episentral dan
homoseista.

Metode Episentral
Episentral adalah jarak antara sumber gempa atau episentrum dan stasiun pengamat
gempa. Untuk menentukan posisi sumber gempa dengan metode ini,
diperlukan data waktu kejadian gempaminimal dari tiga stasiun pengamatan, sehingga
kita dapat menghitung jarak episentral dari setiap stasiun dengan menggunakan Rumus
aska, yaitu sebagai berikut.

∆ = {(S – P) – 1’} × 1.000 km

(∆) = jarak episentral dari stasiun pengamat (kilometer)


S - P = selisih waktu pencatatan antara gelombang sekunder dan primer (menit)
1’ = satu menit

Contoh :
Dalam satu kejadian gempa, tercatat waktu getaran gelombang primer dan sekunder
dari tiga stasiun pengamat A, B dan C sebagai berikut ini.
Stasiun A : gelombang P pertama pukul 19:17.15 WIB
gelombang S pertama pukul 19:19.30 WIB
Stasiun B : gelombang P pertama pukul 19:25.12 WIB
gelombang S pertama pukul 19:28.42 WIB
Stasiun C : gelombang P pertama pukul 19:40.15 WIB
gelombang S pertama pukul 19:43.15 WIB
Dari data tersebut, dapat dihitung dan menentukan posisi episentrum atau sumber
gempa dengan langkah-langkah pengerjaan sebagai berikut.

1. Menentukan jarak episentral dari masing-masing stasiun pengamat, (karena 1’ =


60”, 15” = 15/60 = 0,25’), artinya episentral dari stasiun pengamat A berjarak 250
km. (karena 1’ = 60”, 30” = 30/60 = 0,5’), artinya episentral dari stasiun pengamat
B berjarak 2.500 km. Episentral dari stasiun C= 3.000 km.
2. Membuat lingkaran-lingkaran pada peta dengan titik pusat lingkaran setiap lokasi
stasiun pengamat, yaitu A, B dan C. Panjang jari-jari lingkaran sama dengan
jarak episentralnya dan disesuaikan dengan skala peta. Misalnya skala peta
adalah 1:100.000.000, artinya jarak 1 cm pada peta sebanding dengan 1.000 km
di permukaan Bumi. Maka jari-jari lingkaran A = 2,5 cm B = 25 cm dan C = 30cm.

3. Titik pertemuan ketiga lingkaran merupakan lokasi episentrum kejadian gempa


tersebut.

Metode Homoseista
Homoseista adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat di permukaan
Bumi yang mencatat getaran gempa yang pertama pada waktu yang sama. Misalnya,
seismograf yang terdapat di stasiun D, E, dan F mencatat getaran gempa pada pukul
20:35.15 WIB. Pada peta ketiga stasiun tersebut terletak pada satu garis homoseista.
Untuk menentukan lokasi episentrum, buatlah garis DE, dan EF kemudian tariklah
sumbu dari kedua garis tersebut. Pertemuan kedua sumbu garis merupakan lokasi
episentrum.
Berdasarkan data seismometer, para ahli gempa bumi telah mengembangkan berbagai
ukuran untuk mengukur kekuatan sebuah gempa. Skala yang terkenal dan banyak
digunakan adalah skala yang disusun oleh Charles F. Richter dan Beno Gutenberg
berdasarkan gempa yang terjadi di Californiapada 1906. Skala ini kemudian terkenal
dengan nama skala richter.

Kategori Skala Richter

Kekuatan (Magnitudo) Kategori Energi TNT


>8 Great (Sangat Kuat) -
7–7,9 Major (Besar) 32 megaton
6–6,9 Strong (Kuat) -
5–5,9 Moderate (Sedang) 32 Kiloton
4–4,9 Light (Ringan) 1 kiloton
3–3,9 Minor (Kurang) 29 Ton
<3 Very Minor (Sangat Kurang) <4 ton

Skala richter menggunakan dasar penghitungan amplitudo gelombang parameternya


adalah beda waktu tempuh antara gelombang P dan gelombang S. Richter membagi
kekuatan gempake dalam 10 bagian. Angka 10 adalah ukuran untuk gempa yang
sangat kuat.

Selain itu, ada Moment-Magnitude Scale, yang bisa digunakan untuk mengukur gempa
berkekuatan luar biasa. Selain itu juga ada Modified Mercalli Intensity Scale. Skala ini,
terutama untuk mengukur intensitas gempa atau efek-efeknya pada lokasi yang
spesifik. Skala intensitas Mercalli membagi intensitas gempa antara I sampai XII,
dan cara mengukurnya cukup dengan observasi langsung pada lingkungan sekitar.

 Skala I : Jarang sekali sampai dirasakan orang. Gempa sangat ringan (very
minor) ini tergolong jarang terjadi. Bumi setiap tahun rata-rata diguncang 1,5 juta
kali gempa. Tujuh puluh persen di antaranya berkekuatan antara 2–2,9 Skala
Richter.
 Skala II : Hanya dirasakan di dalam rumah oleh orang dalam keadaan tenang
atau sedang beristirahat. Barang-barang yang tergantung kemungkinan akan
terayun sedikit.

 Skala III : Dirasakan di dalam rumah oleh beberapa orang, namun terkadang
tidak dikenali sebagai suatu gempa. Getaran yang dirasakan seperti kalau ada
truk ringan yang lewat. Barang yang tergantung mungkin akan terayun.

 Skala IV : Di dalam rumah akan dirasakan lebih banyak orang, sedangkan di luar
hanya terasa oleh sedikit orang saja. Barang yang tergantung akan terayun.
Getarannya setara dengan truk besar yang lewat. Mobil yang diparkir bergoyang,
jendela atau pintu bergetar. Binding kayu bisa retak.

 Skala V : Orang yang sedang tidur bisa terbangun. Benda-benda kecil tergeser
atau terbalik dan beberapa barang pecah belah akan pecah. Pendulum jam akan
terhenti atau kecepatan ayunnya menjadi berubah. Pepohonan atau tiang-tiang
yang tinggi terkadang terlihat terayun.

 Skala VI : Dirasakan oleh semua orang, namun kerusakannya ringan. Banyak


orang ketakutan dan lari ke luar rumah. Orang berjalan terhuyung-huyung,
barang-berang pecah, kaca termasuk pada jendela pecah. Perabotan rumah
tergeser atau terbalik, dan plasteran dinding yang kurang kuat akan retak.

 Skala VII : Orang akan kesulitan berdiri. Kerusakan pada bangunan yang
dirancang dan dibangun dengan baik tidaklah berarti. Namun pada bangunan
yang jelek rancangan maupun konstruksinya, kerusakannya cukup besar.
Plesteran dinding dan genteng dapat Iepas, juga bata yang tidak tersemen.

 Skala VIII : Orang-orang ketakutan. Kerusakan masih terbilang kecil untuk


bangunan dengan rancangan dan konstruksi khusus, sedangkan pada bangunan
biasa, cukup besar. Cerobong asap, monumen, menara dan sebagainya dapat
patah atau ambruk. Cabang-cabang pohon pun dapat patah.

 Skala IX : Timbul kepanikan umum. Bangunan yang dirancang dan dibangun


secara khusus pun dapat rusak cukup berat, sementara bangunan lainnya akan
rusak lebih parah, bahkan dapat ambruk. Pondasi-pondasi bangunan akan
rusak, dan bangunan di atasnya yang tidak disekrupkan akan terlepas.

 Skala X : Kebanyakan bangunan batu dan berstruktur kayu gaus akan hancur.
Kerusakan serius akan terjadi pada bendungan, tanggul, dan tepian-tepian
lainnya. Tanah longsor terjadi cukup besar, dan air akan menghantam tepian
sungai, danau maupun kanal-kanal. Rel kereta api dapat sedikit melengkung.

 Skala XI : Hanya sedikit struktur bangunan batu yang tetap berdiri, lainnya
runtuh. Jembatan juga pada ambruk, dan tanah longsor terjadi di mana-mana.
Pipa-pipa di bawah tanah benar-benar hancur dan tidak akan berfungsi lagi. Rel
kereta api umumnya akan bengkok.

 Skala XII : Kehancuran praktis menyeluruh dan total. Gelombang-gelombang


gempa terlihat muncul di permukaan tanah. Massa besar batu-batu beralih
tempat, sementara benda-benda lain terlempar ke atas. Garis dan tingkat
pandangan pun menjadi kacau, sampai terdistorsi akibat hebatnya goncangan

Suatu peristiwa gempa biasanya digambarkan dengan beberapa parameter, sebagai


berikut:

 Tanggal dan waktu terjadinya gempa


 Koordinat epicenter (dinyatakan dengan garis lintang dan garis bujur geograf)

 Kedalaman pusat gempa (focus)

 Magnitude dan Intensitas maksimum gempa

Pusat gempa atau focus adalah titik di bawah permukaan bumi di mana
gelombang gempa untuk pertama kali dipancarkan. Fokus biasanya ditentukan
berdasarkan perhitungan data gempa yang diperoleh melalui peralatan pencatat
gempa (seismograf). Lokasi sumber gempa pada umumnya terdapat
diperbatasan antara pelat-pelat tektonik, di mana pada tempat ini sering terjadi
patahan bidang permukaan bumi. Pada prinsipnya gempa adalah suatu peristiwa
pelepasan energi pada suatu tempat di perbatasan antara pelat-pelat tektonik.
Episentrum (Epicenter) adalah titik pada permukaan bumi yang didapat dengan
menarik garis melalui focus, tegak lurus pada permukaan bumi. Episentrum
dapat ditentukan melalui peralatan pencatat gempa atau secara makroseismik.
Episentrum yang ditentukan melalui peralatan pencatat getaran gempa disebut
instrumental epicenter. Bilamana tidak ada hasil pencatatan getaran gempa,
episentrum ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap kerusakan pada suatu
daerah. Episentrum pada cara ini adalah titik di mana kerusakan terbesar
terjadi, dan disebut macroseismic epicenter.

Gambar 9. Focus, Epicenter, seismic waves, dan fault.

Kedalaman fokus adalah kedalaman jarak antara fokus dengan epicentrum.


Berdasarkan kedalaman fokus ini, suatu gempa dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

 Gempa dengan kedalaman fokus lebih kecil dari 70 km, disebut Gempa Dangkal.
 Gempa dengan kedalaman fokus antara 70 km sampai dengan 300 km,
disebut Gempa Menengah.

 Gempa dengan kedalaman fokus lebih besar dari 300 km,


disebut Gempa Dalam.

Istilah-istilah Gempa dan Menentukan Letak Episentrum

0 KOMENTAR

OKTOBER - 23

GILANG ARTHI LAZAWARDI ILHAM

1) Cara menentukan letak episentrum :

1. Dengan menggunakan tiga tempat yang terletak pada satu homoseista.


Homoseista adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat di permkaan
bumi yang mencatat getaran gempa pertama pada waktu yang sama. Jika kota
A, B dan C mencatat getaran gempa pertama pada jam 10.31.56. berarti ketiga
tempat itu terletak pada homoseista. Untuk mencari episentrumnya hubungkan
PQ dengan sebuah garis, demikian juga QR, kemudian buatlah garis sumbu
kedua garis itu, maka titik potong kedua garis sumbu itulah tempat episentrum
yang dicari.
2. Dengan menggunakan hasil pencatatan 3 seismograf, orang dapat menentukan
letak episentrum gempa. Seismograf yang digunakan yaitu seismograf vertikal,
seismograf horisontal (dipasang barat timur), dan seismograf horisontal
(dipasang utara selatan).

3. Dengan menggunakan tiga tempat yang mencatat episentrum.

Untuk mengetahui jarak episentrum suatu gempa dapat menggunakan rumus


Laska:

A = (S – P) – 1 menit x 1000 km

A = jarak episentrum dari stasiun pencatat gempa

S = waktu yang menunjukkan pukul berapa gelombang sekunder tercatat di stasiun

P = waktu yang menunjukkan berapa gelombang primer tercatat di stasiun

1 menit = (konstanta/ketetapan)

1.000 km = (konstanta/ketetapan)

Contoh :

Berdasarkan tiga buah stasiun pengamatan (A, B dan C) tercatat getaran gempa
sebagai berikut:
a. Stasiun A
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 28.25
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 30.40

b. Stasiun B
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 30.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 33.45

c. Stasiun C
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 32.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 36.15

1. Tentukan jarak episentral masing-masing stasiun:

a. Delta A
((2. 30’ 40’’ – 2. 28’ 25’’) – 1’) X 1.000 km
= (2’ 15’’ – 1’) X 1.000 km
= 1’ 15’’ X 1.000 km (karena 1’ = 60’’ maka (1 X 1.000) + (15/60 X 1.000))
= 1.250 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun A berjarak 1.250 km.

b. Delta B
= (( 2. 33’ 45’’ – 2. 30’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (3’ 30’’ – 1’) X 1.000 km
=2’ 30’’ X 1.000 km
(2 X 1.000) + (30/60 X 1.000)
= 2.500 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun B berjarak 2.500 km

c. Delta C
= ((2. 36’ 15’’ – 2. 32’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (4’ – 1’) X 1.000 km
= 3’ X 1.000 km
= 3.000 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun C berjarak 3.000 km

2. Buat lingkaran-lingkaran
Buatlah lingkatan-lingkaran di peta yang sesuai dengan jarak dari stasiun yang
disesuaikan dengan peta. Misalnya skala peta 1 : 100.000.000. Maka stasiun A =
1,25 cm, stasiun B = 2,5 cm, dan stasiun C = 3,0 cm.

3. Pertemuan ketiga lingkaran tersebut merupakan lokasi episentrumnya


2) Istilah-istilah dalam Gempa bumi:

1. Seismologi : ilmu yang mempelajari gempa bumi


2. Seismograf : alat pencatat gempa

3. Seismogram : hasil gambaran seimograf yang berupa garis-garis patah

4. Hiposentrum : pusat gempa di dalam bumi

5. Episentrum : tempat di permukaan bumi/permukaan laut yang tepat


di atas hiposentrum. Pusat gempa di permukaan bumi

6. Homoseista : garis khayal pada permukaan bumi yang mencatat gelombang


gempa primer pada waktu yang sama

7. Pleistoseista : garis khayal yang membatasi sekitar episentrum yang mengalami


kerusakan terhebat akibat gempa

8. Isoseista : garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang


mempunyai kerusakan fisik yang sama

9. Mikroseista : gempa yang terjadi sangat halus/lemah dan dapat diketahui hanya
dengan menggunakan alat gempa

10. Makroseista : gempa yang terjadi sangat besar kekuatannya, sehingga tanpa
menggunakan alat mengetahui jika terjadi gempa

Istilah-istilah Gempa dan Menentukan Letak Episentrum


1) Cara menentukan letak episentrum :
1. Dengan menggunakan tiga tempat yang terletak pada satu homoseista.
Homoseista adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat di permkaan bumi
yang mencatat getaran gempa pertama pada waktu yang sama. Jika kota A, B dan
C mencatat getaran gempa pertama pada jam 10.31.56. berarti ketiga tempat itu
terletak pada homoseista. Untuk mencari episentrumnya hubungkan PQ dengan
sebuah garis, demikian juga QR, kemudian buatlah garis sumbu kedua garis itu,
maka titik potong kedua garis sumbu itulah tempat episentrum yang dicari.
2. Dengan menggunakan hasil pencatatan 3 seismograf, orang dapat menentukan
letak episentrum gempa. Seismograf yang digunakan yaitu seismograf vertikal,
seismograf horisontal (dipasang barat timur), dan seismograf horisontal (dipasang
utara selatan).
3. Dengan menggunakan tiga tempat yang mencatat episentrum.
Untuk mengetahui jarak episentrum suatu gempa dapat menggunakan rumus Laska:

A = (S – P) – 1 menit x 1000 km

A = jarak episentrum dari stasiun pencatat gempa


S = waktu yang menunjukkan pukul berapa gelombang sekunder tercatat di stasiun
P = waktu yang menunjukkan berapa gelombang primer tercatat di stasiun
1 menit = (konstanta/ketetapan)
1.000 km = (konstanta/ketetapan)

Contoh :
Berdasarkan tiga buah stasiun pengamatan (A, B dan C) tercatat getaran gempa
sebagai berikut:

a. Stasiun A
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 28.25
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 30.40

b. Stasiun B
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 30.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 33.45

c. Stasiun C
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 32.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 36.15

1. Tentukan jarak episentral masing-masing stasiun:

a. Delta A
((2. 30’ 40’’ – 2. 28’ 25’’) – 1’) X 1.000 km
= (2’ 15’’ – 1’) X 1.000 km
= 1’ 15’’ X 1.000 km (karena 1’ = 60’’ maka (1 X 1.000) + (15/60 X 1.000))
= 1.250 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun A berjarak 1.250 km.
b. Delta B
= (( 2. 33’ 45’’ – 2. 30’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (3’ 30’’ – 1’) X 1.000 km
=2’ 30’’ X 1.000 km
(2 X 1.000) + (30/60 X 1.000)
= 2.500 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun B berjarak 2.500 km

c. Delta C
= ((2. 36’ 15’’ – 2. 32’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (4’ – 1’) X 1.000 km
= 3’ X 1.000 km
= 3.000 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun C berjarak 3.000 km

2. Buat lingkaran-lingkaran
Buatlah lingkatan-lingkaran di peta yang sesuai dengan jarak dari stasiun yang
disesuaikan dengan peta. Misalnya skala peta 1 : 100.000.000. Maka stasiun A = 1,25
cm, stasiun B = 2,5 cm, dan stasiun C = 3,0 cm.

3. Pertemuan ketiga lingkaran tersebut merupakan lokasi episentrumnya


2) Istilah-istilah dalam Gempa bumi:
1. Seismologi : ilmu yang mempelajari gempa bumi
2. Seismograf : alat pencatat gempa
3. Seismogram : hasil gambaran seimograf yang berupa garis-garis patah
4. Hiposentrum : pusat gempa di dalam bumi
5. Episentrum : tempat di permukaan bumi/permukaan laut yang tepat
di atas hiposentrum. Pusat gempa di permukaan bumi
6. Homoseista : garis khayal pada permukaan bumi yang mencatat gelombang
gempa primer pada waktu yang sama
7. Pleistoseista : garis khayal yang membatasi sekitar episentrum yang mengalami
kerusakan terhebat akibat gempa
8. Isoseista : garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai kerusakan fisik yang sama
9. Mikroseista : gempa yang terjadi sangat halus/lemah dan dapat diketahui hanya
dengan menggunakan alat gempa
10. Makroseista : gempa yang terjadi sangat besar kekuatannya, sehingga tanpa
menggunakan alat mengetahui jika terjadi gempa

Anda mungkin juga menyukai