Untuk menentukan lokasi sumber gempa atau episentrum secara akurat dapat
digunakan dua cara, yaitu dengan menggunakan metode jarak episentral dan
homoseista.
Metode Episentral
Episentral adalah jarak antara sumber gempa atau episentrum dan stasiun pengamat
gempa. Untuk menentukan posisi sumber gempa dengan metode ini,
diperlukan data waktu kejadian gempaminimal dari tiga stasiun pengamatan, sehingga
kita dapat menghitung jarak episentral dari setiap stasiun dengan menggunakan Rumus
aska, yaitu sebagai berikut.
Contoh :
Dalam satu kejadian gempa, tercatat waktu getaran gelombang primer dan sekunder
dari tiga stasiun pengamat A, B dan C sebagai berikut ini.
Stasiun A : gelombang P pertama pukul 19:17.15 WIB
gelombang S pertama pukul 19:19.30 WIB
Stasiun B : gelombang P pertama pukul 19:25.12 WIB
gelombang S pertama pukul 19:28.42 WIB
Stasiun C : gelombang P pertama pukul 19:40.15 WIB
gelombang S pertama pukul 19:43.15 WIB
Dari data tersebut, dapat dihitung dan menentukan posisi episentrum atau sumber
gempa dengan langkah-langkah pengerjaan sebagai berikut.
Metode Homoseista
Homoseista adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat di permukaan
Bumi yang mencatat getaran gempa yang pertama pada waktu yang sama. Misalnya,
seismograf yang terdapat di stasiun D, E, dan F mencatat getaran gempa pada pukul
20:35.15 WIB. Pada peta ketiga stasiun tersebut terletak pada satu garis homoseista.
Untuk menentukan lokasi episentrum, buatlah garis DE, dan EF kemudian tariklah
sumbu dari kedua garis tersebut. Pertemuan kedua sumbu garis merupakan lokasi
episentrum.
Berdasarkan data seismometer, para ahli gempa bumi telah mengembangkan berbagai
ukuran untuk mengukur kekuatan sebuah gempa. Skala yang terkenal dan banyak
digunakan adalah skala yang disusun oleh Charles F. Richter dan Beno Gutenberg
berdasarkan gempa yang terjadi di Californiapada 1906. Skala ini kemudian terkenal
dengan nama skala richter.
Selain itu, ada Moment-Magnitude Scale, yang bisa digunakan untuk mengukur gempa
berkekuatan luar biasa. Selain itu juga ada Modified Mercalli Intensity Scale. Skala ini,
terutama untuk mengukur intensitas gempa atau efek-efeknya pada lokasi yang
spesifik. Skala intensitas Mercalli membagi intensitas gempa antara I sampai XII,
dan cara mengukurnya cukup dengan observasi langsung pada lingkungan sekitar.
Skala I : Jarang sekali sampai dirasakan orang. Gempa sangat ringan (very
minor) ini tergolong jarang terjadi. Bumi setiap tahun rata-rata diguncang 1,5 juta
kali gempa. Tujuh puluh persen di antaranya berkekuatan antara 2–2,9 Skala
Richter.
Skala II : Hanya dirasakan di dalam rumah oleh orang dalam keadaan tenang
atau sedang beristirahat. Barang-barang yang tergantung kemungkinan akan
terayun sedikit.
Skala III : Dirasakan di dalam rumah oleh beberapa orang, namun terkadang
tidak dikenali sebagai suatu gempa. Getaran yang dirasakan seperti kalau ada
truk ringan yang lewat. Barang yang tergantung mungkin akan terayun.
Skala IV : Di dalam rumah akan dirasakan lebih banyak orang, sedangkan di luar
hanya terasa oleh sedikit orang saja. Barang yang tergantung akan terayun.
Getarannya setara dengan truk besar yang lewat. Mobil yang diparkir bergoyang,
jendela atau pintu bergetar. Binding kayu bisa retak.
Skala V : Orang yang sedang tidur bisa terbangun. Benda-benda kecil tergeser
atau terbalik dan beberapa barang pecah belah akan pecah. Pendulum jam akan
terhenti atau kecepatan ayunnya menjadi berubah. Pepohonan atau tiang-tiang
yang tinggi terkadang terlihat terayun.
Skala VII : Orang akan kesulitan berdiri. Kerusakan pada bangunan yang
dirancang dan dibangun dengan baik tidaklah berarti. Namun pada bangunan
yang jelek rancangan maupun konstruksinya, kerusakannya cukup besar.
Plesteran dinding dan genteng dapat Iepas, juga bata yang tidak tersemen.
Skala X : Kebanyakan bangunan batu dan berstruktur kayu gaus akan hancur.
Kerusakan serius akan terjadi pada bendungan, tanggul, dan tepian-tepian
lainnya. Tanah longsor terjadi cukup besar, dan air akan menghantam tepian
sungai, danau maupun kanal-kanal. Rel kereta api dapat sedikit melengkung.
Skala XI : Hanya sedikit struktur bangunan batu yang tetap berdiri, lainnya
runtuh. Jembatan juga pada ambruk, dan tanah longsor terjadi di mana-mana.
Pipa-pipa di bawah tanah benar-benar hancur dan tidak akan berfungsi lagi. Rel
kereta api umumnya akan bengkok.
Pusat gempa atau focus adalah titik di bawah permukaan bumi di mana
gelombang gempa untuk pertama kali dipancarkan. Fokus biasanya ditentukan
berdasarkan perhitungan data gempa yang diperoleh melalui peralatan pencatat
gempa (seismograf). Lokasi sumber gempa pada umumnya terdapat
diperbatasan antara pelat-pelat tektonik, di mana pada tempat ini sering terjadi
patahan bidang permukaan bumi. Pada prinsipnya gempa adalah suatu peristiwa
pelepasan energi pada suatu tempat di perbatasan antara pelat-pelat tektonik.
Episentrum (Epicenter) adalah titik pada permukaan bumi yang didapat dengan
menarik garis melalui focus, tegak lurus pada permukaan bumi. Episentrum
dapat ditentukan melalui peralatan pencatat gempa atau secara makroseismik.
Episentrum yang ditentukan melalui peralatan pencatat getaran gempa disebut
instrumental epicenter. Bilamana tidak ada hasil pencatatan getaran gempa,
episentrum ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap kerusakan pada suatu
daerah. Episentrum pada cara ini adalah titik di mana kerusakan terbesar
terjadi, dan disebut macroseismic epicenter.
Gempa dengan kedalaman fokus lebih kecil dari 70 km, disebut Gempa Dangkal.
Gempa dengan kedalaman fokus antara 70 km sampai dengan 300 km,
disebut Gempa Menengah.
0 KOMENTAR
OKTOBER - 23
A = (S – P) – 1 menit x 1000 km
1 menit = (konstanta/ketetapan)
1.000 km = (konstanta/ketetapan)
Contoh :
Berdasarkan tiga buah stasiun pengamatan (A, B dan C) tercatat getaran gempa
sebagai berikut:
a. Stasiun A
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 28.25
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 30.40
b. Stasiun B
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 30.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 33.45
c. Stasiun C
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 32.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 36.15
a. Delta A
((2. 30’ 40’’ – 2. 28’ 25’’) – 1’) X 1.000 km
= (2’ 15’’ – 1’) X 1.000 km
= 1’ 15’’ X 1.000 km (karena 1’ = 60’’ maka (1 X 1.000) + (15/60 X 1.000))
= 1.250 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun A berjarak 1.250 km.
b. Delta B
= (( 2. 33’ 45’’ – 2. 30’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (3’ 30’’ – 1’) X 1.000 km
=2’ 30’’ X 1.000 km
(2 X 1.000) + (30/60 X 1.000)
= 2.500 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun B berjarak 2.500 km
c. Delta C
= ((2. 36’ 15’’ – 2. 32’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (4’ – 1’) X 1.000 km
= 3’ X 1.000 km
= 3.000 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun C berjarak 3.000 km
2. Buat lingkaran-lingkaran
Buatlah lingkatan-lingkaran di peta yang sesuai dengan jarak dari stasiun yang
disesuaikan dengan peta. Misalnya skala peta 1 : 100.000.000. Maka stasiun A =
1,25 cm, stasiun B = 2,5 cm, dan stasiun C = 3,0 cm.
9. Mikroseista : gempa yang terjadi sangat halus/lemah dan dapat diketahui hanya
dengan menggunakan alat gempa
10. Makroseista : gempa yang terjadi sangat besar kekuatannya, sehingga tanpa
menggunakan alat mengetahui jika terjadi gempa
A = (S – P) – 1 menit x 1000 km
Contoh :
Berdasarkan tiga buah stasiun pengamatan (A, B dan C) tercatat getaran gempa
sebagai berikut:
a. Stasiun A
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 28.25
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 30.40
b. Stasiun B
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 30.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 33.45
c. Stasiun C
Gelombang P pertama tercatat pukul 2: 32.15
Gelombang S pertama tercatat pukul 2: 36.15
a. Delta A
((2. 30’ 40’’ – 2. 28’ 25’’) – 1’) X 1.000 km
= (2’ 15’’ – 1’) X 1.000 km
= 1’ 15’’ X 1.000 km (karena 1’ = 60’’ maka (1 X 1.000) + (15/60 X 1.000))
= 1.250 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun A berjarak 1.250 km.
b. Delta B
= (( 2. 33’ 45’’ – 2. 30’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (3’ 30’’ – 1’) X 1.000 km
=2’ 30’’ X 1.000 km
(2 X 1.000) + (30/60 X 1.000)
= 2.500 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun B berjarak 2.500 km
c. Delta C
= ((2. 36’ 15’’ – 2. 32’ 15’’) – 1’) X 1.000 km
= (4’ – 1’) X 1.000 km
= 3’ X 1.000 km
= 3.000 km
Artinya jarak episentrum gempa yang tercatat dari stasiun C berjarak 3.000 km
2. Buat lingkaran-lingkaran
Buatlah lingkatan-lingkaran di peta yang sesuai dengan jarak dari stasiun yang
disesuaikan dengan peta. Misalnya skala peta 1 : 100.000.000. Maka stasiun A = 1,25
cm, stasiun B = 2,5 cm, dan stasiun C = 3,0 cm.