Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Diare adalah pengeluaran feses yang lunak dan cair disertai sensasi ingin
defekasi yang tidak dapat ditunda. (Grace, Pierce A &Borley, Neil R, 2006).
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi dan fungsi sekresi
(Wong, 2001).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan
yang terjadi dengan bagian feses tidak terbentuk (Nethina, 2001).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja
(Behrman, 1999).
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala
kelainan sistem pencernaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien
mengalami kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang
air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan
konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau
lendir saja.
Diare dibagi menjadi dua yaitu:
1. Diare Akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan
kualitas defekasi.
2. Diare Kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu

B. Etiologi
Terdapat 3 bahan dalam etiologi diare pada anak (Mary E. Muscari, 2005).
1. Diare Akut
Diare akut dapat disebabkan karena adanya bakteri, nonbakteri maupun
adanya infeksi.
a. Bakteri penyebab diare akut antara lain organisme Escherichia coli dan
Salmonella serta Shigella. Diare akibat toksin Clostridium difficile dapat
diberikan terapi antibiotik.
b. Rotavirus merupakan penyebab diare nonbakteri (gastroenteritis) yang
paling sering.
c. Penyebab lain diare akut adalah infeksi lain (misal, infeksi traktus
urinarius dan pernapasan atas), pemberian makan yang berlebihan,
antibiotik, toksin yang teringesti, iriitable bowel syndrome, enterokolitis,
dan intoleransi terhadap laktosa.
2. Diare kronis biasanya dikaitkan dengan satu atau lebih penyebab berikut ini:
a. Sindrom malabsorpsi
b. Defek anatomis
c. Reaksi alergik
d. Intoleransi laktosa
e. Respons inflamasi
f. Imunodefisiensi
g. Gangguan motilitas
h. Gangguan endokrin
i. Parasit
j. Diare nonspesifik kronis
3. Faktor predisposisi diare antara lain, usia yang masih kecil, malnutrisi,
penyakit kronis, penggunaan antibiotik, air yang terkontaminasi, sanitasi atau
higiene buruk, pengolahan dan penyimpanan makanan yang tidak tepat.

C. Patofisiologi
Patofisiologi bergantung pada penyebab diare (Mary E. Muscari, 2005)
1. Enterotoksin bakteri menginvasi dan menghancurkan sel-sel epitel usus,
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit dari sel kripta mukosa.
2. Penghancuran sel-sel mukosa vili oleh virus menyebabkan penurunan
kapasitas untuk absorpsi cairan dan elektrolit karena area permukaan usus
yang lebih kecil.
3. Patofisiologi diare kronis bergantung pada penyebab utamanya. Lihat unit
pembahasan penyakit seliaka sebagai contoh diare yang disebabkan oleh
gangguan malabsorpsi.
Diare dalam jumlah besar juga dapat disebabkan faktor psikologis,
misalnya ketakutan atau jenis stres tertentu, yang diperantarai melalui
stimulasi usus oleh saraf parasimpatis.Juga terdapat jenis diare yang ditandai
oleh pengeluaran feses dalam jumlah sedikit tetapi sering. Penyebab diare
jenis ini antara lain adalah kolitis ulserabutiv dan penyakit Crohn. Kedua
penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikogenik (Elizabeth J. Corwin,
2007).

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Diare akut
a. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
b. Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut,
rasa tidak enak, nyeri perut.
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
d. Demam.
2. Diare kronik
a. Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang.
b. Penurunan BB dan nafsu makan.
c. Demam indikasi terjadi infeksi.
d. Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah

Bentuk klinis diare

Diagnose Didasarkan Pada Keadaan


Diare cair akut a. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang
dari 14 hari
b. Tidak mengandung darah
Kolera a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan
cepat menimbulkan dehidrasi berat, atau
b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya
KLB kolera, atau
c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V
cholers 01 atau 0139
Disentri a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan gizi buruk a. Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait antibiotika a. Mendapat pengobatan antibiotic oral spectrum luas
(Antibiotic Associated
Diarrhea)
Invaginasi a. Dominan darah dan lender dalam tinja
b. Massa intra abdominal (abdominal mass)
c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi

Klasifikasi Tingkat Dehidrasi Anak Dengan Diare


Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan / Tindakan
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Jika tidak ada klasifikasi berat
berat a. Letargis/tidak sadar lain :
b. Mata cekung - Beri cairan untuk dehidrasi
c. Tidak bisa minum atau berat (rencana terapi C ) san
malas minum tablet zinc
d. Cubitan perut kembali b. Jika anak juga mempunyai
sangat lambat (≥ 2 detik) klasifikasi berat lain :
- RUJUK SEGERA
- jika masih bisa minum ,
berikan ASI dan larutan
oralit selama di perjalanan.
c. Jika ada kolera di daerah
tersebut , beri anti biotik untuk
kolera
Dehidrasi Terdapat 2 atau lebih tanda: a. Beri cairan dan makanan sesuai
ringan atau a. Rewel gelisah rencana terapi B dan tablet Zinc
sedang b. Mata cekung b. Jika anak juga mempunyai
c. Minum dengan lahap klasifikasi berat lain :
atau haus - RUJUK SEGERA
d. Cubitan kulit kembali - jika masih bisa minum ,
dengan lambat berikan ASI dan larutan
oralit selama di perjalanan.
c. Nasihati kapan kembali segera
d. Kunjungan ulang tiga hari jika
tidak ada perbaikan

Tanpa a. Tidak terdapat cukup a. Beri cairan dan makanan sesuai


dehidrasi tanda untuk rencana terapi A
diklasifikasikan sebagai b. Nasehati kapan kembali segera
dehidrasi ringan atau c. Kunjungan ulang 3 hari jka tidak
berat ada perbaikan

Klasifikasi Diare Jika Diare 14 Hari Atau Lebih

Klasifikasi Tanda – tanda atau gejala Pengobatan / tindakan


Diare Ada dehidrasi a. Atasi dehidrasi sebelum di rujuk
resistensi , kecuali ada klasifikasi berta
berat lain.
b. RUJUK
Tanpa Tanpa dehidrasi a. Nasihati pemebrian makan
resistensi unruk diare persitensi
b. Kunjungan ulang 3 hari

Klasifikasi Diare Jika Ada Darah Dalam Tinja

Klasifikasi Tanda – tanda atau gejala Pengobatan / tindakan


disenteri Ada darah dalam tinja a. Beri antibiotik yang sesuai
b. Nasihati kapan kembali segera.
c. Kunjungan ulang 3 hari.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Diare akut
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan:
a. Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan
dengan adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi
patokan untuk tingkat keparahan penyakit namun tidak spesifik.
b. Kultur tinja bisa mengidentifikasi organisme penyebab. Bakteri C.
Difficile ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis
ditegakkan berdasarkan adanya gejala disertai ditemukannya toksin,
bukan berdasarkan ditemukannya organisme saja.
c. Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut.

2. Diare kronis
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan
prioritas diagnosis klinis yang paling mungkin:
a. Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED,
biokimiawi darah, tes khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum,
vitamin B12 dan folat. Fungsi tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit
siliaka.
b. Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum
menyingkirkan giardiasis.
c. Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja
dengan Sudan black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada
kasus yang lebih sulit, kadar lemak tinja harus diukur, walaupun untuk
pengukuran ini dibutuhkan diet yang terstandardisasi.
d. Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi
pankras, sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP) dan/atau CT pankreas.
e. Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan
penyakit seliaka dan giardiasis.
f. Kolonoskopi dan biopsi: endoskopi saluran pencernaan bagian bawah
lebih menguntungkan dari pada pencitraan radiologi dengan kontras
karena, bahkan ketika mukosa terlihat normal pada biopsi bisa ditemukan
kolitis mikroskopik (misalnya kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).
g. Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan
berlebihan bakteri pada usus halus (laktulosa).
h. Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit
Crohn atau bahkan struktur usus halus.
i. Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di
urutan terakhir daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap
merupakan cara paling tepat untuk membedakan diare osmotik dan diare
sekretorik.
j. Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi
hormonharus dilakukan pengukuran kadar hormon puasa.

Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut tunggal dan
belum mereda setelah 5-7 hari, maka harus dilakukan pemeriksaan berikut:

1. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk
Salminella typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat
perjalanan ke luar negeri.
2. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit
(ameba, Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter,
Clostridium difficile).
3. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau
kolitis ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik
F. PATHWAY

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang di usus Toksik tidak dapat Ansietas


diserap

Hipersekresi air &


elektrolit
Hiperperistaltik

Isi usus
Penyerapan makanan di
usus

Diare

Frekuensi BAB Distensi abdomen

Mual muntah
Hilang cairan & elektrolit
berlebihan
Nafsu makan
Kerusakan integritas
Gangguan keseimbangan
kulit
cairan dan elektrolit

Ketidakseimbangan
Dehidrasi nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh

Kekurangan volume Resiko syok


cairan (hipovolemik)
(Nurarif, Amin &
Kusuma, H., 2013)
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis primer diarahkan pada pengontrolan dan
menyembuhkan penyakit yang mendasari (Baughman, 2000).
1. Untuk diare ringan, tingkatkan masukan cairan per oral; mungkin diresepkan
glukosa oral dan larutan elektrolit.
2. Untuk diare sedang, obat-obatan non-spesifik, difenoksilat (Lomotif) dan
loperamid (Imodium) untuk menurunkan motilitas dari sumber-sumber non-
infeksius.
3. Diresepkan antimicrobial jika telah teridentifikasi preparat infeksius atau
diare memburuk.
4. Terapi intravena untuk hidrasi cepat, terutama untuk pasien yang sangat muda
atau lansia.

Penatalaksanaan diare akut pada anak:


1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi
yang cepat dan akurat, yaitu:
a. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah
bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia
dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan
dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik.
Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit
untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
b. Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan
harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah
kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
0,001x BB x 4 ml
Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
- Diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
- Diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
Metode Perbandingan BB dan Umur
Total
BB (kg) Umur PWL NWL CWL Kehilangan
Cairan

<3 < 1 bln 150 125 25 300

3-10 1 bln-2 thn 125 100 25 250

10-15 2-5 thn 100 080 25 205

15-25 5-10 thn 080 025 25 130

Sumber: Ngastiyah (1997)

Keterangan:

PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah.

NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan,


pernapasan

CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan


muntah yang terus menerus.
a. Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk
diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90
mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-
sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit,
sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak
lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.

b. Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan
rincian sebagai berikut:

1) Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :

1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset


berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1
ml=20 tetes).

7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt


(infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set
infus 1 ml=20 tetes).

16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit.

2) Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg :

1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1


ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

3) Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
:

2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1


ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1


ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).

16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.

4) Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg :


Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250
ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1
bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6
tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).

5) Untuk bayi berat badan lahir rendah


Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4
bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
a. Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh.
b. Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai
sedang atau tak jenuh.

Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas


kebutuhan kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.
Kebutuhan kalori
a. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
b. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
c. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
d. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
e. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)
Kebutuhan Asam amino
a. BBLR 2,5 – 3/ Kg BB
b. Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
c. Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB
Kebutuhan Mikronutrien
a. Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB
b. Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB

Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur
tempe yang bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare.
Adapun sasaran dan kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi
penderita diare dan diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -
5 tahun. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah tepung beras 30 gram,
tempe 50 gram, margarine 10 gram dan gula pasir 20 gram, serta air 200 ml.
Adapun caranya ada 2 yaitu cara pertama: tempe di blender ditambah 20 cc,
campurkan tempe yang sudah diblender dengan tepung beras, gula pasir,
margarine dan air sebanyak 200 cc, aduk hingga rata, lalu mask diatas api
sampai mengental dan siap disajikan. Cara kedua: tempe direbus lalu
dihaluskan, campur tempe , tepung beras, margarine, gula pasir dengan sisa
rebusan tempe sebanyak 200 cc. Masak diatas api sampai mengental
kemudian disaring dan siap untuk disajikan.

3. Obat-obatan
Tabel antidiare(Kee, 1996)
Pemakaian dan
Obat Dosis
pertimbangan

Opiat

Tingfur opium TR: D: PQ: 0,6 mL atau 10 Untuk diare akut dan
tts, q.i.d. dicampur dengan air nonspesifik. Obat
Camphorated: 5-10 mL, 1-4 golongan II
kali/ hari
Paregorik D: PO: 5-10 mL, 1-4 kali/ hari Untuk diare. Obat
A: PO: 0,25-0,5 mL, 1-4 kali/ golongan III
hari
Kodein D: PO: 15-30 mg, q.i.d. Untuk diare
Agen-agen opiat
related
Difenoksilat dengan D: PO: 2,5-5 mg, b.i.d,q.i.d. Untuk diare akut,
atropin (Lomotil) nonspesifik. Obat
Anak >2 thn: 0,3-0,4 mg/kg, golongan V.
setiap hari dalam dosis terbagi Dosis untuk anak
4 atau 2 mg, 3-5 kali setiap bervariasi sesuai
hari dengan umur.

Loperamid (Imodium) D: PO: M: 4 mg, kemudian 2 Untuk diare. Obat


mg setelah buang air cair. bebas terbaru.
Tidak melebihi 16 mg/ hari. Kategori kehamilan
A (5-8 thn) PO: 2 mgg, dosis B. Tidak
dapat diulangi, tidak melebihi mempengaruhi SSP.
4 mg/ hari Kurang dari 1%
yang mencapai
sirkulasi sistemik.

Adsorben

Kaolin-Pektin Sesuai dengan label Untuk diare.


(Kaopectate) Diberikan setelah
setiap kali buang air
cair. Obat bebas.

Garam-garam bismut Sesuai dengan label Untuk diare,


(Pepto-Bismol) gangguan lambung.
Dalam bentuk cair
atau tablet.

Kombinasi

Difenoksilat dengan Lihat agen-agen opiat related Lihat agen-agen


atropin (Lomotil) opiat related

Parepektolin Sesuai dengan label Mengandung


paregorik dan
kaopecatate

Donnagel D: PO: M: 30 mg, kemudian Mengandung atropin


15-30 mg setelah setiap kali dan kaopectate
buang air cair
A: PO: 5-10 mg setelah setiap
kali buang air cair
Donnagel P-G D: PO: 15 mg, setiap 3 jam Mengandung opium,
atropin, dan
kaopectate

Kunci: D: Dewasa; A: Anak-anak; PO: Per Oral; M: Mula-mula; TR:


tingtur; >: lebih dari; tts: tetes.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A UMUR 7 TAHUN DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DIARE DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT
SAYANG CIANJUR TAHUN 2017
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : An. S
Umur : 7 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Tanggal masuk : 27 November 2017
Tanggal pengkajian : 27 November 2017
No. Med. Rec : 430756
Alamat : Cianjur

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. A
Umur : 29 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Hubungan dengan klien : Ibu
Alamat : Cianjur

2. Keluhan utama
Mencret
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan mencret dirasakan 4x sehari dan berkurang saat klien
beristirahat. Klien mengatakan diare dengan lendir dan merasa mulas, badan
merasa lemah sehingga menganggu aktivitas sehari-hari. Perut klien terasa
mulas dan anus terasa basah. Klien mengatakan diare dirasakan sudah 3-5
hari.

4. Riwayat Masa lalu


a. Penyakit masa kecil
An.S tidak pernah mengalami diare sepert ini
b. Tindakan operasi
An.S tidak pernah dilakukan tindakan operasi
c. Kecelakaan
An.S tidak pernah mengalami kecelakaan
d. Alergi
An.S tidak memiliki alergi terhadap benda asing ataupun allergen
e. Imunisasi
AnS mendapatkan imunisasi BCG, DPT, Hep, polio dan Campak

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita diare,
ataupun penyakit lainnya seperti hipertensi, DM, hepatitis.

6. Riwayat Keluarga dan Kelahiran


A. Prenatal
An.S merupakan anak ke-1, selama hamil ibu pasien melakukan
pemeriksaan rutin ke bidan kurang lebih 6x. Ibu mengatakan selama
hamil tidak pernah sakit. Obat yang diminum ibu selama hamil yaitu
tablet penambah darah dari bidan.
B. Intranatal
An.S lahir ditolong oleh dukun, lahir dengan spontan, langsung
menangis, lahir dengan cukup bulan ( 9 bulan 5 hari), setelah itu
dibawa ke bidan dan kemudian ditimbang Berat dan tinggi badannya
yaitu dengan hasil BB 3,4 kg dan TB 48 cm.
C. Postnatal
An.S di asuh sendiri oleh kedua orang tuanya dan diberi ASI sejak
lahir sampai umur 2 tahun. Sejak usia 6 bulan An.S diberi susu
formula dan bubur tim.

7. Riwayat Sosial
Yang mengasuh kedua anaknya adalah kedua orang tuanya, hubungan
anggota keluarga baik, hubungan dengan teman bermain juga baik.

8. Kebutuhan Dasar
NO AKTIVITAS DI RUMAH DI RUMAH
SAKIT
1 Nutrisi
a. Makan
 Frekuensi 2 x sehari 2 x sehari
 Jenis Nasi Bubur
 Porsi ½ porsi, habis ½ porsi, tidak
habis
b. Minum
 Frekuensi 4 x sehari, 1 4x sehari, 1

 Jenis gelas gelas


Air putih Air putih
2 Eliminasi
a. BAB
 Frekuensi 5x sehari 4x sehari
 Warna Kuning Kuning
 Konsistensi Cair Lembek
b. BAK
 Frekuensi 4x sehari 2x sehari
 Warna Kuning jernih Kuning jernih

3 Personal Hygiene
 Mandi 2x sehari -
 Keramas 1x sehari -
 Gosok gigi 2x sehari -

4 Istirahat dan Tidur


 Siang 3 Jam 4 Jam
 Malam 10 Jam 11 Jam
20.00 – 06.00 20.00 – 07.00

5 Aktivitas Bermain dengan Terpasang Infus


teman
sebayanya

9. Keadaan Kesehatan Saat Ini


1. Diagnosa medis : DADS
2. Tindakan operasi : An.S tidak dilakukan tindakan operasi
3. Status nutrisi : Kurang baik, An.S makan 3x sehari dengan
porsi bubur tim tidak habis
4. Obat-obatan
a. Infus : RL 12 tpm
b. Oral : L - bio 2x1 sachet
Z - kid 1x1 tab
Paracetamol sirup ¾ cth
c. Parenteral : colsancotin 150 cc/8 jam inj
5. Hasil pemeriksaan laboratorium
Tanggal 27 Novemver 2017
Parameter Hasil Nilai normal
Grand % 47,1 % 50,0 – 70,0
HGB 9,6 u/Dl 12,0 – 16,0
HCT 24,3 % 35,0 – 45, 0
MCV 70,7 fl 100 – 130
MCH 23,3 pg 27,0 – 34,0
RDW-SD 311,0 fl 35,0 – 56,0
PLT 311 x 10ᵔ3 /ul 100 – 300

10. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum
Kesadaran : CM
GCS : E=4 V=5 M=6
2. TTV
Tekanan Darah :
Nadi : 100x/mnt. S : 36,5 C. RR
Suhu : 36,5°C
Respirasi : 30 x / menit
3. BB/TB : 20 kg dan cm
4. Rambut dan kulit kepala
Rambut bersih, tidak ada nyeri tekan, warna rambut hitam serta tidak
ada lesi. Ubun-ubun cekung
5. Mata
Bentuk kedua mata simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis, kelopak mata cekung, kering, pupil isokor atau meosis pada
saat cahaya didekatkan dan dilatasi pada saat cahaya dijauhkan.

6. Mulut
Bibir pucat, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada karang gigi, gigi
terlihat bersih dan rapi
7. Abdomen
Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan, tidak ada lesi, ada nyeri
tekan dan bising usung 15x/menit.
 Inspeksi : perut datar.
 Auskultasi : Bising usus meningkat 15x/menit
 Palpasi : hepar tidak teraba.
 Perkusi : timpani
8. Ekstremitas
An.S tidak mengalami kelemahan otot. Kekuatan otot ekstremitas atas
dan bawah 5.
9. Genetalia Dan Rektum
Bersih, tidak ada kelainan, terdapat kemerahan pada anus
10. Kulit
Turgor kulit menurun, kulit pucat cubitan kulit kembali dengan lambat,
warna kulit coklat.
1. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Infeksi Kekurangan volume cairan
-keluaraga klien
mengatakan klien Berkembang di usus
BAB mencret 4X
/ hari Hipersekresi air dan
elektrolit
DO :
-Klien tampak Isi usus
lemas
-Klien tampak Diare
pucat
-Mencret 4x seari Frekuensi BAB
-Bising usus 15 meningkat
kali permenit
-Kelopak mata Hilangnya cairan
cekung dan elektrolit
Ubun – ubun berlebihan
cekung
Gangguan
keseimbnagan cairan
dan elektrolit

Dehidrasi

Kekurangavolume
cairan
2 DS : Infeksi Ketidakseimbangan nutrisi
-orang tua klien kurang dari kebutuhan tubuh
mengatakan klien Berkembang di usus
tidak nafsu
makan Hipersekresi air dan
-Bila klien diberi elektrolit
makan selalau
mual muntah Isi usus
Do :
-klien tampak Diare
lemas
-Berat badan Distensi abdomen
menurun
Mual muntah

Nafsu makan
menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3 DS : Infeksi Kerusakan integritas kulit
-Klien
mengatakan Berkembang di usus
lemah dan lemas
DO: Hipersekresi air dan
-Kulit klien elektrolit
tampak kering
dan pucat Isi usus
-Lidah dan
mukosa bibir Diare
klien kering
-Cubitan kulit Frekuensi BAB
kembali dengan meningkat
lambat
-Anus klien Kerusakan integritas
tampak kulit perianal
kemerahan

B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih di tandai
dengan mencret
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan ditandai dengan porsi makan seperempat
tidak habis
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan ditandai dengan
kemerahan pada anus.
Daftar Pustaka

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan
Suddarth.Jakarta : EGC.

Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2.Edisi 15.Alih
Bahasa A. Samik Wahab.Jakarta : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi
Subekti.Jakarta: EGC.

Doctherman, J. McCloskey. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) & Nursing


Outcomes Clasifications (NOC). USA : Mosby.

Grace, Pierce A & Borley, Neil R. 2006.At a Glance Ilmu Bedah.Jakarta : Erlangga.

Herdman, T. Heather. 2013. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC.

Kee, Joyce L.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina
Hany. Jakarta: EGC.

Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan,
dkk.Jakarta : EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdasarkan Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction
Publishing.

Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing.
(Ed. 6). Missouri : Mosby.

Anda mungkin juga menyukai