PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
Arwinda Probowati
170341864533
PROPOSAL
OLEH :
Arwinda Probowati
170341864533
Biologi merupakan salah satu ilmu dari cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang wajib
diberikan kepada siswa dalam Kurikulum pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang berlaku saat
ini adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan Kurikulum yang mengakomodasi
kegiatan belajar siswa dengan langkah yang sistematis melalui pendekatan ilmiah dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Suryanto, dkk., (2011) menjelaskan bahwa LKS yang beredar di sekolah bukan LKS
yang seharusnya, yaitu merupakan lembaran berisi tugas siswa, tetapi hanya merupakan
evaluation sheet atau lembar penilaian. Kegiatan pada LKS non eksperimen belum mengarah
pada pembelajaran kontekstual yang membekali siswa dengan pengetahuan bermakna.
Pertanyaan yang ada digunakan untuk menguji konsep yang bersifat teoritis dan belum melatih
siswa untuk berpikir kritis karena jawabannya menyalin pada ringkasan materi. Hal tersebut pula
yang menyebabkan keterampilan proses sains siswa saat belajar Biologi menjadi rendah. Hal ini
senada dengan hasil data yang diperoleh dari Trends International Mathematics and Science
Study (TIMSS) tahun 2011 yang menyatakan bahwa peringkat anak-anak Indonesia bertengger
di posisi 40 dari 42 negara untuk prestasi sains. Pada data TIMSS skor kemampuan scientific
Inquiry dari 427 (pada tahun 2007) menjadi 406. Nilai tersebut berada jauh di bawah nilai
ratarata Internasional yaitu 500. Sebagian besar soal yang diujikan di TIMSS menuntut
pemahaman konsep, kemampuan berpikir tingkat tinggi dan KPS. Hal ini menunjukkan bahwa
KPS siswa Indonesia masih rendah (Aziz, 2014: 4).
Materi sistem ekskresi merupakan materi yang mempelajari suatu proses atau
mekanisme pengeluaran zat metabolisme di dalam tubuh, pemahaman konsep sangat dibutuhkan
untuk dapat memahami suatu proses, sehingga materi sistem ekskresi ini tergolong sebagai
materi yang cukup sulit.
Keberadaan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan ajar memberi pengaruh yang
cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi
berbagai persyaratan. Kriteria LKS yang baik menurut Darmodjo dan Kaligis (1992) mempunyai
tiga syarat yaitu syarat didaktik, konstruktif, dan teknik. Menurut Depdiknas (2008) komponen
evaluasi LKS yang baik mencakup komponen kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafisan.
Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa pembelajaran menggunakan LKS memiliki
dampak positif. Arfianty (2013: 102) pengembangan LKS berbasis inkuiri dapat meningkatkan
keterampilan proses sains siswa. Abriyanti, dkk., (2013) menunjukkan bahwa penerapan LKS
inkuiri terbimbing pada materi daur ulang limbah dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
aktivitas siswa, dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
Darmodjo dan Kaligis (1992) menjelaskan bahwa penggunaan LKS dapat mengubah
kondisi belajar yang bersifat teacher centered learning menjadi kegiatan pembelajaran yang
bersifat student centered learning, selain itu Depdiknas (2008) juga menyarankan penerapan
pembelajaran kontekstual, yaitu konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan
materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dipelajari dengan kehidupan nyata dan bertujuan membekali siswa dengan
pengetahuan yang lebih bermakna, untuk mendapatkan LKS yang sesuai dengan kebutuhan
maka dalam mengembangkan LKS perlu dipadu dengan model pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan yang sesuai bagi siswa.
Salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengembangkan LKS agar dapat menunjang siswa dalam pembelajaran adalah inkuiri
terbimbing. Inkuiri terbimbing dipilih karena model ini menekankan pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang, sehingga model pembelajaran ini dianggap
lebih bermakna, dan memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan karakteristik
belajar mereka. Menurut Sanjaya (2011) inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai subjek belajar, dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya
berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi siswa
menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Rustaman (2005: 9-10) dalam
pembelajaran inkuiri terbimbing siswa diajak melakukan pencarian konsep melalui kegiatan
yang melibatkan pertanyaan, inferensi, prediksi, berkomunikasi, interpretasi dan menyimpulkan
sehingga dalam pembelajaran inkuiri terbimbing melibatkan keterampilan proses sains. LKS
Inkuiri Terbimbing mengacu pada langkah-langkah inkuiri terbimbing sehingga dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
Hasil penelitian Sukimawarti, dkk., (2013) menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar
siswa yang diberi LKS inkuiri terbimbing menghasilkan prestasi belajar kognitif, afektif, dan
psikomotor lebih baik, disebabkan siswa yang belajar dengan menggunakan LKS tersebut
banyak diberikan bimbingan dengan harapan siswa mampu mengasimilasi suatu konsep melalui
tahapan merumuskan masalah, membuat hipotesis, menjelaskan, dan membuat kesimpulan,
sehingga siswa dibiarkan menemukan pemecahan suatu masalah. Hasil penelitian lain mengenai
pelaksanaan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran Biologi menurut Natalina, dkk., (2013)
menyatakan bahwa penerapan inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan sains dan
hasil belajar siswa, disebabkan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing memotivasi dan
mendorong siswa secara aktif menggali pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat menjadi
pribadi yang aktif, mandiri, dan terampil dalam memecahkan masalah serta memiliki
pemahaman konsep yang lebih terhadap konsep yang dipelajari.
B. Tujuan
Tujuan umum dari penelitian dan pengembangan berdasarkan latar belakang masalah
yang telah disampaikan adalah untuk menghasilkan Lembar Kerja Siswa (LKS) Biologi
yang berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil
belajar siswa.
KAJIAN PUSTAKA
LKS merupakan sarana pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam meningkatkan
keterlibatan atau aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar. Umumnya LKS berisi petunjuk
praktikum, percobaan yang bisa dilakukan di rumah, dan soal-soal latihan, maupun segala bentuk
petunjuk yang mampu mengajak siswa beraktivitas dalam proses pembelajaran (Darmodjo dan
Kaligis, 1992), selain itu LKS juga menuntut siswa untuk aktif sehingga memberi dampak yang
positif dalam pembelajaran. Beberapa penelitian bahwa LKS memberikan dampak positif
pembelajaran menggunakan LKS pada materi animalia dapat meningkatkan hasil belajar dan
aktivitas siswa, memancing kemampuan berpikir kritis dan bersikap mandiri. Mustikasari, dkk.,
(2012) menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran menggunakan LKS pada materi Sistem
Ekskresi dapat meningkatkan kecakapan rasional dan sosial siswa. Yusup, dkk., (2012)
menunjukkan bahwa penerapan LKS materi hereditas manusia dapat meningkatkan keterampilan
kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk
mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pembelajaran
inkuiri ini sering juga disebut dengan heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu
heuriskein yang berarti saya menemukan. Sagala (2006:182) juga menjelaskan bahwa inkuiri
merupakan salah satu cara belajar atau penelaah yang bersifat mencari pemecahan permasalahan
secara kritis, analisis, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu
kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan. Berdasarkan kedua
definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah model pembelajaran yang
digunakan untuk mempersiapkan siswa dalam mencari jawaban dari segala pertanyaan yang
ditanyakan sebagai pedoman untuk memperoleh data serta mengaitkannya dengan penemuan
lain dengan melibatkan proses observasi untuk menuju suatu kesimpulan. Model pembelajaran
inkuiri dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami materi-materi
pelaksanaan pembelajaran antara lain, Rahayu (2012) menyatakan bahwa penggunaan strategi
inkuiri berpengaruh terhadap hasil belajar Biologi ranah kognitif, afektif dan psikomotor, karena
pada proses pembelajaran siswa tidak hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru,
sehingga siswa mampu berfikir lebih kreatif dalam menyelesaikan masalah. Riyadi (2015)
sains siswa kelas XI IPA 3 SMA Batik 2 Surakarta. Selain itu Penerapan model inkuiri
trbimbing dapat meningkatkan sikap ilmiah dan analisis kemampuan siswa (Niana, 2016)
Pelaksanaan model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu pemilihan masalah dan rencana
mengevaluasi hipotesis, dan kesimpulan dilakukan oleh siswa. Percobaan pada penelitian ini
dirancang oleh guru, dan siswa yang melakukan percobaan untuk mengumpulkan data atau
informasi yang ingin diketahui oleh siswa sesuai dengan materi pelajaran.
Berikut adalah beberapa kegiatan belajar dengan menggunakan model inkuiri terbimbing
Sistem ekskresi merupakan salah satu materi Biologi untuk SMA kelas XI. Sistem
ekskresi berfungsi untuk mengeluarkan zat-zat sisa yang tidak lagi berguna bagi tubuh, agar
tidak meracuni tubuh. Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ
ginjal, paru-paru, kulit, dan hati. Sistem ekskresi berpotensi mengalami gangguan yang dapat
menyebabkan berbagai macam penyakit, oleh karena itu itu pentingnya pengaturan pola hidup
secara sehat agar terhindar dari berbagai jenis penyakit dan sistem ekskresi tetap bisa
Materi sistem ekskresi manusia didasarkan pada KI 3 dengan Kompetensi Dasar 3.9 yang
sesuai dengan Kurikulum 20113. KI 3 yaitu memahami dan menerapkan pengetauan (factual
konseptual, dan procedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan keadaan tampak nyata. Kompetensi Dasar 3.9 yaitu
menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya
mekanisme ekskresi, serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada
manusia.
4. Hasil Belajar
menerima pengalaman belajarnya, sedangkan menurut Gagne hasil belajar harus didasarkan pada
pengamatan tingkah laku melalui stimulus respons (Sudjana, 2005:19). Hasil belajar seseorang
dapat diketahui melalui penilaian aktivitas siswa dan juga tes serta perubahan tingkah laku.
Terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk
perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya
dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya (Hamalik,
2007:155). Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa akan mencerminkan kemampuan siswa
tersebut dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar (Sudjana, 2005).
Kemampuan yang dicapai oleh pelajar dikategorikan dalam 3 ranah yaitu kognitif, afektif,
psikomotor.
termasuk di dalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Indrawati (1999) mengemukakan
bahwa:
KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami,
mengembangkan, dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa
sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan
dikembangkan oleh siswa melalui proses belajar mengajar di kelas, yang dapat digunakan untuk
memperoleh pengetahuan tentang produk IPA. Keterampilan proses perlu dikembangkan untuk