PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
semakin tinggi. Hal ini disebabkan antara lain karena berbagaimasalah yang
Biro Pusat Statistik, BAPPENAS, UNFPA Jumlah remaja pada tahun 2007
berusia 10-24 tahun di Indonesia terdapat sekitar 64 juta atau 28,64% dari jumlah
perkiraan penduduk Indonesia sebanyak 222 juta. Permasalahan remaja yang ada
Remajaperempuan dan laki-laki usia 15-24 tahun yang tahu tentang masa
suburbaru mencapai 29,0% dan 32,3%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki
1
2
Jumlah kasus HIV dan AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga bulanMaret
orang, dimana separuh dari kasus AIDS ini adalahkelompok remaja (umur 15-
sebesar 1,5% dari pendudukIndonesia atau 3,2 juta penduduk Indonesia didapati
perlu mendapat perhatian secara terus menerus baik dari pihakpemerintah, LSM,
mendatang(BKKBN, 2008: 1)
Pada saat ini BKKBN telah mempunyai visi organisasiyang baru yaitu: “Seluruh
serta menetapkan sasaran strategis yangharus dicapai pada tahun 2009. Salah satu
Untuk mewujudkan remaja yang tegar dalam artian remaja yang berperilaku sehat,
norma-norma keluarga kecil bahagia sejahtera dan menjadi contoh, idola teladan,
bagi remaja-remaja sebaya dalam rangka tegar keluarga untuk mencapai keluarga
kecil bahagia sejahtera. Dalam rangka mencapai sasaran tersebut, maka BKKBN
tugas yang jelas berdasarkan kurikulum PIK antara lain menyampaikan informasi
PIK sebagai suatu proses membantu remaja lain yang mengalami masalah
perasaan yang terlibat di dalamnya merupakan suatu bagian sulit yang selama ini
menjadi masalah yang sering di alami oleh konselor remaja dan berimbas pada
Tahun 2005, BKKBN Provinsi Maluku Utara membentuk Pusat informasi dan
Remaja yang melibatkan siswa SMU, kelompok mahasiswa dan pemuda yang
kemudian di dorong untuk membentuk PIK dengan melihat sumber daya dan
Provinsi Maluku Utara. Sampai dengan akhir tahun 2010 jumlah PIK Remaja
Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya yang kemudian di singkat menjadi PS dan
dalam mempengaruhi serta memberi pesan secara utuh kepada remaja lainnya
bertanggungjawab.
Realitas persoalan remaja dan peranan Pusat Informasi dan Konseling dalam hal
berjalan sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh program. Tantangan terbesar
sebagai Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya yang di hadapi selama proses
orang dewasa akan sangat berpengaruh bagi kegiatan PIK Remaja. Gencarnya
mendorong terjadinya berbagai respon dari masyarakat sekitar dan teman sebaya
sendiri.
Kasus protes beberapa orang tua yang menuduh PIK Remaja Tidore sebagai
penyedia informasi negatif persoalan seksual yang lebih bersifat vulgar tentunya
menjadi pukulan paling kuat di tahun bertama PIK Remaja di Tidore berkegiatan.
pengalaman yang tidak terlalu berbeda jauh serta kemampuan terbatas persoalan
KRR, sangat mempengaruhi rasa percaya diri para remaja yang terlibat sebagai
Reaksi yang muncul ketika terjadi kekeliruan tindakan yang diambil oleh para
remaja (siswa-siswi) pengguna layanan PIK Remaja bisa saja sebagai akibat dari
kesalahan interpretasi informasi yang diterima remaja tersebut dari PS dan KS.
Kenyataannya, aktivitas PIKRemaja yang bisa dikelola langsung dari, oleh dan
untuk remaja memberikan sebuah nuansa yang berbeda, ketika remaja diberi
yang dilakukan oleh WHO (Djaelani, 1997).Terbukti dari 1.583 remaja yang
sebaya dan konselor sebaya sebesar 70% dan 53% (BKKBN 2009).
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa identifikasi awal terkait permasalahan-
dan pendidikan yang berbeda dimana menimbulkan berbagai respon yang muncul
dari lingkungan sosial. Permasalahan dalam penelitian suatu tesis dengan judul
7
Peran Pendidik Sebaya Dan Konselor Sebaya Pada Pusat Informasi Konseling
B. Rumusan Masalah
Oleh karena itu menarik untuk diketahui ditengah permasalahan dan keterbatasan
1. Apa peran Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya pada Pusat Informasi
Sebaya dan konselor Sebaya PIK Remaja dalam mencapai tujuan PIK
Remaja.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian berkaitan dengan Peran Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya pada
PIK Remaja belum pernah diangkat dalam penulisan tesis, akan tetapi tema yang
Program Pasca Sosiologi FISIP UGM, disusun oleh Ali Imron, tahun,
2011
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak positif dan
reproduksi dapat dilihat dari berbagai indikator antara lain: Input, Proses,
lain:
yang ditetapkan.
10
(PIK-KRR) Pada Siswa SMU Di Bima Kota Bima NTB, Tesis Program
kesehatan reproduksi.
hari.
coordinator sebanyak tiga (3) orang, Pembina OSIS SMA sebanyak tiga
setiap informan.
tujuh (7) diantaranya adalah bidan dan 1 orang dokter. Dari setiap
yang terlayani, 4 orang ibu remaja yang terlayani dan 1 orang Kabid
maksimal.
Kabupaten Jember.
analysis).
Hasil dari pelaksanaan PIK-KRR adalah sudah ada dukungan dari Bupati
Jember dalam bentuk SK, tetapi belum didukung oleh dana, sarana /
kurang.
Dari uraian di atas, dapat dibandingkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Ali
sekolah pada siswa SMU di kota Bima. Hal ini berhubungan persepsi remaja
terhadap petugas yang tidak senang dan cenderung mencari kesalahan remaja.
(unacceptable).
belum memenuhi kriteria pelayanan remaja seperti yang ditetapkan Depkes RI.
birokrasi dan penelitian yang dilakukan oleh Kiswati menekankan pada masalah
semua sasaran, yang diduga penyebabnya adalah komitmen yang kurang optimal
dari Pembina dan lintas sektor terkait yang mempengaruhi penyediaan sumber-
fasilitas dan alat. Rendahnya jumlah tenaga akan mempengaruhi akses informasi
peran dari Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya pada Pusat informasi dan
Konseling Remaja Tidore di Provinsi Maluku Utara. Selanjutnya akan dilihat pula
langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh pendidik sebaya dan konselor
E. Landasan Teori
Kata “peran” atau “role” dalam kamus oxford dictionary diartikan: Actor’s
part; one’s task or function. Yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi (The
New Oxford Illustrated Dictionary, 1982: 1466). Istilah peran dalam kamus
“peran adalah sesuatu yang diharapkan dimiliki oleh orang yang memiliki
kedudukan dalam masyarakat” (Peter Salim dan Yeny Salim, 1991: 1132).
Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut. Peran adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai kedudukannya dalam, suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial
baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari
perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu (Kozier, 1995:
21).
Peran menurut Parsons (dalam Ritzer dan Goodman, 2005) merupakan bagian dari
system social. Penekanan Parsons terletak pada proses interaksi dakam sebuah
social dimana ia berada. Menurut Parsons (dalam Johnson, 1986) setiap tindakan
berlaku. Jadi setiap actor yang berperan akan melakukan tindakan yang memiliki
komponen-komponen tersebut.
Suatu peranan merupakan apa yang dapat dilakukan atau tidak dilakukan oleh
individu atau kelompok yang berarti adanya ketertarikatan peranan terhadap suatu
Menurut Horton dan Hunt (1993: 129-130), peran (role) adalah perilaku yang
21
diharapkan dari seseorang yang memiliki suatu status. Berbagai peran yang
tergabung dan terkait pada satu status ini, dinamakan perangkat peran (role set).
terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu
berdasarkan status dan fungsi sosialnya (Ahmadi, 1982: 50).Atau menurut Sofian
Effendi (1986: 67), peranan adalah tingkah laku yang diharapkan dimiliki orang
organisasi diwujudkan dalam bentuk uraian jabatan atau uraian tugas. Oleh karena
Dengan demikian disimpulkan konsep peran adalah segala tingkah laku dan
harapan dan proses interaksi dengan orang lain dalam sistem sosialnya. Dalam
mengkaji peran ada beberapa elemen yang harus dikaji aktor yang berperan
dengan orang lain, institusi sosial dimana seseorang memainkan perannya dan
karakteristik peran yang membedakan ia dengan orang lain, strategi dan hambatan
pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling dan mengambil peran sebagai seorang
Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya, memiliki tugas yang paling penting dalam
program. Peran itu tercantum dalam kurikulum yaitu selain sebagai pusat
informasi dan konseling tentang Triad KRR, status mereka sangat menentukan
22
FAKTOR INTERNAL:
EKSTERNAL:
1. Bekali Diri Pengetahuan
1. Partisipasi Remaja
Memadai
2. Kemitraan dengan
2. Managemen PIK
Organisasi Lain
3. Sarana dan Prasarana
PIK Remaja
1. Menyampaikan Informasi
Substansi Program KRR
2. Advokasi dan KIE PIK Konseling KRR
Remaja
3. Melakukan Kegiatan
Menarik Minat Remaja
4. Melakukan Pencatatan dan
Pelaporan
G. METODOLOGI PENELITIAN
Beranjak dari tujuan dasar dari penelitian ini yakni mengetahui peran Pendidik
Sebaya dan Konselor Sebaya pada Pik-Remaja maka pendekatan yang digunakan
harapan terjadi interaksi sosial antara peneliti dengan informan didalam hal-hal
tertentu, ide untuk memberi kesempatan peneliti untuk mempelajari langsung dari
tangan pertama pengalaman dan perilaku sehari-hari dari subjek didalam situasi
kasus (case study), yaitu penelitian tentang status subyek penelitian yang berkaan
dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas. Tujuan dari
studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar
belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status
dari individu, yang kemudian dari sifat-sifat yang khas tersebut akan dijadikan
seperti :
intensif.
24
kebijakanlebih lanjut.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis perlu untuk
atau gambaran yang sistematis, faktual dan akurat tentang peran Pendidik Sebaya
dan Konselor Sebaya pada Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja Tidore,
Penelitian dengan judul “Peran Pendidik Sebaya Dan Konselor SebayaPada Pusat
Kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Alasan dipilihnya PIK Remaja di Kota Tidore
antara lain:
Napza).
2. PIK Remaja Tidore pernah menjadi tiga terbaik dari aspek managemen
Data yang dihimpun untuk penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Cara
dinilai dapat memberikan informasi yang akurat dan tepat mengenai hal
G.4. Informan
Penelitian kualitatif tidak memakai sampel dan berapa jumlah sampel yang
dipakai, karena penelitian ini lebih tepat tidaknya pemilihan informan kunci atau
situasi sosial, serta kompleksitas dan keragaman fenomena yang diteliti. (Bugin
purposive dengan memperhatikan beberapa faktor antara lain tugas dan fungsi
informan kunci.
Dalam peneltian ini penulis menggunakan informan kunci (key informan) dan
Informan kunci yang di pilih adalah 18 Pendidik Sebaya dan 8 Konselor Sebaya
dari 8 PIK-Remaja. Tercatat 18 PIK-Remaja yang aktif dari laporan Badan KBPP
perwakilan dari empat kecamatan yang berada di Pulau Tidore, kategori PIK
sekolah umum atau sekolah dengan basis agama, serta PIK-Remaja yang berdiri
diluar dari lingkungan sekolah. Sedangkan informan biasa terdiri dari; 1 Kabid
Keluarga Sejahtera Badan KBPP Kota Tidore Kepulauan, 1 Kabid KSPK Badan
Sebaya pengguna layanan PIK-Remaja dan 3 relawan yang pernah aktif di PIK
Tidore Kepulauan.
27
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Rancangan analisis
yang akan dipergunakan adalah menjelaskan peran pendidik sebaya dan konselor
telah dilakukan oleh pendidik sebaya dan konselor sebaya melalui peran yang
bentuk gambar dan video untuk mencoba mengetahui apa saja kegiatan yang
Dengan ukuran keberhasilan program dicapai melalui peran yang dilakukan oleh
berikut:
analisis data.