BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian PPh Pasal 28A dan PPh Pasal 29
Setelah satu tahun pajak terlampaui, Wajib Pajak harus menghitung kembali seluruh
penghasilan-biaya dalam satu tahun pajak dan menentukan PPh terutang. Kemudian,
menghitung keseluruhan kredit pajak yang telah dibayarkan dan membandingkan dengan
jumlah PPh terutang. Dari sini akan diperoleh PPh kurang bayar (Pasal 29).
Berdasarkan bunyi pasal 29 UU No.7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan, sebagaimana
telah diubah terakhir dengan UU No.36 Tahun 2008, yang menyatakan bahwa
Namun, perubahan yang cukup signifikan terjadi dalam UU KUP 2008, yakni tidak ada lagi
tanggal yang pasti mengenai batas waktu pembayaran kekurangan pembayaran pajak yang
terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan. UU KUP 2008 hanya menyebutkan
bahwa kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan tersebut harus dibayar lunas sebelum SPT Tahunan Pajak Penghasilan
disampaikan. Walaupun demikian, tatacara perhitungan besarnya pajak penghasilan yang
kurang bayar dalam satu tahun pajak atau PPh Pasal 29 masih tetap sama.
2. Menghitung PPh Pasal 28A dan PPh Pasal 29
Tata cara/ format dalam penentuan besarnya PPh terutang dalam satu tahun pajak yang kurang dibayar
(PPh Pasal 29) mengikuti susunan yang ada dalam SPT Tahunan.
Format Penentuan Besarnya PPh pasal 29 untuk WP Orang Pribadi (form 1770)
Penghasilan neto fiskal dalam negeri dari usaha atau pekerjaan bebas xxx
Penghasilan neto dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan* xxx
Penghasilan neto lainnya xxx
Penghasilan neto luar negeri** xxx
Jumlah penghasilan neto xxx
Dikurangi:
Zakat atas penghasilan xxx
Kompensasi kerugian xxx
PTKP xxx
(xxx)
Penghasilan Kena Pajak xxx
PPh terutang (tarif Pasal 17 UU PPh) xxx
Pengembalian/Pengurangan PPh pasal 24 yang telah dikreditkan xxx
Jumlah PPh yang terutang xxx
Format Penentuan Besarnya PPh pasal 29 untuk WP Badan (form 1771 atau 1771/$)
Penghasilan neto fiskal*** xxx
Dikurangi kompensasi kerugian (xxx)
Penghasilan Kena Pajak xxx
PPh terutang (tarif pasal 17 UU PPh) xxx
Pengembalian/pengurangan PPh pasal 24 yang telah dikreditkan xxx
Jumlah PPh terutang xxx
Dikurangi Kredit Pajak
Jika pada akhir tahun ada pajak yang lebih bayar (PPh Pasal 28A), maka kelebihan
pembayaran pajak tersebut akan diakumulasi pada pembayaran Tahun Pajak berikutnya.
Sedangkan jika pada akhir tahun pajak ternyata masih ada pajak yang masih kurang dibayar
(PPh Pasal 29), maka perlu dilakukan penyetoran PPh pasal 29 dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak paling lambat sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan.
2. Pelaporan PPh Pasal 29
Dalam pelaporan PPh pasal 28A yang lebih bayar maka kelebihan pajak tersebut harus
dikembalikan kepada WP atau diakumulasi pada Tahun Pajak berikutnya. Sedangkan
Pelaporan PPh pasal 29 sudah terintegrasi/menyatu dalam SPT Tahunan PPh. Prosedur
penyampaian SPT Tahunan PPh harus sesuai dengan UU KUP. SPT Tahunan untuk WP
Badan dalam negeri yang menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing dan mata uang
selain Rupiah menggunakan form 1771/$ dan lampirannya.
3. Akuntansi PPh Pasal 28A dan PPh Pasal 29
Prosedur pencatatan akuntansi PPh pasal 29 harus didasarkan pada PSAK No.46. Dalam Laporan
Laba Rugi, besarnya PPh yang terutang selama satu tahun pajak dicatat dengan mengurangi laba
bersih sebelum pajak. Pencatatan jurnal penyetoran PPh Pasal 29 dilakukan dengan mendebit Uang
muka PPh Pasal 29 dan mengkredit Kas. Namun, apabila terjadi kelebihan pembayaran Pajak
Penghasilan (PPh Pasal 28A), maka kelebihan pembayaran pajak dicatat dalam akun piutang PPh.
Dokumen dasar/sumber Wajib Pajak untuk membuat jurnal adalah SPT Tahunan PPh. Dengan kata
lain, jurnal atas PPh pasal 29 ini dibuat setelah SPT Tahunan PPh selesai dibuat. Dalam mekanisme
PPh Pasal 29 ini, terlebih dahulu WP harus menghitung jumlah PPh yang kurang/lebih bayar. Jika
ternyata ada PPh yang kurang dibayar, maka WP harus menyetorkan kekurangan pembayaran PPh
sebelum disampaikannya SPT Tahunan.
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
3.1 Contoh Kasus PPh pasal 28A
Nona Fitri, status TK/0, adalah pengusaha sekaligus eksportir batik. Dalam tahun 2010, Nona Fitri membukukan
laba Rp650.000.000. Selama tahun 2010, Nona Fitri juga memberikan zakat kepada Badan Amil Zakat yang
disahkan pemerintah (BAZIS) sebesar Rp50.000.000 dan telah membayar angsuran PPh 25 dengan total
Rp180.000.000. Selama tahun 2010, Nona Fitri melakukan 7 kali perjalanan ke luar negeri dalam rangka usaha
ekspor batik dengan menggunakan pesawat. Berapakah PPh yang lebih atau kurang bayar?
Penghasilan neto fiskal dalam negeri dan usaha 650.000.000
Dikurangi:
Zakat atas penghasilan 50.000.000
PTKP 15.840.000 (65.840.000)
Penghasilan Kena Pajak 584.160.000
PPh Terutang (tarif Pasal 17 UU PPh)
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 200.000.000 30.000.000
25% x 250.000.000 62.500.000
30% x 84.160.000 25.248.000 120.248.000
Pengembalian PPh Ps. 24 yang telah dikreditkan 0
Jumlah PPh yang terutang 120.248.000
Dikurangi kredit pajak
PPh yang dibayar sendiri
PPh Pasal 25 180.000.000
STP PPh Pasal 25 (Hanya Pokok Pajak) 0
Fiskal Luar Negeri 7.000.000 (187.000.000)
PPh yang lebih dibayar (PPh Ps. 28A) (66.752.000)
Karena jumlah PPh terutang Nona Fitri selama tahun 2010 lebih kecil dari angsuran pajaknya, maka terdapat
kelebihan pembayaran PPh (PPh Pasal 28A) sebesar Rp66.752.000. Jumlah kelebihan ini dapat dimintakan
restitusi pajak, atau dapat dikompensasi untuk pembayaran pajak tahun 2011.
PPh ditanggung pemerintah dalam rangka proyek bantuan luar negeri sebesar Rp. 4.500.000
Pada kesempatan kali ini, kami telah menyediakan tambahan dua ilustrasi yang
berbeda dari contoh sebelumnya. Tujuannya agar Anda dapat mengetahui berbagai
kemungkinan model soal yang ditanyakan. Untuk Ilustrasi 3, Anda diminta
menghitung berapa PPh 24 jika terjadi rugi fiskal di dalam negeri. Sedangkan
untuk Ilustrasi 4, Anda diminta untuk menghitung penghasilan luar negeri dari
beberapa negara dan rugi fiskal luar negeri.
Berikut ini contoh soal dan pembahasan yang telah kami sediakan untuk Anda.
Sumber : Renolpedia
Ilustrasi diatas meminta Anda untuk menghitung berapa sih nilai batas maksimum
kredit pajak dan nilai yang dikreditkan, jika Anda rugi fiskal di dalam negeri,
namun memiliki penghasilan netto di luar negeri.
Untuk mencari tahu jawabannya, maka simak pembahasannya.
Sumber : Renolpedia
Sumber : Renolpedia
Nah, bagaimanakah cara menjawab soal seperti ini? Ayo kita bahas bersama.
Sumber : Renolpedia
Kami memberikan kesimpulan, bahwa dalam menghitung rugi fiskal luar negeri
kita tidak perlu melakukan perhitungan atas itu. Yang boleh kita hitung hanyalah
yang memiliki penghasilan fiskal, bukan komersial.
Jika ada soal yang tidak memberikan informasi bahwa penghasilannya itu fiskal
atau bukan, maka itu berarti penghasilan netto nya adalah fiskal ( kecuali
dinyatakan bahwa komersial ).
Selain itu, jika Wajib Pajak telah membayar PPh di luar negeri, namun
ternyata yang dibayarkan di luar negeri lebih besar daripada yang ada di
dalam negeri, maka lebih bayarnya tidak dapat dikembalikan ( diganti rugi ).
Itulah beberapa Contoh Soal Menghitung PPh 24 Secara Lengkap dan Mudah edisi
terakhir. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan bisa berguna untuk Anda.
Jika masih ada kesulitan, Anda bisa membaca kembali materinya dan contoh soal
yang lainnya.