Anda di halaman 1dari 9

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam

Kajian Islam

Disusun Oleh:

Yogi Yhuwono (Kesehatan Masyarakat) NIM 101411535004


Siti Komariyah (Kedokteran Hewan) NIM 061411535006
Dana Icha Bakti (Budidaya Perairan) NIM 141411535005
Riva Maisyaroh (Akuntansi) NIM 041411535014
Dea Purnama Agung B.S (Budidaya Perairan) NIM 141411535008

UNIVERSITAS AIRLANGGA
BANYUWANGI

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

IPTEK atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menjadi hal yang sangat penting bagi
manusia dan makhluk seisi bumi ini. Dengan IPTEK manusia membuktikan bahwa
pemikirannya dapat terus berkembang sesuai dengan berjalannya waktu. IPTEK membawa
kemajuan terhadap peradaban seiring manusia juga berkembang. Bahkan disebut-sebut
bahwa suatu Negara dapat dikatakan Maju jika Negara tersebut memliki kualitas IPTEK
yang mumpuni.
Namun pada dasarnya sesuai dengan sifat manusia yang angkuh dan serakah, dewasa
ini IPTEK bisa menjadi alat untuk mengalahkan dan menjatuhkan manusia lain atau
bahkan lingkungan di sekitarnya. IPTEK akan membawa dampak buruk jika
pemanfaatannya tidak sesuai dengan aturan. Perlu sebuah nilai dan norma untuk mengikat
perkembangan IPTEK tetap pada jalur yang baik dan menjadikannya memiliki manfaat
untuk semua makhluk.
Islam melihat IPTEK sebagai hal yang positif namun perlu koridor-koridor penting
untuk tetap menjaganya dapat bermanfaat bagi makhluk Allah. Islam bukan hanya
menjadikan IPTEK sebagai sudut pandangnya, namun peran dari pelaku IPTEK juga
sangat penting dalam pendayagunaan IPTEK tersebut. Kearifan dalam pemanfaatan IPTEK
juga mendapatkan perhatian dari Islam. Disini lah Islam menjadi nilai dan norma untuk
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ?
1.2.2 Bagaimana hubungan/ integrasi antara iman, ilmu, dan teknologi ?
1.2.3 Apa keutamaan manusia berilmu dalam islam ?
1.2.4 Bagaimana dalam islam menggambarkan tanggung jawab ilmuwan
terhadap lingkungan di sekitarnya ?

1.3 Tujuan Umum


1.3.1 Mengetahui kajian islam terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi ?

1.4 Tujuan Khusus


1.4.1 Memahami pengertian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
1.4.2 Mengetahui integrasi antara iman, ilmu, dan teknologi
1.4.3 Mengetahui keutamaan manusia yang berilmu dalam islam
1.4.4 Memahami tanggung jawab seorang ilmuwan terhadap lingkungan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian IPTEK

Iptek atau Ilmu Pengetahuan dan Teknolgi, merupakan salah satu hal yang tidak dapat
kita lepaskan dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan ilmu karena pada dasarnya
manusia mempunyai suatu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT hanya kepada
kita, manusia, tidak untuk makhluk yang lain, yaitu sebuah akal pikiran. Dengan akal
pikiran tersebutlah, kita selalu akan berinteraksi dengan ilmu. Akal yang baik dan benar,
akan terisi dengan ilmu-ilmu yang baik pula. Sedangkan teknologi, dapat kita gunakan
sebagai sarana untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu sendiri. Namun, dalam
mempelajari dan mengaplikasikan iptek itu sendiri, harus memperhatikan beberapa hal
yang penting. Bagaimana sebenarnya cara mempelajari dan mengaplikasikan iptek
menurut pandangan islam?
Sains dan teknologi sendiri sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Mereka
memiliki peranan penting yaitu membantu meringankan masalah yang dihadapi manusia.
Sains dan teknologi saling terkait satu sama lain ( tidak terpisah). Hal ini dapat diperjelas
dengan teknologi yang mana ia akan berubah sifatnya jika tidak dibarengi dengan ilmu
sains. Sudah menjadi sifat dasar teknologi yang egois dimana ia selalu menginginkan
sesuatu yang lebih baik dari yang lain. Kemajuan Teknologi yang tidak terkendali sering
kali berakibat pada pengrusakan lingkungan. Begitu pula dengan ilmu pengetahuan sains.
Kemajuan sains tergantung dari perkembangan alatnya. Sains tidak akan berkembang, jika
alat – alat yang digunakan masih monoton. Padahal untuk menciptakan sesuatu, diperlukan
alat yang canggih pula agar hasil yang didapat maksimal. Itulah mengapa sains dan
teknologi sangat erat hubungannya. Masing – masing dari mereka memiliki fungsi yang
berbeda. Fungsi ini jika dipadukan, insyaallah akan menghasilkan penemuan yang luar
biasa. Dengan mempelajari dua hal tsb (sains dan teknologi), insya Allah akan tercapai
kehidupan yang seimbang/balance.
Tidak semua sains dan teknologi yang diciptakan para ilmuwan itu baik untuk kita.
Terkadang ada pula yang menggunakan bahan – bahan berbahaya bagi kesehatan
lingkungan sekitar. Beberapa dari mereka ada yang menyalahgunakan hasil penelitian tsb.
Sesungguhnya Allah melarang kita membuat pengrusakan di bumi, seperti dalam firman-
Nya dalam (Q.S. Al-A’rof : 56).
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdo’alah kepadaNya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan
harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang –
orang yang berbuat baik.”
Ini sangat berbahaya. Oleh karena itu kita dituntut untuk mempelajari IPTEK agar kita
sendiri bisa lebih berhati-hati dalam menggunakan sutu produk. Dengan ilmu itu pula, kita
juga bisa ikut berpartisipasi dalam menyelamatkan sains dan teknologi agar tetap berjalan
pada jalurnya.

3
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Integrasi iman, ilmu, dan teknologi

Integrasi artinya satu kesatuan yang utuh, tidak terpecah belah dan cerai berai.
Integrasi meliputi keutuhlengkapan anggota-anggota yang membentuk suatu kesatuan dan
jalinan hubungan yang erat, harmonis dan mesra antara anggota-anggota kesatuan itu.
Kehidupan manusia yang hanya mengutamakan materi dan tergantung pada
intelektualitasnya, sesungguhnya hampa tanpa makna. Kehidupan duniawi tidak dapat
dipisahkan dari spiritualitas, kehidupan lahir tidak dapat diceraikan dari kehidupan batin,
kemajuan pada satu aspek tidak bisa mengabaikan aspek yang lain.
Realitas kekinian menunjukkan keresahan akibat terpisahnya iman dari ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sebagian orang barat mulai cemas melihat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang menafikan spiritualitas. Mereka khawatir kalau
perkembangan yang sekarang ini berlangsung terus, akan membawa kehancuran bagi diri
mereka sendiri. Beginilah kegoncangan yang sedang menimpa suatu masyarakat dan
kehidupan yang sekuler.
Menanggapi hal tersebut, Islam menawarkan solusi yang tuntas. Islam tidak membedakan
antara spiritualitas dengan kehidupan dunia. Keduanya saling terkait dan membutuhkan.
Dalam ajaran Islam, iman, ilmudan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Iman diumpamakan akar dari sebuah
pohon yang menompang tegaknya ajaran Islam. Ilmu bagaikan batang dan dahan pohon itu
yang mengeluarkan cabang-cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Sedangkan amal
ibarat buah dari pohon iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan takwa, yang
akan menghasilkan amal shaleh, bukan kerusakan alam. Satu pepatah arab yang sangat
indah mengatakan, “Ilmu tanpa iman bagaikan pohon yang tiada berbuah.”
Perbuatanbaik orang Islam tidak akan bernilai amal shaleh, apabila tidak didasari
nilai-nilai iman dan taqwa. Sama halnya dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, tidak bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat
manusia dan lingkungannya bila tidak dikembangkan atas dasar nilai-nilai iman.
Dengan demikian, integrasi antara iman, ilmu pengetahuan dan amal shaleh adalah
ajaran Islam fundamental. Tidak dikenal pertentangan antara iman, ilmu pengetahuan dan
amal shaleh. Iman dan ibadah adalah wahyu dari Allah, sedangkan ilmu pengetahuan
bersumber dari Allah yang diperoleh manusia melalui penelitian dan penyelidikan terhadap
alam semesta ciptaan Allah. Adapun amal shaleh merupakan perpaduan antara iman dan
ilmu pengetahuan.

3.2 Keutamaan orang berilmu

Imam Bukhari dalam menulis tentang kitab ilmu, tidak langsung menyajikan
haditsseperti biasanya, tetapi memulai dengan potongan surat Al Mujaadilah ayat 11 :
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Kemudian disusul dengan surat Thahaa ayat 20:
”Ya Tuhanku, Tambahkanlah ilmu pengetahuan.”
Judul yang diberikan pada bagian awal tersebut ”Keutamaan Ilmu.”
Al Karmani menukilkan dari beberapa ahli Syam, bahwa susunan bab dalah Shahih

4
Bukhari ini dan penghapusan yang dilakukan olehnya bisa jadi disebabkan dia akan
menggantikannya. Sedangkan beberapa pakar Irak mengatakan bahwa hadits yang tidak
disebutkan setelah judul adalah karena hadits tersebut tidak sesuai dengan syarat Bukhari.
Menurut Ibnu Hajar, Imam Bukhari memulai pembahasan tentang ilmu dimulai dengan
keutamaan ilmu, bukan hakikat ilmu, karena beliau menganggap bahwa hakikat ilmu telah
diketahui oleh banyak orang atau bisa jadi pembahasan tentang hakikat sesuatu bukanlah
tujuan dari kitab tersebut. Kedua makna ini dapat diterima karena Imam Bukhari tidak
mengarang kitabnya untuk menentukan definisi sesuatu, akan tetapi kitab tersebut
berlandaskan gaya Arab klasik yang memulai tulisan dengan menyebut keutamaan sesuatu
untuk menarik perhatian jika hakikatnya telah diketahui.
Ibnu Arabi dalam kitab Syarh at-Tirmidzi membantah siapapun yang berusaha
untuk mendefinisikan ilmu dan berkata, ”Ilmu lebih jelas daripada upaya untuk
menjelaskannya.” Menurut Ibnu Hajar, ini adalah metode Al Ghazali dan gurunya yang
berpendapat bahwa ilmu tidak dapat didefinisikan karena kesukarannya atau kejelasannya
sehingga tidak membutuhkan penjelasan.
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Menurut Ibnu Hajar, ada yang berpendapat bahwa penafsiran ayat tersebut adalah ”Allah
meninggikan orang mukmin yang alim di atas orang mukmin yang tidak alim.”
Ketinggian derajat ilmu menunjukkan keutamaannya. Maksudnya adalah banyaknya
pahala, yang mana dengan banyaknya pahala tersebut, maka derajat seseorang akan
terangkat. Derajat yang tinggi mempunyai konotasi, yaitu maknawiyah di dunia dengan
memperoleh kedudukan tinggi dan reputasi
yang bagus, dan hissiyyah di akhirat dengan kedudukan yang tinggi di surga. Dalam
sebuah riwayat dari Zaid bin Aslam menafsirkan firmal Allah,
”Kami (Allah) meninggikan derajat orang yang Kami kehendaki.” dengan ilmu.
”Ya Tuhanku, Tambahkanlah ilmu pengetahuan.”
Menurut Ibnu Hajar, ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu
pengetahuan, karena Allah tidak pernah memerintahkan kepada Nabi-Nya untuk mencari
sesuatu kecuali menuntut ilmu. Yang dimaksud dengan ilmu di sini adalah ilmu-ilmu
syariat yang berfungsi untukmmenjelaskan apa-apa yang wajib bagi seorang mukallaf
tentang urusan agama yang meliputi ibadah, muamalah, ilmu tentang Allah dan sifat-
sifatnya baik yang wajib maupun yang mustahil bagi-Nya yang semuanya itu terdapat
dalam kitab tafsir, hadits dan fikih.
Hadits yang menjelaskan tentang keutamaan ilmu sangat banyak di antaranya
hadits yang disahihkan oleh Muslim, yaitu hadits Abu Hurairah,
”Barangsiapa yang berjalan di jalan ilmu maka Allah akan memudahkan jalannya
ke surga.”
Hadits tersebut tidak diriwayatkan oleh Bukhari, karena Al A’masy dalam hadits ini masih
diperselisihkan. Yang kuat adalah bahwa di antara dia dengan Abi Shalih ada seorang
perawi lagi sebagai perantara.

3.3 Tanggung jawab ilmuwan terhadap lingkungan

Tanggungjawab Ilmuwan Terhadap Lingkungan Ada dua fungsi utama manusia di


dunia yaitu sebagai abdun atau hamba Allah dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi
dari abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan
Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam
lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Dalam konteks abdun,
5
manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya
keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada penciptanya. Keengganan manusia
menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta akan menghilangkan rasa syukur atas
anugerah yang diberikan sang pencipta berupa potensi yang sempurna yang tidak diberikan
kepada makhluk lainnya yaitu potensi akal. Dengan hilangnya rasa syukur mengakibatkan
ia menghambakan diri kepada hawa nafsunya. Keikhlasan manusia menghambakan dirinya
kepada Allah akan mencegah penghambaan manusia kepada sesama manusia termasuk
pada dirinya. Manusia diciptakan Allah dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan
kepada ketakwaan dan kecenderungan kepada perbuatan fasik (QS. Asy- Syams/91:8).
Dengan kedua kecenderungan tersebut, Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai
alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan
pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Fungsi yang kedua sebagai
khalifah atau wakil Allah di muka bumi. Manusia diberikan kebebasan untuk
mengeksplorasi, menggali sumber- sumber daya serta memanfaatkannya dengan sebesar-
besar kemanfaatan untuk kehidupan umat manusia dengan tidak menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan, karena alam diciptakan untuk kehidupan manusia sendiri.
Untuk menggali potensi alam dan memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memadai. Allah menciptakan alam, karena Allah menciptakan manusia.
Oleh karena itu, manusia mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar
terjaga kelestariannya dan keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.

6
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah menjadi bagian dari pada kehidupan
manusia. Ini lah sebabnya IPTEK harus dijalankan oleh manusia manusia yang berhati
baik, agar tidak terjadi pengerusakan alam maupun makhluk lain. Karena hubungan antara
iman dan ilmu itu sangat erat kaitannya. Keduanya harus saling bersinergi untuk
membentuk IPTEK yang baik.

Hadirnya IPTEK selain penting sebagai alat untuk modernisasi dan pembaruan,
ilmu pengetahuan juga mendapat keutamaan bagi Islam. Allah mengutamakan manusia
manusia yang memiliki ilmu dan pengetahuan. Karena dengan ilmu atau akal manusia
dapat berpikir apa yang baik bagi dirinya dan apa yang tidak. Keilmuan ini juga harus
didasari dengan kepedulian terhadap lingkungan. Lingkungan harus tetap lestari seiring
dengan berjalannya IPTEK yang berkembang.

7
DAFTAR PUSTAKA

Integrasi iman dalam ilmu.www.tips-trikbloger.blogspot.com/2012/04/integrasi-iman-


dalam-ilmu-pengetahuan.html.17 Oktober 2014 Pukul 09:26

Suyanto, Muhammmad. 2010. DERAJAT ORANG YANG BERIMAN DAN BERILMU .


Jakarta : Surat Kabar Harian Republika
Tanggung jawab ilmuwan.http://www.slideshare.net/yellowanemon/makalah-03.17
oktober 2014

Kaelany. Islam Agama Universal. Jakarta : Midada Rahma Press. 2009

Larasati, Metri Niken. www.nickntrix.blogspot.com. “Peranan Sains dan Teknologi dalam


Kehidupan Manusia”. 28 Januari 2010. Diakses tanggal 6 Mei 2010.

Abidin, Mas’oed. www.blogminangkabau.wordpress.com. “Penerapan Iptek dalam


Islam”. 10 Mei 2008. Diakses tanggal 6 Mei 2010.

Buletin STUDIA. www.gaulislam.com. “Agama Oke, Iptek Juga, Dong!”. 17 Mei 2007.
Diakses tanggal 6 Mei 2010.

Samantho, Ahmad. www.ahmadsamantho.wordpress.com. “IPTEK dari Sudut Pandangan


Dunia Islam”. 12 April 2007. Diakses tanggal 6 Mei 2010.

Samantho, Ahmad. www.ahmadsamantho.wordpress.com. “IPTEK dan Peradaban Islam”.


18 September 2007. Diakses tanggal 6 Mei 2010.

8
9

Anda mungkin juga menyukai