Uas Inovasi PTK s2
Uas Inovasi PTK s2
Oleh :
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS TEKNIK
2017
PERTANYAAN
1. Menurut Fullan inisiatif perubahan atau inovasi dipengaruhi oleh berbagai factor,
antara lain yang disebut sebagai Existence and Quality of Innovations dan Access to
Innovation. Tulislah judul suatu inovasi pendidikan kejuruan, lalu jabarkan judul itu
kedalam dua factor tersebut !
2. Jika inovasi yang bermuara pada peningkatan mutu (misalnya di SMK) dikaitkan
dengan apa yang disebut oleh Fullan sebagai Four Broad Phases of the Change Process,
berikan paparan anda tentang tahapan-tahapan (phase) yang dimaksud.
4. Defenisi Rogers mengenai difusi melibatkan empat elemen penting. Tulislah sebuah
judul difusi inovasi, kemudian beberkan kedalam empat elemen penting tersebut!
6. Ada sekurang-kurangnya empat cara untuk memutuskan apakah akan menerima atau
menolak sebuah inovasi atau perubahan, antara lain keputusan inovasi opsional, kolektif,
otoritas, dan kontingensi. Beberkan keempat cara ini dengan memberikan contoh yang
berlaku di sekolah kejuruan!
JAWABAN NO.1
A. PENDAHULUAN
Pendidikan kejuruan teknik mesin merupakan jenis pendidikan yang telah lama
ada di Indonesia, dan telah member sumbangan yang cukup signifikan pada
pembangunan bangsa. Dahulu, pada sekitar tahun 60an, pendidikan kejuruan teknik
setingkat sekolah menengah pernah mencapai masa keemasannya, yang ditandai dengan
kualitas lulusan yang sangat dibutuhkan di dunia usaha atau industri pada waktu itu.
Setelah kurun waktu itu, pendidikan kejuruan teknik dapat dikatakan merosot dan
munculah sindiran “STM sastra” yang sangat menyakitkan para pengelolannya. Sekarang
citra pendidikan kejuruan teknik mulai membaik sejak dicanangkannya program link and
match oleh Mendiknas (waktu itu) Dr. Wardiman dan dilanjutkan oleh Mendiknas
selanjutnya dengan program-program Kurikulum Berbasis Kompetensi yang juga
berbasis kecakapan hidup (life skills base), dan industri (industry-al base). Bagaimana
dengan ke depan? Akankah pendidikan kejuruan merosot lagi ataukah mampu survive
dan menyesuaikan perkembangan masyarakat dan dunia usaha atau industri? Seharusnya
pendidikan kejuruan dapat berkembang selaras dengan perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dinamika kebutuhan masyarakat. Untuk itu diperlukan serangkaian usaha
agar semua itu dapat terlaksana.
Sistematika tulisan ini dimulai dengan pembahasan tentang berbagai macam isu
perubahan dalam pendidikan kejuruan teknik mesin, dan kemudian sebagai konsekuensi
logisnya adalah bagaimana pendidikan dan pengadaan guru kejuruan teknik mesin.
Dalam setiap bagian bahasan, pendapat penulis dituangkan secara langsung agar ada
kesinambungan pemikiran secara utuh.
Pendidikan kejuruan teknik mesin telah ada sejak dahulu dan samopai saat ini,
dan eksistensinya makin mantap dalam peranannya menyiapkan tenaga-tenaga terampil
tingkat menengah dalam bidang permesinan yang menunjang pembangunan. Dalam
pasang surut perjalanannya sampai saat ini, pendidikan kejuruan teknik mesin selalu
berkembangan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi mesin termasuk di
dalamnny teknologi otomotif, perkembangan kebutuhan masyarakat; perkembangan
filosofi pendidikan kejuruan; dan perubahan karena peraturan pemerintah dan manajemen
penyelenggaraannya.
Dilihat dari peraturan pemerintah yang ada, sekarang dibedakan antara kejuruan
dan pendidikan vokasi. Menurut UU No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
Nasional, pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya
untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Sedangkan menurut UU No. 20 tahun 2003
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu, dan pendidikan vokasi merupakan
pendididkan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
keahlian terapan tertentu.
C. PERKEMBANGAN FILOSIFI PENDIDIKAN KEJURUAN
Dari uraian alinia di atas, dapatlah penulis menyarikan bahwa : pendikan kejuruan
teknik mesin adalah pendidikan baik formal, non-formal maupun informal yang
mempersiapkan pesertanya dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada suatu
pekerjaan spesifik (job) dalam bidang permesinan, sehingga mereka bias berperan
sebagai pekerja, atau meningkatkan karier mereka, atau dapat menciptakan pekerjaan
sendiri di masyarakat (misalnya membuka bengkel mobil atau motor), ataupun juga untuk
kegiatan yang tidak mendapatkan penghasilan (unpaid employment). Sampai sekarang
masih terdapat silang pendapat para philosopher tentang keberadaan lembaga pendidikan
kejuruan dan vokasi. Apakah harus dibedakan secara tegas antara pendidikan umum
dengan pendidikan kejuruan? Apakah sebaiknya pendidikan kejuruan masuk dalam
bagian pendidikan umum sebagai salah satu pilihan? Masing-masing memiliki
argumentasi yang kuat. Plaza (2004) menyatakan pemikiran untuk mengintegrasikan
berbagai jenis pendidikan dalam satu macam yaitu pendidikan umum yang mempunyai
banyak permintaan.
Perkembangan teknologi mengikuti deret ukur. Hampir setiap hari ada hasil-hasil
teknologi permesinan dan otornotif yang mungkin akan "mengalahkan" hasil teknologi
yang terdahulu dan begitu seterusnya. Perkembangan teknologi permesinan menjadi
pemicu perkembangan pendidikan kejuruan teknik mesin. Perkembangan teknologi
bersumber kepada kebutuhan manusia. Semua teknologi itu dibuat dengan tujuan
efisiensi, yaitu bagaimana suatu pekerjaan atau kegiatan dapat mernperoleh hasil yang
besar dibanding dari usaha atau biaya yang dikorbankan. Suatu teknologi yang
kurang efisien akan kalah dengan yang lebih efisien. Hal inilah yang menjadi
pemicu persaingan dunia industri, yaitu berlomba menemukan dan mengembangkan
teknologi. untuk ditawarkan kepada masyarakat pemakai. Hal lain yang menjadi
sumbe inspirasi para rekayasawan adalah kebutuhan manusia yang tak pernah puas
mulai dari soal mutu, bentuk (keindahan), kenyamanan, dan aktualisasi diri.
(b) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan
Selanjutnya, menurut Dikmenjur, disebutkan bahwa seorang guru SMK dituntut dapat
menguasai keterampilan-keterampilan mutakhir yang dibuktikan dengan sertifikat
keahlian. Secara terinci sebagai berikut:
(a) Guru bahasa Inggris dan guru produktif harus memiliki sertifikat
kompetensi yang mendapat pengakuan internasional
(b) Guru produktif harus memiliki pengala- man kerja di industri yang
berstandar in ternasional
1. Diversifikasi keahlian
c) Syarat yang harus dipenuhi secara umum sama dengan syarat penerimaan
pegawai, dan secara khusus harus berpendidikan sarjana (SI) atau sarjana
sains terapan (D4) bidang studi sebagaimana dimaksud angka (2), dan memiliki
pengalaman kerja di industri minimal dua tahun.
Keputusan tersebut dibuat untuk keadaan sementara (darurat), tetapi secara
melembaga, di masa depan LPTK juga harus mengadakan program studi yang
dibutuhkan itu. Hal ini sedikit banyak menunjukkan bahwa pengelolaan
pendidikan guru kejuruan teknik di negeri ini masih belum sungguh-sungguh
dilakukan secara proaktif dan serius. Penulis berpendapat, pernbukaan program-
program studi pendidikanguru tersebut tidak harus dibuka di setiap LPTK, tetapi
diselenggarakan oleh LPTK yang cukup mampu menangan inya. Misalnya UNNES
menyelenggarakan program studi Mekatronika, UPI menyelenggarakan program studi
Penerbangan, UNY menyelenggarakan program studi Mekanisasi Pertanian, atau
UNESA menyelenggarakan program studi Perkapalan. Dalam rnasa perintisan,
sebelum program studi dibentuk, dapat dilakukan dengan memunculkan mata
kuliah pilihan yang menunjang program studi yang akan dibentuk. Misalnya untuk
menunjang pernbentukan program studi pendidikan teknik mekatronika lebih
dulu di munculkan rnata kuliah pilihan yang ditempelkan pada program. studi
yang sudah ada sekarang. Mata kuliah pilihan tersebut dian taranya: mekanika,
dinamika teknik, elektronika, sistern kontrol dan sebagainya.
Dalam diagram tersebut terlihat be• tapa rumitnya pengelolaan guru kejuruan
dan vokasi, sehingga pihak-pihak yang berperan perlu lebih "akrab" koordinasinya
antara lain:
Oleh karena itu perlu adanya lembaga koordinasi yang menangani langsung
semua persoalan itu. Lembaga tersebut dapat berupa Badan atau Dewan
yang mempunyai alokasi anggaran sendiri, independen dan lingkupnya antar
depertemen serta diberi kewenangan untuk membuat kebijakan.
Seiring dengan era globalisasi, sumber daya manusia harus segera disiapkan agar dapat
memanfaatkan potensi lokal menjadi keunggulan komparatif dalam persaingan di lingkup
internasional. Sejalan dengan hal tersebut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan (DPSMK) telah mencanang.kan program SMK internasional. Pada tahun
2005-2009, dari 34 tujuan strategis DPSMK yang berhubungan dengan SMK
internasional adalah:
Fullan (1982, 1991) mengemukakan bahwa ada empat fase yang luas dalam proses
perubahan: inisiasi, implementasi, kelanjutan, dan hasil.
1. Inisiasi
2. Pelaksanaan
Fullan dan Stigelbauer (1991) mengidentifikasi tiga area faktor utama yang
mempengaruhi implementasi: karakteristik perubahan, karakteristik lokal dan faktor
eksternal (pemerintah dan lembaga lainnya). Mereka mengidentifikasi pemangku
kepentingan yang berbeda di tingkat lokal, dan federal dan pemerintah. Mereka juga
mengidentifikasi karakterisasi perubahan pada masing-masing pemangku kepentingan
dan isu-isu yang harus dipertimbangkan masing-masing stakeholder sebelum
melakukan usaha perubahan atau menolaknya.
Contoh : Dilakukanlah usulan untuk pengadaan sarana dan prasarana praktek, setelah
diusulkan lalu kepala sekolah, komite, guru, serta dinas terkait melakukan identifikasi
berkaitan tentang usulan pengadaan ini.
3. Kelanjutan
Contoh : Dari hasil identifikasi awal tadi berkaitan tentang pengadaan tersebut, jika
dirasa penting, usulan tersebut bisa diteruskan ke pusat agar pengadaan ini bisa
diproses lebih lanjut.
4. Hasil
Perhatian terhadap perspektif berikut tentang proses perubahan dapat
mendukung pencapaian hasil perubahan positif atau sukses.
Contoh : Setelah usulan tersebut diproses, sarana dan prasarana praktek siswa untuk
sekolah ada. Otomatis untuk pemenuhan kebutuhan praktek siswa terpenuhi. Maka siswa
leluasa dapat meng aplikasikan ilmu yang mereka dapatkan di kelas ke ruang labor /
praktek. Hasilnya nanti. Dengan input yang baik serta proses didalamnya juga baik, jadi
output yang dihasilkan juga berkualitas. Maka tujuan untuk peningkatan mutu pendidikan
khususnya di kejuruan yang fokusnya untuk menghasilkan lulusan yang terampil akan
terpecahkan.
JAWABAN NO.3
In this stage Fullan identifies nine “interactive factors affecting implementation”. (2001
p. 72). He organizes these factors into three main categories: “the characteristics of the
change project, local roles, and external factors” (2001 p. 72).
Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan
tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di
dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi
perkembangan masa depan.
Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu
lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima
materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan
budaya.
Local roles
Selain untuk membeli dan menggandakan buku kurikulum 2013, Juknis BOS
SMK mengatur bahwa dana BOS bisa juga digunakan untuk pendampingan guru
kejuruan dalam implementasi kurikulum 2013.
Peran lain yang bisa dilakukan sekolah berdasarkan Surat Kemendikbud Nomor
36250/WMP/KR/2014 tanggal 24 Maret 2014 adalah memperbaiki (data pokok
pendidikan) dapodik, terutama untuk data jumlah siswa per kelas, jumlah guru per
kelas/per mata pelajaran, serta jumlah siswa dan guru sesuai agama yang dianut
untuk kepentingan pengadaan buku semester II.
Pada garis besarnya beberapa uraian di atas bermakna bahwa memaksimalkan
perannya dalam implementasi kurikulum 2013 sekolah diminta mengalokasikan
dana BOS untuk membeli dan menggandakan buku serta kegiatan pendampingan
guru. Selain itu sekolah juga semestinya terus melakukan perbaikan dapodik
untuk keperluan penggandaan buku kurikulum 2013.
3. Peran Guru
Saat ini ada begitu banyak bentuk teknologi komunikasi yang menyebar dan
diadopsi oleh masyarakat. Salah satunya adalah komputer atau personal computer (PC)
dan notebook. Dengan komputer ini orang-orang dapat mengakses internet. Pada
dasarnya internet merupakan jaringan di mana orang-orang dapat mengakses data dan
informasi dari provider. Dengan segala keunggulannya orang-orang semakin
menggandalkan internet ini untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya, seperti
informasi, hiburan, dan pelarian.
Sebagai salah satu bentuk teknologi komunikasi, internet menyebar melalui
cara-cara yang berbeda. Hal itu tergantung dari nilai-nilai yang terdapat dalam
teknologi komunikasi itu sendiri dan juga latar belakang kultural masyarakat penerima
inovasi itu. Proses ini, yakni penyebaran temuan baru dalam sebuah komunitas atau
masyarakat disebut sebagai difusi inovasi. Menurut Rogers dan Shoemaker (dalam
Nasution, 2002: 122) difusi inovasi adalah peran komunikasi secara luas dalam
mengubah masyarakat melalui penyebarserapan ide -ide dan hal-hal baru secara terus
menerus melampaui batas-batas tempat, waktu, dan bidang.
Tentu tidak semua masyarakat mudah menerima bentuk-bentuk teknologi
komunikasi baru seperti internet ini. Ada beberapa faktor yang memengaruhi adopsi
terhadap teknologi komunikasi baru, seperti nilai positif yang terkandung di dalamnya,
tingkat pengetahuan, tingkat pendapatan, saluran atau media yang digunakan sebagai
sarana penyebar inovasi, dan yang terpenting adalah adanya perasaan membutuhkan
teknologi komunikasi itu.
Pada sisi lain, meskipun teknologi komunikasi saat ini mustahil untuk dapat
dihindari (apalagi di kalangan pondok pesantren Muhammadiyah yang sejak lama lebih
terbuka terhadap nilai-nilai baru), tapi di kalangan pondok pesantren itu sendiri
karena ikatan terhadap tradisi dan nilai-nilai agama tetap terikat kuat maka
proses adopsi terhadap teknologi komunikasi tidak linier sebagaimana
dikemukakan dalam teori. Karena apapun bentuk inovasi bila dianggap akan merusak
tradisi dan nilai agama akan ditolak.
Difusi Inovasi Teknologi Komunikasi (Internet) di Kalangan Santri
Tahap keempat proses difusi inovasi adalah implementasi. Pada tahap ini
seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya mengenai
sebuah inovasi. Pada proses difusi inovasi teknologi komunikasi (internet) tahap
keempat di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah ini, dalam implementasinya
tempat yang digunakan para santri untuk mengakses internet sebagian besar di
warnet, Warnet ini memang disediakan oleh pihak Pondok Pesantren sebagai fasilitas
bagi para santri dalam mengakses internet secara terkontrol. Tempat lainnya yang juga
digunakan para santri mengakses internet adalah laboratorium komputer sekolah
masing-masing. Ada juga santri yang menggunakan internet melalui handphone dan
hotspot area meskipun tidak banyak,
Khusus mengenai penggunaan handphone dan hotspot area kemungkinan santri
menggunakannya di luar pondok pesantren karena tata tertib tidak mengizinkan para
santri menggunakan handphone dan laptop atau notebook. Tahap kelima atau tahap
terakhir dari proses difusi inovasi di masyarakat adalah tahap pemastian. Dalam tahap
ini seseorang akan memastikan atau mengkonfirmasi keputusan yang telah diambilnya.
Berkaitan dengan difusi inovasi teknologi komunikasi (internet) di Pondok Pesantren,
tahap pemastian ini dapat diketahui tingkat keterpenuhan kebutuhan para santri dalam
mengakses internet di pondok pesantren.
JAWABAN NO.5
Pemerintah Kenya hanya secara aktif mempromosikan penggunaan kondom sejak tahun
2001, namun distribusi secara substansial meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2013, sekitar 180 juta kondom gratis didistribusikan meskipun ini turun jauh di bawah
permintaan.40Sebuah laporan dari Kenya utara pedesaan menemukan bahwa laki-laki
menggunakan kembali kondom atau menggunakan kantong plastik dan kain lap karena
kekurangan dan kesulitan mengakses pasokan gratis di fasilitas kesehatan pemerintah.
Bahkan saat kondom tersedia, ini tidak menjamin penggunaannya. KDHS 2014 hanya
menemukan 40% wanita dan 43% pria yang memiliki dua atau lebih pasangan dalam 12
bulan terakhir melaporkan menggunakan kondom saat terakhir mereka melakukan
hubungan seks.
Kenya berkomitmen untuk menghapus penularan HIV dari ibu-ke-bayi. Strategi untuk
mencapai ini termasuk upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang PMTCT,
keterlibatan laki-laki yang lebih besar, kehadiran ibu hamil secara universal di klinik
antenatal, penggunaan tes HIV secara universal di antara ibu hamil dan penyediaan obat
antiretroviral untuk mereka yang melakukan tes positif.
Pada tahun 2015, 59.000 perempuan ditawarkan layanan PMTCT, dari sekitar 79.000
yang memenuhi syarat (cakupan 74%) .44 Ini lebih rendah dari tingkat cakupan 2010
sebesar 86% namun hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan untuk
layanan PMTCT.
Jumlah anak-anak (0-14 tahun) yang baru terinfeksi HIV turun dari 12.000 di tahun 2010
menjadi 6600, sebagian besar disebabkan oleh layanan PMTCT.
Mulai tahun 2010, pemerintah Kenya telah menerapkan berbagai program untuk
mendorong keterlibatan laki-laki di PMTCT.47 48 Namun, keterlibatan tetap rendah,
mencapai 4,5% di tahun 2014.
Pada tahun 2008, Kenya menerapkan sunat medis sukarela (VMMC) untuk program
pencegahan HIV. Daerah dengan prevalensi HIV tertinggi di antara laki-laki yang tidak
disunat diprioritaskan.
Pada tahun 2015, program tersebut telah menyunat 860.000 laki-laki (usia 15-49) dan
mencapai target cakupan universal 80% .51 Pada tahun 2016, 92,6% pria di negara
tersebut disunat.
Kenya adalah satu dari hanya tiga negara di sub-Sahara Afrika yang meningkatkan
VMMC pada tahun 2015. Telah terjadi penurunan yang mengkhawatirkan dalam
intervensi ini di seluruh wilayah lainnya.
Pendidikan dan kesadaran HIV merupakan komponen penting dalam pencegahan HIV di
Kenya. Kebijakan terbaru tentang pendidikan HIV yang diterbitkan pada tahun 2013,
bertujuan untuk mengembangkan program untuk meningkatkan pencegahan, perawatan
dan dukungan HIV bagi murid sekolah serta tenaga kependidikan (misalnya guru). Ini
menekankan bahwa strategi harus peka terhadap gender karena perempuan dan anak
perempuan tidak terpengaruh secara proporsional oleh epidemi ini.
Pendidikan HIV dan AIDS telah menjadi bagian dari kurikulum sekolah di Kenya sejak
tahun 2003. Namun, KDHS 2014 menemukan bahwa hanya 54% remaja putri dan 64%
remaja laki-laki (usia 15-24 tahun) memiliki pengetahuan komprehensif tentang
pencegahan HIV.55. Sebuah studi tahun 2014 menemukan bahwa pengetahuan HIV
secara signifikan lebih tinggi di kalangan mahasiswa.56
Mengajar orang muda tentang HIV dan kesehatan seksual tetap kontroversial. KDHS
2014 menemukan sekitar 60% pria dan wanita mendukung pendidikan anak muda
tentang kondom, dan sisanya 40% menentangnya. Banyak yang mengaku takut
mendorong kaum muda untuk melakukan hubungan seks sebagai alasan untuk tidak
melakukan promosi kondom.
JAWABAN NO.6