Anda di halaman 1dari 25

UJIAN AKHIR SEMESTER

INOVASI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Oleh :

MUHAMMAD IQBAL TAWAKAL


NIM : 16138061

Dosen Pembimbing :

Dr. Fahmi Rizal, MT


Drs. Syahril, ST, MSCE,Ph D

PROGRAM MAGISTER (S2)

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
PERTANYAAN

1. Menurut Fullan inisiatif perubahan atau inovasi dipengaruhi oleh berbagai factor,
antara lain yang disebut sebagai Existence and Quality of Innovations dan Access to
Innovation. Tulislah judul suatu inovasi pendidikan kejuruan, lalu jabarkan judul itu
kedalam dua factor tersebut !

2. Jika inovasi yang bermuara pada peningkatan mutu (misalnya di SMK) dikaitkan
dengan apa yang disebut oleh Fullan sebagai Four Broad Phases of the Change Process,
berikan paparan anda tentang tahapan-tahapan (phase) yang dimaksud.

3. Implementasi Kurikulum 2013 dua tahun terakhir mengalami berbagai kendala.


Jelaskanlah permasalahan ini jika Anda memakai perspektif Interactive Factors Affecting
Implementation yang digagas Fullan ?

4. Defenisi Rogers mengenai difusi melibatkan empat elemen penting. Tulislah sebuah
judul difusi inovasi, kemudian beberkan kedalam empat elemen penting tersebut!

5. Rogers menekankan pentingnya seorang agen pembaharu. Ceritakanlah bagaimana


peran dan kinerja agen pembaharu dalam penumpasan HIV di Pumwari-Kenya, kaitkan
dengan istilah targeting dari Linkers!

6. Ada sekurang-kurangnya empat cara untuk memutuskan apakah akan menerima atau
menolak sebuah inovasi atau perubahan, antara lain keputusan inovasi opsional, kolektif,
otoritas, dan kontingensi. Beberkan keempat cara ini dengan memberikan contoh yang
berlaku di sekolah kejuruan!
JAWABAN NO.1

INOVASI PENDIDIKAN GURU KEJURUAN TEKNIK MESIN

A. PENDAHULUAN

Pendidikan kejuruan (vocational education), yaitu pendidikan yang menjurus


kepada keterampilan suatu tugas, pekerjaan atau jasa atau proses pembuatan suatu
barang. Pendidikan kejurua juga merupakan pendidikan untuk mencari pekerjaan
(occupational education), yaitu setelah lulus para siswa akan mencari pekerjaan atau
berwirausaha sendiri dengan bekal keterampilan yang telah dimilikinya.

Pendidikan kejuruan teknik mesin merupakan jenis pendidikan yang telah lama
ada di Indonesia, dan telah member sumbangan yang cukup signifikan pada
pembangunan bangsa. Dahulu, pada sekitar tahun 60an, pendidikan kejuruan teknik
setingkat sekolah menengah pernah mencapai masa keemasannya, yang ditandai dengan
kualitas lulusan yang sangat dibutuhkan di dunia usaha atau industri pada waktu itu.
Setelah kurun waktu itu, pendidikan kejuruan teknik dapat dikatakan merosot dan
munculah sindiran “STM sastra” yang sangat menyakitkan para pengelolannya. Sekarang
citra pendidikan kejuruan teknik mulai membaik sejak dicanangkannya program link and
match oleh Mendiknas (waktu itu) Dr. Wardiman dan dilanjutkan oleh Mendiknas
selanjutnya dengan program-program Kurikulum Berbasis Kompetensi yang juga
berbasis kecakapan hidup (life skills base), dan industri (industry-al base). Bagaimana
dengan ke depan? Akankah pendidikan kejuruan merosot lagi ataukah mampu survive
dan menyesuaikan perkembangan masyarakat dan dunia usaha atau industri? Seharusnya
pendidikan kejuruan dapat berkembang selaras dengan perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dinamika kebutuhan masyarakat. Untuk itu diperlukan serangkaian usaha
agar semua itu dapat terlaksana.

Seiring dengan perkembangan lembaga pendidikan kejuruan dan vokasi, maka


pendidikan gurunya juga harus berkembang, karena guru adalah komponen pendidikan
yang sangat penting peranannya. Penanganan yang ini ada terkesan masih belum optimal
dan perlu langkah-langkah antisipatif yang terencana. Pada tulisan ini dibicarakan tentang
perkembangan pendidikan kejuruan baik secara empiris, teoritis maupun praktis
(kebijakan pemerintah) dan bagaimana usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk inovasi
pendidikan guru kejuruan teknik, khususnya teknik mesin. Langkah inovasi yang
diusulkan pada tulisan ini adalah : (1) diversifikasi bidang keahlian dan (2) kesatuaan
pengelolaan,(3) perumusan kembali kompetensi guru kejuruan dan (4) orientasi kepada
penyiapan guru kejuruan untuk SMK internasional. Melalui empat usaha tersebut
diharapkan pendidikan guru kejuruan teknik mesin akan dapat lebih berarti dalam
pembangunan bangsa.

Sistematika tulisan ini dimulai dengan pembahasan tentang berbagai macam isu
perubahan dalam pendidikan kejuruan teknik mesin, dan kemudian sebagai konsekuensi
logisnya adalah bagaimana pendidikan dan pengadaan guru kejuruan teknik mesin.
Dalam setiap bagian bahasan, pendapat penulis dituangkan secara langsung agar ada
kesinambungan pemikiran secara utuh.

B. PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN KEJURUAN DI INDONESIA

Pendidikan kejuruan teknik mesin telah ada sejak dahulu dan samopai saat ini,
dan eksistensinya makin mantap dalam peranannya menyiapkan tenaga-tenaga terampil
tingkat menengah dalam bidang permesinan yang menunjang pembangunan. Dalam
pasang surut perjalanannya sampai saat ini, pendidikan kejuruan teknik mesin selalu
berkembangan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi mesin termasuk di
dalamnny teknologi otomotif, perkembangan kebutuhan masyarakat; perkembangan
filosofi pendidikan kejuruan; dan perubahan karena peraturan pemerintah dan manajemen
penyelenggaraannya.

Institusi penyelenggara mengalami perkembangan dari tingkat sekolah menengah


pertama(minimal) menjadi setingkat sekolah menengah atas. Secara historis, dulu dikenal
sekolah teknik (ST) setingkat SMP, dan STM (Sekolah Teknologi Menengah) setingkat
SMA. Sekarang ST telah dihapus dan pendidikan kejuruan teknik mesin menjadi
setingkat pendidikan menegah atas, yaitu SMK. Di samping itu telah ada pula kursus-
kursus yang juga berorientasi kepada penyiapan tenaga kerja untuk bidang teknik mesin.
Perkembangan juga terjadi pada pendidikan tinggi, yaitu dengan adanya program D1 s/d
D3 dan bahkan D4, yang juga berorientasi kepadan penyiapan tenaga kerja. Tatanan
bentuk pendidikan kejuruan tersebut di atas, seolah telah kita “warisi” melalui estafet
generasi, dan telah “mapan” sehingga untuk membentuk suatu tatanan baru yang berbeda
sangatlah sulit. Yang paling baik dilakukan adalah mengembangkannya.

Dilihat dari peraturan pemerintah yang ada, sekarang dibedakan antara kejuruan
dan pendidikan vokasi. Menurut UU No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
Nasional, pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya
untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu. Sedangkan menurut UU No. 20 tahun 2003
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta
didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu, dan pendidikan vokasi merupakan
pendididkan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan
keahlian terapan tertentu.
C. PERKEMBANGAN FILOSIFI PENDIDIKAN KEJURUAN

Dilihat dari filosofinya, pendidikan kejuruan teknik juga mengalami perubahan.


Kalau dahulu hanya berorientasi untuk mencari pekerjaan, sekarang permintaan terhadap
pendidikan kejuruan teknik ternyata tidak hanya untuk bekerja saja, tetapi juga untuk
kesenangan (hobi). Menurut Strom (1996), pendidikan kejuruan terdiri dari program
pendidikan yang mempersiapkan siswanya untuk tenaga kerja yang dibayar atau tidak
(for paid or unpaid employment). Pendidikan kejuruan juga mencakup pendidikan
keluarga (Samani,1998). Pendidikan kejurua teknik dapat pula ditempuh oleh seorang
pegawai atau pekerja dalam promosi jabatan mereka (inservice training). Jadi pendidikan
keuruan teknik telah meliputi pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pendidikan luar
sekolah (non formal), pendidikan keluarga (informal), pelatihan kerja (in-service
training), dan pendidikan yang tidak hanya berorientasi kerja (misalnya untuk hobi),
mereka yang mengharapkan upah adalah yang masih mampu sebagai tenaga kerja,
sedangkan yang tidak mengaharapkan upah biasanya adalah mereka yang memasuki
pensiun, atau yang karena hobi mereka, dan lain-lain.

Dari uraian alinia di atas, dapatlah penulis menyarikan bahwa : pendikan kejuruan
teknik mesin adalah pendidikan baik formal, non-formal maupun informal yang
mempersiapkan pesertanya dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada suatu
pekerjaan spesifik (job) dalam bidang permesinan, sehingga mereka bias berperan
sebagai pekerja, atau meningkatkan karier mereka, atau dapat menciptakan pekerjaan
sendiri di masyarakat (misalnya membuka bengkel mobil atau motor), ataupun juga untuk
kegiatan yang tidak mendapatkan penghasilan (unpaid employment). Sampai sekarang
masih terdapat silang pendapat para philosopher tentang keberadaan lembaga pendidikan
kejuruan dan vokasi. Apakah harus dibedakan secara tegas antara pendidikan umum
dengan pendidikan kejuruan? Apakah sebaiknya pendidikan kejuruan masuk dalam
bagian pendidikan umum sebagai salah satu pilihan? Masing-masing memiliki
argumentasi yang kuat. Plaza (2004) menyatakan pemikiran untuk mengintegrasikan
berbagai jenis pendidikan dalam satu macam yaitu pendidikan umum yang mempunyai
banyak permintaan.

Menurut penulis, para pengambil kebijakan seharusnya mengingat bahwa


perubahan yang drastis tidak akan menjamin apa yang diharapkan itu menjadi kenyataan.
Seiring terjadi perbuahan kebijakan yang drastis justru akan menuai akibat-akibat
sampingan yang menjadi boomerang bagi program yang dijalannya. Langkan yang paling
tepat adalah melakukan perubahan secara sistematis untuk mengembangkan tatanan yang
ada selama ini menjadi suatu tatanan yang tepat dan “khas” (sesuai dengan potensi
bangsa-negara) untuk menjawa permasalahan di masa depan. Dengan demikian, dikotomi
SMK-SMU yang samar-samar seperti sekarang kiranya dapat dipertahankan sambil
memperbaiki segenap kompnen yang menjadi kendala.
D. PERKEMBANGAN IPTEK DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENDIDIKAN
KEJURUAN TEKNIK MESIN

Ilmu pengetahuan selalu berkembang. ilmu kemudian berkembang menjadi ilmu


dasar (basic science, fundamental science) dan ilmu terapan (applied science). Salah satu
ilmu terapan itu adalah teknologi.. Teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan alam
yang tujuannya menciptakan kemampuan manusia untuk mengerjakan sesuatu,
menciptakan produk baru yang berguna, alat, mesin-mesin dan sistem (Darmoyo, 1984;
deVore,1980).

Teknologi berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia, secara


nyata terlihat jelas sejak revolusi industri. Efek teknologi begitu luas merambah segala
aspek kehidupan dan kerekayasaan (engineering) memainkan peranan sentral dalam
segala aspek perkembangan teknologi itu (Martin, 1994). Menurut Turner (2000),
berawal dari teknik militer irnilitery engineering) yang karena prinsip-prinsipnya dapat
diaplikasikan pada kegiatan non militer maka disebut teknik sipil. Kemudian
berkembang teknik mesin, teknik listrik dan teknik kimia sebagai disiplin teknik paling
utama. Setelah itu berkembang teknik industri, teknik penerbangan, teknik nuklir, teknik
computer dan lain-lain. Disiplin teknik rnesin kemudian berkembang lagi menjadi
beberapa sub bidang, diantaranya: mesin konversi energi, mesin produksi, mesin
konstruksi, mesin fluida dan sebagainya.

Perkembangan teknologi mengikuti deret ukur. Hampir setiap hari ada hasil-hasil
teknologi permesinan dan otornotif yang mungkin akan "mengalahkan" hasil teknologi
yang terdahulu dan begitu seterusnya. Perkembangan teknologi permesinan menjadi
pemicu perkembangan pendidikan kejuruan teknik mesin. Perkembangan teknologi
bersumber kepada kebutuhan manusia. Semua teknologi itu dibuat dengan tujuan
efisiensi, yaitu bagaimana suatu pekerjaan atau kegiatan dapat mernperoleh hasil yang
besar dibanding dari usaha atau biaya yang dikorbankan. Suatu teknologi yang
kurang efisien akan kalah dengan yang lebih efisien. Hal inilah yang menjadi
pemicu persaingan dunia industri, yaitu berlomba menemukan dan mengembangkan
teknologi. untuk ditawarkan kepada masyarakat pemakai. Hal lain yang menjadi
sumbe inspirasi para rekayasawan adalah kebutuhan manusia yang tak pernah puas
mulai dari soal mutu, bentuk (keindahan), kenyamanan, dan aktualisasi diri.

Di samping perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rnetode ker


japun terjadi perkernbangan yang cukup signifikan. Sekarang banyak berkembang
alat-alat yang canggih yang lebih mudah dan akurat dalarn pengoperasiannya.
Perkembangan keterarnpilan dan rnetode kerja juga harus diantisipasi oleh
pendidikan kejuruan teknik rnesin. Karena perkernbangan teknologi perrnesinan,
maka keterampilan untuk rnelaksanakan suatu pekerjaan perrnesinan juga bisa
berubah. Dahulu rnernbubut harus rnengandalkan keterampilan dan ketelitian
tangan, tetapi sekarang dengan CNC justru dituntut keterampilan mengoperasikan
komputer dan seting mesin. Dalam teknik otomotif misalnya, sistem pengapian yang
sebelumnya menggunakan kontak pemutus (platina), sekarang sudah mengunakan
system elektronik dimana tegangan pengapian relatif stabil pada setiap perubahan
putaran mesin. Peralatan dan rnesin sekarang dirancang dalam bagian-bagian yang
bersifat. modul yaitu komponen yang menyatu dan dirancang untuk tidak dibuka,
sehingga kalau rusak langsung diganti (Samani,1998). ltulah yang disebut dengan
perkembangan keterampilan, perubahan pola pekerjaan dan kualifikasinya, yang
menghasilkan keterampilan-keterampilan baru (the emerging skills) yang
"mengalahkan" keterampilan yang sudah tidak efisien lagi. Perkembangan pesat
IPTEK dan metode kerja (keterampilan) permesinan seperti yang dipaparkan di
atas, akan memberi peluang dibutuhkannya tenaga kerja tingkat menengah
(kejuruan dari vokasi) permesinan di masyarakat. Dengan rnengacu kepada
pirarni• da tenaga kerja, kebutuhan tenaga kejuruan teknik mesin cenderung -
lebih banyak dari tenaga profesional.

Kebutuhan tenaga kejuruan teknik mesin akanmenumbuhkan kebutuhan lernbaga


pendidikan kejuruan teknik mesin dan selanjutnya menumbuhkan pula kebutuhan akan
tenaga pengajar kejuruan teknik mesin. Berdasar atas perkembangan cabang ilmu
pengetahuan dan teknik mesin, maka dibutuhkan sekolah-sekolah kejuruan dalam bidan
yang lebih spesifik lagi termasuk juga guru-gurunya. Namun kenyataannya, baru
sebagian saja bidang yang sudah dapat diselenggarakan pehdidikan gurunya.
Sebagian besar lainnya masih belum, dan untuk memenuhinya, pemerintah dapat
mengangkat lulusan bidang studi sejenis (non keguruan) dengan ditambah pendidikan
akta mengajar. Menurut penulis, haruslah diselenggarakan diversifikasi pendidikan guru
kejuruan teknik mesin sehingga dapat mensuplai kebutuhan masing-masing
bidang/keahlian yang belum tertangani itu.

E.PERKEMBANGAN LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN


KE JURUAN

Secara historis, pengadaan guru telah diselenggarakan oleh beberapa institusi.


Pada awalnya pengadaan guru dilakukan dengan membentuk kursus misalnya D1 dan
D2 yang kemudian menjadi embrio berdirinya FKIP pada Universitas. Sementara itu
pemerintah juga membentuk IPG (lnstitut Pendidikan Guru) yang fungsi dan tujuannya
sama dengan FKIP. Selanjutnya FKIP dan IPG digabung menjadi IKIP melalui
surat keputusan Presiden No. I I 1963 (IKIP Semarang, I987). Dengan demikian
pengadaan guru-guru termasuk guru kejuruan secara melembaga dilaksanakan
oleh IKIP:
Di pihak lain, melalui kerjasama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Konsorsium llmu Pendidikan dan LPTK telah dibuka Program Diploma
Ill Guru Kejuruan yang diselenggarakan pada Pusat Pengembangan Penataran
Guru Kejuruan dan Teknologi yang bertempat di Bandung, Medan, Malang,
Yogyakarta dan Cianjur. Program ini merupakan program lintas pintas yang
merupakan bagian integral dari program pembinaan dan pengembangan pendidikan
menengah kejuruan, yang meliputi penataran, penyegaran, penataran kualifikasi,
penataran penjenjangan dan penyelenggaraan workshop (AOB Siturno-rang, 1985).
Input dari program ini adalah para guru kejuruan yang masih perlu dibina
dan ditingkatkan kemampuannya sehingga lebih bersifat inservice training.
Selanjutnya dengan keputusan presiden, IKIP dikonversikan menjadi Univer sitas
(antara lain Kepres no 124/M 1999 untuk IKIP Semarang, Bandung dan
Medan). Tugas Universitas ini masih tetap akan menyiapkan tenaga kependidikan.
Mendiknas Yahya Muhaimin mengatakan bahwa IKIP yang menjadi universitas
tidak boleh melupakan tugas utamanya sebagai lembaga pencetak guru (Suara
Merdeka, 28-1-2000). Dalam sambutan pada dies natalis ke 37 UNNES tanggal
2 Pebruari 2002, Mendiknas Malik Fajar kembali menegaskan bahwa UNNES
(dan Universitas ex IKIP lainnya) mestinya mempunyai program unggulan pada
pengembangan ilmu kependidikan. Dalam era mendiknas yang baru, Bambang
Sudibyo, peran LPTK menjadi sangat penting untuk program sertifkasi guru
sesuai amanat undang-undang. Oleh karena itu, perubahan IKIP menjadi
Universitas perlu dikaji ulang. Alasannya adalah dengan mengampu program
kependidikan clan non kependidikan menjadikan perhatian terbelah dan tidak
fokus pada pengem bangan ilmu kependidikan. Menurut penulis kefokusan
perhatian bukan terletak pada bentuk organisasinya (universitas atau !KIP) tetapi
pada keseriusan pelaksanaan program dan dukungan dana. Justru dengan
mengampu program non kependidikan yang sejenis, akan lebih menjamin
kompetensi profesional . (penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam) yang juga diamanatkan oleh PP No. 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3:
tentang Standar Nasional Pendidikan. Jadi perluasan mandat IKIP menjadi
Universitas masih sangat relevan dan menunjang fungsi penyediaan guru kejuruan
(khususnya guru teknik mesin) yang berkualitas.
F. PERKEMBANGAN KOMPETENSI GURU KEJURUAN TEKNIK
MESIN

Mendidik adalah tugas utama seorang guru. Filosofi mendidik adalah


memanusiakan manusia muda. Dilihat dari sudut pandang sosiologis, mengajar
adalah menanamkan nilai-nilai kebudayaan kepada generasi rnuda. Dari sudut
pandang pedagogis, mengajar adalah usaha yang terencana agar siswa dapat
mencapai tujuan pengajaran, baik yang nyata maupun tersembunyi. Karena
setiap siswa itu unik maka semua tindakan guru haruslah disesuaikan dengan
karakteristik siswa. Dari sudut pandang psikologis, proses belajar adalah suatu
kegiatan (interaksi) guru dan siswa hingga terjadi perubahan tingkah laku. Dari
sudut pandang komunikasi, mengajar adalah rnenyampaikan pesan kepada siswa,
dan guru harus berusaha mengatasi semua hambatan (noise) yang ada sehingga
komunikasi dapat berhasil. Dari sudut pandang fisiologis, mengajar bisa dikatakan
sebagai usaha melatih keterampilan dan kemampuan fisik untuk mernperoleh suatu
capaian kemampuan yang diharapkan.

Melihat paparan di atas, terlihat bahwa tugas guru (yang profesional)


sangatlah berat. Untuk merinci tugas-tugas itu, disusunlah kornpetensi seorang
guru Kornpetensi guru ini juga berkembang mengikuti perubahan jarnan seperti
akan dibahas berikut ini. Pada tahun 75an, kompetensi guru diru muskan dalam
sepuluh kompetensi yaitu: (a) rnengetahui landasan kependidikan (b) menguasai
bahan pelajaran ( c) mampu rnengelola proses belajar mengajar (d) marnpu
mengelola kelas (e) mampu rnengelola interaksi belajar-mengajar (f) marnpu
menggunakan media atau sumber belajar (gj.mampu menilai hasil belajar (h)
mengenal' fungsi dan program bimbingan-penyuluhan (i) memahami prinsip-prinsip
dan hasil-hasil penelitian untuk keperluan pengajaran (j) mengenal dan
menyelenggarakan administrasi pendidikan. Sepuluh kompetensi guru ini telah
digunakan bertahun-tahun.

Pada kurun waktu selanjutnya dirumuskan komptensi guru sebagai sebagai


berikut (Depdiknas, 2002):

a) Komponen kemarnpuan pengelolaan pembelajaran yang meliputi kemampuan:


menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan interaksi pembelajaran, menilai
prestas belajar siswa, melaksanakan tindak lanjut hasilpenilaian melaksanakan
bimbingan belajar.

b) Kornponen pengembangan potensi, yang meliputi kernampuan: mengembangkan diri,


rnengembangkan siswa,

c) Kornponen penguasaan akademik yang rneliputi kernampuan: mernahami


wawasan pendidikan, menguasai bahan kajian akademik.
Apabila orientasi pembicaraan diarahkan ke masa depan, maka kompetensi guru
haruslah untuk masa depan. Menurut PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, kompetensi guru setingkat SMK adalah pasal 28 ayat 3):
Kompetensi sebagai agen pembelajaran meliputi:

a) kompetensi pedagogik (pemahaman peserta didik, perancangan & pelaksanaan


pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik)

b) kompetensi kepribadia (kepribadian yang mantab, stabil, dewasa,arif, dan


berwibawa, menjadi teladan dan berakhlak mulia)

c) kompetensi profesional (penguasaan materi pembelajaran secara luas dan


mendalam)

d) kompetensi sosial (berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta


didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik dan masyarakat sekitar). pasal 29 ayat 4: Pendidik pada SMK/MAK atau
bentuk lain yang sederajat memiliki:

(a) kualifikasi akademik pendidikan minimum D4 atau SI

(b) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan

(c) sertifikat profesi guru untuk SMK/MAK

Selanjutnya, menurut Dikmenjur, disebutkan bahwa seorang guru SMK dituntut dapat
menguasai keterampilan-keterampilan mutakhir yang dibuktikan dengan sertifikat
keahlian. Secara terinci sebagai berikut:

(a) Guru bahasa Inggris dan guru produktif harus memiliki sertifikat
kompetensi yang mendapat pengakuan internasional

(b) Guru produktif harus memiliki pengala- man kerja di industri yang
berstandar in ternasional

(c) Guru memiliki sertifikat kompetensi di daktik dan metodik ·

(d) Guru produktif (minimal 50%) memiliki sertifikat sebagai assessor

(e) Semua guru dapat berbahasa Inggris aktif (TOEFEL, TOEIC)


(Prijowirjanto, 200I)
G. BEBERAPA INOVASI YANG DIUSULKAN

Untuk dapat menghasilkan guru yang berkualitas, tidak dapat dicapai


hanya dengan memforrnulasikan kualifikasi guru yang akan dibentuk, tetapi juga
sejauh mana gerak langkah pelaksanaannya untuk mencapai semua itu (actuating)
dan strategi pencapaiannya. Dari pelaksanaan yang selama ini sudah dilakukan,
rnasih terdapat beberapa kendala, antara lain belum terkoordinasinya masalah
pendidikan kejuruan itu dalam suatu pengelolaan yang terpadu dan belum
tersedianya berbagai pilihan keahlian/kejuruan sesuai dengan dinamika permintaan
pasar kerja. Oleh karena itu rnelalui tulisan ini penulis mengusulkan:

1. Diversifikasi keahlian

Di muka telah dikemukakan, bagaimana peranan perubahan dan perkembangan


yang terjadi di masyarakat mempengaruhi permintaan akan tenaga kerja menengah
bidang permesinan, yang selanjutnya mempengaruhi permintaan akan guru
kejuruan teknik mesin. Semua itu harus diantisipasi oleh pengelola pendidikan
guru kejuruan teknik mes in secara proaktif. Ragam bidang 'kejuruan/keahlian
yang ada pada SMK Teknik Mesin saat sekarang sudah cukup bervariasi.
Bidang kejuruan yang telah ada antara lain pengelasan, pengecoran, perinesinan,
pembentukan, mekanik otomotif, gambar rnesin, bodi otomotif dan alat berat.
Pendidikan/ pengadaan guru kejuruan teknik rnesin terlihat belurn proaktif
rnengikuti perkembangan yang ada dan rnasih terbatas (antara lain: mesin
produksi, otomotif dan gambar mesin). Memang pengadaan guru kejuruan
dapatjuga berasal dari lulusan non kependidikan yang diberi tambahan kompetensi
keguruan (akta mengajar), sesuai dengan Keputusan No. 020/U/2001 tanggal 21
Februari 200I Depdiknas yang menyatakan bahwa :

a) Untuk memenuhi kebutuhan guru rnata pelajaran/rumpun rnata


pelajaran pada sekolah menengah kejuruan (SMK) yang belum dihasilkan
oleh lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK) dapat diangkat dari
lulusan perguruan tinggi non lernbaga pendidikan tenaga kependidikan.

b) Guru mata pelajaran/rumpun mata pelajaran sebagaimana dimaksud yang


diperlukan adalah (antara lain): Teknologi Hasil Pertanian, Mekanisasi
Pertanian, Teknologi Penangkapanlan, Perkapalan, Penerbangan, dan
Mekatronika.

c) Syarat yang harus dipenuhi secara umum sama dengan syarat penerimaan
pegawai, dan secara khusus harus berpendidikan sarjana (SI) atau sarjana
sains terapan (D4) bidang studi sebagaimana dimaksud angka (2), dan memiliki
pengalaman kerja di industri minimal dua tahun.
Keputusan tersebut dibuat untuk keadaan sementara (darurat), tetapi secara
melembaga, di masa depan LPTK juga harus mengadakan program studi yang
dibutuhkan itu. Hal ini sedikit banyak menunjukkan bahwa pengelolaan
pendidikan guru kejuruan teknik di negeri ini masih belum sungguh-sungguh
dilakukan secara proaktif dan serius. Penulis berpendapat, pernbukaan program-
program studi pendidikanguru tersebut tidak harus dibuka di setiap LPTK, tetapi
diselenggarakan oleh LPTK yang cukup mampu menangan inya. Misalnya UNNES
menyelenggarakan program studi Mekatronika, UPI menyelenggarakan program studi
Penerbangan, UNY menyelenggarakan program studi Mekanisasi Pertanian, atau
UNESA menyelenggarakan program studi Perkapalan. Dalam rnasa perintisan,
sebelum program studi dibentuk, dapat dilakukan dengan memunculkan mata
kuliah pilihan yang menunjang program studi yang akan dibentuk. Misalnya untuk
menunjang pernbentukan program studi pendidikan teknik mekatronika lebih
dulu di munculkan rnata kuliah pilihan yang ditempelkan pada program. studi
yang sudah ada sekarang. Mata kuliah pilihan tersebut dian taranya: mekanika,
dinamika teknik, elektronika, sistern kontrol dan sebagainya.

2. Kesatuan penanganan / pengelolaan

Dewasa ini penanganan/pendidikan guru kejuruan secara umum dilaksanakan di


LPTK yang bernaung di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, sedang
pengguna lulusan adalah Dikmenjur (Sekarang Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan) di bawah Direktorat Jenderal Manajemen Dikdasmen. Sedang
peningkatan rnutunya dikelola oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan. Untuk tenaga guru umum mungkin tidak terlalu berrnasalah
karena para lulusan pendidikan umum dipersiapkan akan memasuki/ melanjutkan ke
jenjang pendidikan di atasnya. Tetapi untuk guru kejuruan tidak sesederhana itu,
karena pendidikan kejuruan mempunyai kekhususan yaitu berhubungan dengan dunia
usaha/industri. Pendidikan kejuruan teknik mesin (setingkat SMK dan Diploma) selain
harus bermitra dengan dunia usaha/industri, juga harus "akrab" dengan pendidikan
tinggi yang menghasilkan tenaga profesional setingkat S1 atau S2 yang sejenis, karena
para profesional itulah yang akan "dilayani" oleh lulusannya kelak.

Dalam diagram tersebut terlihat be• tapa rumitnya pengelolaan guru kejuruan
dan vokasi, sehingga pihak-pihak yang berperan perlu lebih "akrab" koordinasinya
antara lain:

a. Antara Dikti dan Dikdasme perlu lebih berkoordinasi terutama dalam


penanganan guru kejuruan, Di Dikti ada tim penyusunan kompetensi guru
kejuruan dengan dibentuknya tim Standar Kornpetensi Guru Pemula
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Jenjang
Strata 1 Direktorat P2TK & KPT-Dikti. Di Direktorat Pernbinaan SMK
pun ada program yang menyususn kompetensi guru kejuruan. Sebaiknya
kedua tim tersebut duduk bersarna-bersama sehingga hasil yang dicapai
telah menjadi "milik bersama" yang dapat digunakan di lapangan secara
bersama pula.

b. Pihak industri belum sepenuhnya mendukung pelaksanaan sistem ganda.


Memang Indonesia bukan Jerman. Di Jerman kalangan industri sangat
mendukung sekolah kejuruan.

Oleh karena itu perlu adanya lembaga koordinasi yang menangani langsung
semua persoalan itu. Lembaga tersebut dapat berupa Badan atau Dewan
yang mempunyai alokasi anggaran sendiri, independen dan lingkupnya antar
depertemen serta diberi kewenangan untuk membuat kebijakan.

3. Perumusan kernbali kompetensi guru kejuruan teknik mesin .

Ada banyak pengertian tentang kompetensi yang dikemukakan oleh para


ahli dan kalangan. Kompetensi adalah Kemampuan seseorang dalam bidang tertentu
yang dapat ditampilkan/didemonstrasika beserta karakteristik-karakteristik yang
mendukungnya, dan standar kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang
harus dikuasai oleh seseorang untuk mampu melalukan suatu peran, pekerjaan
atau profesi tertentu (Tim PSABK, 2005). Kompetensi adalah melakukan pekerjaan
tertentu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap (Basuki,
2005). Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggungjawab yang
dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (Budiono, 2005).
Kompetensi tidak semata- mata diartikan sebagai kemampuan melaksanakan
tugas secara teknis yang biasanya bersifat unjuk kerja yang dapat diamati,
tetapi juga menyangkut kemampuan-kemampuan mendasar yang lebih bersifat
intelektual dan mental-emosional (Samsudi, 2005).

Guru kejuruan adalah suatu pekerjaan atau profesi, sehingga memerlukan


sejurnlah kompetensi standar tertentu. Karaketeristik guru SMK adalah guru
mata pelajaran, artinya ia mengajar untuk satu atau beberapa pelajaran
keteknikan. Sedang sifat mata pelaja• ran di SMK dapat dikelompokkan dalam
mata pelajaran normatif, adaptif, dan produktif. Kompetensi seorang guru dibagi
dalam tingkatan guru pratama atau guru pemula, guru madya, dan guru utama.
Di luar negeri ada yang membagi menjadi empat tingkat yaitu guru tingkat I,
II, III, IV. Tentunya masing-masing tingkat memiliki standar kompetensi tersendiri.
Standar kompetensi guru harus disusun melalui komitmen pihak-pihak terkait
antara lain LPTK, Asosiasi profesi, LPMP, Sekolah. Dengan demikian akan
tersusun standar kompetensi yang baku yang diterima oleh semua pihak dan
dapat dipakai acuan bagi pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itu perlu
penanganan "satu atap" pengadaan dan pernbinaan guru kejuruan teknik.

Standar kompetensi minimal yang harus dicapai . oleh lulusan LPTK


adalah standar kompetensi guru muda ditambah kompetensi khusus guru kejuruan.
Kompetensi khusus antara lain kompetensi tentang keselamatan dan kesehatan
kerja (KJ), kompetensi mengelola workshop/unit produksi, kompetensi mendisain
KBM di DU/DI, memiliki kompetensi minimal satu tingkat di atas kompetensi
lulusan (isnandar, 2002; Tim SGKP, 2004; dan Priowirjanto,2005). Bila mungkin,
kompetensi minimal tersebut dapat ditambah oleh beberapa kompetensi khusus
LPTK yang bersangkutan. Sekali lagi, diperlukan perumusan baku berbagai pihak
yang terkait, yang dapat dijadikan pedoman bagi semua pihak dan berlaku
secara nasional.

4. Orientasi kepada penyiapan guru kejuruan untuk SMK internasional.

Seiring dengan era globalisasi, sumber daya manusia harus segera disiapkan agar dapat
memanfaatkan potensi lokal menjadi keunggulan komparatif dalam persaingan di lingkup
internasional. Sejalan dengan hal tersebut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan (DPSMK) telah mencanang.kan program SMK internasional. Pada tahun
2005-2009, dari 34 tujuan strategis DPSMK yang berhubungan dengan SMK
internasional adalah:

1) Mengusahakan pemenuhan kebutuhan sekolah menengah kejuruan sesuai


dengan tuntutan · pemenuhan kebutuhan standar nasional dan internasional

2) Pengembangan relevansi sekolah menengah kejurua sesuai dengan


perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, serta tuntutan pasar kerja lokal
dan global.

3) Memfasilitasi SMK dalam peningkatan mutu guru berkualifikasi internasional

4) Meningkatkan kerja sama internasional

5) Memfasilitasi penyusunan kurikulum SMK berstandar internasional (Sutrisno,


2006) Sebagai konsekuensi logis dari tujuan strategis DPSMK tersebut
maka LPTK kejuruan teknik harus mulai mengantisipasi kebu• tuhan guru SMK
internasional termasuk guru kejuruan teknik mesin.
PENUTUP

Inovasi pendidikan kejuruan teknik mesin harus dilakukan secara terus


menerus agar tidak tertinggal dari perubahan yang selalu terjadi. Semoga
semangat memperbaiki diri selalu ada di "dada" para pengelola dan pengembang
pendidikan kejuruan teknik mesin,sehingga pendidikan ini lebih nyata perannya di
masa datang.
JAWABAN NO.2

Fullan (1982, 1991) mengemukakan bahwa ada empat fase yang luas dalam proses
perubahan: inisiasi, implementasi, kelanjutan, dan hasil.

1. Inisiasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi fase inisiasi meliputi :

Adanya dan kualitas inovasi


Akses terhadap inovasi
Advokasi dari pemerintah pusat
Advokasi guru
Agen perubahan eksternal

Contoh : Minimnya kelengkapan untuk praktek siswa disekolah, misalkan siswa


jurusan teknik mesin, kekurangan peralatan perkakas tangan dan mesin-mesin
perkakas.

2. Pelaksanaan

Fullan dan Stigelbauer (1991) mengidentifikasi tiga area faktor utama yang
mempengaruhi implementasi: karakteristik perubahan, karakteristik lokal dan faktor
eksternal (pemerintah dan lembaga lainnya). Mereka mengidentifikasi pemangku
kepentingan yang berbeda di tingkat lokal, dan federal dan pemerintah. Mereka juga
mengidentifikasi karakterisasi perubahan pada masing-masing pemangku kepentingan
dan isu-isu yang harus dipertimbangkan masing-masing stakeholder sebelum
melakukan usaha perubahan atau menolaknya.

Contoh : Dilakukanlah usulan untuk pengadaan sarana dan prasarana praktek, setelah
diusulkan lalu kepala sekolah, komite, guru, serta dinas terkait melakukan identifikasi
berkaitan tentang usulan pengadaan ini.

3. Kelanjutan

Kelanjutan adalah keputusan tentang pelembagaan inovasi berdasarkan reaksi


terhadap perubahan, yang mungkin negatif atau positif. Kelanjutan bergantung pada
apakah atau tidak. Perubahan itu tertanam / dibangun ke dalam struktur (melalui
kebijakan / anggaran / jadwal) Perubahan tersebut telah menghasilkan massa kritis
dari administrator atau guru yang terampil dan berkomitmen untuk melakukannya.

Contoh : Dari hasil identifikasi awal tadi berkaitan tentang pengadaan tersebut, jika
dirasa penting, usulan tersebut bisa diteruskan ke pusat agar pengadaan ini bisa
diproses lebih lanjut.
4. Hasil
Perhatian terhadap perspektif berikut tentang proses perubahan dapat
mendukung pencapaian hasil perubahan positif atau sukses.

Contoh : Setelah usulan tersebut diproses, sarana dan prasarana praktek siswa untuk
sekolah ada. Otomatis untuk pemenuhan kebutuhan praktek siswa terpenuhi. Maka siswa
leluasa dapat meng aplikasikan ilmu yang mereka dapatkan di kelas ke ruang labor /
praktek. Hasilnya nanti. Dengan input yang baik serta proses didalamnya juga baik, jadi
output yang dihasilkan juga berkualitas. Maka tujuan untuk peningkatan mutu pendidikan
khususnya di kejuruan yang fokusnya untuk menghasilkan lulusan yang terampil akan
terpecahkan.
JAWABAN NO.3

In this stage Fullan identifies nine “interactive factors affecting implementation”. (2001
p. 72). He organizes these factors into three main categories: “the characteristics of the
change project, local roles, and external factors” (2001 p. 72).

The characteristics of the change project

Inti dari Kurikulum 2013, adalah ada pada upaya penyederhanaan, dan
tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di
dalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi
perkembangan masa depan.

Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu
lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima
materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan
penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan
budaya.

Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap,


ketrampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif,
dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi
berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih
baik.

Local roles

a. Pemenuhan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar


pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar
kompetensi lulusan.

b. Perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia


produktif. SDM usia produktif yang melimpah apabila memiliki kompetensi dan
keterampilan akan menjadi modal pembangunan yang luar biasa besarnya.
Namun, apabila tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tentunya akan
menjadi beban pembangunan.
External factors

1. Peran Pemerintah Daerah

Bagaimana tuntutan peran Pemerintah daerah dalam mendukung


implementasi kurikulum 2013 sebenarnya sudah dituliskan dalam Surat Edaran
Bersama Mendagri dan Mendikbud Nomor 420/176/Sj dan Nomor
0258/MPK.A/KR/20l4 sebagai tindaklanjut Permendikbud Nomor 81A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum.

Pertama, mengkoordinasikan Pemerintah Kabupaten/Kota yang tidak


mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang pendidikan untuk menyiapkan
anggaran penggandaan dan distribusi buku semester II sampai ke sekolah untuk
kelas 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, dan kelas 11;

Kedua, menyiapkan dukungan angggaran untuk pelatihan guru sasaran


kelas 1, 2, 4, 5, 7, 8, 10, dan kelas 11; dan
Ketiga bersama-sama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota melaksanakan
pendampingan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum 2013 di tingkat
sekolah bersama dengan Unit Implementasi Kurikulum (UIK).

2. Peran Satuan Pendidikan

Sekolah sebagai bakal tempat kurikulum 2013 diimplementasikan juga


harus melakukan persiapan.Kemendikbud telah menginstruksikan persiapan yang
harus dilakukan sekolah adalah mengalokasikan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) untuk membeli dan penggandaan buku. Hal itu sesuai isyarat
Surat Kemendikbud Nomor 36250/WMP/KR/2014 tanggal 24 Maret 2014 yang
menyatakan bahwa “Buku siswa dan buku guru untuk semester I diadakan
melalui BOS ditambah Bansos Buku (untuk SD dan SMP)....”

Penggunaan dana BOS untuk pembelian/penggandaan buku kurikulum 2013 juga


terdapat dalam Petunjuk Teknis 2014 BOS SMK. Disebutkan bahwa BOS SMK
bisa digunakan untuk pembelian/penggandaan buku teks pelajaran kurikulum
2013, mengganti buku yang rusak, dan menambah referensi buku pengayaan.

Selain untuk membeli dan menggandakan buku kurikulum 2013, Juknis BOS
SMK mengatur bahwa dana BOS bisa juga digunakan untuk pendampingan guru
kejuruan dalam implementasi kurikulum 2013.

Peran lain yang bisa dilakukan sekolah berdasarkan Surat Kemendikbud Nomor
36250/WMP/KR/2014 tanggal 24 Maret 2014 adalah memperbaiki (data pokok
pendidikan) dapodik, terutama untuk data jumlah siswa per kelas, jumlah guru per
kelas/per mata pelajaran, serta jumlah siswa dan guru sesuai agama yang dianut
untuk kepentingan pengadaan buku semester II.
Pada garis besarnya beberapa uraian di atas bermakna bahwa memaksimalkan
perannya dalam implementasi kurikulum 2013 sekolah diminta mengalokasikan
dana BOS untuk membeli dan menggandakan buku serta kegiatan pendampingan
guru. Selain itu sekolah juga semestinya terus melakukan perbaikan dapodik
untuk keperluan penggandaan buku kurikulum 2013.

3. Peran Guru

Sebagai ujung tombak pendidikan, sukses tidaknya implementasi


kurikulum 2013 sangat tergantung pada guru. Oleh karena itu, kompetensi guru
harus di-upgrade baik dengan mengikuti pelatihan maupun dengan
memperbanyak membaca referensi terkait kurikulum baru tersebut. Hanya saja,
saat ini pelatihan kurikulum 2013 masih sangat jarang dilaksanakan baik oleh
instansi pemerintah maupun oleh organisasi profesi guru. Setali tiga uang, bahan
bacaan kurikulum 2013 berupa buku, juga masih sangat sulit ditemukan.
Makanya, salah satu hal yang bisa dilakukan guru saat ini adalah lebih aktif
mencari informasi secara mandiri melalui internet.

Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan


dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan,
persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai
fenomena negatif yang mengemuka.

a. Tantangan masa depan antara lain globalisasi, kemajuan teknologi


informasi.

b. Kompetensi masa depan antara lain kemampuan berkomunikasi,


kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan menjadi warga negara
yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran
terhadap pandangan yang berbeda, dan memiliki kesiapan untuk bekerja.

c. Persepsi masyarakat antara lain terlalu menitikberatkan pada aspek


kognitif, beban siswa terlalu berat, kurang bermuatan karakter.

d. Perkembangan pengetahuan dan pedagogi antara lain Neurologi,


Psikologi, Observation based [discovery] learning dan Collaborative
learning.
e. Fenomena negatif antara lain perkelahian pelajar, narkoba, korupsi,
plagiarisme, dan kecurangan dalam Ujian (Contek, Kerpek..)
JAWABAN NO.4

DIFUSI INOVASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI (INTERNET) DI KALANGAN


PONDOK PESANTREN

Saat ini ada begitu banyak bentuk teknologi komunikasi yang menyebar dan
diadopsi oleh masyarakat. Salah satunya adalah komputer atau personal computer (PC)
dan notebook. Dengan komputer ini orang-orang dapat mengakses internet. Pada
dasarnya internet merupakan jaringan di mana orang-orang dapat mengakses data dan
informasi dari provider. Dengan segala keunggulannya orang-orang semakin
menggandalkan internet ini untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya, seperti
informasi, hiburan, dan pelarian.
Sebagai salah satu bentuk teknologi komunikasi, internet menyebar melalui
cara-cara yang berbeda. Hal itu tergantung dari nilai-nilai yang terdapat dalam
teknologi komunikasi itu sendiri dan juga latar belakang kultural masyarakat penerima
inovasi itu. Proses ini, yakni penyebaran temuan baru dalam sebuah komunitas atau
masyarakat disebut sebagai difusi inovasi. Menurut Rogers dan Shoemaker (dalam
Nasution, 2002: 122) difusi inovasi adalah peran komunikasi secara luas dalam
mengubah masyarakat melalui penyebarserapan ide -ide dan hal-hal baru secara terus
menerus melampaui batas-batas tempat, waktu, dan bidang.
Tentu tidak semua masyarakat mudah menerima bentuk-bentuk teknologi
komunikasi baru seperti internet ini. Ada beberapa faktor yang memengaruhi adopsi
terhadap teknologi komunikasi baru, seperti nilai positif yang terkandung di dalamnya,
tingkat pengetahuan, tingkat pendapatan, saluran atau media yang digunakan sebagai
sarana penyebar inovasi, dan yang terpenting adalah adanya perasaan membutuhkan
teknologi komunikasi itu.

Di kalangan pondok pesantren, termasuk di pondok pesantren Muhammadiyah,


adopsi teknologi komunikasi akan dan berbeda bahkan mungkin lebih rumit dari
kelompok masyarakat atau institusi lain. Hal ini disebabkan karena adanya keberadaan
kiai sebagai opinion leader sekaligus gatekeeper yang berperan sebagai pengambil
keputusan dalam adopsi teknologi komunikasi.

Pada sisi lain, meskipun teknologi komunikasi saat ini mustahil untuk dapat
dihindari (apalagi di kalangan pondok pesantren Muhammadiyah yang sejak lama lebih
terbuka terhadap nilai-nilai baru), tapi di kalangan pondok pesantren itu sendiri
karena ikatan terhadap tradisi dan nilai-nilai agama tetap terikat kuat maka
proses adopsi terhadap teknologi komunikasi tidak linier sebagaimana
dikemukakan dalam teori. Karena apapun bentuk inovasi bila dianggap akan merusak
tradisi dan nilai agama akan ditolak.
Difusi Inovasi Teknologi Komunikasi (Internet) di Kalangan Santri

Proses penyebaran sebuah inovasi di tengah masyarakat dimulai pertama kali


dari tahap pengetahuan di mana seseorang sadar dan mengetahui adanya sebuah
inovasi. Di kalangan santri Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah pengetahuan
mengenai teknologi komunikasi (internet) sebagian besar santri diperolehnya sebelum
mereka tinggal di pondok pesantren. Artinya mereka sudah mengetahui informasi
mengenai internet sebelum mereka tinggal di pesantren.
Tahap kedua dari proses difusi inovasi di masyarakat adalah tahap persuasi
atau bujukan. Dalam tahap ini seseorang akan mempertimbangkan suatu inovasi yang
telah diketahuinya untuk dinilai, suka atau tidak suka, tertarik atau tidak tertarik.
Berkaitan dengan difusi inovasi internet di kalangan santri Pondok Pesantren
Karangasem Muhammadiyah, pada tahap persuasi ini sebagian besar santri merasa
tertarik terhadap internet. Demikian juga bila dilihat dari aspek penting dan tidak
pentingnya internet bagi para santri. Hampir seluruh santri yang menjadi responden
menyatakan bahwa internet itu penting dan perlu. Pada tahap persuasi atau bujukan ini,
ada beberapa pihak yang berpengaruh dalam membujuk para santri untuk
menggunakan internet, yakni orangtua dan keluarga, sahabat atau teman, media
massa, dan guru sekolah. Di antara para pihak yang membujuk santri untuk
menggunakan internet, sahabat atau teman merupakan pihak yang paling berperan atau
dominan dalam mempengaruhi santri untuk menggunakan internet
Proses difusi inovasi tahap ketiga adalah tahap putusan. Dalam tahap ini
seseorang memutuskan dirinya menerima (mengadopsi) atau menolak inovasi. Berkaitan
dengan proses difusi inovasi di kalangan Pondok Pesantren Karangasem
Muhammadiyah ini, pada tahap keputusan ini semua santri yang menjadi responden,
baik santri putera maupun santri puteri menyatakan telah memutuskan untuk
menggunakan internet saat ini.

Tahap keempat proses difusi inovasi adalah implementasi. Pada tahap ini
seseorang melaksanakan keputusan yang telah dibuat pada tahap sebelumnya mengenai
sebuah inovasi. Pada proses difusi inovasi teknologi komunikasi (internet) tahap
keempat di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah ini, dalam implementasinya
tempat yang digunakan para santri untuk mengakses internet sebagian besar di
warnet, Warnet ini memang disediakan oleh pihak Pondok Pesantren sebagai fasilitas
bagi para santri dalam mengakses internet secara terkontrol. Tempat lainnya yang juga
digunakan para santri mengakses internet adalah laboratorium komputer sekolah
masing-masing. Ada juga santri yang menggunakan internet melalui handphone dan
hotspot area meskipun tidak banyak,
Khusus mengenai penggunaan handphone dan hotspot area kemungkinan santri
menggunakannya di luar pondok pesantren karena tata tertib tidak mengizinkan para
santri menggunakan handphone dan laptop atau notebook. Tahap kelima atau tahap
terakhir dari proses difusi inovasi di masyarakat adalah tahap pemastian. Dalam tahap
ini seseorang akan memastikan atau mengkonfirmasi keputusan yang telah diambilnya.
Berkaitan dengan difusi inovasi teknologi komunikasi (internet) di Pondok Pesantren,
tahap pemastian ini dapat diketahui tingkat keterpenuhan kebutuhan para santri dalam
mengakses internet di pondok pesantren.
JAWABAN NO.5

1. Distribusi dan penggunaan kondom

Pemerintah Kenya hanya secara aktif mempromosikan penggunaan kondom sejak tahun
2001, namun distribusi secara substansial meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2013, sekitar 180 juta kondom gratis didistribusikan meskipun ini turun jauh di bawah
permintaan.40Sebuah laporan dari Kenya utara pedesaan menemukan bahwa laki-laki
menggunakan kembali kondom atau menggunakan kantong plastik dan kain lap karena
kekurangan dan kesulitan mengakses pasokan gratis di fasilitas kesehatan pemerintah.

Bahkan saat kondom tersedia, ini tidak menjamin penggunaannya. KDHS 2014 hanya
menemukan 40% wanita dan 43% pria yang memiliki dua atau lebih pasangan dalam 12
bulan terakhir melaporkan menggunakan kondom saat terakhir mereka melakukan
hubungan seks.

2. Mencegah transmisi ibu-ke-bayi (PMTCT)

Kenya berkomitmen untuk menghapus penularan HIV dari ibu-ke-bayi. Strategi untuk
mencapai ini termasuk upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang PMTCT,
keterlibatan laki-laki yang lebih besar, kehadiran ibu hamil secara universal di klinik
antenatal, penggunaan tes HIV secara universal di antara ibu hamil dan penyediaan obat
antiretroviral untuk mereka yang melakukan tes positif.

Pada tahun 2015, 59.000 perempuan ditawarkan layanan PMTCT, dari sekitar 79.000
yang memenuhi syarat (cakupan 74%) .44 Ini lebih rendah dari tingkat cakupan 2010
sebesar 86% namun hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan untuk
layanan PMTCT.

Jumlah anak-anak (0-14 tahun) yang baru terinfeksi HIV turun dari 12.000 di tahun 2010
menjadi 6600, sebagian besar disebabkan oleh layanan PMTCT.

Mulai tahun 2010, pemerintah Kenya telah menerapkan berbagai program untuk
mendorong keterlibatan laki-laki di PMTCT.47 48 Namun, keterlibatan tetap rendah,
mencapai 4,5% di tahun 2014.

3. Sunat medis sukarela (VMMC)

Pada tahun 2008, Kenya menerapkan sunat medis sukarela (VMMC) untuk program
pencegahan HIV. Daerah dengan prevalensi HIV tertinggi di antara laki-laki yang tidak
disunat diprioritaskan.
Pada tahun 2015, program tersebut telah menyunat 860.000 laki-laki (usia 15-49) dan
mencapai target cakupan universal 80% .51 Pada tahun 2016, 92,6% pria di negara
tersebut disunat.

Kenya adalah satu dari hanya tiga negara di sub-Sahara Afrika yang meningkatkan
VMMC pada tahun 2015. Telah terjadi penurunan yang mengkhawatirkan dalam
intervensi ini di seluruh wilayah lainnya.

4. Pendidikan dan kesadaran HIV

Pendidikan dan kesadaran HIV merupakan komponen penting dalam pencegahan HIV di
Kenya. Kebijakan terbaru tentang pendidikan HIV yang diterbitkan pada tahun 2013,
bertujuan untuk mengembangkan program untuk meningkatkan pencegahan, perawatan
dan dukungan HIV bagi murid sekolah serta tenaga kependidikan (misalnya guru). Ini
menekankan bahwa strategi harus peka terhadap gender karena perempuan dan anak
perempuan tidak terpengaruh secara proporsional oleh epidemi ini.

Pendidikan HIV dan AIDS telah menjadi bagian dari kurikulum sekolah di Kenya sejak
tahun 2003. Namun, KDHS 2014 menemukan bahwa hanya 54% remaja putri dan 64%
remaja laki-laki (usia 15-24 tahun) memiliki pengetahuan komprehensif tentang
pencegahan HIV.55. Sebuah studi tahun 2014 menemukan bahwa pengetahuan HIV
secara signifikan lebih tinggi di kalangan mahasiswa.56

Mengajar orang muda tentang HIV dan kesehatan seksual tetap kontroversial. KDHS
2014 menemukan sekitar 60% pria dan wanita mendukung pendidikan anak muda
tentang kondom, dan sisanya 40% menentangnya. Banyak yang mengaku takut
mendorong kaum muda untuk melakukan hubungan seks sebagai alasan untuk tidak
melakukan promosi kondom.
JAWABAN NO.6

1. Keputusan inovasi opsional, yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi,


berdasarkan keputusan yang ditentukan oleh individu (seseorang) secara mandiri
tanpa tergantung atau terpengaruh dorongan anggota sistem sosial yang lain.
Meskipun dalam hal ini individu mengambil keputusan itu berdasarkan norma
sistem sosial atau hasil komunikasi interpersonal dengan anggota sistem sosial
yang lain. Jadi hakikat pengertian keputusan inovasi opsional ialah individu yang
berperan sebagai pengambil keputusan untuk menerima atau menolak suatu
inovasi. Misal : Ketua jurusan menyuruh seorang guru untuk mengikuti loka
karya di sekolah lain.

2. Keputusan inovasi kolektif, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak


inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat secara bersama-sama berdasarkan
kesepakatan antara anggota sistem sosial. Semua anggota sistem sosial harus
mentaati keputusan bersama yang telah dinuatnya. Misalnya, atas kesepakatan
warga sekolah di setiap jurusan untuk tidak berkeliaran di ruangan jurusan lain
sesuai jurusan masing2, yang kemudian disahkan pada rapat antar ketua jurusan
masing-masing dalam suatu sekolah. Maka konsekuensinya semua warga sekolah
tersebut harus mentaati keputusan yang telah dibuat tersebut, walaupun mungkin
secara pribadi masih ada beberapa individu yang masih merasa keberatan.

3. Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak


inovasi, berdasarkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau sekelompok
orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang
lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial. Para anggota
sama sekali tidak mempunyai pengaruh atau peranan dalam membuat keputusan
inovasi. Para anggota sistem sosial tersebut hanya melaksanakan apa yang telah
diputuskan oleh unit pengambil keputusan misalnya, seorang kepala sekolah
memutuskan agar sejak tanggal 1 maret semua guru harus memakai seragam
batik. Maka semua guru sebagai anggota sistem sosial di sekolah itu harus
melaksanakan apa yang telah diputuskan oleh atasannya.

4. Keputusan inovasi kontingensi (contingent), yaitu pemilihan menerima atau


menolak suati inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi
yang mendahuluinya. Jadi ciri pokok dari keputusan inovasi kontingan ialah
digunakannya dua atau lebih keputusan inovasi secara bergantian untuk
menangani suatu difusi inovasi, terserah yang mana yang akan digunakan dapat
keputusan opsional, kolektif atau otoritas. Misalnya di sebuah SMK, seorang
guru tidak mungkin untuk memutuskan secara opsional untuk memakai komputer
sebelum didahului keputusan oleh pimpinan jurusan untuk melengkapi peralatan
jurusan dengan komputer.

Anda mungkin juga menyukai