Anda di halaman 1dari 19

Laboratorium Satuan Operasi II

Semester V 2016/2017

LAPORAN PRATIKUM
EKSTRAKSI PADAT-CAIR (LEACHING)

Pembimbing : Octovianus SR. Pasanda, S.T.,M.T.


Kelompok : I (Satu)
Tgl. Pratikum : 17 November 2016
Nama : Wahyuni Bachtiar
Nim : 331 14 044
Kelas : 3B

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2016
EKSTRAKSI PADAT-CAIR
(LEACHING)

I. Tujuan Percobaan
Percobaan ini diharapkan kami dapat :
1. Mengenal dan mengetahui penggunaan alat leaching dalam skala pilot
plant.
2. Menentukan presentase perolehan minyak kacang tanah yang diperoleh
dari proses leaching.

II. Perincian Kerja


1. Mengoperasikan alat ekstraksi padat-cair (leaching).
2. Mengukur jumlah berat minyak kacang tanah dari hasil leaching.

III. Alat dan Bahan Percobaan


A. Alat
Alat Kapasitas Banyaknya
Alat ekstraksi leaching - 1 rangkai
Kain 1m x 1m 1 lembar
Beaker glass 500 ml 1 buah
Gelas kimia plastik 2 liter 1 buah
Botol penampungan 600 ml 1 buah
Hotplate 250 ml 1 buah
Corong pisah 2000 ml 1 buah
Corong plastik - 1 buah
Wadah (baskom) - 1 buah
Alat sentrifuge - 1 buah
Timbangan - 1 buah
Neraca analitik - 1 buah

B. Bahan yang digunakan:


 Ethanol teknis
 Kacang Tanah
IV. Dasar Teori

Leaching merupakan suatu metode yang tepat untuk memisahkan


padatan campuran yang terkontak dengan pelarut cair. Proses ini dilakukan
untuk mengambil / mendapatkan bagian dari padatan tersebut (lebih
berharga dari padatannya) dengan larutan yang hanya larut pada bagian
yang ingin diambil. Leaching banyak digunakan pada industri metalurgi,
yaitu digunakan untuk memisahkan suatu mineral dari suatu batuan.
Leaching dapat dikerjakan secara batch, semibatch atau secara kontinyu.
Teknik operasi yang biasa digunakan untuk proses leaching adalah
spraying atau aliran liquid dan mencelup zat padat seluruhnya kedalam zat
cair, atau dapat pula digunakan beberapa tingkat tabung, solvent dialirkan
dari tabung teratas kemudian mengalir ke tabung dibawahnya. Hal ini
dimaksudkan agar luas permukaan bidang kontak semakin besar, sehingga
akan meningkatkan effisiensi leaching.
Proses leaching terdiri dari 3 bagian, yaitu :
1. Proses perubahan fasa dari solute saat terlarut ke dalam pelarut (padat-
cair)
Dari bentuk padat ke dalam bentuk cair
2. Difusi dari solute melalui pelarut dalam padatan, yang keluar melalui
pori-pori padatan
Pelarutnya masuk ke pori-pori karena ada beda konsentrasi dari tinggi
menuju rendah.
3. Perpindahan solute dari larutan/pelarut dalam kontaknya dengan
partikel ke larutan utama.
Zat yang mau di leaching melarut ke seluruh larutan.
Effisiensi leaching adalah perbandingan jumlah solute yang terambil
oleh pelarut dengan jumlah solute dalam solid mula-mula, sehingga dapat
ditulis :

(jumlah solute dalam solvent)


Eff Leaching = (jumlah solute dalam solid awal) × 100%
1. Prinsip kerja Ekstraksi Padat-Cair
Jika suatu komponen dari suatu campuran merupakan padatan
yang sangat larut dalam pelarut tertentu,dan komponen yang lain secara
khusus tidak larut, maka di ikuti dengan proses penyaringan. Akan tetapi
apabila komponen sangat lambat, maka perlu dilakukan pemisahan
dengan ektraksi soxhlet. Prinsip dasar dari ekstraksi pelarut ini adalah
distribusi zat terlarut kedalam pelarut yang bercampur.
Kesetimbangan fasa dalam sistem padatan solute pelarut ini mengikuti
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Pada kondisi termodinamika tertentu (P,T tertentu) terdapat hubungan
kesetimbangan yang dapat digambarkan dalam bentuk kurva
kesetimbangan.
b. Pada sistem yang telah setimbang tidak terjadi difusi netto komponen-
komponen diantara kedua fasa. Ini berarti laju difusi dari fasa padatan
ke fasa pelarut sama dengan laju difusi dari fasa pelarut ke fasa
padatan.
c. Untuk sistem yang belum tercapai kesetimbangannya, difusi
komponen-komponen mendorong sistem menuju kesetimbangan.
Secara mikroskopik proses difusi antara fasa sering dapat
diwakili oleh teori dua film Whitman. Asumsi yang diterapkan dalam
metode ini adalah :
1) Hambatan perpindahan massa hanya terdapat dalam masing-masing
fasa. Ini berarti bahwa di dalam setiap fasa terbentuk gradien
konsentrasi.
2) Pada antar muka fasa terjadi kesetimbangan secara seketika. Laju
perpindahan massa solut dari fasa padatan ke fasa pelarut dinyatakan
dengan persamaan fick berikut ini :

NA = KS (XAS – XAI)  = ]  massa / (luas x waktu) 


= KL (XAI – XAL) berdasarkan kekekalan massa.
dengan :
NA = fluks komponen A
KS = koefisien difusi pada fasa padatan
KL = koefisien solut A pada fasa pelarut
XAI, XAL, XAS : konsentrasi solut A pada fasa padatan, antar fasa dan
fasa pelarut.

Dari hitungan di atas dapat diketahui bahwa laju perpindahan


massa dipercepat dengan peningkatan koefisien difusi dan/atau beda
konsentrasi diantara kedua fasa(sebagai suku gaya pendorong fasa).
Keberhasilan proses ekstraksi padat-cair dipengaruhi oleh
persiapan umpan, langkah-langkah persiapan padatan, karakteristik
padatan serta tujuan dan kendala proses yang berlaku.
a. Pada beberapa kasus dijumpai solut yang dilengkapi matrik padatan
tak larut untuk mempermudah kontak solute dengan padatan.
Pelarutan dilakukan dengan penggilingan padatan, sehingga solute
yang semula ditangkap oleh padatan.
b. Pengaruh temperatur
Pada umumnya temperatur yang lebih tinggi akan lebih
menguntungkan sebagian proses ekstraksi padat cair, karena akan
meningkatkan harga difusivitas perpindahan massa sebagai
perpindahan solute, kelarutan solute dan pelarut.

2. Mekanisme reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju


ekstraksi
Proses ekstraksi padat-cair berlangsung tiga tahap, yaitu :
1. Pembentukan kompleks tidak bermuatan.
2. Distribusi dari kompleks yang terekstraksi.
3. Interaksinya yang mungkin dalam fase organik.
Untuk mencapai unjuk kerja atau kecepatan ekstraksi yang tinggi pada
ekstraksi padat-cair, syarat-syarat beikut harus dipenuhi :
1. Karena perpindahan massa berlangsung pada bidang kontak antara
fasa padat dan fasa cair, maka bahan itu perlu sekali
memiliki permukaan yang seluas mungkin.
2. Kecepatan alir pelarut sedapat mungkin besar dibandingkan dengan
laju alir bahan ekstraksi, agar ekstraksi yang terlarut dapat segera
diangkut keluar dari permukaan bahan padat.
3. Suhu yang lebih tinggi (viskositas pelarut lebih rendah, kelarutan
ekstrak lebih besar) pada umumnya menguntungkan unjuk kerja
ekstraksi
3. Macam-macam ekstraksi Padat-Cair
a. Ekstraksi padat-cair tak kontinyu
Dalam hal yang paling sederhana bahan ekstraksi padat
dicampur beberapa kali dengan pelarut segar di dalam sebuah tangki
pengaduk. Larutan ekstrak yang terbentuk setiap kali dipisahkan
dengan cara penjernihan (pengaruh gaya berat) atau penyaringan
(dalam sebuag alat yang dihubungkan dengan ekstraktor). Proses ini
tidak begitu ekonomis,digunakan misalnya di tempat yang tidak
tersedia ekstraktor khusus atau bahan ekstraksi tersedia dalam bentuk
serbuk sangat halus,sehingga karena bahaya penyumbatan,ekstraktor
lain tidak mungkin digunakan.
Ekstraktor yang sebenamya adalah tangki-tangki dengan pelat
ayak yang dipasang di dalamnya. Pada alat ini bahan ekstraksi
diletakkan diatas pelat ayak horisontal. Dengan bantuan suatu
distributor, pelarut dialirkan dari atas ke bawah. Dengan perkakas
pengaduk (di atas pelat ayak) yang dapat dinaik-turunkan,
pencampuran seringkali dapat disempurnakan,atau rafinat dapat
dikeluarkan dari tangki setelah berakhirnya ekstraksi. Ekstraktor
semacarn ini hanya sesuai untuk bahan padat dengan partikel yang
tidak terlalu halus.
Yang lebih ekonomis lagi adalah penggabungan beberapa
ekstraktor yang dipasang seri dan aliran bahan ekstraksi berlawanan
dengan aliran pelarut.Dalam hal ini pelarut dimasukkan kedalam
ekstraktor yang berisi campuran yang telah mengalami proses
ekstraksi paling banyak. Pada setiap ekstraktor yang dilewati, pelarut
semakin diperkaya oleh ekstrak.Pelarut akan dikeluarkan dalam
konsentrasi tinggi dari ekstraktor yang berisi campuran yang
mengalami proses ekstraksi paling sedikit. Dengan operasi ini
pemakaian pelarut lebih sedikit dan konsentrasi akhir dari larutan
ekstrak lebih tinggi.
Cara lain ialah dengan mengalirkan larutan ekstrak yang
keluar dari pelat ayak ke sebuah ketel destilasi, menguapkan pelarut
di situ, menggabungkannya dalam sebuah kondenser dan segera
mengalirkannya kembali ke ekstraktor untuk dicampur dengan bahan
ekstraksi.Dalam ketel destilasi konsentrasi larutan ekstrak terus
menerus meningkat.Dengan metode ini jumlah total pelarut yang
diperlukan relatif kecil.Meskipun demikian, selalu terdapat
perbedaan konsentrasi ekstrak yang maksimal antara bahan ekstraksi
dan pelarut. Kerugiannya adalah pemakaian banyak energi karena
pelarut harus diuapkan secara terus menerus.
Pada ekstraksi bahan-bahan yang peka terhadap suhu terdapat
sebuah bak penampung sebagai pengganti ketel destilasi.Dari bak
tersebut larutan ekstrak dialirkan ke dalam alat penguap vakum
(misalnya alat penguap pipa atau film). Uap pelarut yang terbentuk
kemudian dikondensasikan,pelarut didinginkan dan dialirkan kem
bali ke dalam ekstraktor dalam keadaan dingin.

b. Ekstraksi padat-cair kontinyu


Cara kedua ekstraktor ini serupa dengan ekstraktor-ekstraktor
yang dipasang seri, tetapi pengisian, pengumpanan pelarut dan juga
pengosongan berlangsung secara otomatik penuh dan terjadi dalam
sebuah alat yang sama. Oleh Pengumpanan karena itu dapat
diperoleh output yang lebih besar dengan jumlah kerepotan yang
lebih sedikit. Tetapi karena biaya untuk peralatannya besar,ekstraktor
semacam itu
kebanyakan hanya digunakan untuk bahan ekstraksi yang tersedia
dalam kuantitas besar (misalnya biji-bijian minyak, tumbuhan). Dari
beraneka ragarn konstruksi alat ini, berikut akan di bahas ekstraktor
keranjang (bucket-wheel extractor) dan ekstraktor sabuk (belt
extractor).
Jenis-jenis ekstraktor padat-cair kontinu :
1. Ekstraktor keranjang.
Pada ekstraktor keranjang, bahan ekstraksi terus-menerus
dimasukkan ke dalam sel-sel yang berbentuk juring atau sector
dari sebuah rotor yang berputar lambat mengelilingi poros
vertical. Bagian bawah sel-sel ditutup sebuah pelat ayak.
2. Ekstraktor sabuk.
Pada ekstraktor ini, bahan
ekstraksi diumpan secara
kontinu di atas sabuk ayak
yang melingkar.
Disepanjang sabuk bahan
dibasahi oleh pelarut atau
larutan ekstrak dengan

konsentrasi yang Gambar 1 Ekstrator sabuk


meningkat dan arah aliran
berlawanan setelah itu bahan dikeluarkan dari ekstraktor.
3. Ekstraksi soxhlet
Soxhlet merupakan alat yang terdiri dari pengaduk atau granul
anti-bumping, still pot (wadah penyuling) bypass sidearm,
thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet, syphon
arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling
water in, dan cooling water out. Soxhlet biasa digunakan dalam
pengekstraksian lemak pada suatu bahan makanan. Metode
soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit
(efesiensi bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon
tetap tinggal dalam labu, sehingga pelarut yang digunakan untuk
mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan laju
ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode
ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan
hanya digunakan untuk ekstraksi senyawa yang tahan panas.
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan
jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik.
Penetapan kadar lemak dengan metode soxhlet ini dilakukan
dengan cara mengeluarkan lemak dari bahan dengan pelarut
anhydrous. Pelarut anhydrous merupakan pelarut yang benar-
benar bebas air. Hal tersebut bertujuan supaya bahan-bahan
yang larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak serta
keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Pelarut yang biasa
digunakan adalah pelarut hexana.
Ekstraksi Soxhlet digunakan untuk mengekstrak senyawa yang
kelarutannya terbatas dalam suatu pelarut dan pengotor-
pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut. Sampel yang
digunakan dan yang dipisahkan dengan metode ini berbentuk
padatan. Dalam percobaan ini kami menggunakan sampel
kemiri. Ekstraksi soxhlet ini juga dapat disebut dengan ekstraksi
padat-cair.padatan yang diekstrak ditumbuk terlebih dahulu
kemudian dibungkus dengan kertas saring dandimasukkan
kedalam ekstraktor soxhlet, sedangkan pelarut organic
dimasukkan kepadal labu alas bulat kemudian seperangkat
ekstraktor soxhlet dirangkai dengan kondensor. Ekstraksi
dilakukan dengan memanaskan pelarut sampai semua analit
terekstrak (kira-kira 6 x siklus). Hasil ekstraksi dipindahkan ke
rotary evaporator vacuum untuk diekstrak kembali berdasarkan
titik didihnya.
Ekstraksi padat-cair digunakan untuk memisahkan analit yang
terdapat pada padatan menggunkan pelarut organic. Padatan
yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu dengan cara
ditumbuk atau juga diiris-iris. Kemudian padatan yang telah
halus dibungkus dengan kertas saring. Padatan yang terbungkus
kertas saring dimasukkan kedalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut
organic dimasukkan ke dalam labu alas bulat. Kemudian alat
ektraksi soxhlet dirangkai dengan kondensor. Ekstraksi
dilakukan dengan memanaskan pelarut organic sampai semua
analit terekstrak.
Massa jenis (densitas) hasil ekstraksi dihitung dengan
menggunakan persamaan:
D = M/V
Ket: D = densitas (gr/lt)
M = Massa cairan (gr)
V = Volume cairan (lt)

Gambar 2 Soxhlet
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi
Ada empat faktor penting yang harus diperhatikan dalam operasi
ekstraksi :
1) Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi kecepatan ekstraksi. Semakin kecil
ukuran partikel maka areal terbesar antara padatan terhadap cairan
memungkinkan terjadi kontak secara tepat. Semakin besar partikel,
maka cairan yang akan mendifusi akan memerlukan waktu yang
relative lama.
Pengecilan ukuran ini juga bertujuan menghancurkan matriks inert
pengotor yang melingkupi solut atau juga untuk memberikan bentuk
irisan yang memungkinkan bahan padatan bersifat permeabel pada
ekstraksi secara tapisan. Namun demikian tidak dikehendaki ukuran
yang terlalu halus karena semakin halus partikel padatan.

2) Faktor pengaduk
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan pengaduk, seperti
ukuran, jenis dan posisi pengaduk. Namun yang lebih berpengaruh
dalam operasi leaching adalah laju putar dan lama pengadukan.
Semakin cepat laju putar, partikel semakin terdistribusi dalam pelarut
sehingga permukaan kontak meluas dan dapat memberikan kontak
dengan pelarut yang diperbaharui terus. Begitu pula semakin lama
waktu pengadukan berarti difusi dapat berlangsung terus dan lama
pengadukan harus dibatasi pada harga optimum agar konsumsi energi
tak terlalu besar.
Pengaruh faktor pengadukan ini hanya ada bila laju pelarutan
memungkinkan.
3) Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap operasi leaching dapat dikatakan
dengan kelarutan dan laju pelarut. Pengaruh temperatur terhadap
kelarutan dapat ditunjukkan dengan :
𝑑 ln 𝐾 ∆𝐻
=
𝑑𝑡 𝑅𝑇 2
H adalah panas pelarut yang dapat berharga positif maupun
negatif. Untuk pelarutan endoterm, harga K semakin besar pula bila
temperatur naik sehingga pelarutan membesar. Hal yang sebaliknya
berlaku untuk pelarutan eksoterm.
Hubungan kecepatan pelarutan dengan temperatur ditunjukkan
dengan rumus berikut :
K = A.e-Ea/RT
Harga Ea, energi aktifasi pelarutan selain positif sehingga
kecepatan pelarutan selalu bertambah dengan menaiknya temperatur.
Pengaruh temperatur juga dapat dihubungkan dengan sifat-sifat
pelarut seperti densiti, viskositas dan difusivitas.

4) Pelarut
Ada dua hal yang berhubungan dengan faktor pelarut :
a. Jumlah Pelarut
Semakin banyak jumlah pelarut semakin banyak perolehan
yang didapatkan sebab :
● Distribusi partikel dalam pelarut semakin menyebar, sehingga
memperluas permukaan kontak
● Perbedaan konsentrasi solut dalam pelarut dan padatan semakin
besar sehingga fluksi molar bertambah.
b. Sifat Pelarut
Sifat pelarut mencakup beberapa hal antara lain :
● Selektivitas
Pelarut harus mempunyai selektivitas tinggi artinya kelarutan
zat yang ingin dipisahkan dalam pelarut tadi harus besar sedang
kelarutan dari padatan pengotor kecil atau diabaikan. Secara
kuantitatif, selektivitas dinyatakan sebagai :
(Fraksi berat solut dalam larutan ekstrak)
(berat inert/ berat larutan ekstrak)

(Fraksi berat solut dalam larutan residu)


inert
(berat berat larutan residu)

Untuk operasi leaching harus lebih besar dari 1.


● Kapasitas
Yang dimaksud kapasitas pelarut adalah besarnya
kelarutan solut dalam pelarut tersebut. Bila kapasitas pelarut
kecil, maka :
o Butuh jumlah pelarut yang lebih banyak
o Larutan ekstrak lebih encer
o Kebutuhan panas untuk evaporator/pemekatan larutan
ekstrak bertambah banyak.
● Kemudahan Untuk Dipisahkan
Untuk penghematan, pelarut dipisahkan dari solut untuk dapat
dipakai kembali. Biayanya dengan cara evaporasi atau distilasi.
Oleh karena itu, pelarut biasanya dipilih yang bertitik didih
rendah namun tetap diatas temperatur operasi leaching.
● Sifat-sifat Fisik Pelarut
Viskositas dan density pelarut akan berpengaruh pada
pemakaian daya untuk pengadukan. Selain itu viskositas akan
berpengaruh pada laju difusi sedang density akan berpengaruh
pada pemisahan mekanik.
5) Efisiensi Tahap
Bila dimisalkan suatu operasi leaching dimana pengaruh adsorpsi
padatan inert terhadap solut tidak ada dan pemisahan sempurna solut
dari padatan inert dapat dilakukan maka seluruh solut yang ada dapat
terbawa dalam larutan ekstrak.
Operasi semacam ini dikatakan mempunyai efisiensi 100%. Jadi
efisiensi dapat dinyatakan sebagai :
Berat Solut yang dapat terestrak
  100%
Berat solut yang semula ada

Bila perhitungan efisiensi diatas dilakukan untuk tiap tahap


operasi maka diperoleh efisiensi tahap dan bila dilakukan terhadap
seluruh tahap dalam suatu metode operasi maka hasil yang diperoleh
disebut efisiensi keseluruhan (overall).
V. Prosedur Kerja
1. Kacang tanah diblender sebanyak 4 kg, kemudian menimbang kacang
yang telah diblender.
2. Kain diisi kacang yang telah diblender dan dipasang pada tangki
sampel.
3. Zat pelarut (etanol) dimasukkan ke dalam labu distilasi sebanyak (± 40
liter).
4. Mengecek semua rangkaian operasi, setelah itu dijalankan air
pendingin.
5. Membuka kran steam dengan pelan dan secara hati-hati sampai tekanan
pada barometer menunjuk pada < 2 bar absolut (tekanan awal proses).
6. Pengoprasian alat selesai (alat dimatikan), ditunggu kacang dingin, lalu
diperas dan dikeluarkan dari alat selanjutnya alat dinyalakan kembali
untuk dilakukan destilasi.
7. Pengoperasian alat selesai (alat dimatikan), ditunggu dingin, Setelah
dingin, produk hasil ektraksi diambil dan dipisahkan antara etanol dan
minyak dengan corong pisah.
8. Setelah terpisah minyak kemudian dicentrifuge untuk memisahkan
padatan kacang dan minyak yang terbentuk.
9. Setelah terpisah minyak kemudian dipanaskan hingga kandungan air
dalam minyak menguap.
10. Setelah minyak tidak mengandung air maka minyak dapat ditimbang.
VI. Data Pengamatan
 Berat kacang = 3,92 kg
 Berat wadah kosong = 126,6286 g
 Berat wadah + minyak = 195,8555 g
 Volume minyak = 82 mL

VII. Perhitungan

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
% 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐾𝑎𝑐𝑎𝑛𝑔
(195,8555 − 126,6286 )𝑔
% 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100%
3920 𝑔
69,2269 𝑔
% 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100%
3920 𝑔
% 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 1,77 %
VIII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan percobaan leaching (ekstraksi padat-
cair), dimana Ekstraksi merupakan proses pemisahan dari bahan padat
maupun cair dengan bantuan pelarut. Leaching merupakan transfer difusi
komponen terlarut dari padata inert kedalam pelarutnya. Tujuan ekstraksi
adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam sampel.
Dalam percobaan ini, bahan yang diekstraksi adalah minyak dari
kacang tanah. Kacang yang diekstraksi sebanyak ± 4 kg. Agar ekstraksi
berjalan dengan baik maka sampel digiling terlebih dahulu untuk
memperkecil ukuran partikelnya sehingga permukaan kontak menjadi lebih
luas. Namun sampel ini tidak boleh terlalu halus karena akan mempersulit
dalam pemisahan dan larutan ekstrak yang diperoleh menjadi kotor.
Pelarut yang digunakan dalam percobaan ini adalah etanol karena
etanol mempunyai sifat-sifat khas seperti mudah menguap sehingga dalam
pemisahannya dengan ekstrak cukup dilakukan distilasi. System operasi
yang dilakuka yaitu system operasi batch. Dan tekanan operasi dijaga pada
tekanan lebih kecil dari 2 barr. Pelarut etanol di dalam tangki induk
dipanaskan, hingga diperoleh uap etanol. Uap ini akan melewati packing,
dimana di dalam packing ini uap etanol yang memiliki titik didih yang lebih
rendah akan lolos dan masuk ke dalam tangki yang berisi kacang tanah,
sedangkan air yang terkandung dalan etanol akan terkondensasi dan jatuh
kembali ke tangki induk karena memiliki titik didih yang lebih tinggi.
Pelarut (etanol) akan melarutkan kacang tanah sehingga minyak dan air
yang terkandung dalam kacang tanah akan larut dan tertampung dibawah
tangki sampel. Air dan etanol kemudian akan kembali ke tangki pelarut bila
telah melalui satu siklus. Kemudian air dan etanol kembali menguap dan
melewati packing dan masuk kedalam tangki sampel. Proses ini akan terus
berlangsung hingga proses dihentikan.
Setelah ekstraksi selesai dilakukan, dilanjutkan dengan proses distilasi.
Dimana proses ini dimaksudkan untuk memisahkan minyak kacang yang di
peroleh dari pelarut (etanol). Hal ini delakukan dengan car mendestilasi
campuran minyak kacang dengan etanol (pada campuran ini juga
terkandung air dan ampas ampas kacang yang halus). Dengan memanaskan
pelarut yang telah bercampur dengan minyak, pelarut (etanol) yg
mempunyai titik didih yang lebih rendah ini akan menguap sehingga pelarut
akan terpisah dari minyak. Selanjutnya karena pada minyak juga
mengandung air makan dilakukan oemisahan minyak dengan air yang
terkandung dengan menggunakan corong pisah. Adapaun oemidahan untuk
ampas ampas kacang yang terdapat pada minyak dilakukan dengan cara
sentrifuge
Adapun dari hasil perhitungan dapat di lihat kadar Yield hanya sebesar
1.77 % . Jika dilihat dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa tidak semua
minyak kacang terekstrak. Hal ini disebabkan waktu kontak antara etanol
dan kacang yang tidak begitu lama dan konsentrasi dari pelarut dalam hal
ini etanol telah menurun.
IX. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Leaching adalah proses untuk mengambil suatu komponen dalam suatu
pedatan dengan cara melarutkannya pada solvent (pelarut)
2. Persentase yield yang diperoleh dari ekstraksi padat-cair adalah 1,77%.

X. Daftar Pustaka

Zulmanwardi. 2007. ”Petunjuk Praktikum Laboratorium Satuan


Operasi II”. Jurusan Teknik Kimia. Politeknik Negeri Ujung
Pandang: Makassar
Giyatmi. 2015. “Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia 2”. STTN-
BATAN: Yogyakarta (sumber : http://scribd.com)
Departemen Teknik Kimia ITB. 2012. “Modul Ekstraksi Padat Cair”.
Panduan Pelaksanaan Laboratorium Instruksional I/I (sumber
http://akademik.che.itb.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai