Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai Benign Prostat
Hiperplasia (BPH) sering ditemukan pada pria yang berusia lanjut.Istilah Benign Prostat
Hiperplasia (BPH) atau Benign Prostatic Hyperplasia sebenarnya merupakan istilah
histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma dan sel-sel epitel kelenjar
prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh sekitar 70% pria di atas usia
60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria berusia di atas 80 tahun.1,2,3
Meskipun jarang mengancam jiwa, Benign Prostat Hiperplasia (BPH) memberikan
keluhan yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari.Keadaan ini akibat
dari pembesaran kelenjar prostat atau Benign Prostate Enlargement (BPE) yang
menyebabkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai
Bladder Outlet Obstruction (BOO).Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran
kelenjar prostat disebut sebagai Benign Prostate Obstruction (BPO).Obstruksi ini
lamakelamaan dapat menimbulkan perubahan struktur buli-buli maupun ginjal sehingga
menyebabkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.1,5
Keluhan yang disampaikan oleh pasien Benign Prostat Hiperplasia (BPH) seringkali
berupa Lower Urinary Tract Symptoms(LUTS) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding
symptoms) maupun iritasi (storage symptoms) yang meliputifrekuensi miksi meningkat,
urgensi, nokturia, pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi) serta merasa
tidak puas sehabis miksi dan pada tahap selanjutnya terjadi retensi urine.2,5 Hubungan antara
Benign Prostat Hiperplasia (BPH) dengan Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) sangat
kompleks.Tidak semua pasien Benign Prostat Hiperplasia (BPH) mengeluhkan gangguan
miksi dan sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh Benign Prostat Hiperplasia
(BPH). Banyak sekali faktor yang diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan jinak
kelenjar prostat, tetapi pada dasarnya Benign Prostat Hiperplasia (BPH) tumbuh pada pria
yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis yang masih berfungsi normal dalam
menghasilkan testosteron.1,2 Di samping itu, pengaruh hormon lain (estrogen dan prolaktin),
diet tertentu, mikrotrauma dan faktor-faktor lingkungan diduga berperan dalam proliferasi sel-

1
sel kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-
sel prostat untuk mensintesis protein growth factor yang selanjutnya protein inilah yang
berperan dalam memacu terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat.Fakor-faktor yang
mampu meningkatkan sintesis protein growth factor dikenal sebagai faktor ekstrinsik
sedangkan protein growth factor dikenal sebagai factor intrinsik yang menyebabkan
hiperplasia kelenjar prostat.1,8
Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien,
komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia dan pilihan pasien. Di berbagai daerah di
Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak
sama karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun
demikian dokter di daerah terpencil pun diharapkan dapat menangani pasien Benign
Prostat Hiperplasia (BPH) dengan sebaik-baiknya.Penyusunan guidelines diberbagai
negara maju ternyata berguna bagi para dokter maupun spesialis urologi dalam
menangani kasus Benign Prostat Hiperplasia (BPH) dengan benar.1,2,3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Benign Prostat Hiperplasia (BPH)


2.1.1 Anatomi Prostat

Gambar 1.Anatomi Prostat.3

Berat prostat normal orang dewasa berkisar antara 18–20 gram. Pada anak-anak
beratnya sekitar 8 gram. Pada keadaan dimana terjadi pembesaran kelenjar prostat
beratnya bisa mencapai 40–150 gram dan umumnya pada usia diatas 50 tahun. Ukuran
prostat normal adalah tinggi 3 cm yang merupakan diameter vertikal, lebar 4 cm pada
dasar transversal dan lebar anteroposterior 2,5 cm dan dilewati oleh urethra pars
prostatica.3,6
Prostat merupakan glandula fibromuskular yang mempunyai bentuk seperti
piramid terbalik dengan basis (basis prostatae) menghadap ke arah collum vesicae.
Basis prostat melanjutkan diri sebagai collum vesica urinaria, otot polos berjalan tanpa
terputus dari satu organ ke organ lain. Urethra masuk bagian tengah dari basis prostat.
Apex (apex prostatae) menghadap ke arah difragma urogenitale. Urethra meninggalkan
prostat tepat diatas apex permukaan anterior. Facies anterior berbentuk konveks, facies
posterior berbentuk agak konkaf dan dua buah facies inferolateralis.3,7
Facies anterior berada 2,5 cm disebelah dorsal facies posterior symphysis
osseum pubis. Celah yang terbentuk ini terisi oleh jaringan lemak ekstraperitoneal yang
terdapat pada cavum retropubica (cavum Retzii) dan ligamentum puboprostaticum.

3
Ligamentum puboprostaticum menghubungkan selubung fibrosa prostat dengan facies
posterior os pubis. Ligamentum ini terletak pada pinggir garis tengah dan merupakan
kondensasi fascia pelvis. Facies posterior prostat menghadap ke arah rectum,
berhubungan erat dengan permukaan anterior ampulla recti dan dipisahkan oleh septum
rectovesicalis (fascia atau ligamentum Denonvilliers). Septum ini dibentuk pada masa
janin oleh fusi dinding ujung bawah excavatio rectovesicalis peritonealis yang semula
menyebar ke bawah menuju corpus perinealis. Facies inferolateralis difiksasi oleh
serabut-serabut anterior M. Pubocoocygeus (M. Levator ani) pada saat serabut berjalan
ke posterior dari os pubis. Ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior
prostat untuk bermuara pada urethra pars prostatica pada pinggir lateral orificium
utriculus prostaticus.7
Prostat dikelilingi oleh capsula prostatica, yakni jaringan ikat pada permukaan
prostat. Diluar capsula terdapat terdapat fascia prostatica yang membungkus capsula
prostatica merupakan bagian dari lapisan viseral fascia pelvis yang ke arah caudal
melanjutkan diri menjadi fascia diaphragmatis urogenitalis superior dan difiksasi pada
symphysis osseum pubis oleh ligamentum puboprostaticum mediale (ligamentum
pubovesicale). Selain difiksasi oleh ligamentum puboprostaticum medial yang
mengandung M. Puboprostaticus, juga difiksasi oleh ligamentum puboprostaticum
laterale pada arcus tendineus fascia pelvis. Pada sisi lateral prostat, diantara fascia
prostatica dan capsula prostatica terdapat plexus venosus prostaticus. Plexus venosus
prostaticus menerima vena dorsalis penis untuk meneruskan aliran darah venous kepada
plexus venosus vesicalis dan selanjutnya bermuara ke dalam vena iliaca interna. Urethra
berjalan vertical menembus bagian anterior prostat. Basis prostat mempunyai hubungan
erat dengan collum vesicae, kecuali di bagian lateral. Celah yang terbentuk diantaranya
terisi oleh plexus venosus vesicoprostaticus dan ductus ejaculatorius.5,7

4
Gambar 2. Ukuran Prostat5
Struktur dan Zona Anatomi
Prostat terdiri atas kelenjar (50%) dan jaringan ikat fibromuscular (25%
myofibril otot polos dan 25% jaringan ikat). Jaringan fibromuscular ini tertanam
mengelilingi prostat dan berkontrasi selama proses ejakulasi untuk mengeluarkan
sekresi prostat ke dalam urethra. Kelenjar prostat adalah modifikasi bagian dinding
urethra. Ujung urethra terproyeksi ke bagian dalam garis tengah posterior, berjalan
sepanjang urethra prostatika dan berakhir spinkter striata. Pada bagian ujung yang lain,
sebuah celah terbentuk (sinus prostaticus), dimana seluruh kelenjar mengalir kesitu .
Pada bagian pertengahan, urethra melengkung kira-kira 35o kearah anterior
(lengkungan ini dapat bervariasi antara 0°–90°). Sudut yang terbentuk dari lengkungan
ini membagi urethra prostatika secara anatomi dan fungsional menjadi bagian proksimal
4,8
(preprostat) dan distal (prostat). Pada bagian proximal, otot polos sirkuler menebal
untuk membentuk spinkter urethra internum.
Pada lengkungan urethra, seluruh bagian utama kelenjar prostat terbuka sampai
ke urethra prostatika. Ujung urethra melebar dan menonjol dari dinding posterior
disebut verumontanum. Celah orificium kecil dari utrikulum prostat ditemukan pada
bagian apex dari verumontanum dan terlihat melalui sistoskopi. Utrikulum panjangnya
6 mm sisa mullerian terbentuk dari kantong kecil yang terproyeksi ke atas dan bawah

5
prostat. Pada pria dengan kelamin ganda, bisa terbentuk suatu divertikulum panjang
yang menonjol pada bagian posterior prostat. Pada bagian lain dari orificium utrikula, 2
pembukaan kecil pada duktus ejakulatorius bisa terlihat. Duktus ejakulatorius terbentuk
dari persambungan vas deferens dengan vesikula seminalis dan masuk ke basis prostat
yang bergabung dengan vesica urinaria. Secara umum kelenjar prostat berbentuk
tubuloalveolar dengan sedikit percabangan dan sejajar dengan epitel kuboid atau
kolumner. Penyebaran sel neuroendokrin yang fungsinya tidak diketahui ditemukan
diantara sel sekretorius. Dibawah sel epitel, sel basal terletak sejajar setiap asinus dan
akan menjadi stem sel untuk epitel sekretorius. Setiap asinus terlindungi oleh otot polos
yang tipis dan jaringan ikat.4,8,9
Vaskularisasi dan Aliran Lymphe
a. Arteri
Ramus prostaticus dipercabangkan oleh arteria vesicalis inferior. Prostat
seringkali juga mendapatkan suplai darah darah dari percabangan arteria rectalis
superior. Apabila ada arteria rectalis media maka ada percabangannya yang
mensuplai prostat. Ramus prostaticus memasuki prostat sepanjang garis
posterolateral pada hubungan antara prostat dengan bagian bawah vesica urinaria
sampai ke apex prostat. Ketika akan memasuki prostat arteri vesicalis inferior
terbagi dalam dua cabang utama.7
Arteri-arteri ini mendekati collum vesica urinaria pada posisi antara jam 1
sampai jam 5 dan posisi jam 7 sampai jam 11, dengan cabang paling besar pada
bagian posterior. Selanjutnya memutar kearah caudal sejajar dengan urethra untuk
mensuplai urethra, kelenjar periurethral dan zone transisional. Begitupun pada
pembesaran prostat yang jinak, arteri ini yang terutama menyediakan suplai darah
untuk adenoma.2,6
Pada saat prostat direseksi atau dienukleasi, perdarahan yang paling penting
biasanya ditemukan pada collum vesica urinaria terutama pada posisi antara jam 4
dan jam 8. Arteri capsular merupakan cabang utama yang kedua dari arteri prostat.
Arteri ini memiliki beberapa cabang kecil yang berjalan pada bagian anterior untuk
mempercabangkan ke dalam capsula prostat. Bagian terbesar dari arteri ini berjalan
posterolateral ke prostat dengan nervus cavernosus (serabut neurovaskuler) dan

6
berakhir pada diafragma pelvis. Cabang capsular menembus prostat pada sudut 90°
dan mengikuti reticular band dari stroma untuk mensuplai jaringan kelenjar.2,7
b. Vena
Pembuluh vena berjalan memasuki plexus venosus prostaticus disekitar sisi
anterolateral prostat, sebelah posterior ligamentum arcauata pubic dan bagian bawah
dari symphisis pubis, sebelah anterior dari vesica urinaria dan prostat. Aliran utama
berasal dari vena dorsalis penis profunda. Plexus juga menerima ramus anterior
vesicalis (plexus venosus vesicalis) dan prostatic (yang menghubungkan dengan
plexus vesicalis dan vena pudenda interna) dan mengalirkan atau bermuara kedalam
vena vesicalis dan vena iliaca interna.
c. Lymphe
Pembuluh-pembuluh lymphe berjalan menuju ke lymphonodus iliacus internus.
Ada juga yang menuju ke lymphonodus iliacus externus dan lymphonodus sacralis
Pembuluh-pembuluh lymphe dari vas deferens berakhir pada lymphonodus iliacus
externus, sedangkan yang berasal dari vesica seminalis mengalir ke lymphonodus
iliacus internus dan externus. Pembuluh lymphe prostat terutama berakhir pada
lymphonodus iliacus internus, lymphonodus sacralis dan lymphonodus obturator.
Sebuah pembuluh lymphe dari permukaan posterior bersama-sama pembuluh
lymphe vesicalis menuju ke lymphonodus iliacus extenus dan satu dari permukaan
anterior mencapai lymphonodus iliakus internus dari gabungan pembuluh lymfe
yang mengaliri urethra pars membranosa.7,9
Inervasi
Prostat menerima serabut-serabut saraf sympathis dan parasympathis dari plexus
nervosus prostaticus. Serabut-serabut parasympathis berasal dari medulla spinalis
segmen sacralis. Inervasi sympathis dan parasympathis dari plexus pelvis berjalan
sepanjang prostat sampai nervus cavernosa. Saraf mengikuti cabang dari arteri capsular
untuk mempercabangkan pada bagian kelenjar dan stromal. Saraf parasympathis
berakhir pada acinus dan merangsang sekresi, serabut sympathis menyebabkan
kontraksi otot polos dari kapsul dan stroma. Penghambatan alfa-1 adrenergik
mengurangi tonus stroma prostat dan tonus spinkter preprostatik dan meningkatkan laju
aliran kencing pada orang dengan BPH (benign prostat hypertrophy). Hal ini

7
menjelaskan bahwa penyakit ini mempengaruhi stroma dan epitel. Gabungan
peptidergic dan nitric oxida yang dikandung neuron juga telah ditemukan pada prostat
dan bisa menyebabkan relaksasi otot polos. Neuron afferen dari prostat berjalan
sepanjang plexus pelvis sampai pelvis dan pusat spinal thoracolumbar. Suatu blok
prostatik mungkin bisa didapatkan dengan menyuntikkan anestesi lokal ke dalam plexus
pelvis.7,9

2.1.2 Definisi
Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah inferior bulibuli
dan membungkus uretra posterior. Paling sering mengalami pembesaran, baik jinak
maupun ganas. Bila mengalami pembesaran, organ ini membuntu uretra pars prostatika
dan menghambat aliran urin keluar dari buli-buli. Benign Prostate Hyperplasia (BPH)
merupakan Pembesaran Prostat Jinak (PPJ) yang menghambat aliran urin dari buli-buli.
Pembesaran ukuran prostat ini akibat adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai
dari zona periurethra.5,6

Gambar 3.Pembagian Zona Prostat.5

Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang
dewasa ± 20 gram.Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona,
yaitu zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona

8
periurethra.Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional,
sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.5,8

2.1.3 Etiologi
Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara pasti,tetapi
beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan peningkatan kadar
dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai
penyebab timbulnya hiperplasia prostat :

a. Teori Dihidrotestosteron

Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone testosteron.


Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit aktif
dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 α – reduktase. DHT inilah yang
secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis
protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat.

Gambar 4.Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh enzim5 α –


reduktase.5,7

Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α – reduktase dan jumlah reseptor


androgen lebih banyak pada BPH.Hal ini menyebabkan sel-sel prostat menjadi lebih
sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan
dengan prostat normal.

9
Gambar 5.Teori Dihidrotestosteron dalam Hiperplasia Prostat.7

b. Ketidakseimbangan antara Estrogen-Testosteron


Pada usia yang semakin tua kadar testosteron makin menurun, sedangkan kadar
estrogen relatif tetapsehingga perbandingan estrogen berbanding testosteron relatif
meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel
kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap
rangsangan hormon androgenmeningkatkan jumlah reseptor androgen dan
menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan
testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru tetapi sel-sel
prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat
menjadi lebih besar.5,7

10
c. Interaksi Stroma-Epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel-sel epitel
prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator
(growth factor).Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol,
sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel
stroma itu sendiri yang menyebabkan terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun
stroma.3,8,9
d. Berkurangnya Kematian Sel Prostat
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis kelenjar
prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel
dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis
menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat sehingga
mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon androgen berperan
dalam menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi terjadi
peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.1,5
e. Teori Stem Sel
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis selalu dibentuk sel-sel
baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai
kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung pada
hormon androgen dimana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi) akan
menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada BPH
diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang
berlebihan sel stroma maupun sel epitel.7,9

2.1.4 Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra pars
prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya tekanan
intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan sehingga menyebabkan terjadinya perubahan anatomik buli-
buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula dan
divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai

11
keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary Tract Symptoms
(LUTS).2,6
Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak
terkecuali pada kedua muara ureter.Tekanan pada kedua muara ureter ini
menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks
vesikoureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis
bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.2,5,6

2.1.5 Diagnosis5,6,8
a. Anamnesa
1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah
Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada akhirnya
dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap.Meskipun manifestasi dan
beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang menyebabkan penderita
datang berobat, yakni adanya LUTS.
Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif.Gejala obstruksi
seperti hesitansi, pancaran miksi melemah, intermitensi, miksi tidak puas, menetes
setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif terdiri dari frekuensi, nokturia, urgensi dan
disuri.
Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS bebeapa ahli atau organisasi urologi
membuat skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien.
Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah international Prostatic
Symptom Score (IPSS).Sistem skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang
berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan yang berhubungan dengan
kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3
derajat, yaitu:

Ringan : skor 0-7


Sedang : skor 8-19
Berat : skor 20-35

12
Kurang Kurang Kadang- Lebih
Tidak dari dari kadang dari Hampir Skor
Dalam 1 bulan pernah sekali setengah (sekitar setengah selalu
terakhir dalam 50%)
lima
hari
Seberapa sering 0 1 2 3 4 5
anda merasa masih
ada sisa selesai
kencing?
Seberapa sering 0 1 2 3 4 5
Anda harus
kembali kencing
dalam waktu
kurang dari 2 jam
setelah selesai
kencing?
Seberapa sering 0 1 2 3 4 5
Anda mendapatkan
bahwa Anda
kencing terputus-
putus?
Seberapa sering 0 1 2 3 4 5
tidak bisa menahan
keinginan untuk
kencing?
Seberapa sering 0 1 2 3 4 5
pancaran kencing
Anda lemah?
Seberapa sering 0 1 2 3 4 5

13
Anda
harusmengejan
untuk mulai
kencing?
Seberapa sering 0 1 2 3 4 5
Anda harus bangun
untuk kencing,
sejak mulai tidur
pada malam hari
hingga bangun di
pagi hari?
Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) =
Senang Senang Pada Biasa Pada Tidak Buruk
sekali umumnya saja umumnya bahagia sekali
puas tidak
puas
Seandainya Anda
harus enghabiskan
sisa hidup dengan
fungsi kencing
seperti saat ini,
agaimana perasaan
Anda?
Tabel 1.International Prostate Symptom Score (IPSS)
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas
Keluhan dapat berupa gejala obstruksi seperti nyeri pinggang, benjolan di
pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi dan urosepsis).
3. Gejala diluar saluran kemih
Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis
atau hemoroid yang timbul karena sering mengejan pada saat miksi sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.

14
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan teraba
massa kistik didaerah supra simpisis akibat retensi urin.Pemeriksaan colok dubur atau
Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada
BPH karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat dan
kecurigaan adanya keganasan seperti nodul atau perabaan yang keras.Pada pemeriksaan
ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi
dan ada tidaknya nodul.
Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba
ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul.Sedangkan pada
karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul dan mungkin antara lobus
prostat tidak simetri.

Gambar 6.Pemeriksaan colok dubur.

c. Pemeriksaan Laboratorium
Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau
inflamasi pada saluran kemih. Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih
sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti hidronefrosis
menyebabkan infeksi dan urolithiasis. Pemeriksaan kultur urin berguna untuk mencari
jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitivitas kuman
terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.

15
Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi sel-sel
urotelium yang terlepas dan terikut urin.Pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi
adanya diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-
buli.Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa penanda tumor prostat
(PSA).
d. Pencitraan
Foto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,
batu atau kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin
yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan adanya :
1. Kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis).
2. Memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan indentasi
prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter bagian distal yang
berbentuk seperti mata kail (hooked fish).
3. Penyulit yang terjadi pada buli-buli, yaitu trabekulasi, divertikel atau sakulasi
buli-buli.
Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH. Pemeriksaan USG
secara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS) digunakan untuk mengetahui besar dan
volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna sebagai petunjuk
untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah residual urin dan mencari
kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan Trans Abdominal Ultra Sound (TAUS) dapat
mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang
lama (Purnomo, de Jong).

Gambar 7.TransRectal Ultra Sound (TRUS).5

16
e. Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur :
1. Residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pemeriksaan
ultrasonografi setelah miksi.
2. Pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan
lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri.

2.1.6 Penatalaksanaan3,5,6,9
Tujuan terapi:
a. Memperbaiki keluhan miksi
b. Meningkatkan kualitas hidup
c. Mengurangi obstruksi infravesica
d. Mengembalikan fungsi ginjal
e. Mengurangi volume residu urin setelah miksi
f.Mencegah progressivitas penyakit
1. Watchful waiting
Watchful waiting artinya pasien tidak mendapatkan terapi
apapun tetapi perkembangan penyakit dan keadaannya tetap diawasi oleh dokter.
Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah
7, yaitu keluhan ringan yang tidak menggangu aktivitas sehari-hari. Beberapa
guidelines masih menawarkan watchful waiting pada pasien BPH bergejala
dengan skor sedang (IPSS 8-19). Pasien dengan keluhan sedang hingga berat
(skor IPSS > 7), pancaran urine melemah (Qmax < 12 mL/detik) dan terdapat
pembesaran prostat > 30 gram tentunya tidak banyak memberikan respon
terhadap watchful waiting.
Pada watchful waiting ini, pasien tidak mendapatkan terapi
apapun dan hanya diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat
memperburuk keluhannya, seperti jangan banyak minum dan mengkonsumsi
kopi atau alkohol setelah makan malam, kurangi konsumsi makanan atau
minuman yang menyebabkan iritasi pada buli-buli (kopi atau cokelat), batasi

17
penggunaan obat-obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin, kurangi
makanan pedas dan asin dan jangan menahan kencing terlalu lama.
Setiap 6 bulan pasien diminta untuk datang kontrol dengan
ditanya dan diperiksa tentang perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS,
pemeriksaan laju pancaran urine maupun volume residual urine. Jika keluhan
miksi bertambah jelek daripada sebelumnya, mungkin perlu difikirkan untuk
memilih terapi yang lain.
2. Farmakologi
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untukmengurangi
resistensi otot polos prostat sebagai komponen dinamik atau mengurangi volume
prostat sebagai komponen statik. Jenis obat yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Penghambat reseptor adrenergik α. 5,
Mengendurkan otot polos prostat dan leher kandung kemih, yang membantu
untuk meringankan obstruksi kemih disebabkan oleh pembesaran prostat di
BPH.
Efek samping dapat termasuk sakit kepala, kelelahan, atau ringan.
Umumnya digunakan alpha blocker BPH termasuk tamsulosin (Flomax),
alfuzosin (Uroxatral), dan obat-obatan yang lebih tua seperti terazosin (Hytrin)
atau doxazosin (Cardura). Obat-obatan ini akan meningkatkan pancaran urin dan
mengakibatkan perbaikan gejala dalam beberapa minggu dan tidak berpengaruh
pada ukuran prostat.

b. Penghambat 5 α reduktase 5
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembentukan dihidrotestosteron
(DHT) dari testosterone yang dikatalisis oleh enzim 5 α reduktase di dalam sel
prostat. Menurunnya kadar DHT menyebabkan sintesis protein dan replikasi sel-
sel prostat menurun. Pembesaran prostat di BPH secara langsung tergantung
pada DHT, sehingga obat ini menyebabkan pengurangan 25% perkiraan ukuran
prostat lebih dari 6 sampai 12 bulan.
3. Terapi Invasif Minimal

18
Diperuntukan untuk pasien yang mempunyai risiko tinggi terhadap
pembedahan

a. Microwave transurethral.
Pada tahun 1996, FDA menyetujui perangkat yang menggunakan gelombang
mikro untuk memanaskan dan menghancurkan jaringan prostat yang berlebih.
Dalam prosedur yang disebut microwave thermotherapy transurethral (TUMT),
perangkat mengirim gelombang mikro melalui kateter untuk memanaskan
bagian prostat dipilih untuk setidaknya 111 derajat Fahrenheit. Sebuah sistem
pendingin melindungi saluran kemih selama prosedur.
Prosedur ini memakan waktu sekitar 1 jam dan dapat dilakukan secara
rawat jalan tanpa anestesi umum. TUMT belum dilaporkan menyebabkan
disfungsi ereksi atau inkontinensia. Meskipun terapi microwave tidak
menyembuhkan BPH, tapi mengurangi gejala frekuensi kencing, urgensi,
tegang, dan intermitensi.

Gambar 11. Microwave Transurethral6

b. Transurethral jarum ablasi. Juga pada tahun 1996, FDA menyetujui transurethral
jarum ablasi invasif minimal (TUNA) sistem untuk pengobatan BPH. Sistem
TUNA memberikan energy radiofrekuensi tingkat rendah melalui jarum kembar
untuk region prostat yang membesar. Shields melindungi uretra dari kerusakan
akibat panas. Sistem TUNA meningkatkan aliran urin dan mengurangi gejala
dengan efek samping yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan reseksi
transurethral dari prostat (TURP).

19
Gambar 12. Transurethral Jarum Ablasi Invasif Minimal9

c. Thermotherapy dengan air. Terapi ini menggunakan air panas untuk


menghancurkan jaringan kelebihan dalam prostat. Sebuah kateter mengandung
beberapa lubang diposisikan dalam uretra sehingga balon pengobatan terletak di
tengah prostat. Sebuah komputer mengontrol suhu air, yang mengalir ke balon
dan memanaskan jaringan prostat sekitarnya. Sistem ini memfokuskan panas di
wilayah yang tepat prostat. Sekitar jaringan dalam uretra dan kandung kemih
dilindungi. Jaringan yang hancur keluar melalui urin

Gambar 13. Thermotherapy dengan Air3

Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan :


1. Tidak menunjukkan perbaikan setelah terapi medikamentosa
2. Mengalami retensi urin
3. Infeksi Saluran Kemih (ISK) berulang
4. Hematuria
5. Gagal ginjal
6. Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi salurankemih
bagian bawah

20
Jenis pembedahan yang dapat dilakukan :
 Transurethral Reseksi Prostat (TURP)
Prosedur TURP merupakan 90% dari semua tindakan pembedahan prostat pada
pasien BPH. Menurut Wasson et al (1995) pada pasien dengan keluhan derajat
sedang, TURP lebih bermanfaat daripada watchful waiting. TURP lebih sedikit
menimbulkan trauma dibandingkan prosedur bedah terbuka dan memerlukan
masa pemulihan yang lebih singkat.Secara umum TURP dapat memperbaiki
gejala BPH hingga 90% danmeningkatkan laju pancaran urin hingga
100%.Komplikasi dini yang terjadi pada saat operasi sebanyak 18-23% dan yang
paling sering adalah perdarahan sehingga membutuhkan transfusi. Timbulnya
penyulit biasanya pada reseksi prostat yang beratnya lebih dari 45 gram, usia
lebih dari 80 tahun, ASA II-IV dan lama reseksi lebih dari 90 menit. Sindroma
TUR terjadi kurang dari 1%. Penyulit yang timbul di kemudian hari adalah
inkontinensia stress < 1%, inkontinensia urgen 1,5%, striktura uretra 0,5-6,3%,
kontraktur leher buli-buli yang lebih sering terjadi pada prostat yang berukuran
kecil 0,9-3,2% dan disfungsi ereksi. Angka kematian akibat TURP pada 30 hari
pertama adalah 0,4% pada pasien kelompok usia 65-69 tahun dan 1,9% pada
kelompok usia 80-84 tahun. Dengan teknik operasi yang baik dan manajemen
perioperatif (termasuk anestesi) yang lebih baik pada dekade terakhir, angka
morbiditas, mortalitas dan jumlah pemberian transfusi berangsur-angsur
menurun.

Gambar 8.Trans Urethral Resection Prostate (TURP).5

21
 Transurethral Sayatan dari Prostat (TUIP atau TIP)
TUIP atau insisi leher buli-buli (bladder neck insicion) direkomendasikan pada
prostat yang ukurannya kecil (< 30 cm³) tidak dijumpai pembesaran lobus
medius dan tidak ditemukan adanya kecurigaan karsinoma prostat..Teknik ini
dipopulerkan oleh Orandi pada tahun 1973, dengan melakukan mono insisi atau
bilateral insisi mempergunakan pisau Colling mulai dari muara ureter, leher buli-
buli sampai ke verumontanum.Insisi diperdalam hingga kapsula prostat.Waktu
yang dibutuhkan lebih cepat dan lebih sedikit menimbulkan komplikasi
dibandingkan dengan TURP.TUIP mampu memperbaiki keluhan akibat BPH
dan meningkatkan Qmax meskipun tidak sebaik TURP.Cara elektrovaporisasi
prostat hampir mirip dengan TURP, hanya saja teknik ini memakai roller ball
yang spesifik dan dengan mesin diatermi yang cukup kuat sehingga mampu
membuat vaporisisai kelenjar prostat.Teknik ini cukup aman, tidak banyak
menimbulkan perdarahan pada saat operasi dan masa mondok di rumah sakit
lebih singkat.

Gambar.9. Transurethral Sayatan dari Prostat (TUIP atau TIP).

 Open prostatektomi

Jenis operasi ini umumnya dilakukan jika ukuran prostat sangat besar,
kandung kemih mengalami kerusakan atau faktor komplikasi lain, seperti batu
kandung kemih.Ini disebut operasi terbuka karena ahli bedah membuat sayatan
di perut bagian bawah untuk mencapai prostat.Buka prostatektomi adalah
pengobatan yang paling efektif untuk pria dengan pembesaran prostat yang
parah, tetapi memiliki resiko tinggi efek samping dan komplikasi.Pada

22
umumnya memerlukan kunjungan singkat di rumah sakit dan berhubungan
dengan resiko tinggi memerlukan transfusi darah.

Gambar 10. Open Prostatektomi.

 Pembedahan Laser

Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi untuk
menghancurkan atau menghapus jaringan prostat lebat.Laser bedah umumnya
segera meredakan gejala dan memiliki risiko efek samping yang lebih rendah
daripada TURP.Beberapa operasi laser dapat digunakan pada pria yang tidak
harus memiliki prosedur prostat lain karena mereka mengambil obat pengencer
darah. Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis laser dan
dengan cara yang berbeda. 7,8,9

a. Ablatif prosedur (termasuk penguapan) menghapus jaringan prostat menekan


uretra dengan membakar begitu saja sambil aliran urin. Prosedur ablatif dapat
menyebabkan iritasi gejala urin setelah operasi dan mungkin perlu diulang di
beberapa titik.
b. Prosedur Enucleative serupa untuk membuka prostatektomitetapi dengan risiko
yang lebih sedikit. Prosedur ini biasanya menghapus semua prostat jaringan
memblokir aliran urin dan mencegah pertumbuhan kembali jaringan. Salah satu
manfaat dari prosedur enucleative adalah bahwa jaringan prostat dihapus dapat
diperiksa untuk kanker prostat dan kondisi lainnya.6,9

23
2.1.7 KOMPLIKASI1,5,6

1. Retensi urine akut – ketidak mampuan untuk mengeluarkan urin, distensi


kandung kemih, nyeri suprapubik
2. Retensi urine kronik –residu urin > 500ml, pancaran lemah, buli teraba, tidak
nyeri
3. Infeksi traktus urinaria
4. Batu buli, hematuria dan inkontinensia urin

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hiperplasia kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada


populasi pria lanjut usia. Dengan bertambah usia, ukuran kelenjar dapat bertambah
karena terjadi hiperplasia jaringan fibromuskuler dan struktur epitel kelenjar (jaringan
dalam kelenjar prostat). Gejala dari pembesaran prostat ini terdiri dari gejala
obstruksidan gejala iritatif.

Penatalaksanaan BPH berupa watchful waiting, medikamentosa, terapi bedah


konvensional, dan terapi minimal invasif. Prognosis untuk BPH berubah-ubah dan
tidak dapat diprediksi pada tiap individu walaupun gejalanya cenderung meningkat.
Namun BPH yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena dapat
berkembang menjadi kanker prostat.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Fadlol dan Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran


Prostat Jinak. Indonesian J of Surgery. 2005. XXXIII-4. Hal : 139-145
2. Guyton, Arthur C. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. 1996. Jakarta :
EGC.
3. Kim dan Belldegrun (eds). Urology Dalam Schwartz’s Manual of Surgery. 8th
Edition. Brunicardi et al (eds). USA : Mc Graw-Hill Medical Publishing Division.
2006. Hal : 1036-1060.
4. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta : CV. Sagung Seto. 2007.
Hal : 69-85.
5. Rahardjo, Birowo. Pembesaran Prostat Jinak. 2000. EGC : Jakarta.
6. Sjamsuhidajat. R, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ketiga. 2005. Jakarta :
EGC. Hal : 899-903.
7. Snell, Richard S. Anatomi Klinik. Edisi 6. 2006. Jakarta : EGC.
8. Suryawisesa, Malawat, Bustan. Hubungan Faktor Geografis Terhadap Skor
Gejala Prostat Internasional (IPSS) pada Komunitas Suku Makassar Usia Lanjut
Tahun 1998. Jakarta : Ropanasuri. 1998. XXVI – 4. Hal : 1-10.
9. Kozar Rosemary A, Moore Frederick A. Schwartz’s Principles of Surgery 8th
Edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2005

26

Anda mungkin juga menyukai