Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KONSEP SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Dosen Pengampu :

Abdul Ghofar S.Kep.Ns.,M.Pd.I

Oleh :

1. Amatul Infitah (7116001)


2. Annisa Dyah Pramesti (7116003)
3. Reza Nur Fitriani (7116017)
4. Nofitah (7116022)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ‘ULUM

JOMBANG

2018
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tak terlupakan pula sholawat serta
salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan
cahaya dalam agama dan menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT

Ucapan terima kasih ini tak lupa kami ucapkan kepada pihak-pihak yang
telah mendukung maupun menyetujui dalam pembuatan makalah kami ini, yaitu :

1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan : Bapak Andi Yudianto, S.Kep.Ns.,


M.Kes
2. Kepala Prodi S1 Keperawatan : Ibu Pujiani, S.Kep.Ns., M.Kes
3. Dosen pembimbing : Abdul Ghofar S.Kep.Ns.,M.Pd.I

Atas bimbingan dari bapak dosen untuk menyelesaikan makalah yang berjudul
“KONSEP SUMBER HUKUM KETENAGAKERJAAN”, sehingga bermanfaat
bagi pembacanya.

Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan kepada orang tua kami atas
semua do’a yang telah diberikan kepada kami sehingga makalah ini dapat
terselesaikan, oleh karena itu kami mohon kritik dan saran dalam pembuatan
makalah ini sehingga bisa bermanfaat bagi siapapun.

Jombang, 20 Januari 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB 1 ..................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2

BAB 2 ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Keselamatan Kerja ...................................................................... 3

2.2 Sumber Hukum Ketenagakerjaan .................................................................. 3

2.3 Peraturan Sistem Keamanan Pada Proses Pekerjaan ..................................... 7

BAB 3 ................................................................................................................... 15

PENUTUP ............................................................................................................ 15

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15

3.2 Saran ............................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Situasi dunia ketenagakerjaan Indonesia pada saat ini masih mengalami
kondisi yang kurang baik, kodrat pekerja sebagai manusia yang memiliki
harkat dan martabat masih jauh dari realita hidupnya. Nasib mereka lebih
buruk lagi dengan munculnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia akhir-
akhir ini. Dengan banyaknya tuntutan para tenaga kerja kepada pengusaha dari
waktu kewaktu mulai tuntutan kenaikan gaji bokok, transportasi, upah lembur,
uang makan, bonus, tunjangan hari raya dan jaminan-jaminan kesejahteraan
tenaga kerja sampai kepada pemogokan masal serta pemutusan hubungan
kerja (PHK) semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pengusaha kurang
memahami dan memperhatikan hak-hak serta kesejahteraan para pekerja.
Mengenai peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional saat ini,
semakin meningkat seiring dengan laju perkembangan nasional karena
semakin besar pula tantangan yang dihadapi sebagai akibat dari semakin
meningkatkan teknologi yang mengancam kesehatan dan kesejahteraan tenaga
kerja.
Pertumbuhan perekonomian di negara Indonesia yang merupakan salah
satu sisi dari aspek pembangunan adalah timbulnya perusahaan-perusahaan
besar maupun kecil. Demikian juga dengan peralatan yang di gunakan
semakin canggih. Semakin canggihnya dan mutakhirnya peralatan mesin-
mesin tersebut, semakin diperlukan tingkat keterampilan tenaga kerja untuk
mengoperasikan dan pemeliharaannya. Dampak dari penggunaan teknologi
yang demikian, di satu sisi memberi kemudahan dalam produksi dan efisiensi
kerja serta mendorong pertumbuhan ekonomi, akan tetapi di sisi lain dapat
pula menimbulkan resiko kerja yang tinggi, baik karena bahaya di tenaga kerja
atau buruh. Oleh karena itu, norma K3 merupakan suatu upaya untuk
mencegah terjadinya bahaya akan kecelakaan kerja.
Suatu pekerjaan baru akan memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan,
apabila perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terjamin. Di indonesia
perlindungan dan kesehatan kerja tersebut dijamin sesuai dengan pasal 9 dan
10 UU No. 14 tahun 1969 tentang pokok-pokok tenaga kerja yang berbunyi
“setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan pemeliharaan moral kerja, serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama.

1.2 Rumusan Masalah


Penulisan makalah mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang keselamatan
dan kesehatan kerja (K3). Berdasarkan hal tersebut, dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud keselamatan kerja itu ?
2. Apa sumber hukum ketenagakerjaan ?
3. Apa peraturan sistem keamanan pada proses pekerjaan ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi keselamatan kerja.
2. Untuk mengetahui sumber hukum ketenagakerjaan.
3. Untuk mengetahui peraturan sistem keamanan pada proses pekerjaan.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertahan dengan mesin,
pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Asas keselamatan kerja tercantum dalam kitab undang-undang hukum
perdata dengan ketentuan yang mewajibkan majikan untuk mengatur dan
memelihara ruangan, alat dan perkakas, dimana ia menyuruh melakukan
pekerjaan mengadakan aturan-aturan serta memberi petunjuk sedemikian rupa
hingga buruh terlindung dari bahaya yang mengancam badan, kehormatan
dan harta bendanya.

2.2 Sumber Hukum Ketenagakerjaan


Hukum ketenagakerjaan bukan hanya mengatur hubungan antara
pekerja/buruh dengan pengusaha dalam pelaksanaan hubungan kerja tetapi
juga termasuk seorang yang akan mencari kerja melalui proses yang benar
ataupun lembaga-lembaga pelaksana yang terkait, serta menyangkut pekerja
yang purna atau selesai bekerja.
Hukum ketenagakerjaan adalah merupakan suatu peraturan-peraturan
tertulis atau tidak tertulis yang mengatur seseorang mulai dari sebelum,
selama, dan sesudah tenaga kerja berhubungan dalam ruang lingkup di bidang
ketenagakerjaan dan apabila di langgar dapat terkena sanksi perdata atau
pidana termasuk lembaga-lembaga penyelenggara swasta yang terkait di
bidang tenaga kerja.
Sumber hukum ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang
Undang-undang adalah peraturan yang ditetapkan oleh presiden
dan dengan persetujuan (jangan berbuat salah dengan mengatakan
disyahkan) Dewan Perwakilan Rakyat. Di samping Undang-undang ada
Peratuan Pemerintah Pengganti Undang-undang yang mempunyai
kedudukan sama dengan undang-undang. Peratuan pemerintah pengganti

3
undang-undang ini ditetapkan oleh presiden, dalam hal ihwal kegentingan
yang memaksa. Peraturan tersebut harus mendapat persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat dalam persidangan tersebut.
Diantara peraturan-peratuan tersebut yang kedudukannya dapat
disamakan dengan undang adalah Wet. Wet ini – dalam bahasa Indonesia
adalah undang-undang dibentuk di Nederland oleh raja bersama-sama
dengan Parlemen. Contoh dari wet ini adalah Burjerlijk w etboek voor
Indonesie- sekarang ini disebut Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
2. Peraturan Lain
Peraturan lainnya ini kedudukannya adalah lebih rendah dari undang-
undang dan pada umumnya merupakan peraturan pelaksana undang-
undang. Peraturan-peraturan itu adalah sebagai berikut :
a. Peraturan pemerintah : Peratuan pemerintah ini ditetapkan oleh
Presiden untuk mengatur lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang.
Sejajar kedudukannya dengan peratuan pemerintah ini, adalah
peraturan seorang Menteri yang oleh undang-undang diberi wewenang
untuk mengadakan peraturan pelakananya. Peraturan terakhir yang
berlaku sekarang adalah Keputusan Menteri tenaga kerja.
b. Keputusan Presiden : Keputusan Presiden ini yang tidak disebut
keputusan pemerintah, atau dari zaman Hindia Belanda dahulu
;regeringsbesluit, pada umumnya tidak mengatur sesuatu, tetapi
memutuskan sesuatu tertentu.
c. Peraturan atau keputusan instansi lain. Suatu keistimewaan dalam
hukum ketenagakerjaan ialah bahwa suatu instansi atau seorang
pejabat yang tertentu diberi kekuasaan untuk mengadakan peraturan
atau keputusan yang berlaku bagi umum (mengikat umum)
3. Kebiasaan
Kebiasaan atau hukum tidak tertulis ini, terutama yang tumbuh
setelah perang dunia ke -2, berkembang dengan baik karena dua faktor
yaitu: faktor pertama karena pembentukan undang-undang tidak dapat
dilakukan secepat soal-soal perburuhan yang harus diatur, faktor kedua
adalah peraturan-peraturan di zaman Hindia belanda dahulu sudah tidak

4
lagi dirasakan sesuai dengan rasa keadilan masyarakat dan aliran-aliran
yang tumbuh di seluruh dunia. Jalan yang ditempuh dalam keadaan yang
sedemikian itu ialah acap kali dengan memberikan tafsiran (interpretasi)
yang disesuaikan dengan jiwa unang-undang dasar.
4. Putusan
Dimana dan di masa aturan hukum hukum masih kurang lengkap
putusan pengadilan tidak hanya memberi bentuk hukum pada kebiasaan
tetapi-juga dapat dikatakan untuk sebagian besar menentukan, menetapkan
hukum itu sendiri.
5. Perjanjian
Perjanjian kerja pada umumnya hanya berlaku antara buruh dan
majikan yang menyelenggarakannya, orang lain tidak terikat. Walaupun
demikian dari berbagai perjanjaian kerja itu dapat diketahui apakah yang
hidup pada pihak-pihak yang berkepentingan . Lebih-lebih dari perjanjian
ketenagakerjaan, makin besar serikat buruh dan perkumpulan majikan
yang menyelenggarakannya. Dengan demikian maka aturan dalam
perjanjian kerja bersama mempunyai kekuatan hukum sebagai undang-
undang.
6. Traktat
Perjanjian dalam arti traktat mengenai soal perburuhan antara
Negara Indonesia dengan suatu atau beberapa Negara lain. Perjanjian
(konvesi, Convention) yang ditetapkan oleh konfrensi organisasi
perburuhan internasional (international labour organisation conference)
tidak dipandang sebagai hukum ketenagakerjaan karena konvensi itu telah
diratifisir oleh Negara Indonesia, tidak mengikat langsung golongan buruh
dan majikan di Indonesia.
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat I dan 2 UU No 10 Tahun 2008
Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan bahwa jenis dan
hirarki peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut : Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia, Undang-undang/peraturan
pemerintah pengganti undang-undang, Peraturan pemerintah, Peraturan
presiden, Peraturan Daerah (Perda ) dan Peraturan desa.

5
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas dan UU 10 tahun 2008
maka Peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku di
Indonesia yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek,Staatsblad
18 No. 23) khususnya pasal (1313, 1338,1320);
b. UU NO 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2003 No: 39;
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 TAHUN 2006
Tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional;
d. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : KEP.100/MEN/VI/2004
tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjain Kerja Waktu Tertentu;
e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : KEP.48/MEN/IV/2004
tentang Tata cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan
serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama;
f. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : KEP.261/MEN/XI/2004
tentang Perusahaan yang Wajib Melaksanakan Pelatihan Kerja;
g. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : KEP. 102/MEN/VI/2004
tentang waktu kerja lembur dan upah kerja lembur;
h. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : KEP. 49/MEN/2004
tentang ketentuan struktur dan skala upah;
i. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor : PER.08/MEN/III/2006
tentang Perubahan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Nomor KEP-48/MEN/IV/2004 tentang Tata cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran
Perjanjian Kerja Bersama;
j. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor PER.22/MEN/IX/2009 Tentang Penyelenggaraan Pemagangan
di dalam Negeri;
k. Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi RI Nomor:
PER.21/MEN/X/2007 tentang Tata cara Penetapan Standar
Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.

6
Sumber Hukum :

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,


2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja,
3. Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor : 12/PPU-1/2003 tanggal 28
Oktober 2004 Tentang Hak Uji Materil Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan terhadap Undang Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, Berita Negara No 92 tahun 2004
tanggal 17 November tahun 2004, jo Surat Edaran MENTERI Tenaga
Kerja RI NO SE.13/MEN/SJ-HKI/I/2005,
4. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 Tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial
5. Undang-Undang No 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.

2.3 Peraturan Sistem Keamanan Pada Proses Pekerjaan

Prosedur keselamatan kerja sesungguhnya harus diaplikasikan pada semua


perusahaan, tanpa ada melihat type industri perusahaan terebut. Perusahaan
yang berisiko rendah meskipun harus turut standard Keamanan, Kesehatan
dan Keselamatan Kerja terutama office safety atau Keamanan, Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di kantor.

Terjadinya sebuah kecelakaan kerja sudah pasti akan jadi permasalahan


yang besar untuk keberlangsungan hidup sebuah perusahaan. Kerugian yang
akan terkena bukan sekedar berbentuk kerugian materi yang cukup besar
namun kian lebih itu adalah munculnya korban jiwa yg tidak sedikit.
Kehilangan sumber daya manusia adalah kerugian yang sangat besar hal
semacam ini karena manusia adalah hanya satu sumber daya yg tidak dapat
digantikan oleh tehnologi apa pun.
Kerugian yang segera yang terlihat dari munculnya sebuah kecelakaan
kerja adalah biaya penyembuhan dan kompensasi kecelakaan. Sedang biaya
tidak segera yg tidak terlihat yaitu rusaknya alat-alat produksi, penghentian

7
alat produksi, pengaturan manajemen keselamatan yang lebih baik, dan
hilangnya waktu kerja.
1) Hadapi Kondisi Darurat Keselamatan Kerja

Pekerja kerapkali melakukan pembiaran lingkungan yg tidak aman


terlebih karena sebab pegawai itu merasa telah pakar di bagiannya dan
belum pernah alami satu kalipun kecelakaan, walau melakukan unsafe
behavior. Ia memiliki pendapat kalau bila sampai kini bekerja dengan
langkah tersebut (unsafe) tidak terjadi apa-apa, mengapa harus beralih.

Lingkungan yg tidak aman sering juga dipicu oleh ada pengawas


maupun manager yg tidak mempedulikan safety. Beberapa manager itu
dengan cara segera maupun tidak segera berikan motivasi beberapa
pekerja untuk mengambil jalan pintas, dan meremehkan kalau perilakunya
itu beresiko untuk kebutuhan produksi.

2) Usaha Yang Umum Dilakukan untuk Kurangi Lingkungan yang Tidak


Aman atau Berbahaya

Lingkungan yg tidak aman dapat diminimalisasi dengan


melakukan dengan cara-cara, pada lingkungan yakni :

a. Menyingkirkan bahaya di tempat kerja lewat cara merekayasa aspek


bahaya maupun memperkenalkan kontrol fisik. Cara itu dilakukan
untuk kurangi potensi terjadinya lingkungan yg tidak aman, namun
tidak selamanya sukses karena pegawai memiliki kemampuan untuk
berprilaku tidak aman dan menangani pengawasan yang ada.
b. Merubah sikap pegawai agar lebih perduli dengan keselamatan dianya.
Cara itu didasarkan atas asumsi kalau pergantian sikap akan merubah
tingkah laku seorang. Beragam usaha yang dapat dilakukan adalah
melalui kampanye dan safety training (latihan keselamatan kerja).
Pendekatan itu tidak selamanya sukses karena sebenarnya pergantian
sikap tidak diikuti dengan pergantian tingkah laku. Sikap sering yaitu
apa yang semestinya dilakukan bukanlah apa yang sesungguhnya
dilakukan.

8
c. Dengan memberi punishment maupun hukuman pada beberapa pelaku
yang mengakibatkan terbentuknya lingkungan yg tidak aman. Cara itu
tidak selamanya sukses karena pemberian sebuah punishment pada
tingkah laku tidak aman harus dikerjakan dengan cara tetaplah ataupun
berkelanjutan dan selekasnya setelah nampak, hal tersebutlah yang
susah dilakukan karena tidak semua lingkungan yg tidak aman dapat
terpantau dengan cara segera.
d. Dengan memberi reward (penghargaan) pada mereka yang dapat
membuat safety behavior. (lingkungan yang aman). Cara itu susah
dikerjakan karena reward minimum harus setara dengan apa yang
didapat dari tingkah laku tidak aman.
3) Memilih dan Mempersiapkan Perlengkapan Sesuai dengan Prosedur
Keselamatan Kerja

Tak ada satupun organisasi yang dalam aktivitas meraih maksudnya


tidak memakai perlalatan-peralatan kantor. Dalam hubungannya dengan hal
semacam ini perlalatan kantor berperan untuk menolong proses pekerjaan
kantor. Walau organisasi memiliki sumber daya manusia yang berkwalitas
tinggi namun tidak ada sumber daya yang lain, seperti alat ataupun material
yang lain, mustahil organisasi itu dapat meraih maksudnya dengan cara
maksimal.

Biasanya perlalatan kantor yang ada dan dioperasikan dalam suatu


organisasi, perusahaan maupun kantor berbagai macam memiliki bentuk dapat
itu berbentuk alat catat kantor, perlengkapan kantor ataupun mesin-mesin
kantor. Pemakaian tehnologi yang modern di lingkungan perkantoran baik
untuk perlakuan keuangan, administrasi, dan bagian pekerjaan yang lain
mempunyai tujuan untuk tingkatkan kemampuan perusahaan dan memberi
daya saing, dan memenangkan pertandingan atau persaingan pada perusahaan
yang makin ketat.

Dalam memilih perlengkapan kantor yang untuk menolong proses


pekerjaan tidak bisa hanya terpaku pada penentuan alat yang berteknologi

9
tinggi saja tetapi harus juga memerhatikan keamanan, kesehatan dan
keselamatan kerja untuk beberapa pegawai yang memakai alat itu.

Bila saat mengetik seseorang karyawan harus mendongak untuk


memandang monitor, itu artinya perusahaan masihlah belum memerhatikan
keamanan, kesehatan dan keselamatan kerja. Jika karyawan sering mengeluh
mengenai suhu hawa kantor yang terlalu dingin maupun panas, atau bila di
bawah meja karyawan banyak kabel listrik, internet, maupun telepon, itu
artinya perusahaan masihlah meremehkan keamanan, kesehatan dan
keselamatan kerja. Jika kantor tidak memiliki tangga darurat dan pemadam
kebakaran, itu sama seperti dengan perusahaan mempertaruhkan nyawa
beberapa karyawannya.

Berikut “Musuh” yang banyak ditemuhakan di Kantor yang dapat


mengakibatkan lingkungan kerja tidak aman, yakni seperti berikut :

a. Posisi badan (ergonomi) yang salah ketika melakukan pekerjaan


b. Pencahayaan yang terlalu terang/gelap
c. Gerakan berulang (repetitive motion)
d. Mouse dan keyboard yang susah dijangkau tangan
e. AC yang terlalu dingin atau jadi tidak berperan (panas)
f. Kabel listrik, telepon, internet yang terjuntai ke lantai
g. Furniture kantor yang menyusahkan pekerjaan
h. Alat-alat listrik yg tidak berperan sempurna

4) Melindungi Daerah Kerja Sesuai sama Etika Higienis, Keamanan dan


Ketentuan Tentang Lingkungan

Daerah kerja adalah ruang atau ruangan kantor tempat karyawan


atau pegawai kantor beraktivitas pekerjaan. Seperti kita kenali berbarengan
kalau daerah perkantoran terutama di daerah Jakarta berada di gedung
bertingkat yang kadang-kadang luasnya terbatas seperti kotak kecil. Belum
lagi rasio maupun perbandingan luas ruang dengan jumlah karyawan yang
menempatinya jadi permasalahan sendiri.

10
5) Memelihara dan Memakai Perlengkapan Sesuai dengan Kriteria Kesehatan
dan Keselamatan Kerja

Setiap type pekerjaan selalu berhubungan dengan pemakaian alat-


alat, beberapa bahan dan keadaan tertentu. Pemakaian alat-alat kerja harus
selalu memerhatikan banyak hal, yakni diantaranya seperti berikut :

a. Pemakaian alat harus sesuai sama panduan cara pemakaiannya.


b. Setiap karyawan yang memakai alat, telah memiliki ketrampilan dan
keterampilan dalam mengoprasikannya.
c. Pemakaian alat sebaiknya sesuai dengan daya maupun kekuatan kerja
alat itu.
d. Setiap karyawan sudah tahu keunggulan, kekurangan dan bahaya yang
mungkin muncul sebagai akibatnya karena alat kerja yang dipakai.

Pada saat tertentu, alat-alat kerja harus diservis, direparasi dan


ditukar komponen-komponen yang telah tidak layak gunakan.

APD (Alat Pelindung Diri) :

a. Pakaian Kerja
Pilihlah pakaian kerja yang kuat dan betul–betul cocok sehingga
merasa senang dalam pekerjaan. Hindari pakaian dengan ikat
pinggang, gesper dan kancing yang menonjol yang dapat
menyebabkan kerusakan pada kendaraaan pada waktu bekerja.
Sebagai tindakan keamanan terhadap luka atau terbakar, kulit harus
selalu tertutup, kecuali terpaksa benar.
Jagalah pakaian Anda agar selalu bersih waktu bekerja, sebab oli dan
kotoran pada pakaian Anda akan mengotori kendaraan.
b. Sepatu Kerja
Pililah alas kaki yang kuat untuk bekerja. Adalah berbahaya
memakai sandal atau alas kaki yang mudah tergelincir dan karenanya
jangan dipakai. Sandal dan sejenisnya lebih memungkinkan
pemakaianya terluka karena kejatuhan benda. Dianjurkan memakai

11
sepatu boot atau sepatu yang mempunyai sol yang tidak licin serta
berkulit keras.
c. Sarung Tangan
Pada waktu mengangkat benda – benda berat atau memindahkan
pipa buang yang panas dan sejenisnya dianjurkan memakai sarung
tangan, walaupun tidak ada suatu peraturan khusus yang mengatur
cara pemakaiannya untuk pekerjaan pemeliharaan biasa. Terutama
pada waktu mengebor dan menggerinda serta pekerjaan di kamar
mesin dengan mesin hidup, memungkinkan timbulnya bahaya
tersangkutnya sarung tangan pada bagian yang berputar. Karena itu
dalam hal seperti ini sarung tangan jangan dipakai.
d. Alat-alat Pelindung Anggota Badan
Badan kita terdiri dari beberapa bagian, semuanya itu harus
terlindung diwaktu melaksanakan pekerjaan. Alat-alat pelindung
bagian adalah sbb:
- Alat pelindung mata : Mata harus terlindung dari panas, sinar yang
menyilaukan dan juga dari debu.
- Alat pelindung kepala : Topi atau helm adalah alat pelindung
kepala bila bekerja pada bagian yang berputar, misalnya bor atau
waktu sedang mengelas, hal ini untuk menjaga rambut terlilit oleh
putaran bor atau rambut terkena percikan api.
- Alat pelindung telinga : Untuk melindungi telinga dari gemuruhnya
mesin yang sangat bising juga penahan bising dari letupan-letupan.
- Alat pelindung hidung : Adalah alat pelindung hidung dari
kemungkinan terhisapnya gas-gas beracun.
- Alat pelindung tangan : Alat ini terbuat dari berbagai macam bahan
disesuaikan dengan kebutuhannya, antara lain : a. Sarung tangan
kain, digunakan untuk memperkuat pegangan supaya tidak meleset.
b. Sarung tangan asbes, digunakan terutama untuk melindungin
tangan terhadap bahaya panas. c. Sarung tangan kulit, digunakan
untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam pada saat
mengangkat suatu barang. d. Sarung tangan karet, digunakan pada

12
waktu pekerjaan pelapisan logam, seperti vernikel, vercrhoom dsb.
Hal ini untuk mencegah tangan dari bahaya pembakaran asam atau
kepedasan cairan.
- Alat pelindung kaki : Untuk menghindarkan tusukan benda tajam
atau terbakar oleh zat kimia. Terdapat dua jenis sepatu yaitu
pengaman yang bentuknya seperti halnya sepatu biasa hanya
dibagian ujungnya dilapisi dengan baja dan sepatu karet digunakan
untuk menginjak permukaan yang licin, sehingga pekerja tidak
terpeleset dan jatuh.
- Alat pelindung badan : Alat ini terbuat dari kulit sehingga
memungkinkan pakaian biasa atau badan terhindar dari percikan
api, terutama pada waktu menempa dan mengelas. Lengan baju
jangan digulung, sebab lengan baju yang panjang akan melindungi
tangan dari sinar api.
6) Memperhitungkan Tampilan Pribadi Pada Peluang Munculnya Persoalan
di Lingkungan Kerja

Kesehatan yang baik akan memengaruhi kemampuan dalam


bekerja, akan menghidupkan gairah maupun semangat kerja yang tinggi.
Banyak hal yang perlu di perhatikan dalam hubungannya dengan
kesehatan diantaranya yakni :

a. Gizi yang cukup


b. Istirahat yang cukup
c. Tidak mudah sakit
d. Energi yang cukup
e. Tidak gugup

Dapat disebutkan kalau setiap kantor maupun setiap perusahaan


yang mengadakan penerimaan atau requitment pegawai prasyarat
kesehatan jadi salah satu yang perlu dapat dipenuhi oleh setiap calon
pegawai atau pelamar. Bahkan juga untuk kantor-kantor ataupun
perusahaan-perusahaan yang cukup besar dan maju, pada saat-saat tertentu
akan diselenggarakan kontrol kesehatan pada beberapa pegawainya.

13
Kontrol kesehatan sekian dilakukan dengan cara continue misalnya
sekali satu tahun. Ditambah lagi dalam dunis business permasalahan
kesehatan beberapa pegawai memegang fungsi yang sangat penting pada
produktivitas. Ada banyak pegawai yang sakit selain akan memberi biaya
penyembuhan, juga besar pengaruhnya pada produktivitas, baik kwalitas
maupun jumlah.

14
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertahan dengan mesin,
pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja
dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.

Sumber Hukum :

1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,


2) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja,
3) Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor : 12/PPU-1/2003 tanggal 28
Oktober 2004 Tentang Hak Uji Materil Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan terhadap Undang Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945, Berita Negara No 92 tahun 2004 tanggal 17
November tahun 2004, jo Surat Edaran MENTERI Tenaga Kerja RI NO
SE.13/MEN/SJ-HKI/I/2005,
4) Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan
Hubungan Industrial
5) Undang-Undang No 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.

Peraturan Sistem Keamanan Pada Proses Pekerjaan :

a. Hadapi Kondisi Darurat Keselamatan Kerja


b. Usaha Yang Umum Dilakukan untuk Kurangi Lingkungan yang Tidak
Aman atau Berbahaya
c. Memilih dan Mempersiapkan Perlengkapan Sesuai dengan Prosedur
Keselamatan Kerja
d. Melindungi Daerah Kerja Sesuai sama Etika Higienis, Keamanan dan
Ketentuan Tentang Lingkungan

15
e. Memelihara dan Memakai Perlengkapan Sesuai dengan Kriteria Kesehatan
dan Keselamatan Kerja
f. Memperhitungkan Tampilan Pribadi Pada Peluang Munculnya Persoalan
di Lingkungan Kerja

3.2 Saran
Permasalahan keselamatan kerja di indonesia yang sampai hari ini masih
hangat untuk diperbincangkan. Semoga melalui diskusi dengan banyak pihak,
kita bisa menemukan solusi yang bisa diterima semua pihak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). HUKUM KETENAGAKERJAAN


INDONESIA. Jatinagor.

Iis Afatiah. JAMINAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM. Jakarta.

Gina Putri. https://www.kompasiana.com/ginaputri/prosedur-keamanan-


keselamatan-dan-kesehatan-kerja_58c0d3b42223bd590afa7374.

Csagboyz. https://csagboyz.wordpress.com/2015/04/04/keselamatan-kesehatan-
keamanan-kerja-k3/. 2015

17

Anda mungkin juga menyukai