Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mahasiswa yang sedang dalam proses menyusun tugas akhir umumnya

merasa tegang dan tertekan yang jika tidak direspon secara proporsional bisa

memunculkan reaksi yang lebih parah seperti stress. Banyak mahasiswa

tingkat akhir yang mengalami kesulitan bagaimana harus menulis tulisannya

dalam bentuk karya ilmiah atau skripsi. Kesulitan yang sering dihadapi adalah

menemukan dan merumuskan masalah, mencari judul yang efektif,

sistematika proposal, sistematika skripsi, kesulitan mencarai literature atau

bahan bacaan, kesulitan menuangkan ide kedalam bahasa ilmuah, kesulitan

dengan standar tata tulis ilmiah, takut menemui dosen pembimbing, dana dan

waktu yang terbatas. Kesulitan-kesulitan tersebut pada akhirnya akan

membuat frustasi, rendah diri, kehilangan motivasi dan bahkan dapat

menimbulkan stress (Sujono, 2014).

Stress adalah batas usaha penyesuaian diri yang terakhir bila kita tidak

bisa mengatasi masalah dengan baik maka akan muncul seperti gangguan

tubuh, perilaku tidak sehat atau gangguan jiwa (Marranis, 2004). Sumber

stress psikologis antara lain tekanan, konflik, krisis dan frustasi. Tingkat

stress yang berbeda-beda pada setiap orang tergantung pada keadaan yang

terjadi. Cara menghadapi stress yaitu kita harus menyadari apa yang sedang

terjadi dengan diri kita sendiri dengan cara memperhatikan gejala-gejala

muncul dalam diri masing-masing. Ada dua tipe stress yaitu distress atau

1
2

stress yang merusak dan eustress yaitu stress yang melindungi kesehatan

(Potter, 2010).

Berdasarkan dari WHO, stress adalah masalah kesehatan pada

masyarakat yang akan meningkat pada tahun 2020. Pada tahun 2010 penderita

non psikotis seperti stres dan kecemasan meningkat kurang lebih 80 dari 100

orang penduduk di indonesia (Depkes, 2010 dalam Mahdiyanto, 2011).

Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan

Januari 2017 di STIKes kepanjen, peneliti melakukan wawancara terhadap 25

orang, dan didapatkan bahwa 10 (40%) mahasiswa ini merasa takut saat akan

menemui dosen untuk bimbingan skripsi, 9 (36%) mahasiswa merasa lebih

tertekan setelah bimbingan karena harus melakukan revisi dan sisanya 6

(24%) mahasiswa merasa kurang yakin pada kemampuannya untuk

menyelesaikan skripsi karena hal ini merupakan pengalaman pertama.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Sujono (2014) dalam judul

“Hubungan antara efikasi diri (self efficacy) dengan problem focused coping

dalam proses penyusunan skripsi pada mahasiswa FMIPA UNMUL”

menyebutkan bahwa ada hubungan positif antara efikasi diri (self efficacy) dan

problem focused coping dalam proses penyusunan skripsi yang berarti

semakin tinggi efikasi diri (self efficacy) semakin tinngi pula problem focused

coping mahasiswa facultas matematika dan ipa universitas mulawarman

Samarinda angkatan 2008 dan 2009. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

problem focused coping lebih efektif digunakan oleh mahasiswa yang merasa

yakin bahwa dirinya dapat mengontrol situasi dalam menghadapi stress dalam
3

proses penyusunan skripsi dan mampu mengambil tindakan yang tepat untuk

menyelesaikan masalahnya secara langsung.

Hasil penelitian Sheu, Lin & Hwang 2001 dalam Aisyah 2014 tingkat

stress yang tinggi dapat berpengaruh terhadap kesehatan mahasiswa

khususnya mahasiswa keperawatan. Efek stres yang paling umum dilaporkan

adalah perubahan status fisio-psikologi dan perilaku mahasiswa. Respon

psikologis yang negatif terjadi seperti putus asa, tertekan, gugup, marah, tidak

senang, kehilangan rasa percaya diri, tidak ceria. Sedangkan pada respon fisik

yang negatif akan terjadi seperti lemah, diare atau gangguan pencernaan,

gangguan tidur, anemia, anoreksia, sehingga dikhawatirkan tidak dapat

mencapai target yang telah ditentukan oleh akademis.

Dalam menangani stress yang dihadapi, individu akan sangat

dipengaruhi oleh kepercayaan seseorang dalam menghadapi suatu masalah,

keyakinan mengenai kemampuan diritersebut dikenal dalam konsep self-

efficacy atau efikasi diri. Self-efficacy atau efikasi diri dinyatakan sebagai

keyakinan bahwa seseorang dapat menjalankan sebuah tugas pada tingkat

tertentu, adalah salah satu dari faktor yang mempengaruhi aktifitas pribadi

terhadap pencapaian tugas (Bandura dalam Sujono 2014).

Efikasi diri merupakan keyakinan individu mengenai kemampuan yang

dimiliki berdasarkan yang diperoleh individu untuk melakukan suatu tugas

atau menyelesaikan suatu masalah yang bersifat konstektual dan prospektif.

Efikasi diri merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stress yang

dialami seorang, individu dengan efikasi diri yang rendah akan rentan dalam

menghadapi tekanan, mereka cenderung akan menyerah dan mengalami stress.


4

Sedangkan individu dengan efikasi diri yang tinggi akan bangkit dan bertahan

saat menghadapi tantangan, mereka akan memasuki situasi yang penuh

tekanan dengan percaya diri sehingga dapat menahan reaksi stress. (Sujono

2014).
Individu dengan efikasi diri yang tinggi akan menganggap masalah

ataupun tugas yang diberikan sebagai suatu tantangan bukan sebagai beban

(Fika, 2015). Namun pada kenyataan yang ada dilapangan mahasiswa yang

memiliki efikasi diri yang tinggi belum tentu mampu mengatasi atau bahkan

terhindar dari stress karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi salah

satunya yaitu perbedaan rasa percaya diri yang berbeda dari setiap mahasiswa

dalam menjalankan perannya untuk mencapai apa yang diinginkannya , hal ini

berpengaruh terhadap timbulnya stress. Faktor lain yang juga mempengaruhi

efikasi diri yaitu sifat tugas yang dihadapi, semakin berat tugas yang

dibebankan maka akan menimbulkan stressor yang besar pula, demikian juga

mengenahi tugas skripsi atau tugas akhir yang dibebankan pada mahasiswa

tingkat akhir.

Salah satu cara untuk mengetahui fungsi dari efikasi diri (self efficacy)

yaitu dengan cara melihat managemen stress dan mekanisme coping dari

setiap mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi melalui kuesioner self

efficacy scale yang di publikasikan oleh Albert Bandura, hal ini dilakukan

untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri dalam menghadapi stres pada

mahasiswa yang mengerjakan skripsi. Bentuk effikasi diri tersebut dapat

berupa seringnya mahasiswa dalam berkonsultasi dengan pembimbing

maupun sharing dengan mahasiswa lain yang sama-sama sedang menyusun


5

skripsi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang “Hubungan Efikasi

Diri Dengan Stress Mahasiswa S1 Keperawatan Angkatan 2013/2014 Yang

Sedang Mengerjakan Skripsi di Stikes Kepanjen”.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimanakah Hubungan Efikasi Diri dengan Stress Mahasiswa S1

Keperawatan Angkatan 2013/2014 yang Sedang Mengerjakan Skripsi di

Stikes Kepanjen?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan efikasi diri dengan stress

mahasiswa S1 keperawatan angkatan 2013/2014 yang sedang

mengerjakan skripsi di Stikes Kepanjen

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui efikasi diri pada mahasiswa S1 keperawatan

angkatan 2013/2014 yang sedang mengerjakan skripsi di

Stikes Kepanjen.

2. Mengukur stress mahasiswa S1 keperawatan angkatan

2013/2014 yang sedang mengerjakan skripsi di Stikes

Kepanjen
6

3. Menganalisis hubungan efikasi diri dengan stress

mahasiswa S1 keperawatan angkatan 2013/2014 yang

sedang mengerjakan skripsi di Stikes Kepanjen

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Supaya mahasiswa dapat memahami tentang konsep efikasi diri

dan konsep stress serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan

sehari-hari

1.4.2 Bagi tempat penelitian

Supaya efikasi diri dan manajemen stress dapat dijadikan modal

dasar dalam proses pembelajaran di STIKes Kepanjen untuk

meningkatkan kualitas mahasiswa dan dosen serta staf.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa S1 keperawatan angkatan 2013/2014

yang sedang mengerjakan skripsi di Stikes Kepanjen.

Anda mungkin juga menyukai