Anda di halaman 1dari 20

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan Gangguan Bergerak dan Mempertahankan Sikap


Pada Pasien Ny “SY” Dengan Diagnosa Medis P1001 Post SC
Di Ruang Melati II RSUD Kabupaten Buleleng
Tanggal 29 Agustus 2017

Oleh :
I Ketut Kayika, S.Kep
NIM. 17089142038

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2017
Lembar Pengesahan

Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Bergerak dan Mempertahankan Sikap


Pada Pasien Ny “SY” Dengan Diagnosa Medis P1001 Post SC

Di Ruang Melati II RSUD Kabupaten Buleleng

Tanggal 29 Agustus 2017

Telah diterima dan disahkan oleh clinical teacher (CT) dan clinical

Instrukture (CI) Stase Keterampilan Dasar Profesi (KDP) sebagai syarat

memperoleh penilaian dari departement Keterampilan Dasar Profesi (KDP)

STIKes Buleleng.

Clinical Instrukstur (CI), Singaraja, 29 Agustus 2017


Ruang Melati II Clinical Teacher (CT),
RSUD Kabupaten Buleleng Stase Keterampilan Dasar Profesi
STIKes Buleleng,

Ni Made Budi Wahyuni, S.ST Ns. I Dewa Ayu Rismayanti, S.Kep., M.Kep
NIP. 197711172005012011
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Kebutuhan Bergerak dan Mempertahankan sikap pada pasien

Post SC (Sectio caesarea)

1.1 Definisi kebutuhan bergerak dan mempertahankan sikap pada pasien

post SC (Sectio caesarea)

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu

histerotomy untuk melahirkan janin dari dalam rahim. Dalam operasi

caesar ada tujuh lapisan yang diiris pisau bedah, yaitu lapisan kulit, lapisan

lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan

rahim. Setelah bayi dikeluarkan, lapisan itu kemudian dijahit lagi satu-

persatu, sehingga jahitannya berlapis-lapis (Mansjoer, dkk, 2009).

Kebutuhan bergerak adalah kemampuan seseorang untuk bergerak

secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehat. Bergerak (aktivitas) diperlukan untuk

meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya

penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi. Tujuan dari bergerak, yaitu :

untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, mencegah terjadinya trauma

seperti dekubitus atau kekakuan sendi (Ernawati, 2012).

1.2 Fisiologi Sistem

1.2.1 Sistem Muskuluskeletal terdiri dari :

1. Rangka
Rangka Manusia dibagi menjadi rangka sumbu dan rangka

anggota badan. Rangka sumbu yaitu rangkaian tulang yang

menyusun sumbu panjang tubuh. Rangka sumbu tersusun dari

tulang-tulang berikut ini: tengkorak, tulang-tulang belakang, tulang

dada, dan tulang-tulang rusuk. Rangka anggota badan yaitu

rangkaian tulang yang menyusun anggota gerak atas dan anggota gerak

bawah.

Tulang-tulang anggota gerak atas (lengan) tersusun atas

tulang-tulang penyusun rangka gelang bahu dan rangka tangan.

Rangka gelang bahu tersusun atas tulang-tulang selangka dan

belikat. Rangka tangan tersusun atas tulang-tulang lengan, hasta dan

pengumpil, pergelangan tangan, telapak tangan dan jari tangan.

Tulang-tulang anggota gerak bawah (kaki) tersusun atas tulang-

tulang penyusun rangka gelang pinggul dan rangka kaki. Rangka

gelang pinggul tersusun atas tulang usus, tulang kelangka, tulang

kemaluan, dan tulang duduk. Rangka gelang pinggul berfungsi

melindungi alat kelamin dan usus. Rangka kaki tersusun atas tulang-

tulang paha, tempurung, betis dan kering, pergelangan kaki, tumit,

telapak kaki dan jari-jari kaki.

Rangka tulang manusia mempunyai beberapa peranan

sebagai berikut:

1) Menegakkan atau menyangga badan.


2) Tempat melekatnya otot-otot rangka (lurik) sehingga tulang

dapat digunakan untuk melakukan gerakan tubuh seperti: berlari,

melompat, menari.

3) Melindungi alat-alat tubuh yang penting seperti: otak, jantung,

sumsum tulang belakang.

4) Memberi bentuk badan.

2. Persendian

Tulang-tulang rangka satu dengan yang lain saling

berhubungan. Hubungan antara tulang yang satu dengan yang lain

disebut sendi. Berdasarkan gerakan antar tulang dapat dibedakan

menjadi: sendi mati dan gerak.

1) Sendi Mati Sendi mati adalah hubungan antar tulang manakala

tulang penyusun sendi tidak dapat digerakkan, sebagai contoh

pertautan antara tulang-tulang tengkorak kepala.

2) Sendi Gerak adalah hubungan antar tulang yang dapat

digerakkan. Menurut arah gerakan tulang, maka sendi gerak

dapat dibedakan lagi menjadi:

a. Sendi kaku adalah hubungan antar tulang yang gerakkannya

sangat terbatas (kaku), sebagai contoh: sendi antara ruas-ruas

tulang belakang.

b. Sendi geser manakala tulang penyusun sendi gerakannya

menggeser, sebagai contoh adalah sendi antar tulang telapak

tangan.
c. Sendi engsel manakala tulang penyusun sendi dapat

digerakkan ke satu arah, seperti engsel jendela atau pintu,

sebagai contoh: sendi siku, sendi lutut, ruas jari tangan, dan

ruas jari kaki.

d. Sendi pelana manakala tulang penyusun sendi dapat

digerakkan ke dua arah, seperti pelana kuda, sebagai contoh:

sendi antara tulang telapak tangan dengan pangkal ibu jari.

e. Sendi putar manakala tulang penyusun sendi dapat

digerakkan ke dua arah, seperti tuas, sebagai contoh adalah

sendi antara tulang atlas dengan pangkal tulang tengkorak.

f. Sendi peluru manakala tulang penyusun sendi dapat

digerakkan ke segala arah, sebagai contoh: antara tulang

gelang bahu dengan tulang lengan atas, dan tulang gelang

pinggul dengan tulang pangkal paha.

3. Otot

Otot yang penting dalam pergerakan melekat di region

skelet tempat pergerakan itu ditimbulkan oleh pengungkitan.

Pengungkitan terjadi ketika tulang tertentu seperti humerus, ulna dan

radius serta sendi yang berhunbungan seperti sendi siku bekerja

sama sebagai pengungkit. Selanjutnya kekuatan yang bekerja pada

ujung tulang mengangkat berat pada itik yang lain untuk memutar

tulang pada arah yang berlawanan dengan gaya yang diberikan. Otot
yang melekat dengan tulang pengungkit memberikan kekuatan yang

penting untuk menggerakan objek.

Gerakan mengungkit adalah karakteristik dari pergerakan

ekstimitas atas. Otot lengan sejajar satu dengan yang lainnya dan

memanjangkan tulang secara maksimal. Otot sejajar ini memberikan

kekuatan dan bekerja dengan tulang serta sendi untuk memampukan

lengan mengangkat objek. Koordinasi dan pengaturan kelompok otot

yang berbeda tergantung pada tonus otot dan aktifitas dari otot

antagonistik, sinergistik dan antigravitas. Berikut akan dibahas

mengenai tonus otot dan kelompok otot :

1) Tonus Otot : tonus otot adalah suatu keadaan normal dari

tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dicapai dengan

kontraksi dan relaksasi secara bergantian tanpa gerakan aktif,

serat dan kelompok otot tertentu. Tonus otot memungkinkan

bagian tubuh mempertahankan posisi fungsional tanpa

kelemahan otot. Tonus otot juga mendukung kembalinya aliran

darah vena ke jantung seperti yang terjadi pada otot kaki. Tonus

otot dipertahankan melalui penggunaan otot yang terus menerus.

Aktifitas sehari-hari membutuhkan kerja otot dan membantu

mempertahankan tonus otot akibatnya dari imobilisasi atau tirah

baring menyebabkan aktivitas dan tonus otot berkurang.

2) Kelompok otot. Kelompok otot antogonistik, sinergistik, dan

antigravitas dikoordinasi oleh sistem saraf, dan bekerja sama


untuk mempertahankan postur dan memulai pergerakan. Berikut

penjelasannya :

a. Otot sinergistik berkontraksi bersama untuk

menyempurnakan gerakan yang sama. Ketika lengan fleksi,

kekuatan otot kontraksi dari otot bisep brakhialis ditingkatkan

oleh otot sinergik, yaitu brakhialis. Selanjutnya aktifitas otot

sinergistik terdapat dua penggerakan aktif yaitu bisep

brakhialis dan brakhialis berkontraksi sementara otot

antogonistik yaitu otot trisep brakialis berelaksasi.

b. Otot antagonistik bekerja sama untuk menggerakan sendi.

Selama pergerakan, otot penggerak aktif berkontraksi dan

otot antagonisnya relaksasi. Misalnya ketika lengan fleksi

maka otot bisep brakhialis aktif berkontraksi dan otot

antagonisnya, trisep brakhialis relaksasi. Selama lengan

diekstensikan maka otot trisep brakhialis aktif berkontraksi

sehingga lawannya yaitu otot bisep brakhialis relaksasi.

c. Otot antigravitas sangat berpengaruh pada stabilisasi sendi.

Otot secara terus menerus melawan efek gravitasi tubuh dan

mempertahankan postur tegak atau duduk. Pada orang

dewasa otot anti gravitasi adalah otot ekstensor kaki, gluetus

maksimus, quadrisep femoris, otot soleus dan otot punggung.


1.2.2 Proses Bergerak

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula

gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Untuk terjadi

gerak refleks, maka dibutuhkan struktur sebagai berikut : organ sensorik

(yang menerima impuls), serabut saraf sensorik (yang menghantarkan

impuls), sumsum tulang belakang (serabut-serabut saraf penghubung

menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima dan mengalihkan

impuls), dan organ motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak

refleks merupakan bagian dari mekanika pertahanan tubuh yang terjadi

jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya menutup mata pada saat

terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas menyakitkan

yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh

kemauan sadar misalnya, bukan saja tidak menarik tangan dari benda

panas, bahkan dengan sengaja menyentuh permukaan panas (Irianto,

2012).

1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem

Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan fungsi pada sistem

pemenuhan dalam pergerakan meliputi :

1. Gaya Hidup

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat

pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti

oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya

dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan


senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya;

seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang

pramugari atau seorang pemambuk.

2. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan

mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan

kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru

menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk

bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat

tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat

kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.

3. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam

melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki

setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa

pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda

mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan

sebagainya.

4. Tingkat energy

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi,

orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan

orang sehat apalagi dengan seorang pelari.

5. Usia dan status perkembangan


Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny

dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam

masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya

dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

1.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem

Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem

muskuluskeletal meliputi :

1. Osteoporosis

Penyakit tulang rapuh yang disebabkan kekuatan tulang menurun

sehingga rapuh dan mudah patah. Osteoporosis disebabkan oleh

kurangnya kalsium pada tulang (Mansjoer, 2009).

2. Osteomalasia

Tulang menjadi lunglai, penyakit tulang yang satu ini disebabkan oleh

kekurangan vitamin D atau bisa disebabkan oleh metabolisme pada

tubuh. Penyakit tulang osteomalacia sama seperti osteoporosis tulang

akan mudah kropos dan patah (Mansjoer, 2009).

3. Kiposis

Gangguan pada tulang belakang, sehingga tulang belakang penderita

melengkung ke depan dan muncul badan menjadi bongkok (Sudoyo

Aru, 2009).

4. Myotonia

Myotonia adalah suatu kondisi di mana otot-otot rileks perlahan-lahan

setelah kontraksi dan stimulasi. Gejala myotonia termasuk kesulitan


saat melepaskan pegangan, berjalan dan kesulitan dalam bangun setelah

duduk atau tidur. Obat-obatan, antikonvulsan dan terapi fisik yang

terlibat dalam pengobatan myotonia (Mansjoer, 2009).

5. Gout

Gout adalah penyakit yang diakibatkan gangguan metabolisme purin

yang ditandai dengan hiperurikemi (Mansjoer, 2009).

6. Artritis Reumatoid

Artritis reumatoid merupakan radang yang umumnya menyerang pada

sendi sendi tangan dan kaki, yang semakin lama semakin bertambah

berat sakitnya (Mansjoer, 2009).

7. Osteoartritis (Keropos Sendi)

Peradangan pada sendi yang disebabkan rapuhnya kapsul sendi,

sehingga merusak lapisan tulang rawan yang menutup permukaan ujung

ujung tulang. Umumnya menyerang sendi sendi penopang tubuh seperti

lutut pinggul, tulang belakang. Osteoartritis umumnya menyerang usia

lanjut (Mansjoer, 2009).

8. Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau

tenaga fisik (Mansjoer, 2009).

B. Rencana Asuhan Klien Dengan Gangguan Kebutuhan Bergerak

2.1 Pengkajian

2.1.1 Riwayat Keperawatan


Pasien di tanya riwayat sakit yang pernah di derita

sebelumnya, pernah atau tidak mengalami sakit pada sistem otot dan

rangka atau pernah tidak mengalami dan dirawat karena penyakit yang

sama.

Data Kebutuhan dasar yang di kaji pada kebutuhan bergerak

adalah, sebelum sakit di kaji apakah pasien bisa melakukan aktifitas

secara mandiri tanpa memerlukan bantuan dalam memenuhi ADL,

saat sakit dikaji apakah pasien mampu untuk makan secara mandiri,

mampu atau tidak mandi, toileting di bantu atau mandiri, berpakaian

bisa atau tidak, mampu atau tidak merubah posisi di tempat tidur,

mampu atau tidak duduk di tempat tidur, berjalan dan berdiri mampu

atau tidak secara mandiri.

2.1.2 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang menjadi fokus pada pengkajian

Kebutuhan gerak aktifitas adalah:

1) Inspeksi : lihat kudua sisi ekstremitas atas dan bawah apakah ada

ketidaksimetrisan atau abnormalitas alainnya, lihat

adanya kontraktur (pemendekan otot) pada ekstremitas,

lihat adanya tremor pada ekstremitas, lihat struktur

tulang pada alat ekstremitas atas dan bawah, lihat adanya

pembengkakan pada sendi, jika tampak ada

pembengkakan, lanjutkan dengan palpasi rasakan adanya


krepitasi dank eras atau lunaknya pembengkakan,

perhatikan kelengkapan jari dan bentuk jari.

2) Palpasi : palpasi ujung ekstremitas atas dan bawah dan rasakan

kelembaban serta suhu ekstremitas, lakukan pemeriksaan

waktu pengisian kapiler (CRT), palpasi area pre-tibial

untuk melihat adanya edema ekstremitas, kaji kekuatan

otot ektremitas atas dan bawah (Debora, 2017).

2.1.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang mendukung gangguan

pemenuhan gerak aktifitas adalah pemeriksaan, yang meliputi :

1. Bone X-Ray

X-Ray merupakan salah satu jenis pemeriksaan yang dapat

memberikan gambaran kondisi keadaan tulang seseorang, apakah

ada fraktur, infeksi tulang seperti osteomilitis, destruksi sendi pada

pasien arthritis dan tumor baik fase awal maupun yang telah

metastase.

2. CT-Scan

Computed Tomography digunakan untuk mengidentifikasi

lokasi dan luasnya cedera yang sulit teridentifikasi oleh

pemeriksaan lain. Tujuan CT-Scan untuk mengevaluasi cedera

ligament, tendon dan tulang serta dapat mengetahui adanya tumor

secara spesifik.
3. MRI

Magnetic Resonance Imaging merupakan teknik scaning

diagnostic yang non invasif dan menggunakan medan magnet.

Pemeriksaan ini dapat memberikan informasi tentang tulang, sendi,

katilago, liagament dan tendon.

2.2 Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

Diagnosa 1 : Hambatan Mobilitas Fisik

2.2.1 Definisi

Keterbatasan pada pergerakan fisik satu atau lebih ekstemitas

secara mandiri dan terarah.

2.2.2 Batasan Karakteristik

1) Kesulitan membolak balik posisi

2) Perubahan cara berjalan

3) Gerakan bergetar

4) Keterbatasan kemampuan melakukan ketrampilan motorik halus

5) Keterbatasan rentang pergerakan sendi

6) Tremor akibat pergerakan

7) Ketidakstabilan postur

8) Pergerakan lambat

9) Pergerakan tidak terkoordinasi

2.2.3 Faktor yang Berhubungan

1) Intoleransi aktivitas

2) Kontraktur
3) Fisik tidak bugar

4) Penurunan kendalin otot

5) Penurunan masa otot

6) Malnutrisi

7) Gangguan muskuluskeletal

8) Keterlambatan perkembangan

9) Kerusakan struktur tulang

Diagnosa 2 : Intoleransi Aktivitas

2.2.4 Definisi

Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk

melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas kehidupan sehari-hari yang

harus atau yang ingin dilakukan.

2.2.5 Batasan Karakteristik

1) Respon tekanan darah abnormal terhadap aktifitas

2) Respon frekwensi jantung abnormal terhadap aktifitas

3) Ketidaknyamanan setelah beraktifitas

4) Dipsnea setelah beraktifitas

5) Menyatakan merasa letih

2.2.6 Faktor yang Berhubungan

1) Tirah baring atau immobilisasi

2) Ketidakseimbangan kebutuhan dengan suplai oksigen

3) Gaya hidup monoton.


RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA
NO TUJUAN &
TINDAKAN RASIONAL PARAF
DX KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN
NIC :
Exercise Theraphy
1. Kaji kemampuan 1. Untuk
klien dalam mengetahui
Setelah dilakukan
mobilisasi sejauh mana
asuhan keperawatan
kemampuan
selama ….x 24 jam
klien untuk
diharapkan pasien
melakukan
mampu bergerak secara
mobilisasi
terarah.
2. Latih klien dalam secara mandiri
NOC :
memenuhi sehingga bisa
1. Joint Movement :
kebutuhan ADLs menentukan
Active
secara mandiri tindakan
2. Self Care : ADLs
sesuai bantuan yang
3. Mobility Level
1 kemampuan akan di berikan
Kriteria Hasil :
2. Untuk
1. Klien meningkat
3. Berikan alat membiasakan
dalam aktifitas
bantu jika klien pasien
fisik
memerlukan melakukan
2. Mengerti tujuan
4. Ajarkan pasien aktifitas sesuai
dari peningkatan
bagaimana dengan
mobilitas
merubah posisi kemampuan
3. Memperagakan
dan berikan yang dimiliki
penggunaan alat
bantuan jika 3. Untuk
bantu untuk
diperlukan mempermudah
mobilisasi
5. Konsultasikan klien dalam
dengan fisioterapi melakukan
tentang rencana mobilisasi
ambulasi sesuai 4. Agar tidak
dengan terjadi
kebutuhan penurunan
fungsi pada
organ yang
tidak dapat
digerakan
5. Agar
penanganan
atau terapi
gerak yang
diberikan
kepada klien
sesuai dengan
yang di
butuhkan oleh
klien

Setelah dilakukan NIC :


asuhan keperawatan Activity Theraphy
selama….x 24 jam 1. Kaji respon fisik 1. Untuk
diharapkan intoleransi dan tanda-tanda mengetahui
aktivitas berkurang. vital respon klien
NOC : dari aktifitas
1. Energi yang dilakukan
2 Conservation 2. Bantu klien untuk 2. Agar klien
2. Activity Tolerance mengidentifikasi mampu
3. Self Care : ADLs aktifitas fisik mengenali
Kriteria Hasil : yang mampu aktifitas fisik
1. Berpartisipasi alam dilakukan yang mampu
aktifitas fisik tanpa dilakukan
disertai 3. Bantu klien 3. Agar klien
peningkatan membuat jadwal mempunyai
tekanan darah, kegiatan di waktu kegiatan rutin
nadi dan luang di waktu luang
pernafasan untuk melatih
2. Mampu melakukan kemampuan
aktifitas sehari-hari 4. Kolaborasi melakukan
secara mandiri dengan tenaga aktifitas
3. Mampu berpindah rehabilitasi 4. Untuk
dengan atau tanpa penanganan
bantuan alat atau terapi
4. Status respirasi aktifitas yang
adequat sesuai dengan
kebutuhan klien
DAFTAR PUSTAKA

Debora, O. (2017). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Salemba


Medika.

Ernawati. (2012). Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam pemenuhan


kebutuhan dasar manusia. Jakarta: TIM.

Irianto, K. (2012). Anatomi dan Fisiologi. Bandung : Alfabeta.

Kusuma ,H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jogjakarta : Medi Action.

Mansjoer, A. (2009). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Mubarak, W.I. (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: teori dan aplikasi
dalam praktik. Jakarta : Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai