Anda di halaman 1dari 7

PANDUAN

ICRA (Infection Control Risk Assessment)


AKIBAT DAMPAK DARI RENOVASI DAN
KONSTRUKSI
GEDUNG RUMAH SAKIT

DISUSUN OLEH :
KOMITE PPI
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah dalam rangka mengemban amanah dan tugas kita.
Salah satu program PPI adalah mengidentifikasi proses pelayanan yang beresiko infeksi.
Dalam program ini proses penentuan potensi risiko penularan dapat terjadi melalui udara, air,
serangga, fasilitas pelayanan selama proses pembangunan dan renovasi serta pemeliharaan
sarana rumah sakit.
Pengaruh dari design dan konstruksi terhadap infeksi rumah sakit (HAIs) adalah sulit
untuk dievaluasi. Melakukan identifikasi konstribusi dari lingkungan untuk menaksir risiko
seperti ILO merupakan tantangan tersendiri karena banyak berhubungan dengan pasien dan
praktik para dokter dan praktisi kesehatan lainnya.
ICRA harus ditetapkan/dilakukan di rumah sakit, sebab sebuah rumah sakit tidak
mungkin terhindar dari kegiatan-kegiatan yang berpotensi terjadinya risiko infeksi terhadap
pasien, petugas dan pengunjung. Risiko yang berhubungan dengan pekerjaan
konstruksi/renovasi pada awalnya dihubungkan dengan mutu udara yang terlalu turun dan
kontaminasi lingkungan dari jamur.
Peran PPI dalam hubungannya dengan pekerjaan konstruksi/renovasi belum optimal.
Untuk itu rumah sakit harus mempersyaratkan untuk menggabungkan issue risk assessment
dengan Komite PPI dalam setiap melaksanakan konstruksi/renovasi bangunan.
Dengan dijalankan program ICRA di rumah sakit maka dampak dari kegiatan yang bisa
menjadi penyebab timbulnya HAIs dapat dicegah sehingga program PPI dapat dijalankan
secara efektif.
Program ICRA harus dapat dilaksanakan oleh semua staf yang berkompeten dalam
proses renovasi dan pembangunan di rumah sakit sehingga perlu adanya pemahaman yang
benar.
Buku Panduan ICRA Akibat Dampak Dari Renovasi Dan Konstruksi Gedung Rumah
Sakit ini diharapkan dapat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman bagaimana cara
melakukan renovasi dan konstruksi baru yang sesuai dengan program PPI sehingga dampak
yang bisa menyebabkan HAIs karena proses renovasi/pembangunan gedung baru di Rumah
Sakit Umum Bhakti Rahayu Denpasar dapat dihindari.
Kami tidak mungkin lepas dari khilaf dan salah, untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan buku ini.

Denpasar,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SK Direktur Tentang Pemberlakuan Buku Panduan ICRA Akibat Dampak dari Renovasi dan
Konstruksi Gedung Rumah Sakit
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I. DEFINISI
BAB II. RUANG LINGKUP
BAB III. TATA LAKSANA
A. PERAN KOMITE PPI
B. KEGIATAN PEMBANGUNAN
C. PERSYARATAN KINERJA
D. PRODUK DAN BAHAN
E. BARIER/PENGHALANG
F. PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI SECARA UMUM
G. IZIN KERJA ICRA
H. IMPLEMENTASI PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI
I. PENYELESAIAN PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI
J. INTERVENSI BERDASARKAN KLASIFIKASI TINGKAT
K. PEMANTAUAN LINGKUNGAN
L. PENDIDIKAN FASILITAS DAN KONTRAKTOR ICRA
M. PENGAWASAN
N. YANG BERTANGGUNGJAWAB DALAM PROSEDUR
O. KETERLIBATAN KOMITE PPI DALAM ASPEK PENGENDALIAN INFEKSI SAAT
RENOVASI/PEMBANGUNAN DAN DESIGN RUMAH SAKIT
P. KESIMPULAN
BAB IV. DOKUMENTASI
Standar Prosedur Operasional (SPO) ICRA Akibat Dampak Renovasi dan Konstruksi
Gedung Rumah Sakit di RSU Bhakti Rahayu Denpasar
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
DEFINISI
A. PENGERTIAN
ICRA (Infection Control Risk Assessment) adalah proses menetapkan risiko
potensial dari transmisi udara yang bervariasi dan kontaminasi melalui air kotor dalam
fasilitas pelayanan kesehatan selama konstruksi, renovasi dan kegiatan maintenance.
Kegiatan ICRA merupakan multidisiplin, proses kolaborasi yang mengevaluasi
jenis/macam kegiatan konstruksi dan kelompok risiko untuk klasifikasi penetapan
tingkat.
B. TUJUAN ICRA (Infection Control Risk Assessment)
Tujuan dari program ICRA adalah untuk meminimalkan risiko terjadinya
Healthcare Associated Infections (HAIs) kepada pasien yang dapat terjadi bila jamur atau
bakteri tersebar ke udara melalui debu atau air aerosolisasi selama konstruksi, renovasi,
atau proses pemeliharaan di area terdekat dan juga untuk mengontrol penyebaran debu
dari komponen bangunan selama renovasi.

BAB II
RUANG LINGKUP
1. Komite PPI yang bertugas untuk membuat ICRA dan memberikan pendidikan dan
pelatihan.
2. Bagian tehnik untuk memfasilitasi dengan memberikan peraturan perundangan dan
perijinan.
3. Sanitasi lingkungan, terkait dengan pembuangan limbah (baku mutu limbah)
4. Tim K3RS untuk melakukan edukasi dan supervise tentang keamanan dan
keselamatan.
5. Pimpinan proyek sebagai pelaksana konstruksi dan renovasi bangunan.

BAB III
TATA LAKSANA

A. PERAN KOMITE PPI


Peran Komite PPI pada program ini antara lain :
1. Membuat Infection Control Risk Assessment (ICRA) dampak dari renovasi.
2. Mengembangkan ijin renovasi yang ditandatangani oleh Ketua Komite PPI,
pimpinan/departemen/unit kerja dari pimpinan proyek.
3. Memberikan edukasi sebelum memulai pekerjaan pada penggunaan APD
4. Melakukan supervise, monitoring dan evalusi menggunakan check list.
5. Mengikuti pertemua/rapat selama proses renovasi dengan seluruh tim.
B. KEGIATAN PEMBANGUNAN
Dalam melakukan kegiatan pembangunan, ditentukan terlebih dahulu tipe/jenis
aktifitas debu yang dihasilkan, potensi terbentuknya aerosol udara, durasi dari
aktifitas, dan jumlah system HVAC.
Pedoman Petunjuk Tipe Aktifitas Konstruksi
1. Langkah Pertama
Menggunakan table berikut untuk melakukan identifikasi type/jenis konstruksi
kegiatan proyek (Type A-D).
TYPE KRITERIA
TYPE Inspeksi dan kegiatan non invasive
A Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
 Mengganti ubin langit-langit (plafon)untuk inspeksi visual saja.
Misalnya terbatas pada 1 genting/plafon per 50 meter persegi.
 Pengecatan (tetapi tidak dengan pengamplasan)
 Dinding meliputi pekerjaan listrik, pipa kecil, dan kegiatan yang
tidak menghasilkan debu atau memerlukan pembongkaran
dinding atau akses ke langit-langit selain untuk pemeriksaan
yang kelihatan
TYPE Skala kecil, kegiatan durasi pendek yang menghasilkan debu minimal
B Termasuk, tetapi tidak terbatas pada :
 Pembukaan tidak lebih dari satu ceiling ubin per 10 ubin
 Pemasangan kabel telepon dan computer
 Pembongkaran dinding atau atap dimana penyebaran debu dapat
dikontrol
 Renovasi kecil dari suatu ruangan
 Pengamplasan dinding basah
 Akses ke ruang terbuka
TYPE Pekerjaan menghasilkan debu yang banyak
C Termasuk, tapi tidak terbatas pada :
 Pengamplasan dinding kering, untuk pengecatan atau penutup
dinding.
 Pembongkaran dinding, merobohkan dinding kering atau
menyelesaikan bangunan, dimana pekerjaan terbatas satu kamar.
 Pembongkaran dinding atau pembangunan tembok baru
 Pekerjaan kecil saluran, pipa listrik dilangit-langit (tidak
termasuk pembongkaran atau instalasi)
 Renovasi ruangan yang ada
 Menarik kabel utama dari beberapa kamar ke jalur akses yang
dibutuhkan
 Kegiatan apapun yang tidak dapat diselesaikan dalam shift kerja
tunggal
 Setiap aktifitas yang tidak memerlukan penutup/barier yang
tidak memenuhi syarat sebagai tipe D
TYPE Pembongkaran besar dan proyek-proyek konstruksi utama namun tidak
D terbatas pada ;
 Kegiatan yang memerlukan penutupan unit /relokasi pasien
 Pembongkaran instalasi kabel lengkap, HVAC, pipa,
perlengkapan gas atau system listrik
 Pembongkaran komponen gedung utama
 Konstruksi baru yang terletak didekat jalur keluar pasien dari
area perawatan (yang telah ditetapkan oleh TIM ICRA)
 Konstruksi baru yang terletak di dekat gedung RS (sebagaimana
ditentukan oleh TIM ICRA)
 Kegiatan penggalian yang jaraknya dekat dengan bangunan RS

2. Langkah Kedua
Identifikasi group pasien yang beresiko
Risiko Risiko Menengah Risiko Tinggi Risiko Highest
Rendah
-Area  Cardiology  HCU  Tempat
perkantora  Echocardiography  IGD perawatan
n  Endoscopy  Laboratorium pasien
-Koridor  Radiology/MRI  Ruang Operasi immunosu
Umum  Farmasi presan
 Ruang  Bank darah
perawatan bayi  HCU
 Rawat jalan  Ruang
Isolasi
 Ruang
Operasi
3. Langkah Ketiga

Anda mungkin juga menyukai