PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Berbagai negara yang tercakup pada satu planet yang bernama bumi memiliki
kemungkinan untuk terjadinya berbagai bencana alam mengingat beberapa
struktur lapisan yang membentuk bumi mengakibatkan perubahan, pergeseran
ataupun kerusakan yang berdampak pada suatu fenomena ataupun peristiwa yang
menganggu penghidupan atau kehidupan seluruh komunitas ataupun populasi
yang menempati wilayah di suatu Negara.
Bencana alam terbagi atas bencana yang disengaja maupun disengaja,
Bencana alam yang disengaja merupakan bencana yang terjadi atas perilaku
manusia yang mengganggu ekosistem alam seperti masyarakat yang berada pada
suatu daerah yang memiliki pola perilaku tidak disiplin dan bertanggung jawab
dengan membuang sampah sembarangan dan membiarkannya tanpa mengolah
dan mengacu pada prinsip 3R, serta bencana yang tidak disengaja merupakan
bencana yang disebabkan karena rusaknya ekosistem akibat perubahan,
pergesaran struktur bumi. Seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami, hingga
gunung meletus yang tercatat telah memberikan sumbangsih terhadap penekanan
angka mortalitas.
Secara geografis Indonesia dikepung oleh tiga lempeng dunia, yaitu Lempeng
Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Sewaktu – waktu
lempeng ini akan bergeser patah dan menimbulkan gempa bumi. Akibatnya,
tumbukan antar lempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami seperti yang
terjadi di Aceh. Selain dikepung oleh tiga lempeng dunia, Indonesia juga
merupakan jalur The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik) yang merupakan
rangkaian jalur gunung api aktif. Di Indonesia terdapat sekitar 129 buah gunung
berapi yang masih aktif dan merentang sepanjang 700 KM mulai dari Aceh
(Sumatra), Jawa, Sulawesi (bukit Barisan), Nusa Tenggara dan Maluku dengan
luas daerah yang terancam terkena dampak letusan sekitar 16.670 .
Berbagai ancaman bencana alam yang datang tanpa dapat direncanakan
tersebut, masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana
seharusnya mempersiapkan diri menghadapi musibah dan bencana alam
sebagai upaya meminimalisasi jumlah korban . Manajemen resiko merupakan
kerugian ydari dampak terjadinya suatu bencana. Mengelola risiko bencana
adalah mengatur dampak bencana seminimal mungkin agar tidak
menimbulkan dampak destruktif yang lebih besar lagi. Untuk mengurangi
resiko dari suatu bencana maka diperlukan peningkatan ketahanan dalam
menghadapi suatu bencana. Salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan
terhadap suatu bencana adalah dengan menyelenggarakan penanggulangan
bencana. Menurut UU No.24 2007, penyelenggaraan penanggulangan
bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana meliputi: (a)
kesiapsiagaan (b) peringatan dini dan (c) mitigasi bencana.
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat
dalam menghadapi kejadian bencana.Peringatan dini sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44 huruf b dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat
dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan
tindakan tanggap darurat. Dalam kasus bencana gunung merapi, manajemen
krisis merupakan tugas dan fungsi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi termasuk BPPTK sebagai salah satu unitnya. Pada fase Pra-
kejadian peranannya dapat meliputi langkah-langkah penilaian risiko
bencana, pemetaan daerah kawasan rawan bencana, pembuatan peta risiko
dan membuat simulasi skenario bencana. Tindakan lain yang perlu dilakukan
adalah pemantauan gunung api dan menyusun rencana keadaan darurat.
Adapun pada saat fase kritis maka sudah harus dilakukan tindakan operasional
berupa pemberian peringatan dini, meningkatkan komunikasi dan prosedur
pemberian informasi, menyusun rencana tanggap darurat yang berupa
penerapan dari tindakan rencana keadaan darurat dan sesegera mungkin
mendefinisikan perkiraan akhir dari fase kritis.Mitigasi adalah serangkaian
upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Salah satu bentuk penerapan mitigasi pada keadaan bencana sebagai
upaya meminimalisasi dampak musibah dapat dilihat dan diperhatikan pada
penanganan bencana Gunung Merapi pada tahun 2010.Upaya mitigasi
pemerintah adalah dengan membangun bungker – bungker di sekitar daerah
kaki gunung di wilayah Gunung Merapi, Yogyakarta.Selain itu, pemerintah
juga membangun instalasi sirine yang aktif pada saat darurat untuk peringatan
status awas atau siaga Gunung Merapi sebagai early warning system (EWS).
Sirine ini akan berdering sebagai tanda bahwa masyarakat di sekitar kaki
Gunung Merapi harus segera mengungsi di tempat yang lebih aman pada jarak
radius yang ditetapkan oleh lembaga pemerintah, dalam hal ini BMG (Badan
Meteorologi dan Geofisika), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi, dan
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). Di
samping itu, penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana
Gunung Merapi juga perlu disiapkan antara lain sosialisasi kepada masyarakat
yang tinggal di sekitar rawan bencana Gunung Merapi. Latihan evakuasi,
persiapan dapur umum, manajemen tandu dan tenda, manajemen pengungsi,
dan koordinasi pemerintah desa adalah beberapa contoh pelatihan bagi
masyarakat sebagai upaya menghadapi bencana meletusnya Gunung Merapi.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud gunung berapi?
2. Bagaimana terjadinya gunung berapi?
3. Apa penyebab gunung api ?
4. Bagaimana gunung api terbentuk?
5. Apa yang di maksud dengan gunung meletus ?
6. Apa penyebab gunung meletus ?
7. Bagaimana ancaman gunung meletus ?
8. Bagaimana tanda tanda gunuung meletus ?
9. Apa yang di maksud gunung merapi ?
10. Bagaimana kronologi gunung merapi ?
11. Bagaimana mitigasi bencana Gunung Merapi ?
12. Bagaimana penyelenggara penanggualangan bencana Gunung Merapi ?
13. Bagaimana Pemulihan rehabilitas dan rekontruksi pasca Bencana Gunung
Merapi
14. Bagaiaman simulasi gladi lapang penanggulangan bencana Gunung Merapi
15. Bagaiman dampak yang ditimbulkan Gunung Merapi ?
TUJUAN
1. Menjelaskan definisi dari bencana gunung api
2. Menjelaskan terjadinya gunung berapi
3. Menjalaskan penyebab gunung berapi
4. Menjelaskan terbentuknya gunung berapi
5. Menjelskan pengertian gunung meletu
6. Menjelskan penyebab gunung meletus
7. Menjelskan anacaman gunung merapi
8. Mengetahui tanda tanda gunung meletus
9. Menjelskan tentang Gunung Merapi
10. Menjelaskan kronologi Gunung Merapi
11. Menjleskan mitigasi bencana Gunung Merapi
12. Menjelaskan penyelenggara penanggualangan bencana Gunung Merapi
16. Menjelskan Pemulihan rehabilitas dan rekontruksi pasca Bencana Gunung
Merapi
17. Menjelskan simulasi gladi lapang penanggulangan bencana erupsi Gunung
Merapi
13. Mengetahui dampak yang ditimbulkan Gunung Merapi
BAB II
PEMBAHASAN
Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah sekitarnya.
Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada
kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal. Beberapa otoritas
mendefinisikan gunung dengan puncak lebih dari besaran tertentu;
misalnya, Encyclopædia Britannica membutuhkan ketinggian 2000 kaki (610 m) agar
bisa didefinisikan sebagai gunung. Sebuah gunung biasanya terbentuk Gaya Endogen
(Endogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari dalam
bumi yang berlangsung sangat lambat namun kekuatannya sangat hebat.Terdiri dari
gerakan tektonik lempeng, gerakan orogenik atau gerakan epeirogenik. Gaya ini
mengakibatkan perubahan muka bumi:
a) Orogenik (Orogenesis)
Proses pembentukan pegunungan akibat pengaruh gaya endogen berupa
tekanan/tumbukan (horisontal) dan pengangkatan (vertikal) sehingga terbentuk
pegunungan lipatan maupun pegunungan patahan.
b) Vulkanisma (Volcanism)
Proses penerobosan magma atau keluarnya magma dari dalam perut bumi menuju
ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan gas yang
tinggi sehingga terbentuk tubuh gunung
c) Tektonika (Tectonic)
Proses pergerakan/pergeseran pada kerak bumi (kerak batuan dan kerak
samudera) berupa tumbukan, pemekaran dan perpapasan yang menimbulkan
perubahan muka bumi dan terjadinya berbagai fenomena geologi seperti gunung
api, gempa bumi, tsunami, dll.
Gunung berapi atau gunung api secara umum dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke
permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan
pada saat meletus. Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai
fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau
gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai
musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah
Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu. Gunung
berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi
yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya
menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat
dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit
untuk menentukan keadaan sebenarnya dari pada suatu gunung berapi itu, apakah
gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
Kedua jenis ancaman bahaya ini masing masing mempunyai risiko merusak dan
mematikan.
Gas vulkanik
adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi yang
dikeluarkan antara lain carbon monoksida (CO), Carbondioksida(Co2),
Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida(SO2) dan nitrogen (NO2) yang
membahayakan manusia.
Awan panas
Adalah campuran material letusan antara gas dan bebatuan (bebagai
ukuran)yang terdorong kebawah dan turun menggulung-gulung bagaikan
gulungan awan menyusuri lereng gunung. Suhunya yang sangat tinggi, antara
300-700 dan kecepatan luncurnya sangat tinggi > 70 km per jam ( tergantung
kemiringan lereng gunung ). Di Gunung Merapi, di DI Yokyakarta dan jawa
tengah, awan panas ini disebut “ Wedus Gembel “karena bentuk awannya
yang menyerupai bulu domba yang tidak pernah cukur.
Lontaran material ( batu pijar )
Terjadi ketika letusan (magmetik) berlangsung. Jauhnya lontaran sangat
bergantung dari besarnya energy letusan , bias mencapai ratusan kilometer,
suhunya yang tinggi (>200) dan berukuran besar ( garis tengah > 10 cm )
sehingga dapat membakar, melukai, dan mematikan mahluk hidup. Lazim
juga disebut sebagai “born vulkanik”
Hujan abu lebat
adalah material yang sangat halus. Karena hembusan angin dampaknya bisa
dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Dampak abu letusan Permasalahan
pernafasan, kesulitan penglihatan, pencemaran sumber air bersih,
menyebabkan badai listrik, mengganggu kerja mesin dan kendaraan bermotor,
merusak atap, merusak ladang, merusak infrastruktur.
Lava atau magma
dalah cairan magma yang bersuhu tinggi, anatara 700-1.200. yang mengalir ke
permukaan melalui kawah gunung berapi. Lava yang sifat encer mampu
mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada
sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya. Bila lava ini
sudah dingin maka berubah wujud menjadi batuan ( batuan beku ) dan daerah
yang dilalui menjadi lading batu.
Gas racun
Yang muncul dari gunung api dan tidak selalu didahului oleh letusan api tapi
dapat keluar dengan sendirinya melalui celah bebatuan yang ada, meskipun
kerap kali diawali letusan. Gas utama yang muncul dari cela bebatuan gunung
api adalah co2,h2,hcl,so2,dan co.
Tsunami
Atau gelombang pasang biasanya terjadi akibat letusan gunung api pulau. Saat
terjadi letusan maka materialnya masuk ke dalam laut dan mendorong air laut
kea rah pantai dan menimbulkan gelombang pasang. Makin besar volume
material letusan maka makin besar gelombang yang terangkat ke darat.
Contoh letusan gunung Krakatau 1883 di Selat Sunda.
Suhu di sekitar gunung naik. Hal ini menunjukkan terjadu kenaikan aktifitas
Merapi.
Mata air menjadi kering.
Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
Tumbuhan di sekitar gunung layu
Dan pada dini hari 5 November 2010, Gunung Merapi kembali meletus dengan
dahsyat. Letusanini menyebabkan 59 korban jiwa akibat terjangan awan panas yang mencapai 17
km daripuncak merapi. Warga lereng Merapi mengalami kepanikan massal dan
berebut untuk mencari tempat perlindungan yang aman. Petugas evakuasi kewalahan
dalam mengevakuasipengungsi dan korban yang banyak mengalami luka bakar akibat
sengatan awan panastersebut. Kurangnya jumlah dan persiapan armada transportasi di
tempat, putusnya jaringanl istrik dan telekomunikasi, kurang kesiapsiagaan aparatur
desa dalam proses evakuasi massal,menjadi beberapa penyebab buruknya emergency
management pada fase respon bencana ini.Ditambah lagi dengan budaya masyarakat
setempat yang masih kental, ketika erupsi Merapisebagian besar masyarakat tidak
menghiraukan himbauan BPPTK untuk segera mengungsi,mereka lebih menaruh
kepercayaan kepada mendiang Mbah Maridjan yang ketika ituberperan sebagai juru
kunci.
Setelah Gunung Merapi mengeluarkan awan panas, warga yang mengungsi
dari rumahnya mencapai 200.000 orang. Mereka membutuhkan kurang lebih 25-30
ton beras setiap harinya. Selain pangan mereka juga membutukan pakaian untuk ganti
dan selimut agar ketika malam hari mereka tidak kedinginan di pengungsian. Mereka
juga membutuhkan kamar mandi untuk mandi dan mencuci.
Peristiwa meletusnya Gunung Merapi 2010 mengakibatkan banyak
kerusakan dan kerugian serta korban jiwa. Dalam peristiwa itu, banyak
masyarakat Kabupaten Sleman menjadi korban. Terdapat korban meninggal 123
jiwa, rawat inap 147 jiwa, dan sebanyak 56.414 jiwa mengungsi (Sumber: BPBD
DIY, 7 Nopember 2010). Selain itu berdasarkan sumber berita online
www.republika.co.id, erupsi Merapi 2010 hampir membuat perekonomian
Kabupaten Sleman lumpuh di lima kecamatan sehingga hampir tidak ada
aktivitas ekonomi. Lima kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Cangkringan,
Kecamatan Pakem, Kecamatan Turi, Kecamatan Tempel, dan Kecamatan
Ngemplak-ngemplak.
XIV. KESIAPSIAGAAN
Di dalam emergency management yang fungsional, diperlukan adanya tahap
kesiapsiagaan yang baik. Tahap ini adalah fase pada siklus yang menyakupi bidangperencanaan,
pengelolaan, pengorganisasian, pelatihan, pemantauan, evaluasi danmemastikan
koordinasi yang efektif, serta peningkatan kemampuan organisasi untuk melindungi
korban dn pengungsi dan juga mengurangi dampak bencana alam, aksi terorisme,dan
bencana buatan manusia.
Langkah kongkrit dalam tahap kesiapsiagaan terhadap letusangunung Merapi,
menurut antara lain adalah:
1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-ancamannya,
2. Membuat sistem peringatan dini yang efeketif dan efisien,
3. Mengembangkan radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung
api
4. Membuat peta kawasan rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi
berwenang
5. Membuat perencanaan penanganan bencana mempersiapkan jalur dan
tempatpengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban,
makanan,pertolongan pertama) jika diperlukan,
6. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting,Implementasi di lapangan
padabencana alam erupsi gunung Merapi 2010, kesiapsiagaan penanganan
bencana Merapi.
1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-ancamannya.
Padapengalaman bencana erupsi gunung Merapi 2006 dan 2010, Pemerintah
melaluiBadan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian
(BPPTK)Yogyakarta di bawah wewenang Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi(PVMBG) telah memasang stasiun pengamatan gunung Merapi di
beberapa titik (PosKaliurang, Pos Babadan, Pos Ngepos, Pos Balerante) yang
secara aktif dan konsistenberkewajiban dalam pengamatan aktifitas vulkanik
gunung Merapi, serta mencatatsegala perkembangan yang ada untuk disosialisasikan
kepada masyarakat yangtinggal di rawan bencana. Stasiun pengamatan tersebut
telah berhasilmenyosialisasikan warga dan masyarakat luas akan kegiatan
gunung Merapi melaluimedia lokal, media nasional, pemerintahan setempat,
serta bermitra dengan LembagaSwadaya Masyarakat yang ada dalam
penginformasian, koordinasi langsung wargayang tinggal di rawan bencana.
Jadi, dinilai telah bekerja secara efektif dan fungsionaldalam proses evakuasi
warga ke tempat yang lebih aman
2. Membuat sistem peringatan dini yang efektif dan efisien. Sistem peringatan
dini padabencana erupsi Merapi 2010 sudah tergolong baik, hal ini dapat
dibuktikan dengancepatnya informasi mengenai status kegiatan vulkanik
gunung Merapi dari BadanPenelitian dan Pengembangan Teknologi
Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta dibawah wewenang Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)kepada masyarakat. Selain itu,
informasi tersebut juga dengan gencarnyadiinformasikan melalui tayangan
televisi, siaran radio, jaringan internet, dan lain-lain.Namun, terdapat
kelemahan pada distribusi informasi sistem peringatan dini ialahketerbatasan
masyarakat di rawan bencana dalam mengakses media-media
informasitersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain
lemahnya jaringantelekomunikasi di daerah tersebut, kurang kesadaran
masyarakat setempat dalam mengakses media informasi, serta rendahnya
kemampuan masyarakat dalamberkomunikasi dan mininmnya informasi yang
dapat diserap oleh masyarakat. Solusiyang penulis tawarkan adalah perlu
dilakukannya komunikasi langsung antaraBPPTK dengan pemerintah daerah
setempat, seperti Kepala Dusun, Lurah, Camat,dan lain-lain. Dengan adanya
komunkasi langsung antara badan yang berwenangdengan aparat setempat,
maka informasi akan semakin mudah tersampaikan ke wargasetempat.
3. Mengembangkan radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status
gunung api.Pada bencana erupsi Merapi 2010, tersedia radio komunitas yang
diprakarsai olehmasyarakat lereng Merapi. Radio tersebut memiliki titik-titik
yang tersebar luas didaerah yang rawan bencana, sehingga penjaga pos setempat dapat
memantaulangsung secara visual, dan dapat diinformasikan secara cepat ke pos
radio komunitaslain.
4. Membuat peta kawasan rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi
berwenang.Pada poin ini, sebenarnya instansi yang berwenang telah
menerbitkan peta kawasanrawan bencana Gunung Merapi. Namun hanya
ditempatkan di titik-titik tertentu,seperti di kantor pemerintah desa, dan lokasi
wisata saja. Dengan kata lain, fasilitaspeta kawasa rawan bencana masih
belum memadai.
5. Membuat perencanaan penanganan bencana seperti mempersiapkan jalur dan
tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air,
jamban, makanan,pertolongan pertama) jika diperlukan. Pada poin kelima ini,
implementasi saat erupsiMerapi 2010 terkesan tidak tertata dengan rapih.
Pemerintah tidak mampumenyediakan tempat pengungsian yang cukup dan layak bagi
warganya. Ditemukanbanyak titik lokasi pengungsian yang overloaded,karena
dihuni oleh ribuan warga sekaligus. Sehingga distribusi obat-obatan serta
bantuan logistik tidak mencukupi kebutuhan seluruh warga. Akibat tempat
pengungsian yang kurang layak tersebut,banyak warga yang terpaksa
mengungsi ke daerah lain, sehingga terpisah dengankerabat mereka. Peristiwa
ini perlu dievaluasi dengan memperbaiki sistem yang ada.Seperti yang penulis
tawarkan adalah memanfaatkan arena pengungsian yang lebihluas, terjangkau
(Stadion, tanah lapang) yang relatif aman. Aparatur terkait perlumenetapkan
arena pengungsian yang sifatnya permanen dengan membangun fasilitasyang
menunjang, seperti sarana MCK, gudang logistik dan obat-obatan.
Sehinggamasyarakat tidak mengalami kebingungan dalam mencari lokasi
pengungsian yangdisediakan.
6. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting. Poin ini terkesan
tidak dijalankan oleh masyarakat luas. Kasus bencana erupsi Merapi 2010,
banyak wargayang kehilangan dokumen, dan surat-surat penting seperti : akta
kelahiran, suratkepemilikan bangunan, hingga ijazah pendidikan. Masyarakat
selama ini terkesanberpangkutangan dan cenderung tidak mengindahkan
sosialisasi yang telahdisampaikan oleh pemerintah desa, sebelum terjadinya
bencana. kurang membudaya di kalangan masyarakat, dan faktor lain adalah
lemahnya peran aparatur desa, tokoh setempat agar senantiasa mengingatkan
warga untuk menyimpan barang-barang tersebut di atas. Hal ini perlu
ditekankan lagi dan membutuhkan peran tiapkeluarga sebagai inti masyarakat
terkecil agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki, seperti kehilangan
barang-barang penting tersebut di atas,Atas apa yang telah terjadi berkaitan dengan
gunung Merapi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana(BNPB) yang telah
terbentuk di setiap kabupaten/kota di Indonesia, diharapkan dapat
mempersiapkan. Hal ini adalah amanat dari UU No 24 tahun 2007, yang berisi
bahwa bahwaNegara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab
melindungi segenap bangsaIndonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan tujuan untuk memberikan pelindunganterhadap kehidupan dan
penghidupan termasuk pelindungan atas bencana, dalam rangkamewujudkan
kesejahteraan umum yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana
diamanatkandalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.Masih terbacamasyarakat belum siap menghadapi bencana. Oleh karena itU
kesiapsiagaan (preparadness) terhadap bencana harus diberikan kepada
masyarakat melalui edukasi manajemen bencanaagar dapat bersiap sebelum,
saat dan setelah terjadi bencana
bencana erupsi Gunung Merapi di wilayah Propinsi JawA Tengah yang terjadi
pada tanggal 26, 29 Oktober 2010 serta tanggal 5 Nopember 2010 telah menimbulkan
kerusakan dan kerugian di Kabupaten Klaten, yaitu:
A. Perumahan
Berdasarkan data potensi desa tahun 2008, rumah di Kawasan Zona
Bahaya Erupsi MerapiTahun 2010 (radius < 20 Km dari Puncak) sejumlah 5.093
unit. Berdasarkan hasil inventarisasi oleh Pemerintah Kabupatensetempat, jumlah
rusak berat 117 unit,rusak sedang 54 unit dan rusak ringan 12 unit. Berdasarkan
hasil penilaian kerusakan dan kerugian, dampak erupsi Gunung Merapisektor
permukiman kerusakan sebesar Rp.6,31 Miliar dan kerugian sebesar Rp.409,5
Juta. Total kerusakan dan kerugian sebesar Rp.6,72 Miliar.
B. Sektor infrastruktur
Dampak bencana erupsi Gunung Merapi terhadap sektor infrastruktur di
Kab. Klaten kerusakan sebesar Rp.40,23 Miliar dan kerugian sebesar Rp.78,32
Miliar. Total kerusakan dan kerugian sebesar Rp.118,55 Miliar.
D. Sektor social
Dampak bencana erupsi Gunung Merapi terhadap sektor sosial di
KabupatenKlaten kerusakan sebesar Rp.25,13 Miliar dan kerugian sebesar
Rp.3,11 Miliar.Total kerusakan dan kerugian sebesar Rp.28,25 Miliar.
Melihat data kerusakan dan kerugian pasca bencana Gunung Merapi pada
Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Wilayah Pasca bencana Erupsi Gunung Merapi merupakan hasil kerja bersama
Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dikoordinasikan bersama BNPB. Upaya
tersebut diprioritaskan kepada pemulihan. perumahan dan permukiman, prasarana
publik serta ekonomi masyarakat.
1. Sektor Perumahan
Kegiatan rehablitasi dan rekonstruksi pada sektor perumahan yang pada
awalnya direncanakan akan merelokasi pemukiman desa terdampak langsung
menjadi jenis bantuan yang berbeda, sedangkan bila kegiatan relokasi perumahan
ini pada akhirnya terlaksana akan sangat baik untuk masyarakat Kecamatan
Kemalang kedepannya, selain itu kebijakan umum relokasi ditetapkan menjadi
tiga kriteria, yaitu Mandiri-Individu apabila warga masyarakat mempunyai tanah
sendiri; Mandiri-Berkelompok, apabila warga masyarakat secara berkelompok
mempunyai tanah yang berdekatan; atau Berbasis dusun dengan lahan yang
disiapkan pemerintah. Dalam hal ini, bagi kedua kriteria warga yang bersedia
direlokasi tersebut, pemerintah menyiapkan lahan untuk relokasi seluas 100
m2/KK ditambah dengan fasilitas
umum sebesar 50 m2/KK. Warga juga akan mendapatkan hak bantuan
pembangunan rumah senilai Rp 30 juta/KK, dari hasil data yang didapat dengan
melihat kegagalan implementasi rencana pemerintah tersebut maka pemerintah
akan memberikan jenis rehabilitasi dan rekonstruksi yang berbeda. Adapun jenis
rehabilitasi tersebut dengan pendampingan kegiatan program Rekompak terhadap
13 desa di Kecamatan Kemalang. Menurut hasil rencana rekonstruksi sektor
perumahan terbagi menjadi 3 kegiatan didalamnya, yaitu:
a. Pembuatan panduan dan prinsip mekanisme subsidi rumah, dalam hal ini
pemerintah sudah menetapkan untuk memberikan subsidi rumah dalam
perencanaanya, bagi masyarakat yang menetap di KRB III maka akan
direlokasi untuk keluar dari jangkauan KRB III, akan tetapi perencanaan ini
tidak mendapat respon baik oleh pihak masyarakat disana khususnya desa
Balerante. Mereka tidak menyetujui bantuan relokasi rumah tersebut
berkenaan dengan mata pencaharian mereka yang ada di bawah kaki gunung
tersebut. Sedangkan perencanaan pemerintah sudah sangat matang,
keuntungan yang ditawarkan pemerintah pun cukup dapat diperhitungkan,
akan tetapi keputusan masyarakat Kecamatan Kemalang tetap bulat untuk
menetap di KRB III desa Balerante yang sudah menjadi penghuni sejak lama.
Karena permasalahan ini hingga menimbulkan suasana saling bersihtegang
antara pihak pemerintah dengan warga desa Balerante. Akan tetapi pada
akhirnya pemerintah membatalkan perencanaan relokasi rumah tersebut,
walau hal ini sangat bertolakbelakang dengan perencaan.
b. Fasilitasi pengorganisasian pembersihan rumah dan lingkungan, ketika erupsi
Merapi telah usai maka rumah-rumah yang berada disekitar sebagai
perumahan terdampak langsungharus dibenahi agar dapat kembali seperti
semula, pemerintah memfasilitasi pengorganisasian pembersihan rumah yang
dibantu juga dengan Kegiatan Program Rekompak, kegiatan ini ditujukan
untuk 13 desa di Kecamatan Kemalang, selain itu juga diberikan bantuandana
lingkungan di lingkungan pemukiman.
c. Fasilitasi pengelolaan hunian sementara, hal ini diberikan pemerintah pada
tahap rehabilitasi. Ketika keadaan rumah masih dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk dihuni, pemerintah memfasilitasi pengelolaan hunian
sementara untuk 13 desa di Kecamatan Kemalang, di hunian sementara ini
masyarakat Kecamatan Kemalang diberikan kegiatan berupa ilmu
pengetahuan tentang kebencanaan. Dalam hunian sementara ini masyarakat
diperbolehkan kembali ke rumahnya masing-masing untuk kegiatan
pembersihan dan pengecekan kondisi rumah ketika BPBD Kabupaten Klaten
sudah memastikan keadaan diatas baik-baik saja. Tujuan hunian sementara ini
juga guna untuk dapat mengkoordinasi masyarakat yang menjadi korban
dengan baik, sehingga komunikasi tidak terputus, dan dengan hal ini semua
kegiatan dalam satu koordinasi dengan BPBD. Mengingat banyaknya LSM
yang memberikan bantuan langsung ke korban tanpa koordinasi terlebih
dahulu dengan BPBD kabuapten Klaten, menyebabkan terlihatnya koordinasi
yang berantakan dan kondisi penyaluran bantuan tidak terkontrol.
2. Sektor Infrastuktur
Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam sektor Infrastruktur ini
bertujuan untuk menghubungkan kembali kegiatan yang terputus di Kecamatan
Kemalang, di Kecamatan Kemalang kegiatan ekonomi dan pendidikan dapat
dilakukan antar desa, memperhitungkan hal tersebut maka kegiatan utama yang
harus segera ditangani adalah pembersihan jalan yang tertutup dengan abu akibat
erupsi dan perbaikan jembatan sebagai penghubung. Perbaikan jalan ini dilakukan
di desa Kendalsari, Panggang dan Sidorejo. Kemudian untuk perbaikan ruas jalan
dari desa Kepurun yang berada di Kecamatan Manisrenggo sebagai penghubung
dengan Kecamatan Kemalang dibangun juga jalur evakuasi. Selain itu berkenaan
dengan fasilitas umum yang perlu diperhatikan juga antara lain adalah perbaikan
sarana dan prasarana air minum. Adapun yang kegiatan yang juga tercantum di
rencana aksi:
a) Fasilitasi rembug desa untuk pembangunan kembali jalan dan jembatan desa,
dalam kegiatan pembangunan kembali jalan dan jembatan seperti yang sudah
dijabarkan maka dalam memudahkan kegiatan tersebut pihak BPBD
Kabupaten Klaten memfasilitasi rembug desa untuk ikut serta pada kegiatan
rekonstruksi tersebut, hal ini berkenaan juga dengan bantuan pemberian
penghasilan agar dapat memanfaatkan keadaan yang ada.
b) Fasilitasi pengelolaan air bersih dan jamban, seperti yang sudah direncanakan
pihak BPBD akan sangat dibutuhkannya pengelolaan air bersih dan jamban ini
untuk kelanjutan hidup mereka di bagian rehabilitasi hunian
sementara.perbaikan sarana prasarana ini ditujukan untuk desa Bumiharjo,
Tlogowatu, Sidorejo, Balerante, dan Tegalmulyo.
3. Sektor Sosial
Pada sektor sosial rehabilitasi dan rekonstruksi ini bertujuan untuk
mengembalikan kembali kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan sosial
seperti trauma, pendidikan, agama dan sejenisnya. Seperti data yang sudah
dipaparkan di bab sebelumnya, dalam sektor ini sudah diakui oleh pihak BPBD
yang kurang memprioritaskan keadaan sosial di Kecamatan Kemalang.Pemerintah
mengakui terlalu mengedepankan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pada
sektor pemukiman dan infrastruktur yang dianggap sangat memerlukan
penanganan segera. Seperti indikator yang ada di rencana aksi:
a) Penyediaan layanan trauma healing, pihak BPBD Kabupaten Klaten mengakui
dalam wawancara hari Kamis tanggal 1 April 2013 yang menyatakan belum
sempatnya menyentuh kebutuhan sosial masyarakat Kecamatan Kemalang.
Sedangkan trauma healingini sangat berhubungan dengan kehidupan
masyarakat kedepannya, agar kehidupan dapat kembaliseperti semula
masyarakat Kecamatan Kemalang membutuhkan perhatian yang lebih untuk
psikisnya. Kegiatan trauma healing ini sempat diperhatikan oleh pihak NGO
dan bantuan dari mahasiswa yang menyalurkan rehabilitasi social
b) Penyediaan layanan kesehatan umum dibantu oleh pihak organisasi dari luar,
pemerintah hanya memfasilitasi pada pemulihan dini, akan tetapi pada kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi untuk penyediaan layanan kesehatan umum
pemerintah memberikan bantuan dalam perbaikan Pustu
c) Penyediaan hygiene kitsdifasilitasi juga oleh NGO dan LSM terkait dengan
tujuan membantu kegiatan BPBD yang sedang mefokuskan dengan kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi pada sektor lainnya.
d) Penyediaan makanan tambahan untuk balita, hal ini diperioritaskan juga oleh
bidang logistik agar memperhatikan kebutuhan balita dalam hal makanan agar
para balita tidak terjangkit penyakit diare.
e) Bantuan biaya dan peralatan sekolah untuk siswa SD, SMP dan SMA yang
terdampak, pemerintah merehabilitasi ruang kelas untuk desa Balerante,
Keputran, Dompol, Kemalang, Kendalsari, Tlogowatu, dan Tegalmulyo
sebanyak 48 unit. Pemerintah memberikan pengadaan peralatan sekolah untuk
desa Balerante sebanyak 16 paket dan pengadaan Hardware juga 16 paket.
f) Pemulihan kegiatan keagamaan dan revitalisasi organisasi keagamaan,
pemulihan ini juga diperhatikan oleh banyak organisasi dari luar, banyaknya
LSM yang turut memperhatikan kebutuhan masyarakat Kecamatan Kemalang
tersebut maka BPBD tidak menangani langsung dalam bagian ini.Revitalisasi
sistem keamanan desa. Pemerintah memfasilitasi keamanan desa dengan
menggunakan rembug desa dan tim SAR yang ada, membangun sistem agar
kondisi di Kecamatan Kemalang terkoordinasi dengan baik.
g) Revitalisasi seni budaya yang berguna untuk mendorong pemulihan, dalamhal
ini pemerintah tidak memperhatikan keunggulan seni budaya yang dimiliki
masyarakat Kecamatan Kemalang.
4. Sektor Ekonomi
Pada sektor ekonomi kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sangat perlu
diperhatikan, ketika bencana erupsi terjadi maka bertepatan juga dengan
menghilangnya kegiatan ekonomi mereka untuk sementara waktu, tentu hal ini
perlu dipulihkan. Pemerintah BPBD Kabupaten Klaten sangat berperan dalam
pemulihan di sektor ekonomi, karena masyarakat sangat bergantung dengan
bantuan dari pihak pemerintah. Seluruh masyarakat yang terkena dampak erupsi
gunung berapi, harus memiliki kegiatan ekonomi untuk kehidupan mereka. Upaya
rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan agar jangan sampai masyarakat kehilangan
mata pencahariannya.Dalam bantuan pemulihan sektor ekonomi ini pemerintah
dituntut untuk tegas dalam perencanaan agar semua pembagian bantuan merata
dan tidak ada yang kehilangan matapencahariannya. Seperti yang sudah dijabarkan
dalam perencanaanya sebagai berikut:
a) Revitalisasi kelompok tani, kebun,dan ternak, hal ini bermaksud
mengembalikan matapencaharian masyarakat di Kecamatan Kemalang yang
mayoritas kelompok tani, kebun dan ternak. Pemerintah memberikan bantuan
sesuai kebutuhan matapencaharian mereka agar tidak terjadi ketimpangan.
Menurut pengakuan pihak BPBD yang udah di jelaskan di bab sebelumnya
bahwa pihak BPBD tidak memberikan pengalihan matapencaharian untuk
memberikan pelatihan dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru
sedangkan pembelajaran tersebut akan memerlukan waktu yang cukup lama.
Memperhitungkan hal tersebut maka pihak BPBD hanya membenahi sistem
perekonomian mereka yang memerlukan pemulihan.
b) Program diversifikasi/alternatif usaha pertanian berupa bantuan pompa air
padi. Pompa air jagung, hand sprayerpadi, hand sprayerjagung. Bantuan
tersebut di khususkan untuk desa Balerante yang terkena dampak langsung.
Sehingga lahan pertanian mereka memerlukan pembersihan, karena lahan
pertanian tersebut tertutup abu erupsi, yang menghasilkan kerusakan pada
lahan pertanian. Pihak BPBD juga memberikan bantuan berupa sayuran,
padi, dan jagung.
c) Penyediaan bibit tanaman cepat panen, hal ini dimaksudkan untuk pengalihan
kegiatan berkebun dari tanaman biasanya menjadi tanaman yang cepat panen.
Hal ini untuk mempercepat penghasilan Kecamatan Kemalang dan kembali
memulihkan perekonomian mereka
d) Bantuan modal usaha untuk pedagang dan industri kecil menengah ini
diberikan pemberdayaan IKM melalui pelatihan dan fasilitasi bantuan
investasi mesin/peralatan produksi. BPBD hanya memfasilitasi kemudian
pihak Rekompak membantu dalam berjalannya pelatihan. Kemudian
masyarakat juga diberikan modal sapi ternak dan sapi potong, selain itu juga
bantuan peralatan kandang kambing dan sapi difasilitasi pemerintah dalam
membantu pemulihan perekonomian masyarakat Kecamatan Kemalang.
Dengan melihat pemaparan kegiatan dari keempat sektor maka perlu diakui
secara keseluruhan BPBD Kabupaten Klaten tidak dapat berkerja sendirian, BPBD
memerlukan peran dari segala pihak untuk mendukung kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi tersebut. Dari keempat sektor tersebut saling membutuhkan
penanganan segera dan tercantum dalam prioritas kegiatan, kelima nya saling
keterkaitan dan tidak bisa dipungkiri bila salah satunya tidak diperhatikan dan
kegiatan pada sekor tersebut mati, makakeseluruhan sektor akan tidak terkoordinasi
juga. Dengan memperhitungkan hal tersebut dapat diyakin bahwa keseluruhan
sektor harus melakukan pemulihan secara bersamaan dan tetap terkoordinasi secara
bersamaan juga.
A. Dampak negating
Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur
Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2),
serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau
Particulate Matter)
1. Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta
makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.
2. Pencemaran sumber air bersih
3. Badai listrik
4. Gangguan kerja mesin dan kendaraan bermotor
5. Kerusakan atap
6. Kerusakan ladang dan lingkungan sekitar
7. Kerusakan infrastruktur seperti jalan dan bandar udara.
8. Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung Merapi yang kehilangan
pekerjaan rutin kesehariannya. Timbulnya penyakit pada korban seperti
ISPA dan keselitan penglihatan
9. 64 desa di Sleman dan puluhan desa di Magelang serta Klaten porak
poranda. Bahkan, desa tersebut dinyatakan tertutup karena berada di zona
yang tidak aman. Sebagian desa sudah tertutup debu vulkanik dengan
ketebalan hingga satu meter.
10. Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak pandang. Lalu
lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu. Bahkan, penerbangan
dari dan ke Yogyakarta ditutup sementara waktu Dan terjadi
pula kebakaran hutan karena terkena laharnya.
11. Banyak dalam sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang
menyebabkan pendapatan bisnis para petani menurun drastis.
12. Di sektor perikanan terjadi kerugian sekitar 1.272 ton.
13. Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga
menyebabkan tingkat hunian hotel yang tadinya 70 persen turun menjadi
30 persen.
Sehingga dapat dikatakan Meletusnya Merapi ini mengakibatkan dampak yang
sangat besar bagi Indonesia.
Selain itu, gunung meletus juga menyebabkan dampak positif. Meskipun untuk
letusan Merapi ini dampak tersebut belum terlihat secara signifikan tapi ada hal
yang dapat dijadikan dampak positive dalam bencana ini yaitu :
PENTUP
I. KESIMPULAN
Gunung Merapi adalah gunung berapi dibagian tangah pulau jawa dan
merupakan salah satu gunung teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam
administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada
dalam provinsi jawa tengah, yaitu Kabupaten Magelang disisi barat, Kabupaten
Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara.
.
Daftar pustaka
buku
Alexander, David.2002.
Terra PublishingBNPB.2009.
Emergency preparedness
. from Paul Banks and Roberta Pilette.Preservation Issues and Planning.American Library
AssociationCuny, Fred. 1983.
.Oxford: Oxford University PressGeorge D. Haddow, Jane A. Bullock, Damon P. Coppola,. 2011.
Butterworth-Heinemann
Akses Elektronik
http://www.thejakartaglobe.com/home/international-aid-offers-pour-in-despite-
jakartasreluctance/403988,diakses pada 8/9/2011.pkl.11.46.WIB.
Press Release:
Priyambodo RH, “Korban Meninggal Dunia Letusan Merapi Tercatat 161 Orang”,
http://www.antaranews.com/berita/1289562334/korban-meninggal-dunia-letusan-merapi-
tercatat-161-orang,diakses pada 8/9/2011.pkl.16.27.WIB
Suryanto, “PMI bantu evakasi ribuan warga korban merapi”,
http://www.antaranews.com/berita/12881 34753/pmi-bantu-evakuasi-ribuan-warga-korban-
merapi,diakses pada 6/9/2011.pkl.13.25.WIB.UU NO. 24 Tahun
2007, www.depdagri.go.id/media/documents/2010/04/01/.../uu_no.24-2007.doc,diakses pada
7/9/2011.pkl.10.26.WIB.