Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Berbagai negara yang tercakup pada satu planet yang bernama bumi memiliki
kemungkinan untuk terjadinya berbagai bencana alam mengingat beberapa
struktur lapisan yang membentuk bumi mengakibatkan perubahan, pergeseran
ataupun kerusakan yang berdampak pada suatu fenomena ataupun peristiwa yang
menganggu penghidupan atau kehidupan seluruh komunitas ataupun populasi
yang menempati wilayah di suatu Negara.
Bencana alam terbagi atas bencana yang disengaja maupun disengaja,
Bencana alam yang disengaja merupakan bencana yang terjadi atas perilaku
manusia yang mengganggu ekosistem alam seperti masyarakat yang berada pada
suatu daerah yang memiliki pola perilaku tidak disiplin dan bertanggung jawab
dengan membuang sampah sembarangan dan membiarkannya tanpa mengolah
dan mengacu pada prinsip 3R, serta bencana yang tidak disengaja merupakan
bencana yang disebabkan karena rusaknya ekosistem akibat perubahan,
pergesaran struktur bumi. Seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami, hingga
gunung meletus yang tercatat telah memberikan sumbangsih terhadap penekanan
angka mortalitas.
Secara geografis Indonesia dikepung oleh tiga lempeng dunia, yaitu Lempeng
Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Sewaktu – waktu
lempeng ini akan bergeser patah dan menimbulkan gempa bumi. Akibatnya,
tumbukan antar lempeng tektonik dapat menghasilkan tsunami seperti yang
terjadi di Aceh. Selain dikepung oleh tiga lempeng dunia, Indonesia juga
merupakan jalur The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik) yang merupakan
rangkaian jalur gunung api aktif. Di Indonesia terdapat sekitar 129 buah gunung
berapi yang masih aktif dan merentang sepanjang 700 KM mulai dari Aceh
(Sumatra), Jawa, Sulawesi (bukit Barisan), Nusa Tenggara dan Maluku dengan
luas daerah yang terancam terkena dampak letusan sekitar 16.670 .
Berbagai ancaman bencana alam yang datang tanpa dapat direncanakan
tersebut, masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan bencana
seharusnya mempersiapkan diri menghadapi musibah dan bencana alam
sebagai upaya meminimalisasi jumlah korban . Manajemen resiko merupakan
kerugian ydari dampak terjadinya suatu bencana. Mengelola risiko bencana
adalah mengatur dampak bencana seminimal mungkin agar tidak
menimbulkan dampak destruktif yang lebih besar lagi. Untuk mengurangi
resiko dari suatu bencana maka diperlukan peningkatan ketahanan dalam
menghadapi suatu bencana. Salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan
terhadap suatu bencana adalah dengan menyelenggarakan penanggulangan
bencana. Menurut UU No.24 2007, penyelenggaraan penanggulangan
bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana meliputi: (a)
kesiapsiagaan (b) peringatan dini dan (c) mitigasi bencana.
Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat
dalam menghadapi kejadian bencana.Peringatan dini sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44 huruf b dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat
dalam rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan
tindakan tanggap darurat. Dalam kasus bencana gunung merapi, manajemen
krisis merupakan tugas dan fungsi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi termasuk BPPTK sebagai salah satu unitnya. Pada fase Pra-
kejadian peranannya dapat meliputi langkah-langkah penilaian risiko
bencana, pemetaan daerah kawasan rawan bencana, pembuatan peta risiko
dan membuat simulasi skenario bencana. Tindakan lain yang perlu dilakukan
adalah pemantauan gunung api dan menyusun rencana keadaan darurat.
Adapun pada saat fase kritis maka sudah harus dilakukan tindakan operasional
berupa pemberian peringatan dini, meningkatkan komunikasi dan prosedur
pemberian informasi, menyusun rencana tanggap darurat yang berupa
penerapan dari tindakan rencana keadaan darurat dan sesegera mungkin
mendefinisikan perkiraan akhir dari fase kritis.Mitigasi adalah serangkaian
upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana. Salah satu bentuk penerapan mitigasi pada keadaan bencana sebagai
upaya meminimalisasi dampak musibah dapat dilihat dan diperhatikan pada
penanganan bencana Gunung Merapi pada tahun 2010.Upaya mitigasi
pemerintah adalah dengan membangun bungker – bungker di sekitar daerah
kaki gunung di wilayah Gunung Merapi, Yogyakarta.Selain itu, pemerintah
juga membangun instalasi sirine yang aktif pada saat darurat untuk peringatan
status awas atau siaga Gunung Merapi sebagai early warning system (EWS).
Sirine ini akan berdering sebagai tanda bahwa masyarakat di sekitar kaki
Gunung Merapi harus segera mengungsi di tempat yang lebih aman pada jarak
radius yang ditetapkan oleh lembaga pemerintah, dalam hal ini BMG (Badan
Meteorologi dan Geofisika), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Geologi, dan
Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK). Di
samping itu, penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi bencana
Gunung Merapi juga perlu disiapkan antara lain sosialisasi kepada masyarakat
yang tinggal di sekitar rawan bencana Gunung Merapi. Latihan evakuasi,
persiapan dapur umum, manajemen tandu dan tenda, manajemen pengungsi,
dan koordinasi pemerintah desa adalah beberapa contoh pelatihan bagi
masyarakat sebagai upaya menghadapi bencana meletusnya Gunung Merapi.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud gunung berapi?
2. Bagaimana terjadinya gunung berapi?
3. Apa penyebab gunung api ?
4. Bagaimana gunung api terbentuk?
5. Apa yang di maksud dengan gunung meletus ?
6. Apa penyebab gunung meletus ?
7. Bagaimana ancaman gunung meletus ?
8. Bagaimana tanda tanda gunuung meletus ?
9. Apa yang di maksud gunung merapi ?
10. Bagaimana kronologi gunung merapi ?
11. Bagaimana mitigasi bencana Gunung Merapi ?
12. Bagaimana penyelenggara penanggualangan bencana Gunung Merapi ?
13. Bagaimana Pemulihan rehabilitas dan rekontruksi pasca Bencana Gunung
Merapi
14. Bagaiaman simulasi gladi lapang penanggulangan bencana Gunung Merapi
15. Bagaiman dampak yang ditimbulkan Gunung Merapi ?

TUJUAN
1. Menjelaskan definisi dari bencana gunung api
2. Menjelaskan terjadinya gunung berapi
3. Menjalaskan penyebab gunung berapi
4. Menjelaskan terbentuknya gunung berapi
5. Menjelskan pengertian gunung meletu
6. Menjelskan penyebab gunung meletus
7. Menjelskan anacaman gunung merapi
8. Mengetahui tanda tanda gunung meletus
9. Menjelskan tentang Gunung Merapi
10. Menjelaskan kronologi Gunung Merapi
11. Menjleskan mitigasi bencana Gunung Merapi
12. Menjelaskan penyelenggara penanggualangan bencana Gunung Merapi
16. Menjelskan Pemulihan rehabilitas dan rekontruksi pasca Bencana Gunung
Merapi
17. Menjelskan simulasi gladi lapang penanggulangan bencana erupsi Gunung
Merapi
13. Mengetahui dampak yang ditimbulkan Gunung Merapi
BAB II

PEMBAHASAN

I. Definissi gunung berapi

Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah sekitarnya.
Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada
kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal. Beberapa otoritas
mendefinisikan gunung dengan puncak lebih dari besaran tertentu;
misalnya, Encyclopædia Britannica membutuhkan ketinggian 2000 kaki (610 m) agar
bisa didefinisikan sebagai gunung. Sebuah gunung biasanya terbentuk Gaya Endogen
(Endogene Forces) adalah gaya yang bekerja pada kulit bumi dan berasal dari dalam
bumi yang berlangsung sangat lambat namun kekuatannya sangat hebat.Terdiri dari
gerakan tektonik lempeng, gerakan orogenik atau gerakan epeirogenik. Gaya ini
mengakibatkan perubahan muka bumi:

a) Orogenik (Orogenesis)
Proses pembentukan pegunungan akibat pengaruh gaya endogen berupa
tekanan/tumbukan (horisontal) dan pengangkatan (vertikal) sehingga terbentuk
pegunungan lipatan maupun pegunungan patahan.
b) Vulkanisma (Volcanism)
Proses penerobosan magma atau keluarnya magma dari dalam perut bumi menuju
ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan gas yang
tinggi sehingga terbentuk tubuh gunung
c) Tektonika (Tectonic)
Proses pergerakan/pergeseran pada kerak bumi (kerak batuan dan kerak
samudera) berupa tumbukan, pemekaran dan perpapasan yang menimbulkan
perubahan muka bumi dan terjadinya berbagai fenomena geologi seperti gunung
api, gempa bumi, tsunami, dll.
Gunung berapi atau gunung api secara umum dapat didefinisikan sebagai
suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang
memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke
permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan
pada saat meletus. Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai
fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau
gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai
musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah
Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu. Gunung
berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi
yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya
menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat
dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit
untuk menentukan keadaan sebenarnya dari pada suatu gunung berapi itu, apakah
gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.

II. TERJADINYA GUNUNG API


Gunung api terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Pengetahuan
tentang gunung api berawal dari perilaku manusia dan manusia purba yang
mempunyai hubungan dekat dengan gunung api. Hal tersebut diketahui dari
penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik dan sebagian besar penemuan
fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia berupa tulang benulang manusia yang
terkubur oleh endapan vulkanik. Gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur
tengah benua, terbentuk akibat pemekaran kerak benua; busur tepi benua, terbentuk
akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua;busur tengah samudera, terjadi
akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samudera yang terjadi akibat
terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.

III. PENYEBAB TERJADI GUNUNG API


Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari teka-teki
fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempa bumi dan gunung api.
Planet bumi mempunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua factor tersebut
sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian
gunung api. Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama
pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul
dari unsure radioaktif alami, sepertielemen-elemen isotop terhadap waktu. Bumi pada
saat terbentuk lebih panas,tetapi kemudian mendingin secara berangsur sesuai dengan
perkembangan sejarahnya. Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan
intensitas vulkanisma di permukaan. Perambatan panas dari dalam bumi ke
permukaan berupa konveksi, dimana material-material yang terpanaskan pada dasar
mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerak menyebar dan
menyempit disekitarnya.
Pada bagian atas mantel, sekitar 7 35 km di bawah muka bumi, material-material
tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagi ke dalam aliran
konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga kerak umumnya mempunyai ketebalan 70-
120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut lempeng tektonik.
Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi
mantel.Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang
disebut juga astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu
dimana mulai terjadi pelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur,
walaupun sebagian besar masih padat. Kerak benua mempunyai tebal (lk. 35 km),
berdensiti rendah dan berumur 12 miliartahun, sedangkan kerak samudera lebih tipis
(lk. 7 km), lebih padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak benua
posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan berat jenis, dan
keduanya mengapung di atas astenosfir.

IV. TERBENTUKNYA GUNUNG BERAPI


Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunungapi berbeda:
1. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga
memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk
busur gunung api tengah samudera.
2. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua.
Akibatgesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan
ini bergerak kepermukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur
gunung api di tepi benua.
3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan
rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan
lelehan batuanatau magma sehingga membentuk busur gunung api tengah benua
atau banjir lavasepanjang rekahan.
4. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan
bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan
banjir lava yang membentuk deretan gunungapi perisai.

V. DEFINISI GUNUNG MELETUS


Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di
dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Magma
adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat
tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam
bumi disebut .lava Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan
gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius
18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km. .
Lava tersebut lama kelamaan menjadi dingin dan mengeras menjadi bebatuan dan
menumpuk membentuk gunung baru. Tidak semua gunung berapi sering meletus.
Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung berapi aktif.
Vulkanisme adalah peristiwa yang sehubungan dengan naiknya magma dari
dalam perut bumi. Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat
serta sangat panas yang berada dalam perut bumi. Aktifitas magma disebabkan oleh
tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang terkandung di dalamnya sehingga
dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran lempeng kulit bumi. Magma dapat
berbentuk gas padat dan cair. Proses terjadinya vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas
magma yang menyusup ke lithosfer (kulit bumi). Apabila penyusupan magma hanya
sebatas kulit bumi bagian dalam dinamakan intrusi magma. Sedangkan penyusupan
magma sampai keluar ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma.

Erupsi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar Permukaan


bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi bila tekanan Gas cukup kuat dan ada
retakan pada kulit bumi . Erupsi magma dapat di bedakan Menjadi:
a) Erupsi linier, yaitu magma keluar melalui retakan pada kulit bumi, berbentuk
kerucut gunung api.
b) Erupsi sentral, yaitu magma yang keluar melalui sebuah lubang permukaan bumi
dan membentuk gunung yang letaknya tersendiri.
c) Erupsi areal, yaitu magma yang meleleh pada permukaan bumi karena letak
Magma yang sangat dekat dengan permukaan bumi, sehingga terbentuk kawah
gunung berapi yang sangat luas.

VI. PENYEBAB GUNUNG MELETUS


Letusan gunung api disebabkan oleh :
 Pancaran magma atau lava dari dalam bumi yang kuat dan panas
 Proses tektonik dari pergerekan dan pembentukan lempengg atau kulit bumi
 Akumulasi tekanan dan suhu dari cairan magma di dalam bumi yang
menimbulkan pelepsan energy
Penyebab terjadinya gunung api

struktur gunung api terdiri dari:

 Struktur kawah merupakan bentuk morfologi negative atau depresi akibat


kegiatan suatu gunung api, di mana bentuknya relative bundar
 Kaldera beentuk morfologinya seperti kawah, tetapi garis tengahnya lebih dari
2 km.
 Rekahan dan graben merupakan retakan-retakan atau patahan pada tubuh
gunung api yang memanjang mencapai puluhan kilometer dan dalamnya
ribuan meter. Rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok diantara
rekahan tersebut graben.
 Depresivolkano-tektonik, pembentukanya ditandai dengan deretan
pegunungan yang berasosiasi dengan pembentukan gunung api akibat
ekspansi volume besar magma asam ke permukaan yang berasal dari kerak
bumi.despresi ini dapat mencapai ukuran puluhan kilometer denggan
kedalaman ribuan meter.
VII. ANCAMAN LETUSAN GUNUNG BERAPI
Ancaman bahaya letusan gunung api dibagi dua berdasarkan waktu kejadiannya
yaitu:
- Bahaya utama dan bahaya ikutan

Kedua jenis ancaman bahaya ini masing masing mempunyai risiko merusak dan
mematikan.

a. Bahaya utama ( primer )


Bayhaya utama ( sering juga disebut bahaya lansung ) adalah bahaya yang terjadi
ketika proses peletusan terjadi. Jenis bahaya ini adalah awan panas,lontaran batu
pijar,hujan abu lebat,lava atau magma,gas beracun,tsunami,tanah longsor

 Gas vulkanik
adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi yang
dikeluarkan antara lain carbon monoksida (CO), Carbondioksida(Co2),
Hidrogen Sulfida (H2S), sulfurdioksida(SO2) dan nitrogen (NO2) yang
membahayakan manusia.

 Awan panas
Adalah campuran material letusan antara gas dan bebatuan (bebagai
ukuran)yang terdorong kebawah dan turun menggulung-gulung bagaikan
gulungan awan menyusuri lereng gunung. Suhunya yang sangat tinggi, antara
300-700 dan kecepatan luncurnya sangat tinggi > 70 km per jam ( tergantung
kemiringan lereng gunung ). Di Gunung Merapi, di DI Yokyakarta dan jawa
tengah, awan panas ini disebut “ Wedus Gembel “karena bentuk awannya
yang menyerupai bulu domba yang tidak pernah cukur.
 Lontaran material ( batu pijar )
Terjadi ketika letusan (magmetik) berlangsung. Jauhnya lontaran sangat
bergantung dari besarnya energy letusan , bias mencapai ratusan kilometer,
suhunya yang tinggi (>200) dan berukuran besar ( garis tengah > 10 cm )
sehingga dapat membakar, melukai, dan mematikan mahluk hidup. Lazim
juga disebut sebagai “born vulkanik”
 Hujan abu lebat
adalah material yang sangat halus. Karena hembusan angin dampaknya bisa
dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Dampak abu letusan Permasalahan
pernafasan, kesulitan penglihatan, pencemaran sumber air bersih,
menyebabkan badai listrik, mengganggu kerja mesin dan kendaraan bermotor,
merusak atap, merusak ladang, merusak infrastruktur.
 Lava atau magma
dalah cairan magma yang bersuhu tinggi, anatara 700-1.200. yang mengalir ke
permukaan melalui kawah gunung berapi. Lava yang sifat encer mampu
mengalir jauh dari sumbernya mengikuti sungai atau lembah yang ada
sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya. Bila lava ini
sudah dingin maka berubah wujud menjadi batuan ( batuan beku ) dan daerah
yang dilalui menjadi lading batu.
 Gas racun
Yang muncul dari gunung api dan tidak selalu didahului oleh letusan api tapi
dapat keluar dengan sendirinya melalui celah bebatuan yang ada, meskipun
kerap kali diawali letusan. Gas utama yang muncul dari cela bebatuan gunung
api adalah co2,h2,hcl,so2,dan co.
 Tsunami
Atau gelombang pasang biasanya terjadi akibat letusan gunung api pulau. Saat
terjadi letusan maka materialnya masuk ke dalam laut dan mendorong air laut
kea rah pantai dan menimbulkan gelombang pasang. Makin besar volume
material letusan maka makin besar gelombang yang terangkat ke darat.
Contoh letusan gunung Krakatau 1883 di Selat Sunda.

b. Bahaya ikutan ( sekunder )


Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah
proses peletusan berlangsung. Bila satu gunung api meletus akan terjadi
pengumpulan material dalam bebgai ukuran puncak dan lereng bagian atas. Pada
saat musim hujan sebagai material ini akan terbawa air hujan dan tercipta adonan
lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan,lumpur dan pasir. Banjir ini di
sebut banjir lahar dingin. Banjir lahar dingin juga mempunyai resiko
menghanyutkan, merendam, merusak dan menimbun. Banjir lahar dingin yang
mengalir di sungai bias meruabah alur sungai dan menimbun dasar sungai dengan
pasir dan bebatuan. Hal ini dapat membuat air sungai meluap dan menerjang,
merusak dan menghancurkan kebun,sawah,rumah,jalan,jembatan serta bangunan
lainnya. Banjir lahar dingin bias menimbulkan kerugian kesehatan,ekonomi dan
social yang sangat besar. Letusan gunung api mengakibatkan kerugian berupa
korban manusia dan harta benda,baik milik perorangan maupun milik umum. Ini
dapat mengganggu bahkan melumpuhkan kegiatan social ekonomi dan penduduk.
Manusia akan meninggal,hilang,sakit ( Ispa ), sakit mata karena debu,luka dan
mengungsi.
Prasarana umum sosial dan ekonomi serta transportasi yang merusak,
roboh atau hancur dan tercemar gunung api seperti : jalan, jembatan, angkutan
umum, sekolah, rumah ibadah, pasar, gedung pertemuan, rumah sakit, puskesmas,
fasilitaspemerintahan, industry, jasa serta prasaran pertanian, perikanan, perairan,
serta prasarana air bersih.

VIII. TANDA TANDA SEBELUM GUNUNG MELETUS DAN ISYARAT GUNUNG


BERAPI

 Suhu di sekitar gunung naik. Hal ini menunjukkan terjadu kenaikan aktifitas
Merapi.
 Mata air menjadi kering.
 Sering mengeluarkan suara gemuruh, kadang disertai getaran (gempa)
 Tumbuhan di sekitar gunung layu

Tingkat isyarat gunung berapi di Indonesia

Status Makna Tindakan


 Menandakan gunung berapi yang  Wilayah yang terancam bahaya
segera atau sedang meletus atau direkomendasikan untuk
ada keadaan kritis yang dikosongkan
menimbulkan bencana  Koordinasi dilakukan secara
AWAS  Letusan pembukaan dimulai harian
dengan abu dan asap  Piket penuh
 Letusan berpeluang terjadi dalam
waktu 24 jam

 Menandakan gunung berapi yang  Sosialisasi di wilayah terancam


sedang bergerak ke arah letusan  Penyiapan sarana darurat
atau menimbulkan bencana  Koordinasi harian
 Peningkatan intensif kegiatan  Piket penuh
seismik
 Semua data menunjukkan bahwa
SIAGA aktivitas dapat segera berlanjut ke
letusan atau menuju pada keadaan
yang dapat menimbulkan bencana
 Jika tren peningkatan berlanjut,
letusan dapat terjadi dalam waktu
2 minggu

 Ada aktivitas apa pun bentuknya  Penyuluhan/sosialisasi


 Terdapat kenaikan aktivitas di  Penilaian bahaya
atas level normal  Pengecekan sarana
 Peningkatan aktivitas seismik dan  Pelaksanaan piket terbatas
WASPADA kejadian vulkanis lainnya
 Sedikit perubahan aktivitas yang
diakibatkan oleh aktivitas magma,
tektonik dan hidrotermal
 Tidak ada gejala aktivitas tekanan
magma
NORMAL
 Level aktivitas dasar

IX. Gunung Merapi


Daerah Istimewa Yogyakarta atau jogja dan seringkali disingkat DIY adalah
sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian selatan pulau jawa dan
perbatasan dengan provinsi jawa tengah di sebelah utara secara geografis yogyakarta
terletak dibagian tengah. Daerah tersebut terkena bencana gunung meletus pada
tanggal 26 oktober 2010 yang mengakibatkan korban meninggal dan tidak memiliki
rumah. Kawasan di sekitar puncaknya menjadi kawasan nasional gunung merapi
sejak tahun 2004.Gunung berapi ini sangat berbahaya karena menurut catatan modern
mengalami erupsi (puncak keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan
dikelilingi pemukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548 ,gunung ini sudah
meletus sebanyak 68 kali. Kota Yogyakarta dan Kota Magelang kota besar terdekat,
berjarak 30 km dari puncaknya. Di lerengnya masih banyak terdapat pemukiman
sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak 4 km dari puncaknya. Pleh karena
tingkat kepentingannya ini, merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api
dunia yang termasuk teraktif.

X. KRONOLOGI MELETUSNYA GUNUNG MERAPI


Gunung Merapi mengeluarkan awan panas pada hari Selasa, tanggal 26
Oktober 2010 sekitar pukul 17.00 WIB. Aktivitas gunung Merapi sudah dimulai sejak
bulan September 2010. Awan panas yang dikeluarkan Gunung Merapi
mengakibatkan kurang lebih 15 orang meninggal dunia. Berikut ini adalah kronologi
meletusnya Gunung Merapi :
Gunung Merapi mengalami erupsi dengan memuntahkan material vulkanik
panas. Para pejabat mengatakan bahwa korban tewas berjumlah 12 jiwa.13.000
warga harus dievakuasi ke tempat yang lebih aman hingga radius 16 km dari
puncak Merapi. Tayangan televisi nasional menunjukkan bahwa ribuan orang
melarikan diri ketempat yang lebih aman, dan beberapa orang mengalami luka bakar.
Ribuan orang yang tinggal di dekat gunung berapi telah diperintahkan untuk pindah
ke tempat yang lebih aman, tetapi banyak yang masih menolak untuk pergi. Beberapa
menolak untuk mengindahkan peringatan karena mereka tidak ingin meninggalkan ternak
mereka.
Pada Pukul 17.02 mulai terjadi awan panas selama 9 menit
Pukul 17.18 terjadi awan panas selama 4 menit
Pukul 17.23 terjadi awan panas selama 5 menit
Pukul 17.30 terjadi awan panas selama 2 menit
Pukul 17.37 terjadi awan panas selama 2 menit
Pukul 17.42 terjadi awan panas besar selama 33 menit
Pukul 18.00 sampai dengan 18.45 terdengar suara gemuruh dari Pos Pengamatan
Merapi di Jrakah dan Selo
Pukul 18.10, pukul 18.15, pukul 18.25 terdengan suara dentuman
Pukul 18.16 terjadi awan panas selama 5 menit
Pukul 18.21 terjadi awan panas besar selama 33 menit
Dari pos Pengamatan Gunung Merapi Selo terlihat nyala api bersama kolom asap
membumbung ke atas setinggi 1,5 km dari puncak Gunung Merapi
Pukul 18.54 aktivitas awan panas mulai mereda
Luncuran awan panas mengarah ke sektor Barat-Barat Daya dan sektor Selatan-
Tenggara

Dan pada dini hari 5 November 2010, Gunung Merapi kembali meletus dengan
dahsyat. Letusanini menyebabkan 59 korban jiwa akibat terjangan awan panas yang mencapai 17
km daripuncak merapi. Warga lereng Merapi mengalami kepanikan massal dan
berebut untuk mencari tempat perlindungan yang aman. Petugas evakuasi kewalahan
dalam mengevakuasipengungsi dan korban yang banyak mengalami luka bakar akibat
sengatan awan panastersebut. Kurangnya jumlah dan persiapan armada transportasi di
tempat, putusnya jaringanl istrik dan telekomunikasi, kurang kesiapsiagaan aparatur
desa dalam proses evakuasi massal,menjadi beberapa penyebab buruknya emergency
management pada fase respon bencana ini.Ditambah lagi dengan budaya masyarakat
setempat yang masih kental, ketika erupsi Merapisebagian besar masyarakat tidak
menghiraukan himbauan BPPTK untuk segera mengungsi,mereka lebih menaruh
kepercayaan kepada mendiang Mbah Maridjan yang ketika ituberperan sebagai juru
kunci.
Setelah Gunung Merapi mengeluarkan awan panas, warga yang mengungsi
dari rumahnya mencapai 200.000 orang. Mereka membutuhkan kurang lebih 25-30
ton beras setiap harinya. Selain pangan mereka juga membutukan pakaian untuk ganti
dan selimut agar ketika malam hari mereka tidak kedinginan di pengungsian. Mereka
juga membutuhkan kamar mandi untuk mandi dan mencuci.
Peristiwa meletusnya Gunung Merapi 2010 mengakibatkan banyak
kerusakan dan kerugian serta korban jiwa. Dalam peristiwa itu, banyak
masyarakat Kabupaten Sleman menjadi korban. Terdapat korban meninggal 123
jiwa, rawat inap 147 jiwa, dan sebanyak 56.414 jiwa mengungsi (Sumber: BPBD
DIY, 7 Nopember 2010). Selain itu berdasarkan sumber berita online
www.republika.co.id, erupsi Merapi 2010 hampir membuat perekonomian
Kabupaten Sleman lumpuh di lima kecamatan sehingga hampir tidak ada
aktivitas ekonomi. Lima kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Cangkringan,
Kecamatan Pakem, Kecamatan Turi, Kecamatan Tempel, dan Kecamatan
Ngemplak-ngemplak.

XI. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI


Salah satu asas penanggulangan bencana di Indonesia adalah ilmu penegetahuan dan
teknologi ( IPTEK ), yaiti bahwa dalam penanggulanggan bencana harus
memanfaatkan ilmu pengethuan dan teknologi secara optimal. Dengan demikian,
proswes penanggulangan bencana baik pada tahap pra bencana, pada saat bencana
maupun pada pasca bencana dapat dipermudah dan dipercepat ( kemenristek,2007).
IPTEK dalam penanggulangan bencana gunung merapi dapat diterapkan dalam
pengenalan mengenai karakteristik ancaman/hazard Gunung Merapi dan berbagai
kemajuan teknologi untuk penanggulangan bencana Gunung Merapi. Penerapan
teknologi penanggulangna bencana Gunung Merapi dalam tahap pra, darurat bencana,
dan pasca bencana misalnya adalah pembuatan mapping risiko bencana dan tata
ruang wilayah.
Gunung Merapi dan sekitarnya, pengembangan teknologi deteksi dini
Gunung Merapi melalui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi,
pengembangan dan pembuatan bangunan/rumah tahan gempa yang sekaligus dapat
digunakan untuk perlindungan sementara terhadap awan panas Gunung Merapi,
misalnya RULINDA ®M e r a p i (sar, 2005; Sarwidi, 2008),
pengembangan teknologi p e r a l a t a n penyelamatan korban awan
panas Gunung Merapi, pengembangan teknologi tenda dan hunian sementara
(huntara) yang efektif untuk lereng Gunung Merapi, pengembanga
nt e k n o l o g i p e r t a n i a n d a n k e h u t a n a n y a n g e f e k t i f d i l e r e n g
Gunung Merapi, s e r t a pengembangan sistem informasi dan komunikasi
bencana Gunung Merapi (misalnyao l e h k e l o m p o k J a l i n M e r a p i C R I ,
K u m u n i t a s B a l e r a n t e , C E V E D S In t e r n a t i o n a l d a n FOREKA). Kultur
dan karakteristik masyarakat lereng Gunung Merapi dan sekitarnya juga
harus diakomodasi dalam strategi penangulangan bencana Gunung Merapi
agar tercapai hasil yang maksimum.

XII. PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG MERAPI


Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Penyelenggaraan penanggulangan bencana sesuai dengan siklus bencana yang secara
garis besar terdiri atas tiga tahap, yaitu prabencana, tanggap darurat, dan
pasca bencana. BNPB/BPBD bertindak selaku koordinator dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap prabencana dan pasca bencana.
BNPB/BPBD menjalankan fungsi komando dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana pada tahap tanggap darurat. Untuk penanggulangan bencana letusan gunung
berapi sebagaimana kasus bencana Gunung Merapi, ada dua subtahapan kritis di luar
masa tanggap darurat yang penangannya haru mirip dengan penanganan saat tanggap
darurat, yaitu subtahap siaga darurat pada tahap prabencana dan subtahap awal
rekoveri pada tahap rehabilitasi dan rekonstruksi.

A. Upaya penetapan kebijakan yang berisiko timbulnya Bencana Gunung Merapi


harus dilakukan pada semua tahapan penanggulangan bencana dengan melakukan
perbaikan secara terus menerus.
B. Penguranga Risiko Bencana ( PRB ) Gunung Merapi dilakukan untuk mengurangi
dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang
tidak terjadi bencana, yang meliputi pengenalan dan pemantauan risiko bencana,
perencanaan partisipatif penanggualangan bencana sebagaimana disebutkan
dalam subsitem perencanaan di muka, pengembangan budaya sadar bencaana, dan
penerapan upaya fisik, non fisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.
C. Penyelenggaraan penanggulangan bencana Gunung Merapi dalam situasi terdapat
potensi terjadi bencana meliputi kesiapsiagaan, peringatan dini oleh BPPTK
Kementerian ESDM, dan mitigasi bencana, kesipsigaan dilakukan untk
memsatikan upaya yang cepat dan tepat dalama menghadi kejadian bencana.
Peringatan dini dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam
rangka mengurangi risiko terkena bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap
darurat. Mitigasi dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat
yang berada pada kawasan rawan bencana Gunung Merapi.
D. pada saat tanggap darurat meliputi pengkajian secara cepat dan tepat
terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya, penentuan status keadaan
darurat bencana, penyelamatan dan evakuasi masyaraka terkena bencana,
kebutuhan dasar, perlindungan terhadap kelompok rentan, dan pemulihan dengan
segera prasarana dan sarana vital. Dalam status keadaan darurat bencana telah
ditetapkan BNPB/BPBD mempunyai kemudahan akses yang meliputi pengerahan
sumber daya manusia, pengerahan peralatan, pengerahan logistik, imigrasi,cukai,
karatina,perizinan, pangadaan, barang dan jasa, pengelolaandan pertanggung
jawaban uang dan/atau barang, penyelamatan, dan komando untuk
memerintahkan sector/lembaga. Hal tersebut sudah mulai
dilaksanakandalammpenangangan darurat erupsi Gunung Merapi tahun 2010
yang lalu (BNPB, 2010b)

E. Penyelenggaraan penanggulangan bencana Gunung Merapi padata hapan pra


bencana berlangsung baik dalam situasi tidak terjadi bencana maupun dalam
situasi terdapat potensi terjadinya bencana. Penyelenggaraan penanggulangan
bencana Gunung Merapi dalam situasi tidak terjadi bencana setidaknya harus
meliputi perencanaan penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana,
pencegahan, pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratananalisis
risiko bencana, penentuan dan penegakan rencana tata ruang ( KRB/kawasan
rawan bencana ), pendidikan dan pelatihan, dan persyaratan standar teknis
penanggulangan bencana. Perencanaan penanggulangan bencana meliputi
pengenalandan pengkajian ancaman bencana, pemahaman tentang kerentanan
masyarakat, analisis kemungkinan dampak bencana, pilihan tindakan
pengurangan risiko bencana, penentuan mekanisme kesiapan penanggualngan
bencana dan lokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya yang tersedia. Dalam
kegiatan pelatihan, Pemda, BNPB,Kementerian Sosial, dan Badan SAR Nasional
sudah melakukan serangkaian pelatihan penanggulangan bencana bagi
masyarakat lereng Gunung Merapi. Dalam kegiatan pendidikan, banyak TK SD,
SMP, SMA di wilayah lereng Gunung Merapi sudah mulai mendpatkan
pengetahuan pengenalan Gunung Merapi baik oleh para guru di dalam kelas
maupun oleh instansi dan para kelompok pegiat PB/PRB misalnya o]oleh BPPK
kelompok pelestarian lingkungan hidup “ Wana MANDHIRA” dan MUSEGA
SWG.
Di tingkat perguruan tinggi, pendidikan serta kajian yang terkaitdengan
penanggulangan bencan Gunung Merapi dapat ditemui misalnya pada
ProgramUnggulan Kemendiknas dalam bidang Manajemen Rekayasa Kegempaan
di Magister Teknik Sipil Program Pasca Sarjana Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan UniversitasIslam Indonesia (MRK UII) serta pada PSBA UGM dan
CEEDEDS UII.

F. Penyelenggaraan penanggulangan bencana Gunung Merapi pada tahap


pasca bencana meliputi rehabilitas dan rekontruksi. Rehabilitas
dilakukan melalui kegiatan perbaikan lingkungan daerah bencana,
perbaikan prasarana dan sarana umum, pemberian bantuan perbaikan rumah
masyarakat, pemulihan sosial psikologis, pelayanan kesehatan, rekonsiliasi dan
resolusi konflik, pemulihan sosial ekonomi budaya, pemulihan keamanan dan
ketertiban, pemulihan fungsi pemerintahan, dan pemulihan fungsi pelayanan
publik. Rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik,
meliputi pembangunan kembali prasarana dan sarana, pembangunan kembali
sarana sosial masyarakat, pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya
masayarakat, penerapan ranccang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan
yang lebih baik dan tahan partisipasi dan peran serta lembaga danorganisasi
kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat, peningkatan kondisi
sosial,ekonomi, dan budaya, peningkatan fungsi pelayanan public, dan
peningkatan pelayana utama masyarakat. Untuk erupsi Gunung Merapi 2010,
tahap pasca bencana primer dan tahap tanggap darurat bencana sekunder sedang
berjalan.

XIII. MITIGASI BENCANA GUNUNG MERAPI


Mitigasi adalah salah satu tindakan penanggulangan resiko bencana yang dapat
dilakukan di fase sebelum terjadinya bencana, pra-bencana, saat menjelang bencana,
dan pasca bencana. Mitigasi bencana gunungapi dalam pengertian yang lebih luas
bisa diartikan sebagai segala usaha dan tindakan untuk mengurangi dampak bencana
yang disebabkan oleh erupsi gunung api.
A. Mitigasi Struktural
Dalam pelaksanaan mitigasi struktural, BPBD Sleman melakukan
pembangunan rumah sesuai standar kawasan rawan bencana yang
bekerjasama dengan Tim REKOMPAK dibawah koordinasi Dirjen Cipta
Karya Kementrian Pekerjaan Umum. Dalam mitigasi ini masyarakat
dilibatkan dengan membagi masyarakat menjadi kelompok-kelompok
pemukim. Dalam mitigasi ini banyak pihak swasta/NGO yang membantu,
seperti Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, ASB, SGM. Terdapat peranan
komunitas setempat dan Tim REKOMPAK untuk mensosialisasikan kegiatan
mitigasi ini. Pada saat pembuatan sabo BPBD Sleman berkoordinasi dengan
Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO), Balai Sabo, Balai
Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), dan
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Peranan masyarakat
turut dilibatkan dengan memberikan saran mengenai desain sabo.Mitigasi
melalui alat peringatan dini (EWS) mayoritas disediakan oleh pemerintah,
meskipun ada bantuan dari pihak swasta. Masyarakat juga berinisiatif untuk
membeli alat komunikasi berupa handy talky (HT) untuk menerima dan
memperbaharui informasi Gunung Merapi.Pelaksanaan mitigasi pembuatan
barak pengungsian dimulai dengan membuat skenario kejadian erupsi Gunung
Merapi. Dalam pembuatan skenario ini semua stakeholder dilibatkan, baik
dari pihak swasta/NGO dan masyarakat. Masalah yang dihadapi dalam
pelaksanaan mitigasi ini adalah mengenai informasi tentang jumlah pengungsi
dan kapasitas barak pengungsian yang kurang akurat, sehingga terjadi over
kapasitas ketika kondisi darurat. BPBD Sleman juga menyiapkansarana dan
prasarana yang menunjang proses evakuasi. BPBD Sleman berkoordinasi
dengan pemerintah terkait seperti TNI dan Kepolisian untuk penyediaan
armada evakuasi. Masyarakat menyiapkan transporta yang diorganisir dalam
sebuah tim khusus yang memiliki tugas dan tanggung jawabnya. Tim ini
disebut Tim Pengurangan Resiko Bencana (Tim PRB) tingkat dusun. Selain
sarana transportasi, jalur evakuasi juga mendapat perhatian. Masalah yang
dihadapi BPBD Sleman adalah belum terpisahnya jalur evakuasi dengan jalur
tambang. Oleh karena itu BPBD Sleman melakukan koordiansi dengan Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informasi, Dinas Sumber Daya Alam Energi
dan Mineral dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten
Sleman. BPBD Sleman juga membuat rambu-rambu penunjuk arah jalur
evakuasi menuju ke tempat yang aman seperti balai desa dan barak
pengungsian.
B. Mitigasi non structural
Pelaksanaan mitigasi non struktural tidak berbeda dengan mitigasi
struktural. Dalam kegiatan pemantauan pengamatan status Gunung Merapi,
BPBD Sleman berkoordinasi dengan BPPTK, BMKG, dan BBWSSO.
Mekanisme penentuan status menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten
Sleman. Pemantauan Gunung Merapi juga dilakukan oleh masyarakat yang
tergabung dalam komunitaskomunitas. Penyebaran informasi melalui radio,
sehingga biasa disebut radio komunitas. Dalam kegiatan mitigasi
penyampaian informasi, BPBD Sleman sebagai koordinator yang
mengkoordinasi instansi-instansi terkait baik dari Pemkab Sleman, BPPTK,
BMKG, Posko Utama Pakem, Posko Kecamatan, Kantor Desa, dan
komunitas-komunitas di Kawasan Rawan Bencana hingga informasi sampai
kepada masyarakat.Mitigasi juga dilakukan dengan membuat peta kawasan
rawan bencana.Namun peraturan pemetaan ini mendapat penolakan dari
warga yang tinggal di daerah yang dinyatakan kawasan rawan bencana. Hal
ini dikarenakan tidak dilibatkannya masyarakat dalam perumusan peraturan
tersebut. Sehingga masyarakat kurang memahami maksud dan tujuan dari
pemerintah. Keadaan yang demikian menyebabkan upaya penertiban
peraturan pemanfaatan lahan dilakukan oleh pemerintah mengalami
hambatan, sehingga sampai sekarang masih ada dusun yang tidak mau
direlokasi. Dalam pelaksanaan mitigasi BPBD Sleman juga melakukan
sosialisasi. Dalam melakukan sosialisasi BPBD Sleman berkoordinasi dengan
instansi lain seperti BPPTK untuk menjelaskan secara ilmiah kondisi Gunung
Merapi yang sesungguhnya. Selain itu dalam sosialisasi, BPBD Sleman juga
dibantu oleh komunitas setempat.Kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat
dilaksanakan melalui progran Desa Tangguh Bencana. Pelaksanaannya hasil
kerjasama antara pemerintah, swasta (NGO) dan masyarakat. Dalam
mewujudkan Desa Tangguh Bencana para stakeholder ini membentuk Tim
Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Tingkat Dusun. Tim PRB Tingkat Dusun
yang difasilitasi oleh BPBD Sleman dan swasta (NGO) bermusyawarah
untuk menentukan kegiatan-kegiatan dalam upaya penguatan kelembagaan
dan peningkatan kapasitas di masyarakat.

XIV. KESIAPSIAGAAN
Di dalam emergency management yang fungsional, diperlukan adanya tahap
kesiapsiagaan yang baik. Tahap ini adalah fase pada siklus yang menyakupi bidangperencanaan,
pengelolaan, pengorganisasian, pelatihan, pemantauan, evaluasi danmemastikan
koordinasi yang efektif, serta peningkatan kemampuan organisasi untuk melindungi
korban dn pengungsi dan juga mengurangi dampak bencana alam, aksi terorisme,dan
bencana buatan manusia.
Langkah kongkrit dalam tahap kesiapsiagaan terhadap letusangunung Merapi,
menurut antara lain adalah:
1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-ancamannya,
2. Membuat sistem peringatan dini yang efeketif dan efisien,
3. Mengembangkan radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status gunung
api
4. Membuat peta kawasan rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi
berwenang
5. Membuat perencanaan penanganan bencana mempersiapkan jalur dan
tempatpengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air, jamban,
makanan,pertolongan pertama) jika diperlukan,
6. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting,Implementasi di lapangan
padabencana alam erupsi gunung Merapi 2010, kesiapsiagaan penanganan
bencana Merapi.
1. Mengenali tanda-tanda bencana, karakter gunung dan ancaman-ancamannya.
Padapengalaman bencana erupsi gunung Merapi 2006 dan 2010, Pemerintah
melaluiBadan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian
(BPPTK)Yogyakarta di bawah wewenang Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi(PVMBG) telah memasang stasiun pengamatan gunung Merapi di
beberapa titik (PosKaliurang, Pos Babadan, Pos Ngepos, Pos Balerante) yang
secara aktif dan konsistenberkewajiban dalam pengamatan aktifitas vulkanik
gunung Merapi, serta mencatatsegala perkembangan yang ada untuk disosialisasikan
kepada masyarakat yangtinggal di rawan bencana. Stasiun pengamatan tersebut
telah berhasilmenyosialisasikan warga dan masyarakat luas akan kegiatan
gunung Merapi melaluimedia lokal, media nasional, pemerintahan setempat,
serta bermitra dengan LembagaSwadaya Masyarakat yang ada dalam
penginformasian, koordinasi langsung wargayang tinggal di rawan bencana.
Jadi, dinilai telah bekerja secara efektif dan fungsionaldalam proses evakuasi
warga ke tempat yang lebih aman
2. Membuat sistem peringatan dini yang efektif dan efisien. Sistem peringatan
dini padabencana erupsi Merapi 2010 sudah tergolong baik, hal ini dapat
dibuktikan dengancepatnya informasi mengenai status kegiatan vulkanik
gunung Merapi dari BadanPenelitian dan Pengembangan Teknologi
Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta dibawah wewenang Pusat Vulkanologi
dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG)kepada masyarakat. Selain itu,
informasi tersebut juga dengan gencarnyadiinformasikan melalui tayangan
televisi, siaran radio, jaringan internet, dan lain-lain.Namun, terdapat
kelemahan pada distribusi informasi sistem peringatan dini ialahketerbatasan
masyarakat di rawan bencana dalam mengakses media-media
informasitersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain
lemahnya jaringantelekomunikasi di daerah tersebut, kurang kesadaran
masyarakat setempat dalam mengakses media informasi, serta rendahnya
kemampuan masyarakat dalamberkomunikasi dan mininmnya informasi yang
dapat diserap oleh masyarakat. Solusiyang penulis tawarkan adalah perlu
dilakukannya komunikasi langsung antaraBPPTK dengan pemerintah daerah
setempat, seperti Kepala Dusun, Lurah, Camat,dan lain-lain. Dengan adanya
komunkasi langsung antara badan yang berwenangdengan aparat setempat,
maka informasi akan semakin mudah tersampaikan ke wargasetempat.
3. Mengembangkan radio komunitas untuk penyebarluasan informasi status
gunung api.Pada bencana erupsi Merapi 2010, tersedia radio komunitas yang
diprakarsai olehmasyarakat lereng Merapi. Radio tersebut memiliki titik-titik
yang tersebar luas didaerah yang rawan bencana, sehingga penjaga pos setempat dapat
memantaulangsung secara visual, dan dapat diinformasikan secara cepat ke pos
radio komunitaslain.
4. Membuat peta kawasan rawan gunung api yang diterbitkan oleh instansi
berwenang.Pada poin ini, sebenarnya instansi yang berwenang telah
menerbitkan peta kawasanrawan bencana Gunung Merapi. Namun hanya
ditempatkan di titik-titik tertentu,seperti di kantor pemerintah desa, dan lokasi
wisata saja. Dengan kata lain, fasilitaspeta kawasa rawan bencana masih
belum memadai.
5. Membuat perencanaan penanganan bencana seperti mempersiapkan jalur dan
tempat pengungsian yang sudah siap dengan bahan kebutuhan dasar (air,
jamban, makanan,pertolongan pertama) jika diperlukan. Pada poin kelima ini,
implementasi saat erupsiMerapi 2010 terkesan tidak tertata dengan rapih.
Pemerintah tidak mampumenyediakan tempat pengungsian yang cukup dan layak bagi
warganya. Ditemukanbanyak titik lokasi pengungsian yang overloaded,karena
dihuni oleh ribuan warga sekaligus. Sehingga distribusi obat-obatan serta
bantuan logistik tidak mencukupi kebutuhan seluruh warga. Akibat tempat
pengungsian yang kurang layak tersebut,banyak warga yang terpaksa
mengungsi ke daerah lain, sehingga terpisah dengankerabat mereka. Peristiwa
ini perlu dievaluasi dengan memperbaiki sistem yang ada.Seperti yang penulis
tawarkan adalah memanfaatkan arena pengungsian yang lebihluas, terjangkau
(Stadion, tanah lapang) yang relatif aman. Aparatur terkait perlumenetapkan
arena pengungsian yang sifatnya permanen dengan membangun fasilitasyang
menunjang, seperti sarana MCK, gudang logistik dan obat-obatan.
Sehinggamasyarakat tidak mengalami kebingungan dalam mencari lokasi
pengungsian yangdisediakan.
6. Mempersiapkan kebutuhan dasar dan dokumen penting. Poin ini terkesan
tidak dijalankan oleh masyarakat luas. Kasus bencana erupsi Merapi 2010,
banyak wargayang kehilangan dokumen, dan surat-surat penting seperti : akta
kelahiran, suratkepemilikan bangunan, hingga ijazah pendidikan. Masyarakat
selama ini terkesanberpangkutangan dan cenderung tidak mengindahkan
sosialisasi yang telahdisampaikan oleh pemerintah desa, sebelum terjadinya
bencana. kurang membudaya di kalangan masyarakat, dan faktor lain adalah
lemahnya peran aparatur desa, tokoh setempat agar senantiasa mengingatkan
warga untuk menyimpan barang-barang tersebut di atas. Hal ini perlu
ditekankan lagi dan membutuhkan peran tiapkeluarga sebagai inti masyarakat
terkecil agar tidak terjadi hal-hal yang tidak dikehendaki, seperti kehilangan
barang-barang penting tersebut di atas,Atas apa yang telah terjadi berkaitan dengan
gunung Merapi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana(BNPB) yang telah
terbentuk di setiap kabupaten/kota di Indonesia, diharapkan dapat
mempersiapkan. Hal ini adalah amanat dari UU No 24 tahun 2007, yang berisi
bahwa bahwaNegara Kesatuan Republik Indonesia bertanggung jawab
melindungi segenap bangsaIndonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dengan tujuan untuk memberikan pelindunganterhadap kehidupan dan
penghidupan termasuk pelindungan atas bencana, dalam rangkamewujudkan
kesejahteraan umum yang berlandaskan Pancasila, sebagaimana
diamanatkandalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.Masih terbacamasyarakat belum siap menghadapi bencana. Oleh karena itU
kesiapsiagaan (preparadness) terhadap bencana harus diberikan kepada
masyarakat melalui edukasi manajemen bencanaagar dapat bersiap sebelum,
saat dan setelah terjadi bencana

XV. PEMULIHAN:REHABILITAS DAN REKONTRUKSI PASCA BENCANA


GUNUNG MERAPI DI KECEMATAN KLATEN JAWA TENGAH

bencana erupsi Gunung Merapi di wilayah Propinsi JawA Tengah yang terjadi
pada tanggal 26, 29 Oktober 2010 serta tanggal 5 Nopember 2010 telah menimbulkan
kerusakan dan kerugian di Kabupaten Klaten, yaitu:
A. Perumahan
Berdasarkan data potensi desa tahun 2008, rumah di Kawasan Zona
Bahaya Erupsi MerapiTahun 2010 (radius < 20 Km dari Puncak) sejumlah 5.093
unit. Berdasarkan hasil inventarisasi oleh Pemerintah Kabupatensetempat, jumlah
rusak berat 117 unit,rusak sedang 54 unit dan rusak ringan 12 unit. Berdasarkan
hasil penilaian kerusakan dan kerugian, dampak erupsi Gunung Merapisektor
permukiman kerusakan sebesar Rp.6,31 Miliar dan kerugian sebesar Rp.409,5
Juta. Total kerusakan dan kerugian sebesar Rp.6,72 Miliar.

B. Sektor infrastruktur
Dampak bencana erupsi Gunung Merapi terhadap sektor infrastruktur di
Kab. Klaten kerusakan sebesar Rp.40,23 Miliar dan kerugian sebesar Rp.78,32
Miliar. Total kerusakan dan kerugian sebesar Rp.118,55 Miliar.

C. Sektor ekonomi produktif


Dampak bencana erupsi Gunung Merapi terhadap sektor ekonomi
produktif di Kab. Klaten kerusakan sebesar Rp.29,97 Miliar dan kerugian sebesar
Rp.108,36 Miliar, total kerusakan dan kerugian sebesar Rp.138,33 Miliar.

D. Sektor social
Dampak bencana erupsi Gunung Merapi terhadap sektor sosial di
KabupatenKlaten kerusakan sebesar Rp.25,13 Miliar dan kerugian sebesar
Rp.3,11 Miliar.Total kerusakan dan kerugian sebesar Rp.28,25 Miliar.

Melihat data kerusakan dan kerugian pasca bencana Gunung Merapi pada
Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah. Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Wilayah Pasca bencana Erupsi Gunung Merapi merupakan hasil kerja bersama
Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang dikoordinasikan bersama BNPB. Upaya
tersebut diprioritaskan kepada pemulihan. perumahan dan permukiman, prasarana
publik serta ekonomi masyarakat.

1. Sektor Perumahan
Kegiatan rehablitasi dan rekonstruksi pada sektor perumahan yang pada
awalnya direncanakan akan merelokasi pemukiman desa terdampak langsung
menjadi jenis bantuan yang berbeda, sedangkan bila kegiatan relokasi perumahan
ini pada akhirnya terlaksana akan sangat baik untuk masyarakat Kecamatan
Kemalang kedepannya, selain itu kebijakan umum relokasi ditetapkan menjadi
tiga kriteria, yaitu Mandiri-Individu apabila warga masyarakat mempunyai tanah
sendiri; Mandiri-Berkelompok, apabila warga masyarakat secara berkelompok
mempunyai tanah yang berdekatan; atau Berbasis dusun dengan lahan yang
disiapkan pemerintah. Dalam hal ini, bagi kedua kriteria warga yang bersedia
direlokasi tersebut, pemerintah menyiapkan lahan untuk relokasi seluas 100
m2/KK ditambah dengan fasilitas
umum sebesar 50 m2/KK. Warga juga akan mendapatkan hak bantuan
pembangunan rumah senilai Rp 30 juta/KK, dari hasil data yang didapat dengan
melihat kegagalan implementasi rencana pemerintah tersebut maka pemerintah
akan memberikan jenis rehabilitasi dan rekonstruksi yang berbeda. Adapun jenis
rehabilitasi tersebut dengan pendampingan kegiatan program Rekompak terhadap
13 desa di Kecamatan Kemalang. Menurut hasil rencana rekonstruksi sektor
perumahan terbagi menjadi 3 kegiatan didalamnya, yaitu:
a. Pembuatan panduan dan prinsip mekanisme subsidi rumah, dalam hal ini
pemerintah sudah menetapkan untuk memberikan subsidi rumah dalam
perencanaanya, bagi masyarakat yang menetap di KRB III maka akan
direlokasi untuk keluar dari jangkauan KRB III, akan tetapi perencanaan ini
tidak mendapat respon baik oleh pihak masyarakat disana khususnya desa
Balerante. Mereka tidak menyetujui bantuan relokasi rumah tersebut
berkenaan dengan mata pencaharian mereka yang ada di bawah kaki gunung
tersebut. Sedangkan perencanaan pemerintah sudah sangat matang,
keuntungan yang ditawarkan pemerintah pun cukup dapat diperhitungkan,
akan tetapi keputusan masyarakat Kecamatan Kemalang tetap bulat untuk
menetap di KRB III desa Balerante yang sudah menjadi penghuni sejak lama.
Karena permasalahan ini hingga menimbulkan suasana saling bersihtegang
antara pihak pemerintah dengan warga desa Balerante. Akan tetapi pada
akhirnya pemerintah membatalkan perencanaan relokasi rumah tersebut,
walau hal ini sangat bertolakbelakang dengan perencaan.
b. Fasilitasi pengorganisasian pembersihan rumah dan lingkungan, ketika erupsi
Merapi telah usai maka rumah-rumah yang berada disekitar sebagai
perumahan terdampak langsungharus dibenahi agar dapat kembali seperti
semula, pemerintah memfasilitasi pengorganisasian pembersihan rumah yang
dibantu juga dengan Kegiatan Program Rekompak, kegiatan ini ditujukan
untuk 13 desa di Kecamatan Kemalang, selain itu juga diberikan bantuandana
lingkungan di lingkungan pemukiman.
c. Fasilitasi pengelolaan hunian sementara, hal ini diberikan pemerintah pada
tahap rehabilitasi. Ketika keadaan rumah masih dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk dihuni, pemerintah memfasilitasi pengelolaan hunian
sementara untuk 13 desa di Kecamatan Kemalang, di hunian sementara ini
masyarakat Kecamatan Kemalang diberikan kegiatan berupa ilmu
pengetahuan tentang kebencanaan. Dalam hunian sementara ini masyarakat
diperbolehkan kembali ke rumahnya masing-masing untuk kegiatan
pembersihan dan pengecekan kondisi rumah ketika BPBD Kabupaten Klaten
sudah memastikan keadaan diatas baik-baik saja. Tujuan hunian sementara ini
juga guna untuk dapat mengkoordinasi masyarakat yang menjadi korban
dengan baik, sehingga komunikasi tidak terputus, dan dengan hal ini semua
kegiatan dalam satu koordinasi dengan BPBD. Mengingat banyaknya LSM
yang memberikan bantuan langsung ke korban tanpa koordinasi terlebih
dahulu dengan BPBD kabuapten Klaten, menyebabkan terlihatnya koordinasi
yang berantakan dan kondisi penyaluran bantuan tidak terkontrol.
2. Sektor Infrastuktur
Kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi dalam sektor Infrastruktur ini
bertujuan untuk menghubungkan kembali kegiatan yang terputus di Kecamatan
Kemalang, di Kecamatan Kemalang kegiatan ekonomi dan pendidikan dapat
dilakukan antar desa, memperhitungkan hal tersebut maka kegiatan utama yang
harus segera ditangani adalah pembersihan jalan yang tertutup dengan abu akibat
erupsi dan perbaikan jembatan sebagai penghubung. Perbaikan jalan ini dilakukan
di desa Kendalsari, Panggang dan Sidorejo. Kemudian untuk perbaikan ruas jalan
dari desa Kepurun yang berada di Kecamatan Manisrenggo sebagai penghubung
dengan Kecamatan Kemalang dibangun juga jalur evakuasi. Selain itu berkenaan
dengan fasilitas umum yang perlu diperhatikan juga antara lain adalah perbaikan
sarana dan prasarana air minum. Adapun yang kegiatan yang juga tercantum di
rencana aksi:
a) Fasilitasi rembug desa untuk pembangunan kembali jalan dan jembatan desa,
dalam kegiatan pembangunan kembali jalan dan jembatan seperti yang sudah
dijabarkan maka dalam memudahkan kegiatan tersebut pihak BPBD
Kabupaten Klaten memfasilitasi rembug desa untuk ikut serta pada kegiatan
rekonstruksi tersebut, hal ini berkenaan juga dengan bantuan pemberian
penghasilan agar dapat memanfaatkan keadaan yang ada.
b) Fasilitasi pengelolaan air bersih dan jamban, seperti yang sudah direncanakan
pihak BPBD akan sangat dibutuhkannya pengelolaan air bersih dan jamban ini
untuk kelanjutan hidup mereka di bagian rehabilitasi hunian
sementara.perbaikan sarana prasarana ini ditujukan untuk desa Bumiharjo,
Tlogowatu, Sidorejo, Balerante, dan Tegalmulyo.
3. Sektor Sosial
Pada sektor sosial rehabilitasi dan rekonstruksi ini bertujuan untuk
mengembalikan kembali kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan sosial
seperti trauma, pendidikan, agama dan sejenisnya. Seperti data yang sudah
dipaparkan di bab sebelumnya, dalam sektor ini sudah diakui oleh pihak BPBD
yang kurang memprioritaskan keadaan sosial di Kecamatan Kemalang.Pemerintah
mengakui terlalu mengedepankan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pada
sektor pemukiman dan infrastruktur yang dianggap sangat memerlukan
penanganan segera. Seperti indikator yang ada di rencana aksi:
a) Penyediaan layanan trauma healing, pihak BPBD Kabupaten Klaten mengakui
dalam wawancara hari Kamis tanggal 1 April 2013 yang menyatakan belum
sempatnya menyentuh kebutuhan sosial masyarakat Kecamatan Kemalang.
Sedangkan trauma healingini sangat berhubungan dengan kehidupan
masyarakat kedepannya, agar kehidupan dapat kembaliseperti semula
masyarakat Kecamatan Kemalang membutuhkan perhatian yang lebih untuk
psikisnya. Kegiatan trauma healing ini sempat diperhatikan oleh pihak NGO
dan bantuan dari mahasiswa yang menyalurkan rehabilitasi social
b) Penyediaan layanan kesehatan umum dibantu oleh pihak organisasi dari luar,
pemerintah hanya memfasilitasi pada pemulihan dini, akan tetapi pada kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi untuk penyediaan layanan kesehatan umum
pemerintah memberikan bantuan dalam perbaikan Pustu
c) Penyediaan hygiene kitsdifasilitasi juga oleh NGO dan LSM terkait dengan
tujuan membantu kegiatan BPBD yang sedang mefokuskan dengan kegiatan
rehabilitasi dan rekonstruksi pada sektor lainnya.
d) Penyediaan makanan tambahan untuk balita, hal ini diperioritaskan juga oleh
bidang logistik agar memperhatikan kebutuhan balita dalam hal makanan agar
para balita tidak terjangkit penyakit diare.
e) Bantuan biaya dan peralatan sekolah untuk siswa SD, SMP dan SMA yang
terdampak, pemerintah merehabilitasi ruang kelas untuk desa Balerante,
Keputran, Dompol, Kemalang, Kendalsari, Tlogowatu, dan Tegalmulyo
sebanyak 48 unit. Pemerintah memberikan pengadaan peralatan sekolah untuk
desa Balerante sebanyak 16 paket dan pengadaan Hardware juga 16 paket.
f) Pemulihan kegiatan keagamaan dan revitalisasi organisasi keagamaan,
pemulihan ini juga diperhatikan oleh banyak organisasi dari luar, banyaknya
LSM yang turut memperhatikan kebutuhan masyarakat Kecamatan Kemalang
tersebut maka BPBD tidak menangani langsung dalam bagian ini.Revitalisasi
sistem keamanan desa. Pemerintah memfasilitasi keamanan desa dengan
menggunakan rembug desa dan tim SAR yang ada, membangun sistem agar
kondisi di Kecamatan Kemalang terkoordinasi dengan baik.
g) Revitalisasi seni budaya yang berguna untuk mendorong pemulihan, dalamhal
ini pemerintah tidak memperhatikan keunggulan seni budaya yang dimiliki
masyarakat Kecamatan Kemalang.
4. Sektor Ekonomi
Pada sektor ekonomi kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi sangat perlu
diperhatikan, ketika bencana erupsi terjadi maka bertepatan juga dengan
menghilangnya kegiatan ekonomi mereka untuk sementara waktu, tentu hal ini
perlu dipulihkan. Pemerintah BPBD Kabupaten Klaten sangat berperan dalam
pemulihan di sektor ekonomi, karena masyarakat sangat bergantung dengan
bantuan dari pihak pemerintah. Seluruh masyarakat yang terkena dampak erupsi
gunung berapi, harus memiliki kegiatan ekonomi untuk kehidupan mereka. Upaya
rehabilitasi dan rekonstruksi dilakukan agar jangan sampai masyarakat kehilangan
mata pencahariannya.Dalam bantuan pemulihan sektor ekonomi ini pemerintah
dituntut untuk tegas dalam perencanaan agar semua pembagian bantuan merata
dan tidak ada yang kehilangan matapencahariannya. Seperti yang sudah dijabarkan
dalam perencanaanya sebagai berikut:
a) Revitalisasi kelompok tani, kebun,dan ternak, hal ini bermaksud
mengembalikan matapencaharian masyarakat di Kecamatan Kemalang yang
mayoritas kelompok tani, kebun dan ternak. Pemerintah memberikan bantuan
sesuai kebutuhan matapencaharian mereka agar tidak terjadi ketimpangan.
Menurut pengakuan pihak BPBD yang udah di jelaskan di bab sebelumnya
bahwa pihak BPBD tidak memberikan pengalihan matapencaharian untuk
memberikan pelatihan dengan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru
sedangkan pembelajaran tersebut akan memerlukan waktu yang cukup lama.
Memperhitungkan hal tersebut maka pihak BPBD hanya membenahi sistem
perekonomian mereka yang memerlukan pemulihan.
b) Program diversifikasi/alternatif usaha pertanian berupa bantuan pompa air
padi. Pompa air jagung, hand sprayerpadi, hand sprayerjagung. Bantuan
tersebut di khususkan untuk desa Balerante yang terkena dampak langsung.
Sehingga lahan pertanian mereka memerlukan pembersihan, karena lahan
pertanian tersebut tertutup abu erupsi, yang menghasilkan kerusakan pada
lahan pertanian. Pihak BPBD juga memberikan bantuan berupa sayuran,
padi, dan jagung.
c) Penyediaan bibit tanaman cepat panen, hal ini dimaksudkan untuk pengalihan
kegiatan berkebun dari tanaman biasanya menjadi tanaman yang cepat panen.
Hal ini untuk mempercepat penghasilan Kecamatan Kemalang dan kembali
memulihkan perekonomian mereka
d) Bantuan modal usaha untuk pedagang dan industri kecil menengah ini
diberikan pemberdayaan IKM melalui pelatihan dan fasilitasi bantuan
investasi mesin/peralatan produksi. BPBD hanya memfasilitasi kemudian
pihak Rekompak membantu dalam berjalannya pelatihan. Kemudian
masyarakat juga diberikan modal sapi ternak dan sapi potong, selain itu juga
bantuan peralatan kandang kambing dan sapi difasilitasi pemerintah dalam
membantu pemulihan perekonomian masyarakat Kecamatan Kemalang.
Dengan melihat pemaparan kegiatan dari keempat sektor maka perlu diakui
secara keseluruhan BPBD Kabupaten Klaten tidak dapat berkerja sendirian, BPBD
memerlukan peran dari segala pihak untuk mendukung kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi tersebut. Dari keempat sektor tersebut saling membutuhkan
penanganan segera dan tercantum dalam prioritas kegiatan, kelima nya saling
keterkaitan dan tidak bisa dipungkiri bila salah satunya tidak diperhatikan dan
kegiatan pada sekor tersebut mati, makakeseluruhan sektor akan tidak terkoordinasi
juga. Dengan memperhitungkan hal tersebut dapat diyakin bahwa keseluruhan
sektor harus melakukan pemulihan secara bersamaan dan tetap terkoordinasi secara
bersamaan juga.

XVI. SIMULASI GLADI LAPANG PENANGGULANGAN BENCANA ERUPSI


GUNUNG MERAPI

Dalam rangka meningkatkan kesiap siagaan, kewaspadaan dan metigasi,


petugas Unit Ops kecamatan Cangkringan mengadakan gladi lapang simulasi
penanggulangan becana erupsi Merapi, Selasa (26/9/2017) Latihan yang
diselenggarakan dari Kecamatan Cangkringan ini dilaksanakan di lapangan terpadu
kecamatan Cangkringan yang di hadiri jajaran Muspika kecamatan Cangkringan, dan
diikuti dari Personil Polsek, Koramil, Sat Pol PP kecamatan Cangkringan,
perwakilan perangkat desa sewilayah Cangkringan, dan Komunitas relawan yang
tergabung dalam Unit Ops Kecamatan Cangkringan serta unsur BPBD
Sleman.Dalam pelaksanaanya disimulasikan gunung Merapi meletus dengan jarak
luncuran mencapai 10 KM, sehingga warga masyarakat yang tinggal radius kurang
dari 10 Km seperti Desa Umbulharjo, Kepuharjo dan Glagaharjo harus segera
diungsikan ke daerah penyangga yaitu di Desa Argomulyo dan Desa Wukirsari.
Untuk pengungsi dari Desa Kepuharjo ungsikan ke Barak Dusun Randusari
Argomulyo, Pengungsi dari Desa Glagaharjo di ungsikan kebarak Dusun Gayam
Argomulyo, sedang pengungsi dari Desa Umbulharjo di ungsikan ke barak Dusun
Kiyaran dan Dusun Brayut Wukirsari.Suasana semangat dan bahu membahu antar
petugas terlihat ketika melaksanakan evakuasi terhadap pengungsi dan ternak
ketempat aman sesuai dengan skenario latihan. Simulasi menggambarkan alur
informasi dari kenaikan status Merapi sampai penanganan para Pengungsi, termasuk
Menejemen Posko, Menejemen Barak baik disendiri maupun di Barak Penyangga.
Simulasi Gladi lapang ini bertujuan untuk meningkatkan kesiap siagaan dan
kewaspadaan Unit Ops Kecamatan Cangkringan serta memantapkan peran petugas di
Unit Ops sehingga apabila terjadi Erupsi merapi masing masing petugas sudah
mengerti tugas dan tanggung jawabnya. Simulasi tersebut dilaksanakan dari jam
08.30 Wib dan selesai jam 11.00 Wib berjalan sukses dan lancar. (humas
cangkringan)

XVII. DAMPAK YANG DI TIMBULKAN GUNUNG MERAPI

A. Dampak negating
Dampak dari abu gunung merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur
Dioksida (SO2), gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2),
serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau
Particulate Matter)

1. Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta
makanan yang terkontaminasi, dan lain-lain.
2. Pencemaran sumber air bersih
3. Badai listrik
4. Gangguan kerja mesin dan kendaraan bermotor
5. Kerusakan atap
6. Kerusakan ladang dan lingkungan sekitar
7. Kerusakan infrastruktur seperti jalan dan bandar udara.
8. Banyak dari penduduk, terutama sekitar Gunung Merapi yang kehilangan
pekerjaan rutin kesehariannya. Timbulnya penyakit pada korban seperti
ISPA dan keselitan penglihatan
9. 64 desa di Sleman dan puluhan desa di Magelang serta Klaten porak
poranda. Bahkan, desa tersebut dinyatakan tertutup karena berada di zona
yang tidak aman. Sebagian desa sudah tertutup debu vulkanik dengan
ketebalan hingga satu meter.
10. Hujan debu dari Merapi juga meluas dan membatasi jarak pandang. Lalu
lintas, baik darat maupun udara, mulai terganggu. Bahkan, penerbangan
dari dan ke Yogyakarta ditutup sementara waktu Dan terjadi
pula kebakaran hutan karena terkena laharnya.
11. Banyak dalam sektor pertanian terganggu akibat bencana ini yang
menyebabkan pendapatan bisnis para petani menurun drastis.
12. Di sektor perikanan terjadi kerugian sekitar 1.272 ton.
13. Di sektor pariwisata, kunjungan wisatawan berkurang sehingga
menyebabkan tingkat hunian hotel yang tadinya 70 persen turun menjadi
30 persen.
Sehingga dapat dikatakan Meletusnya Merapi ini mengakibatkan dampak yang
sangat besar bagi Indonesia.

B. Dampak Positive Akibat Gunung Merapi

Selain itu, gunung meletus juga menyebabkan dampak positif. Meskipun untuk
letusan Merapi ini dampak tersebut belum terlihat secara signifikan tapi ada hal
yang dapat dijadikan dampak positive dalam bencana ini yaitu :

1. Penambang pasir mendapat pekerjaan baru yaitu bekerja untuk mendapat


pasir di pinggiran aliran lahar dingin.
2. Hasil muntahan vulkanik bagi lahan pertanian dapat menyuburkan tanah,
namun dampak ini hanya dirasakan oleh penduduk sekitar gunung.
3. Bahan material vulkanik berupa pasir dan batu dapat digunakan sebagai
bahan material yang berfungsi untuk bahan bangunan, dan lain-lain.
BAB IV

PENTUP

I. KESIMPULAN

Gunung Merapi adalah gunung berapi dibagian tangah pulau jawa dan
merupakan salah satu gunung teraktif di Indonesia. Lereng sisi selatan berada dalam
administrasi Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sisanya berada
dalam provinsi jawa tengah, yaitu Kabupaten Magelang disisi barat, Kabupaten
Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara.

Bencana Gunung Merapi 2010, banyak permasalahan yang masihperlu


dievaluasi. Penanggulangan bencana Merapi akan berhasil dengan baik
apabiladilakukan secara terpadu antara pemantauan Merapi yang menghasilkan data
yang akuratsecara visual dan instrumental, peralatan yang modern, sistem peringatan
dini, peralatankomunikasi yang bagus dan didukung oleh pemahaman yang benar dan kesadaran
yang kuatdari masyarakat untuk melakukan penyelamatan diri. Pembelajaran kepada
masyarakat yangtinggal dan bekerja di daerah rawan bencana Merapi merupakan
tugas yang secara terusmenerus harus dilakukan sesuai dengan dinamika perkembangan arah dan
besarnya ancamanyang akan terjadi. Karena wilayah rawan bencana Merapi berada pada
teritorial pemerintahdaerah maka kegiatan penyebaran informasi langsung kepada
masyarakat harus dilaksanakanatas kerjasama BPPTK dan instansi terkait. Sosialisasi
dilakukan tidak hanya pada saatMerapi dalam keadaan status aktivitas yang
membahayakan, akan tetapi dilakukan baik dalam status aktif normal maupun pada
status siaga. Namun demikian pada keadaan aktivitasMerapi meningkat seperti ketika
aktivitas Merapi dinyatakan pada status “waspada” dan atau“siaga”menjelang
terjadinya krisis Merapi, sosialisasi harus dilakukan secara lebih intensif.Sosialisasi
status aktivitas dan ancaman bahaya Merapi pada intinya bertujuan
untuk menyampaikan serta menjelaskan kondisi vulkanis Merapi untuk menjaga
kesiapan segenapaparat dan masyarakat dalam menghadapi peningkatan atau
penurunan status aktivitasGunung Merapi. Sasarannya antara lain adalah
menyampaikan kondisi aktivitas Merapiterkini, menyampaikan makna dari status
aktivitas yaitu Awas, Siaga, Waspada dan Normal, menjelaskan jenis-jenis ancaman bahaya
yang ada yaitu awan panas dan lahar dingin, serta menyampaikan tindakan-tindakan yang
perlu dilakukan apabila status naik atau turun. Makadengan manajemen pengawasan dan
emergency yang baik, diharapkan korban bencana erupsi dapat semakin dikurangi

.
Daftar pustaka

buku

Alexander, David.2002.

Principles of Emergency planning and Management.

Terra PublishingBNPB.2009.

National Disaster Management Plan 2010-2014

.Jakarta: BNPBBuchanan, Sally.2000.

Emergency preparedness

. from Paul Banks and Roberta Pilette.Preservation Issues and Planning.American Library
AssociationCuny, Fred. 1983.

Disasters and Development

.Oxford: Oxford University PressGeorge D. Haddow, Jane A. Bullock, Damon P. Coppola,. 2011.

Introduction to Emergency Management.

Butterworth-Heinemann

Akses Elektronik

“International Aid Offers Pour In Despite Jakarta’s Reluctance”,

http://www.thejakartaglobe.com/home/international-aid-offers-pour-in-despite-
jakartasreluctance/403988,diakses pada 8/9/2011.pkl.11.46.WIB.

Press Release:

RELOKASI PENDUDUK DAMPAK ERUPSI MERAPI,http://www.bnpb.go.id/website/asp/


berita_list.asp?id=424,diakses pada8/9/2011.pkl.21.17.WIB.

Priyambodo RH, “Korban Meninggal Dunia Letusan Merapi Tercatat 161 Orang”,

http://www.antaranews.com/berita/1289562334/korban-meninggal-dunia-letusan-merapi-
tercatat-161-orang,diakses pada 8/9/2011.pkl.16.27.WIB
Suryanto, “PMI bantu evakasi ribuan warga korban merapi”,

http://www.antaranews.com/berita/12881 34753/pmi-bantu-evakuasi-ribuan-warga-korban-
merapi,diakses pada 6/9/2011.pkl.13.25.WIB.UU NO. 24 Tahun
2007, www.depdagri.go.id/media/documents/2010/04/01/.../uu_no.24-2007.doc,diakses pada
7/9/2011.pkl.10.26.WIB.

Anda mungkin juga menyukai