09e00298
09e00298
FARMASI INDUSTRI
di
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant Jakarta
Jl. Rawagelam V No. 1 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur
05 Mei – 16 Mei 2008
Disusun oleh:
Sriwati, S. Farm (073202098)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Sriwati : Laporan Praktek Kerja Profesi Farmasi Industri di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant Jakarta Jl.
Rawagelam V No. 1 Kawasan Industri Pulogadung Jakrta Timur 05 Mei – 16 Mei 2008, 2008
USU Repository © 2008
Lembar Pengesahan
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI
FARMASI INDUSTRI
di
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk
Plant Jakarta
Jl. Rawagelam V No. 1 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur
05 Mei – 16 Mei 2008
Laporan ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan
Disusun oleh:
Ainul Mardiah, S. Si (073202006)
Lady Balqis Ali, S. Farm (073202050)
Rafiqoh Parinduri, S. Farm (073202073)
Sri Wati, S. Farm (073202098)
Disetujui oleh:
Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Dekan
i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas Berkat Rahmat-Nya sehingga Praktek Kerja Profesi Apoteker ( PKPA) di PT.
Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant Jakarta pada tanggal 05 Mei 2008 sampai dengan
16 Mei 2008 telah dilaksanakan dengan baik.
Kerja Praktek Profesi Apoteker di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant
Jakarta merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar
apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara dengan harapan agar setiap
calon apoteker mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang peran apoteker di
Industri Farmasi.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak
Drs. Herry Rustanto, Apt, dan Ibu Dra. Tia Mutianingsih, Apt, sebagai pembimbing
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan moril dan pengatahuan
kepada kami selama pelaksanaan PKPA di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant
Jakarta. Dan kami turut mengucapkan banyak terima yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Wiryanto, M.Si, Apt., selaku Koordinator Program Pendidikan
Profesi Apoteker Universitas Sumatera Utara .
3. Bapak Drs. Abdul Manan, Apt., selaku Plant Manager Jakarta yang telah
memberikan tempat bagi kami dalam melaksanakan Praktek Kerja Profesi
Apoteker dengan baik.
4. Seluruh Staf dan Karyawan/ Karyawati PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant
Jakarta, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan
bantuan informasi selama pelaksanaan PKPA ini.
5. Teman - teman Profesi Apoteker Stambuk 2007, terima kasih atas segala
bantuan dan motivasi yang telah diberikan
6. Semua pihak yang banyak memberikan bantuan baik moril maupun materil
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
ii
Kami berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang kami peroleh
selama kami menjalani PKPA ini dapat bermanfaat bagi rekan - rekan dan semua
pihak yang membutuhkan khususnya buat kalangan Profesi Apoteker.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, seperti kata
pepatah mengatakan Tak Ada Gading Yang Tak Retak oleh karena itu penulis
mengharapkan masukan, kritik dan saran dari pembaca bagi profesi kefarmasian yang
akan datang.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ……...………………………………………………. i
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………... ii
KATA PENGANTAR …………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………. vii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….. viii
RINGKASAN ..................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………. 1
1.1. Latar Belakang ……………………………….. 1
1.2. Tujuan ……………………………………………….. 3
BAB II. TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI …………… 4
2.1. Sejarah ……………………………………………… 4
2.2. Visi dan Misi ……………………………………….... 5
2.3. Lokasi Industri Farmasi PT. Kimia Farma (Persero),
Tbk ……………………………………………….. 6
2.3.1. Lima Plant PT. Kimia Farma (Persero) Tbk …. 7
2.3.2. Struktur Organisasi …………………………... 8
2.4. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) …………… 10
BAB III.KEGIATAN DIINDUSTRI FARMASI ………………….. 22
3.1. Keterlibatan Dalam Produksi ………………………… 22
3.1.1. Bagaian Perencanaan Pengendalian Produksi
dan Inventory ………………………………… 22
3.2. Bagian Penyimpanan ………………………………… 25
3.3. Bagian Produksi ……………………………………… 28
3.4. Bagian Pengelolahan Mutu dan Validasi ……………. 41
3.5. Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan …….. 46
BAB IV. PEMBAHASAN ………………………………………… 52
iv
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………………………….. 57
5.1. Kesimpulan ……………………………………….. 57
5.2. Saran ………………………………………………… 57
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….. 58
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk……….. 8
2. Struktur Organisasi PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Jakarta..................................................................... 9
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Struktur Organisasi PPPI
(Perencanaan Pengendalian Produksi Dan Lingkungan...…..... 59
2. Struktur Organisasi Bagian Produksi……………………...…. 60
3. Sruktur Organisasi Bagian Pengolahan Mutu………………... 61
4. Struktur Organisasi Bagian Penyimpanan………………….... 62
5. Alur Produksi Bagian Formulasi I…………………………… 63
6. Alur Proses Produksi Narkotika……………………………... 64
7. Alur Proses Produksi Bagian Formulasi II…………………... 65
8. Alur Proses Sediaan Kapsul Bagian Formulasi III…………... 66
9. Alur Proses Sediaan Injeksi Bagian Formulasi III…………... 67
10. Alur Proses Sediaan Sirup Kering Bagian Formulasi III……. 68
11. Alur Proses Sediaan Krim Bagian Formulasi III…………….. 69
12. Alur Proses Produksi Tablet Dan Kapsul Betalaktam……….. 70
13. Bagan Proses Pengemasan…………………………………… 71
14. Alur Proses Produksi Sirup Kering Betalaktam……………… 72
15. Skema Proses Pengolahan Air……………………………….. 73
16. Alur Proses Produksi (Penerimaan Dan Penggunaan
Bahan Baku Serta Bahan Pengemas)…................................... 74
17. Alur Proses Produksi (Penerimaan Dan Penggunaan
Bahan Baku Serta Bahan Pengemas, lanjutan)…………….. 75
18. Alur Proses Pengolahan Air Limbah………………………… 76
19. Upaya Pengolahan Limbah………………………………….. 77
20. Denah Bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant Jakarta 78
21. Denah Bangunan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk, Plant
Jakarta (Lanjutan)…………………………………………… 79
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Industri PT. Kimia Farma (Persero)
Tbk. Plant Jakarta adalah :
1. Mempersiapkan Apoteker untuk menjalani profesinya secara professional,
handal, dan mandiri serta mampu menghadapi tantangan dimasa yang akan
datang.
2. Memberikan gambaran tentang struktur organisasi, tugas dan fungsi Apoteker,
situasi dan kondisi di Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta.
3. Mempelajari, memahami, mengetahui, tugas dan tangng jawab Apoteker di
Industri farmasi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta baik dibidang
managereal dan penerapan CPOB.
BAB II
TINJAUAN UMUM INDUSTRI FARMASI
2.1. Sejarah
Industri adalah kegiatan memproses atau mengolahan barang dengan
menggunakan sarana dan peralatan, misalkan mesin, dalam pengertian bisnis, Industri
adalah himpunan perusahaan yang memproduksi barang-barang yang bersifat
substitusi dekat atau (closed substitute) yang memiliki nilai permintaan silang yang
relatif tinggi.
Industri farmasi menurut Surat Keputusan Mentri Kesehatan No.
245/MenKes/V/1990 adalah indutri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu
produk yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan. Obat jadi tersebut dapat
berupa sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap dipergunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi. Sedangkan industri bahan baku adalah bahan yang diproduksi oleh
suatu industri, diamana bahan baku tersebut adalah semua bahan baik yang berkhasiat
ataupun yang tidak berkhasiat yang digunakan dalam proses penggunaan obat.
Menurut Surat Keputusan Mentri Kesehatan No. 245/MenKes/V/1990 usaha
industri farmasi wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Didirikan oleh perusahaan umum (Perum), badan hukum berbentuk perseroaan
terbatas (PT) dan kopersai.
2. Memiliki rencana investasi
3. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
4. Memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) sesuai
dengan SK MenKes No. 43/ MenKes/SK/II/1988 tentang pedoman CPOB.
5. Wajib mempekerjakan sekurang-kurangnya dua orang Apoteker Warga
Negara Indonesia (WNI), yang masing-masing sebagai penanggung jawab
pengawasan mutu dan penanggung jawab pengawasan produksi.
6. Obat jadi yang diproduksi oleh perusahaan Industri farmasi hanya boleh
diedarkan setelah mendapat persetujuan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
President Director
(Direktur Utama)
Managemen K3L
Representatif Keselamatan, Kesehatan Kerja dan lingkungan
Purchasing
Formulasi II Formulation
(liquid & cream) Technology Personel Adm
&
Gen. Affairs
Formulasi III
(Kapsul &
Products steril) Finance
Packaging Accountancy
f. Pengawasan Mutu
Pengendalian mutu obat dilaksanakan melalui sistem pengawasan yang
terencana dan terpadu. Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari
cara pembuatan obat yang baik untuk memastikan tiap obat yang dibuat senantiasa
memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan penggunaannya. Pengawasan
mutu penting dalam penetapan spesifikasi, pengambilan contoh dan pengujian
beserta dukungan dan prosedur yang menjamin bahwa pengujian benar-benar
dilaksanakan, serta kelulusan bahan dan produk tidak akan diberikan sebelum
mtunya dinilai memuaskan. Keterlibatan dan rasa tanggung jawab semua unsur
yang berkepentingan dalam seluruh rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk
mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari saat obat dibuat sampai
didistribusi obat jadi. Untuk keperluan tersebut harus ada suatu bagian
pengawasan mutu yang berdiri sendiri. Bagian pengawasan mutu bertanggung
jawab untuk memastikan bahwa:
1. Tahap produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang telah ditetapkan
dan telah divalidasi sebelumnya, antara lain melalui evaluasi dokumentasi
produk terdahulu.
2. Semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap
suatu bets obat telah dilkasanakan dan bets tersebut telah memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan sebelum didistribusi.
3. Suatu bets memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran yang
ditetapkan.
Bagian pengawasan mutu ini memiliki wewenang khusus untuk
memberikan keputusan akhir meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku
atau produk obat ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat.
g. Infeksi Diri
Tujuan infeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu dalam pabrik memenuhi ketentuan CPOB.
Program infeksi diri harus dirancang untuk mendeteksi kelemahan dan
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan. Infeksi diri ini
harus dilakukan secara teratur. Seluruh tindakan perbaikan yang disarankan untuk
melaksanakan infeksi diri ditunjuk tim infeksi diri yang mampu menilai secara
objektif pelaksanaan CPOB. Tim infeksi diri ditunjuk oleh manager perusahaan,
sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang yang ahli dibidang pekerjaan dan paham
mengenai CPOB. Infeksi diri hendaknya dilakukan oleh orang yang kompeten dari
perusahaan dengan atau tanpa bantuan tenaga ahli dari luar. Keseluruhan prosedur
dan pencatatan mengenai infeksi diri ini harus didokumentasikan.
i. Penanganan Ketentuan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan Obat
Kembalian
Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek
samping yang merugikan atau masalah efek terapeutik. Semua laporan dan laporan
keluhan hendaknya diteliti dan dievaluasi dibuatkan laporan.
Penarikan kembali obat dapat berupa penarikan kembali satu atau
beberapa bacth atau seluruh obat jadi tertentu dari suatu mata rantai distribusi.
Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak
memenuhi persyaratan mutu atau dasar pertimbangan adanya efek samping yang
tidak diperhitungkan yang merugikan kesehatan.
Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan kepabrik karena adanya keluhan, kerusakan, kadarluarsa, masalah
keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan sehingga
menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, mutu dan jumlah obat yang
bersangkutan.
Prosedur pengamanan obat kembalian hendaklah dengan memperhatikan
hal-hal berikut antara lain: Identifikasi dan pencatatan mutu dari obat kembalian,
dikarantina, dilakukaan penelitian, pemeriksaan dan pengujian.
Obat kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan dan
hendaklah dibuat prosedur pemusnahan bahan atau produk yang ditolak mencakup
pencegahan pencemaran lingkungan dan mencegah kemungkinan jatuhnya obat
tersebut ketangan orang yang tidak berwenang.
Pelaksanaan penanganan terhadap obat kembalian dan tindak lanjut yang
dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan. Untuk tiap pemusnahan obat
kembalian hendaknya dibuat berita acara yang ditandatangani oleh pelaksana
pemusnahan dan saksi.
i .Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan obat merupakan bagian dari sistem informasi
managemen yang meliputi spesifikasi prosedur, metode dan instruksi, perencanaan,
pelaksanaan, pengendalian, serta evaluasi seluruh rangkaian pembuatan obat.
Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas dapat
instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus dilakukan
sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya
timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Sistem dokumentasi harus menggambarkan riwayat lengkap dari setiap
bacth atau lot suatu produk sehingga memungkinkan penyelidikan serta
penelusuran terhadap bacth atau lot produk yang bersangkutan. Sistem dokumentasi
juga digunakan dalam pemantauan dan pengendalian.
BAB III
KEGIATAN DI INDUSTRI FARMASI
b. Ruang B
Merupakan gudang penyimpanan bahan baku ( umumnya untuk bahan
– bahan pembantu ). Suhu ruang ini di monitor tidak boleh lebih dari 30 ºC
dan kelembaban maksimal 75 % ± 5%. Pengkondisian ruangan ini
dilakukan hanya pada saat jam kerja.
c. Ruang C.
Merupakan ruang penyimpanan bahan pengemas primer (misal :
alumunium foil). Suhu ruang ini di monitor maksimal 25 ºC dan
kelembaban maksimal 70 % ± 5 %, dikondisikan selama 24 jam.
d. Ruang D.
Merupakan ruang penyimpanan bahan baku, terutama bahan aktif.
Suhu ruangan maksimal 25 ºC dan kelembaban maksimal 70 % ± 5 %,
dikondisikan selama 24 jam. Ruangan ini dibagi 4 bagian, yaitu :
• Untuk bahan aktif produk lisensi.
• Untuk bahan baku non lisensi.
• Bagian ruang bersuhu kurang dari 8-15 ºC ( cool storage ). Untuk
penyimpanan bahan aktif seperti dopamine HCL, ekstra kental
saga, ekstra pekat sirih, dll.
• Untuk penyimpanan bahan baku yang masih dalam status KIP jika
memang perlu kondisi penyimpanan khusus, bagian ini di batasi
dengan garis kuning pada lantai. Untuk produksi yang reject di
dalam area di batasi garis merah.
Sistem penyimpanan yang digunakan dalam rak bawah merupakan
bahan – bahan yang sering di pakai, dan rak atas merupakan bahan – bahan
yang jarang di pakai, bahan dalam wadah ukuran kecil disimpan dalam lemari.
Pengontrolan suhu dan kelembaban gudang dilakukan 2x sehari, yaitu pada
pukul 09.00 pagi dan 14.00 siang. Pemeriksaan kebersihan gudang dilakukan
1x seminggu, seperti, ventilasi, atap, lantai dan dinding, serta melindungi
bahan dari gangguan binatang, di lakukan pest control setiap 2 minggu sekali
oleh pihak ketiga. Untuk barang – barang yang mudah terbakar seperti aseton
dan alcohol disimpan dalam gudang terpisah dengan gudang terpisah dengan
gudang lain “gudang api“.
c. Pengeluaran
Pengeluaran bahan baku dari penyimpanan melalui penimbangan
sentral ( PS ) berdasarkan pada SPK dari PPPI kepada bagian produksi.
Selanjutnya bagian PS akan mengeluarkan BPBB ke bagian penyimpanan.
Bagian penyimpanan akan mengeluarkan barang sesuai dengan permintaan
tersebut. System pengeluaran di bagian penyimpanan menggunakan system
FIFO ( First in First out ) dengan melihat nomor hasil pemeriksaan
laboratorium dan system FEFO ( First expire First out ) untuk barang yang
kadaluarsanya sangat pendek. Pengeluaran bahan pengemas dari gudang
kemasan berdasarkan BPBP ( Bon Permintaan Bahan Pengemasan ) yang
diserahkan oleh bagian produksi yang membutuhkan.
Bagian penyimpanan berkoordinasi dengan bagian PPPI, setiap akhir
bulan dilakukan stock opname barang yang dapat di lihat dari kartu stok
bagian penyimpanan. Jika terjadi kekeliruan karena penulisan atau kesalahan
apapun, maka harus dibuat berita acara.
d. Penimbangan Sentral.
Penimbangan sentral dipimpin oleh Supervisor Penimbangan Sentral (
PS ). Setelah SPK di keluarkan oleh PPPI kepada bagian produksi, maka
bagian produksi akan meminta bahan baku yang dibutuhkan kepada PS dengan
menyerahkan rencana produksi dan bahan baku, Catatan Pengolahan Batch (
CPB ) dan bon permintaan bahan baku ( BPBB ). Kemudian PS akan
mengeluarkan bon permintaan bahan baku intern ( BPBI ) pada gudang bahan
baku. Bila persediaan barang yang akan digunakan tidak tersedia atau tidak
cukup maka gudang bahan baku akan mengeluarkan barang permintaan.
PS memiliki 4 ruang penimbangan yaitu ruang 1, 2, 3 dan 4. ruang 1
digunakan untuk penimbangan zat aktif golongan narkotika. Ruang 4
digunakan untuk penimbangan cairan dan gula dalam jumlah yang besar.
Ruang 2 dan 3 digunakan untuk menimbang bahan baku lainnya.
2. Validasi
PT.Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta memiliki suatu tim validasi
yang bertugas melakukan validasi seluruh komponen produksi, meliputi validasi
proses, validasi metode analisa, validasi pembersihan dan kualifikasi peralatan.
Validasi metode analisa merupakan tindakan pembuktian pada suatu
proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan
bahwa karakteristik kinerja sutu prosedur memenuhi persyaratan aplikasi
analitik yang dimaksudkan. Jenis prosedur analitik yang harus divalidasi pada
umumnya meliputi : uji kuantitatif (penetapan kadar atau potensi), uji kuantitatif
kandungan cemaran dan uji batas untuk mengetahui kandungan cemaran.
Parameter-parameter yang harus diukur dalam suatu penelitian validasi meliputi
:
a. Akurasi
b. Presisi
c. Ketegaran (robustness)
d. Linearitas
e. Rentang
f. Selektivitas (kespesifikan)
g. Batas deteksi
h. Batas kuantitas
Validasi pembersihan (Cleaning Validasi) merupakan suatu tindakan
pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa prosedur
pembersihan/sanitasi/higiene maupun menghilangkan kontaminan/ debu (bahan
aktif / tambahan, detergen, mikroba) dari mesin sehingga memenuhi spesifikasi
yang diharapkan.Validasi bertujuan untuk menjamin bahwa prosedur
pembersihan tidak mengubah kualitas (safety, identity, strength, quality, purity)
produk yang dibuat.
Kualifikasi peralatan adalah suatu metode yang digunakan untuk
mendokumentasi seluruh kegiatan yang bertujuan untuk menjamin bahwa alat
yang dikualifikasi sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Kualifikasi
peralatan mencakup :Design Qualification (DQ), Installation Qualification (IQ),
Operational Qualification (OQ), dan Performance Qualification (PQ)
Mutu suatu obat harus dibangun mulai dari awal proses produksi pembuatan
obat yang akan dilakukan hingga menjadi suatu obat jadi dan akan digunakan oleh
konsumen. Dalam menjamin mutu suatu obat perlu diterapkan suatu pedoman
mengenai cara pembuatan obat yang baik dan benar diseluruh aspek dalam rangkaian
produksi yang disebut dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini
didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 43/Menkes/SK/1988 tanggal
2 Febuari 1988 yang mengharuskan seluruh industri farmasi untuk mulai menerapkan
CPOB dan pelaksanaan rangkaian produksi obat. Beberapa aspek yang terkait dalam
peningkatan mutu obat diantaranya adalah aspek personalia, bangunan, peralatan,
sanitasi dan hygiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, penanganan keluhan
terhadap obat, penarikan kembali obat dan obat kembalian serta aspek dokumentasi.
PT. Kimia farma (Persero) Tbk, merupakan salah satu BUMN yang bergerak
di bidang farmasi dan merupakan satu-satunya industri farmasi yang diberikan izin
memproduksi obat golongan narkotik. Bentuk-bentuk sediaan farmasi yang diproduksi
di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk antara lain tablet, tablet salut, kapsul, sirup,
suspensi, krim dan injeksi yang merupakan satu fungsi yang terkait satu dan yang
lainya.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk mempunyai lima plant yang terdiri dari plant
Jakarta, Plant Bandung, Plant Watudakon, Plant Semarang dan Plant Medan. Masing-
masing plant tersebut dipimpin oleh seorang manager. Plant Jakarta merupakan unit
produksi yang paling besar dan Plant Manager Jakarta membawahi bagian Produksi,
Pengelolahan Mutu dan Perencanaan Pengendalian Produksi dan Inventori (PPPI)
yang masing-masing dipimpin oleh seorang manager. Bagian produksi membawahi
Bagian Formulasi I yang meliputi pembuatan sediaan tablet dan tablet salut, baik gula
maupun film: Formulasi II yang meliputi pembuatan sediaan cairan (sirup dan
suspensi), pembuatan krim dan proses pengolahan air untuk proses produksi:
Formulasi III yang meliputi pembuatan sediaan injeksi, kapsul, dan sirup kering:
Bagian Pengemasan dan Bagian Betalaktam yang khusus memproduksi obat-obat
antibiotik turunan penicilin yaitu ampicilin dan amoxicilin.
Bagian Pengelolahan Mutu membawahi Bagian Laboratorium Pengujian yang
bertugas dalam hal sampling bahan baku, pemeriksaan bahan baku, pemeriksaan
bahan kemas, pemeriksaan produk antara, pemeriksaan mikrobiologi, pemeriksaan
produk jadi, IPC betalaktam dan IPC non betalaktam: Bagian Pemastian Mutu yang
bertugas dalam hal penanganan regulasi, monitoring stabilitas, penanganan dokumen
produk dan contoh pertinggal dan kalibrasi instrument laboratorium: dan Bagian
Teknologi Formulasi yang mempunyai tugas dalam hal evaluasi formula, evaluasi
bahan kemas dan penanganan produk baru. Bagian PPPI membawahi perencanaan dan
pengendalian bahan serta perencanaan dan pengendalian produksi. Yang masing-
masing dipimpin oleh asisten manager. Bagian PPPI berfungsi sebagai penghubung
antara bagian marketing dan produksi.
Pembagian ruangan produksi di Plant Jakarta berdasarkan jenis sediaan yang
dihasilkan dan tahap pembuatannya. Pada produksi tablet memiliki ruangan granulasi,
ruangan pencetakan dan ruangan penyalutan yang terpisah satu dengan yang lainnya.
Produksi krim dan cairan memiliki ruangan pembuatan dan pencampuran krim,
pengisian krim, pembersihan tube, ruangan pembuatan suspensi, ruangan pengisian
suspensi dan ruangan pengemasan suspensi. Pembagian ruangan produksi tersebut
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang (cross contamination)
ataupun ketercampuradukan (mix up) antara produk dengan bahan baku ataupun
produk lainnya.
Berdasarkan jumlah mikroba, jumlah partikel, suhu, kelembaban dan
pergantian udara kelas ruangan dibagi dalam tiga zona yaitu zona hitam, zona abu-abu
dan zona putih. Zona hitam mencakup ruang penyimpanan, ruang pengemas sekunder,
laboratorium, loker dan ruangan umum lainnya. Zona abu-abu mencakup ruang
produksi, lorong lalu lintas antara ruang produksi, ruang karantina, ruang
penimbangan, ruang pengemasan primer dan ruang pencucian ampul. Zona putih
mencakup ruang produksi steril. Ruangan produksi Betalaktam dilakukan pada
ruangan terpisah untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang. Selain itu ruangan
produksi Betalaktam dilengkapi dengan Air Shower dan pengaturan tekanan.
Kegiatan produksi diawali dengan adanya pesanan dari Bagian Pemasaran.
Pesanan tersebut akan disampaikan ke Bagian PPPI kemudian PPPI akan mengkaji
pesanan tersebut dengan mengajukan SPPB yang ditujukan kepada Bagian Pembelian.
Untuk pesanan yang dipenuhi sebagaian dapat disebabkan karena kapasitas produksi,
bahan baku tidak tersedia atau kurang dan terjadinya kerusakan mesin produksi.
Untuk permintaan yang dipenuhi melebihi pesanan dapat disebabkan karena
mengikuti basar bacth, permintaan dipasaran tinggi, atau untuk antisipasi suatu musim
penyakit tertentu. Jika pesanan melebihi kapasitas produksi, sedangkan kapasitas
mesin tidak cukup maka PT. Kimia Farma melakukan kerja sama toll manufacturing
dengan industri farmasi lain yang mempunyai standar CPOB yang sam untuk
melakukan proses produksi, tetapi tidak dimulai dari awal produksi. Industri lain
tersebut bisa mulai produksi misalkan dari pencetakan tablet atau pengemasan saja.
Untuk barang yang datang disimpan di Bagian Penyimpanan dengan penataan
tata letak barang berdasarkan spesifikasi barang, FIFO dan berdasarkan rak-rak. Rak
yang paling bawah digunakan untuk barang yang sifatnya fast Moving dan biasanya
dalam jumlah besar dan rak bagian atas digunakan untuk meletakkan barang Slow
Moving dan jumlahnya kecil. Stock opname dilakukan setiap enam bulan sekali.
Untuk barang yang lama tidak terpakai harus diperiksa ulang pemeriksaan bahan
baku. Pengambilan sampling bahan baku/bahan pengemas dengan memakai rumus
sampling ½ √n + 1 atau 100%.
Produksi obat di Plant Jakarta sudah dinyatakan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan. Pada Bagian Produksi pekerjaan dimulai dengan pembuatan sediaan,
pengisian sampai ke pengemasan. Setiap proses produksi suatu produk diberikan suatu
kode bacth sebagai identitas proses produksi tersebut. Produksi dilaksanakan dengan
mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, yang senantiasa dapat menjamin obat yang
dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Proses produksi di PT. Kimia
Farma Plant Jakarta telah memenuhi persyaratan CPOB.
Untuk produksi obat tertentu seperti tablet dan kapsul Rifampisin, dilakukan
pada ruangan yang dipisahkan dari ruangan produksi lain tetapi masih dalam ruangan
non Betalaktam. Hal ini dikarenakan karena sifat fisik dari bahan baku Rifampicin
yang berwarna merah, sehingga untuk menghindari kontaminasi terhadap produk lain
maka dipisahkan ruangan produksinya.
Produksi narkotika hanya dilakukan di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Oleh
karena itu perlu sekali pengawasan sejak bahan awal, produk antara, produk ruahan,
dan produk jadi. Setiap tahapan dibuat berita acara yang akan dilaporkan kepada
BPOM. Semua kegiatan dilakukan pencatatan seperti jumlah sample yang digunakan,
jumlah produk rusak, dan rendemen. Ruangan produksi narkotik sama dengan ruang
produksi lainya tetapi pengawasannya saja yang lebih ketat.
Bagian Pengemasan Primer pada saat melakukan striping dan blistering
terkadang mengalami kegagalan atau kerusakan pada pengemasannya. Bila hal ini
terjadi produk yang kemasannya rusak atau kurang sempurna tersebut dikeluarkan isi
tablet atau kapsulnya untuk dikemas kembali. Sedangkan untuk kemasan yang rusak
tersebut dikumpulkan dengan membuat laporannya untuk kemudian dimusnahkan
dengan diseratkan berita acaranya.
Pengelolaan Mutu merupakan kunci dari cara pembuatan obat yang baik.
Keterlibatan dan rasa tanggung jawab semua unsur yang berkepentingan dalam
seluruh rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk mencapai sasaran mutu yangt
ditetapkan mulai dari saat obat dibuat sampai distribusi obat jadi. Untuk keperluan
tersebut harus ada suatu fungsi Pengelolaan Mutu yang berdiri sendiri. Di PT. Kimia
Farma Bagian Pengelolaan Mutu terdiri atas pemastian Mutu, Labaratorium Pengujian
dan Teknologi Formulasi. Selain itu PT. Kimia Farma juga menyimpan contoh
pertinggal dengan identitas jelas yang mewakili setiap bacth dan disimpan selama 5
tahun dengan tujuan untuk memantau produk yang telah beredar dan untuk
memudahkan penelusuran jika ada keluhan yang terjadi.
Keluhan terhadap obat dan laporan keluhan dapat menyangkut mutu, efek
samping yang merugikan atau masalah efek terapeutik. Semua keluhan dan laporan
keluhan harus diteliti dan dievaluasi dengan cermat kemudian diambil tindak lanjut
yang sesuai dan dibuat laporan. Tindakan yang diambil dapat berupa tindakan
perbaikan yang diperlukan, penarikan kembali bacth obat yang rusak atau seluruh obat
yang bermasalah, dan dilakukan tindak lanjut yang sesuai.
Bila ada keluhan terhadap produk Kimia Farma dan diperlukan penarikan obat,
maka penarikan dilakukan oleh PBF dan diserahkan ke KFTD. Dari KFTD produk
kembalian dikirim kegudang Plant Jakarta. Setelah menerima produk kembalian,
gudang membuat Surat Bukti Penerimaan Obat Kembali yang berguna sebagai
permohonan pemeriksaan laboratorium. Bila produk dilluluskan maka akan dilakukan
repack oleh bagian pengemasan kemudian diserahkan kembali ke gudang barang jadi.
Bila ditolak maka PPPI akan membuat Surat Pengembalian Barang ke KFTD untuk
memusnahkan barang tersebut.
Sistem pengelolahan limbah dari Plant Jakarta sudah berjalan baik dengan
hidupnya indicator makhluk hidup di dalam bak biokontrol dan HPL yang memenuhi
persyaratan baku mutu limbah menurut SK Gubenur DKI No. 582 tahun 1995 dengan
parameter COD, BOD, pH, padatan tersuspensi, fenol dan Nitrogen total, zat organik
serta zat antibiotik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. PT. Kimia Farma (Persero) TBk. Plant Jakarta telah menerapkan CPOB
dalam produksinya secara berkelanjutan dan akan terus berkembang.
2. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta merupakan industri farmasi
BUMN yang bergerak dalam bidang produksi obat, dengan produksi
terbesarnya adalah obat generik.
3. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta merupakan satu-satunya
industri farmasi yang memiliki hak khusus untuk mengimpor,
memproduksi dan mendistribusikan narkotik di Indonesia sesuai dengan
KepMenKes/SK/III/1996.
5.2 Saran
1. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta perlu lebih meningkatkan
sosialisasi terhadap rambu-rambu yang ada lingkungan pabrik seperti:
hollow poin , smoking area, APAR, dll
2. PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Jakarta dalam melaksanakan CPOB
perlu lebih mensosialisasikan peraturan di dalam white area, grey area,
bagi karyawan pada umumnya dan tamu pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Plant Jakarta
(Plant Manager)
Manajemen K3L
Representatif (Keselamatan, Kesehatan, Kerja Dan Lingkungan)
Pemeliharaan Pembelian
Penyimpanan Administrasi
Spv. Perenc. Bahan Spv. Perenc. Produksi personalia &
Umum
Akuntansi
LAMPIRAN 2
Struktur Organisasi Bagian Produksi
LAMPIRAN 3
Plant Jakarta
(Plant Manager)
Manajemen K3L
Representatif (Keselamatan, Kesehatan, Kerja Dan Lingkungan)
Supervisor Kortek
Kanbrasi Insterumen
LAB
LAMPIRAN 4
Struktur Organisasi Bagian Penyimpanan
LAMPIRAN 5
Alur Proses Produksi Bagian Formulasi I
LAMPIRAN 6
Alur Proses Produksi Narkotika
LAMPIRAN 7
Alur Proses Produksi Bagian Formulasi II
LAMPIRAN 8
Alur Proses Sediaan Kapsul bagian Formulasi III
LAMPIRAN 9
Alur Proses Sediaan Injeksi Bagian Formulasi III
LAMPIRAN 10
Alur Proses Sediaan Sirup Kering Bagian Formulasi III
LAMPIRAN 11
Alur Proses Sediaan Krim Bagian Formulasi III
PLANT MANAGER
Penimbang Sentral
KKC ( Krim )
Peleburan Pelarutan
Penyaringan Penyaringan
Mixing Pendinginan
Mixing akhir
KIP
Sterilisasi KIP
LAMPIRAN 12
Alur Proses Produksi Tablet Dan Kapsul Beta Laktam
LAMPIRAN 13
Bagan Proses Pengemasan
LAMPIRAN 14
Alur Proses Produksi Sirup Kering Beta Laktam
LAMPIRAN 15
Skema Proses Pengolahan Air
LAMPIRAN 16
Alur Proses Produksi
( Penerimaan dan Penggunaan Bahan Baku Serta Bahan Pengemas )
LAMPIRAN 17
Alur Proses Produksi
( Penerimaan dan Penggunaan Bahan Baku Serta Bahan Pengemasan )
( Lanjutan )
LAMPIRAN 18
Alur Proses Pengolahan Air Limbah
FLOW SHEET
PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH
PT. KIMIA FARMA ( PERSERO ) Tbk.
UNIT PRODUKSI JAKARTA
LAMPIRAN 19
Upaya Pengelolaan Limbah
UPAYA PENGELOLAAN
LIMBAH / CEMARAN YANG DIHASILKAN
B-3
Non – B- 3 B-3 B-3 Non B - 3
KETERANGAN :
1. Ruang Sampling
2. Ruang Penimbangan
3. Ruang Narkotika
4. Ruang karantina
5. Gudang Bahan Produk Jadi
6. Gudang Bahan Baku
7. Gudang Dingin
8. Ruang Loker Pria
9. Ruang Loker Wanita
10. WC Wanita
11. WC Pria
12. Ruang Granulasi
13. Ruang Produksi
14. Ruang Kapsul
15. Ruang Karantina
16. Ruang Karantina
17. Ruang Narkotika
18. Ruang Cetak
19. Ruang Printing dan Seleksi
20. Ruang Staging
21. Ruang Salut Film
22. Ruang Salut Gula
23. Ruang Penimbangan Sentral
24. Ruang Cream
25. Ruang Kapsul
26. Ruang Pengemasan
27. Ruang Sirup Kering
28. Ruang Sediaan Cairan
29. Ruang Injeksi
30. Ruang Kosmetik
31. Ruang Cuci Ampul
32. Ruang Cuci Botol
33. Ruang Pengemasan Sekunder
34. Ruang Pengemasan Primer
35. Ruang Belataktam Tablet