I. DASAR TEORI
2.1 Adsorpsi
Adsorpsi adalah penjerapan suatu zat pada permukaan suatu zat lain. Suatu
atom atau ion atau molekul pada lapisan permukaan zat padat berbeda dengan yang
dibawahnya, yaitu tidak mempunyai partikel tetangga di semua sisi. Jadi gaya tarik
yang tersisa dikenakan pada komponen-komponen zat alir yang membasahi
permukaan itu, dan energi bebas sistem dapat diminimumkan. Jika komponen-
komponen semacam itu memekat pada antar muka, dalam sistem tertentu dan kondisi
khusus, lapisan yang teradsorpsi dapat satu molekul. Namun, lebih lazim molekul-
molekul teradsorpsi itu memegangi molekul-molekul lain sehingga menumpuk suatu
lapisan multi molekul. Gaya berperan untuk adsorpsi bergantung pada sifat kimia
permukaan dan struktur spesies yang teradsorpsi oleh ion-ion pada permukaan zat
padat ionik. Kadang dijumpai suatu interaksi suatu gugus polar dalam molekul
organik. Kadang-kadang juga dapat terlibat pembentukan ikatan hidrogen. Suatu
permukaan polar mungkin menginduksi suatu pemisahan muatan yang komplementer
dalam suatu molekul polarisebel (dapat terkutubkan) yang misalnya mempunyai
sistem cincin aromatik. Suatu permukaan tak polar dapat mengadsorpsi molekul
hidrofob.
(Underwood, 1994)
2.2 Jenis-jenis Adsorpsi
Adsorpsi dapat dibedakan menjadi dua jenis utama yaitu adsorpsi secara fisik
dan adsorpsi secara kimia. Gaya yang ada pada adsorpsi secara fisik adalah relatif
lemah dan dikenal sebagai gaya Van Der walls. Pada adsorpsi kimia, molekul-
molekul teradsorpsi diikat dengan gaya kovalen seperti yang terjadi pada atom-atom
dalam molekul.
Konsep adsorpsi secara kimia menerangkan bahwa istilah tertutup dengan
lapisan tunggal. Maka permukaan menjadi jenuh, adsorpsi selanjutnya hanya terjadi
diantara lapisan yang ada dan biasanya adsorpsi secara fisik.
(Castellan, 1971)
2.3 Karakteristik Adsorben
Adsorben yang paling lazim adalah zat padat yang secara kasar dapat
dikarakterisasi sebagai polar. Ini mencakup bahan-bahan anorganik seperti kalium dan
magnesium karbonat, silika gel dan aluminium oksida atau bahan-bahan organik
seperti sukrosa, amilum, dan selulosa. Adsorben-adsorben itu memperlihatkan afinitas
yang tinggi terhadap zat terlarut polar terutama jika polaritas dari zat terlarut tersebut
rendah, yaitu sebagai berikut :
a. Jika semua faktor lainnya sama, semakin polar suatu senyawa maka, semakin
kuat senyawa tersebut akan teradsorpsi.
b. Jika faktor-faktor lainnya sama, berat molekul yang besar menyebabkan lebih
terjadinya adsorpsi.
c. Semakin polar zat terlarut, semakin besar kecenderungannya untuk mengisi
tempat-tempat pada permukaan yang diperebutkan dengan zat terlarut, sehingga
zat terlarut akan kurang diadsorpsi.
(Underwood, 1994)
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi adsorpsi
a. Adsorben
Tiap jenis adsorben mempunyai karakteristik tersendiri.
b Adsorbat
Adsorbat dapat berupa zat elektrolit maupun non elektrolit. Untuk zat elektrolit
adsorpsinya besar, karena mudah mengion sehingga antara molekul-molekulnya
saling tarik-menarik. Untuk zat non elektrolit adsorpsinya sangat kecil.
c Konsentrasi
Semakin tinggi konsentrasi larutan kontak antara adsorbat dengan adsorben
semakin besar.
d. Luas permukaan
Semakin luas adsorben maka adsorpsinya besar sebab kemungkinan adsorbat
untuk diadsorpsi juga semakin besar. Jadi semakin halus suatu adsorben maka
adsorpsinya besar.
e. Temperatur
Jika temperatur tinggi, molekul adsorbat bergerak lebih cepat sehingga
kemungkinan untuk menangkap atau mengadsorpsi molekul-molekul akan
semakin sulit.
(Alberty, 1987)
2.5 Adsorpsi Secara Fisik dan Kimia
Molekul dan atom dapat menempel pada permukaan, dengan dua cara, yaitu :
a. Adsorpsi Fisika (Fisosorpsi)
Terdapat antaraksi Van Der Walls antara adsorben dan substrat. Antaraksi Van
Der Walls mempunyai jarak jauh, tetapi lemah dan energi yang dilepaskan. Jika
partikel terdisropsi mempunyai orde besaran yang sama dengan entalpi
kondensasi.
b. Adsorpsi Kimia (Kimosorpsi)
Partikel molekul pada permukaan dengan membentuk ikatan kimia. Entalpi
kimosorpsi jauh lebih besar dari pada untuk fisosorpsi, molekul yang
berkimosorpsi dapat terpisah karena permukaan yang tidak terpenuh
(Atkins, 1994)
2.6 Gaya Van Der Walls
Gaya Van Der Walls adalah istilah yang digunakan untuk memberikan secara
keseluruhan gaya-gaya intermolekul dari jenis ion dan interaksi di antara dua kutub
tetap. Gaya-gaya intermolekul yang berikatan adalah gaya-gaya yang menyebabkan
gas menyimpang dari perlakuan gas ideal. Persamaan Van Der Walls
mempertimbangkan adanya faktor-faktor ini sehingga secara keseluruhan gaya-gaya
tersebut dinamakan gaya Van Der Walls. Faktor-faktornya adalah sebagai berikut :
a. Gaya-gaya dispersi didasarkan pada pertukaran tempat semua elektron dalam
jumlah elektron yang ada dan sebagian tergantung pada bentuk molekul.
b. Gaya yang berhubungan dengan dua kutub tetap.
c. Dalam pembandingan zat-zat yang mempunyai bobot molekul hampir sama,
adanya gaya dua kutub dapat menghasilkan perbedaan sifat yang sama.
(Petrucci, 1992)
2.7 Ikatan Hidrogen
Ikatan hidrogen adalah gaya intermolekul yang agak kuat dengan energi
sebesar 15-40 kJ/mol. Ikatan hidrogen cenderung terjadi jika atom H dalam molekul
dapat secara serentak tertarik oleh elektron yang sangat elektronegatif, yaitu F, O,
atau N dari molekul yang berdekatan. Contohnya HF, H2O dan NH3.
(Petrucci, 1992)
2.8 Zeolit
Zeolit adalah kristal alumina silikat terhidrasi dengan kationnya dari alkali dan
alkali tanah seperti kalium, kalsium, magnesium, stronsium dan garium. Kerangka
struktur zeolit terdiri dari AlO4 dan SiO4 yang bergabung satu dengan yang lainnya
melalui atom-atom O secara merata dan tidak terbatas membentuk tetrahedrat yang
mengandung saluran dan rongga. Molekul-molekul yang terserap ditahan melalui
rongga dan salurannya. Zeolit ditandai karena kemampuannya melepas dan menyerap
air secara reversibel tanpa mengalami perubahan struktur yang berarti zeolit terdiri
dari 3 komponen yaitu kation yang dipersebarkan, kerangka alumina silikat, dan fasa
air. Ikatan ion Al-O-Si membentuk kristal, sedangkan logam alkali merupakan sumber
kation yang mudah dipertukarkan.
(Hamdan, 1992)
2.9 Jenis Zeolit
Zeolit terdiri dari zeolit alami dan buatan, yang keduanya digunakan untuk
penjernihan air. Zeolit alami contohnya, healandit, hatiolit, catasit, stilibat dan
thomsonit. Zeolit buatan bentuknya berubah dari padatan sel hingga padatan kerapus
seperti pasir dan digunakan sebagai adsorben gas dan zat pengering selain untuk
penjernihan air.
(Elizabeth, 1961)
2.10 Adsorpsi pada Zat Berpori
Bila adsorben berpori maka adsorbat dapat terkondensasi dalam pori-pori.
Proses ini disebut kondensasi kapiler dan bila ini terjadi maka akan tampak hisferesis
dalam isotherm adsorpsinya. Suatu cairan berkondensasi dalam kapiler pada tekanan
uap adsorbat pada suhu permukaan adsorpsinya.
2.12.1. Zeolit
Kerangka (Al,Si)O2 yang selalu terbuka. Komposisinya selalu dengan tipe M
(AlO2)x(SiO2)y.2H2O dimana n adalah muatan kation logam, M n+ yang selalu Na+, K+,
atau Ca2+ jumlah mol air hidrasi yang sangat beragam.
(Cotton, 1989)
2.12.6. Indikator mo
Mempunyai rumus MeNC6H4N.NC6H4IO2NO, berupa serbuk kuning, larut dalam air,
sebagai indikator asam dengan PH 3,1–4,4.
(Pringgodigdo, 1973)
2.12.7. Aquades
Titik didih 100 ºC, titik beku 0 ºC, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa,
kerapatan maksimum H2O terjadi pada suhu 4 ºC, dengan massa 1 gram dan volume 1
ml. Air membutuhkan 539 kalori untuk mengubah 1 gram air pada suhu 100 ºC
menjadi uap. Air stabil dan memerlukan energi untuk dipecah menjadi hidrogen dan
oksigen.
(Weast, 1974)
50 ml H2O
Gelas Beaker
pengamatan warna
pengukuran pH
pengukuran hambatan
penuangan ke dalam kolom penjerap yang sudah
disediakan,
tunggu sampai tidak ada cairan yang menetes pada
gelas
penampung lagi
pengamatan warna
pengamatan pH
pengukuran hambatan
Hasil
50 ml HCl
Gelas Beaker
penambahan indikator mo
pengamatan warna
pengukuran pH
pengukuran hambatan
penuangan ke dalam kolom penjerap yang sudah disediakan,
tunggu sampai tidak ada cairan yang menetes pada gelas
penampung lagi
HCl + Zeolit
Gelas Beaker
pengamatan warna
pengukuran pH
pengukuran hambatan
Hasil
50 ml FeCl3
Gelas Beaker
pengamatan warna
pengukuran pH
pengukuran hambatan
penuangan ke dalam kolom penjerap yang sudah disediakan,
tunggu sampai tidak ada cairan yang menetes pada gelas
penampung lagi
FeCl3+Zeolit
Gelas Beaker
pengamatan warna
pengukuran pH
pengukuran hambatan
Hasil
50 ml NaOH
Gelas Beaker
penambahan indikator pp
pengamatan perubahan warna
pengukuran pH
pengukuran hambatan
penuangan ke dalam kolom penjerap yang sudah disediakan,
tunggu sampai tidak ada cairan yang menetes pada gelas
penampung lagi
NaOH + Zeolit
Gelas Beaker
pengamatan warna
pengukuran pH
pengukuran hambatan
Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
NO Perlakuan Hasil
1. H2O
Sebelum diadsorpsi
- Pengamatan warna Bening
- Pengukuran pH pH = 5
- Pengukuran hambatan 1,75 volt
Satelah diadsorpsi
- Pengamatan warna Bening
- Pengukuran pH pH = 2
- Pengukuran hambatan 6,0 volt
2. HCl
Sebelum diadsorpsi
- Penambahan indikator mo Orange
- Pengamatan warna Merah-orange
- Pengukuran pH pH = 2
- Pengukuran hambatan 5,9 volt
Setelah diadsorpsi
- Pengamatan warna Lebih pudar
- Pengukuran pH pH = 1
- Pengukuran hambatan 6,20
3. FeCl3
Sebelum diadsorpi
- Pengamatan warna Kuning
- Pengukuran pH pH = 2
- Pengukuran hambatan 7,5 volt
Setelah diadsorpsi
- Pengamatan warna Kuning
- Pengukuran pH pH = 1
- Pengukuran hambatan 7,5 volt
4. NaOH
Sebelum diadsorpsi
- Penambahan indikator pp Merah muda
- Pengamatan warna Merah muda
- Pengukuran pH pH = 13
- Pengukuran hambatan 3,8 volt
Setelah diadsorpsi
- Pengamatan warna Lebih pudar
- Pengukuran pH pH = 2
- Pengukuran hambatan 6,2 volt
V. Hipotesa
Percobaan ini berjudul “Penjerapan zat cair pada Material Berpori” tujuan
dari percobaaan ini adalah mempelajari fenomena penjerapan / adsorpsi larutan baik
asam maupun basa maupun netral dan larutan yang mengandung ion logam pada berbagai
material berpori. Prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah gaya van der walls
yaitu gaya tarik menarik antara atom molekul gaya ini menyebabkan sifat tak ideal pada
gas dan menimbulkan energi kisi pada kristal molekuler. Metode yang digunakan adalah
adsorpsi dengan karbon aktif. Hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah terjadinya
perubahan warna, pH, dan daya hantar antara sebelum dan sesuadah adsorpsi. Warna
larutan menjadi lebih pudar dari sebelumnya, pH pada aquadest, FeCl3, NaOH, dan HCl
mengalami penurunan,. Sedangkan daya hantar pada Aquadest mengalami kenaikan, dan
pada FeCl3,NaOH,dan HCl cenderung mengalami kenaikan.
VI. Pembahasan
Percobaan ini berjudul “Penjerapan zat cair pada Material Berpori”
tujuan dari percobaaan ini adalah mempelajari fenomena penjerapan / adsorpsi larutan
baik asam maupun basa maupun netral dan larutan yang mengandung ion logam pada
berbagai material berpori. Prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah gaya van
der walls yaitu gaya tarik menarik antara atom molekul gaya ini menyebabkan sifat tak
ideal pada gas dan menimbulkan energi kisi pada kristal molekuler. Metode yang
digunakan adalah adsorpsi dengan karbon aktif. Adsorpsi merupakan suatu proses yang
terjadi suatu fluida ( cairan maupun gas) terikat pada padatan dan akhirnya membentuk
suatu lapisan tipis pada permukaan tersebut. Bahan penjerapan yang dapat digunakan
diantaranya zeolit, karbon aktif dan tanah diapome, namun pada percobaan ini bahan
penjerap yang digunakan adalaah karbon aktif dengan luas permukaaan yang berbeda
yaitu serbuk dan kristal padat. Karbon aktif sendiri memiliki prinsip kerja yang sama
dengan zeolit. Zeolit adalah suatu aluminosilikat dengan kerangka struktur yang berongga
yang ditempati oleh molekul-molekul air dan kation yang keduanya dpat bergerak bebas
sehingga memungkinkan pertukaran ion tannpa merusak struktur zeolit. Zeolit dapat
digunakan sebagai penjerap karna merupakan kristal unik dengan volumekosong berkisar
20-50% dan luas permukaan internalnya mencapai ratusan ribu m2 per kg. Zeolit sebagai
bahan penjerap didehidrasi melalui pemanasan untuk menghilangkan molekul air. Ion –
ion pada rongga zeolit seperti Na+Ca2+,K+,Mg2+,Sr2+ berguna untuk memelihara kenetralan
listrik. Ion-ion tersebut dapat bergerak bebas sehingga memungkinkan terjadinya
pertukaran ion.
Gambar Struktur Zeolit
Sedangkan untuk karbon aktif adalah senyawa karbon yang telah
ditingkatkan daya adsorpsinya dengan proses aktivasi. Karbon aktif salah satu adsorben
yang paling sering digunakan pad proses adsorpsinya. Hal ini disebabkan karena karbon
aktif mencapai daya adsorpsi dan luas yang lebih baik dibandingkan adsorben lainnya.
VII PENUTUP
7.1 Kesimpulan
a. Adsorbsi bergantung pada luas permukaan
b. Adsorbsi akan cepat terjadi jika ada pengaruh kuat dari absorbansinya seperti
konsentrasi,temperatur, luas permukaan, dan absorbennya
c. Sebelum adsorbs diperoleh pH larutan aquades = 5, HCl = 2, FeCl3 = 2, dan
NaOH = 3, dab setelah adsorbs masing-masing pH menjadi, 2,1,1,2
d. Sebelum adsorbs juga diperoleh daya hantar larutan aquades: 1,75 V, HCl = 5,9
V , FeCl3 = 7,25 V, NaOH = 3,8 V, dan setelah adsorbsi menjadi 6,0 V; 6,2 V ;
7,5 V ; 6,2 V
e. Larutan yang diadsorbsi dengan zeolit serbuk lebih jernih daripada zeolit kubus
7.2 Saran
a. Praktikan harus menggunakan keselamatan laboratorium kerja untuk
menghindari hal hal yang tidak diinginkan
b. Pada saat pengukuran setiap larutan daya hantarnya, rangkaian ujung kabel
voltmeter harus steril, agar hasil pengukuran lebih akurat
Daftar Pustaka
Pratikan Pratikan
Pratikan
Rosihan Azwar
(24030111130048)
Mengetahui
Asisten
Sofian Ansori
(240301111)
LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010