Anda di halaman 1dari 70

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PONDASI

Menurut kamus Webster (Neufeldt and Guralnik,1991),kata pondasi


memiliki beberapa arti ,antara lain adalah “...suatu lapisan atau tanah padat di
bawah bangunan” atau “...bagian struktur paling bawah dari suatu bangunan”.
Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia (Tim Penyusun,2011). pondasi
berarti “dasar bangunan yang kuat,biasanya(terdapat) di bawah permukaan
tanah tempat bangunan itu didirikan. Pondasi adalah kontruksi yang paling
terpenting pada suatu bangunan karena pondasi berfungsi sebagai penahan
seluruh beban (hidup dan mati ) yang berada di atasnya dan gaya – gaya dari
luar.Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan beban
menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun, beban
yang terjadi baik yang disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat beban
rencana harus disalurkan ke dalam suatu lapisan pendukung dalam hal ini
adalah tanah yang ada di bawah struktur tersebut.

Pada pondasi tidak boleh terjadi penurunan pondasi setempat ataupun


penurunan pondasi merata melebihi dari batas – batas tertentu, yaitu:

Jenis bangunan Penurunan maksimum

1) Bangunan umum 2.54 Cm

2) Bangunan pabrik 3.81 Cm

3) Gudang 5.08 Cm

4) Pondasi mesin 0.05 Cm

Banyak faktor dalam pemilihan jenis pondasi, antara lain beban yang
direncanakan bekerja, jenis lapisan tanah dan faktor non teknis seperti biaya
konstruksi, dan waktu konstruksi. Jenis pondasi yang dipilih harus mampu
menjamin kedudukan struktur terhadap semua gaya yang bekerja. Selain itu,
tanah pendukungnya harus mempunyai kapasitas daya dukung yang cukup

5
untuk memikul beban yang bekerja sehingga tidak terjadi keruntuhan. Dalam
kasus tertentu, apabila sudah tidak memungkinkan untuk menggunakan
pondasi dangkal, maka digunakan pondasi dalam.

Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur
atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya
differential settlement pada sistem strukturnya.Untuk memilih tipe pondasi
yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai
keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan
secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya. Hal-hal berikut perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi:

1. Keadaan tanah pondasi

2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure)

3. Keadaan daerah sekitar lokasi

4. Waktu dan biaya pekerjaan

5. Kokoh, kaku dan kuat

Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang


bervariasi, berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara
lain pengaruh muka air tanah mengakibatkan berat volume tanah terendam air
berbeda dengan tanah tidak terendam air meskipun jenis tanah sama. Jenis
tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai
kuat dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe
pondasi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari
tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan tersebut.Suatu pondasi
harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan
dengan benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar
dari bagian sekitarnya.Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam
perencanaan suatu pondasi, yakni :

6
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat
pengaruh luar.

2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.

3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.

2.2 KLASIFIKASI TANAH DAN SIFAT-SIFATNYA

 Jenis Tanah dan Klasifikasi Tanah

Di bidang teknik sipil, tanah dapat didefinisikan sebagai material

lapukan batuan yang terdiri dari butiran (agregat) mineral- mineral padat,
bahan organik yang melapuk, serta zat cair serta gas yang mengisi ruang
kosong diantara butiran. Sebutan dan deskripsi perbedaan fisik tanah berikut
dapat membantu mengerti tentang bagaimana tanah dikelompokan untuk
kepentingan rekayasa bangunan.

 Batu (Stone). Batu merupakan materi yang kekal yang terbentuk


dari bahan mineral yang keras, seperti granit atau batu kapur,
yang hanya dapat dipindahkan dengan membor atau
meledakkan. Batu tersusun dari butiran material yang saling
merekat seperti halnya beton, dan merupakan bahan dari alam
terkuat di bidang bangunan.
 Batu Bongkah (Boulder). Bongkah merupakan hasil lapukan
batuan yang berukuran kira-kira diperlukan dua tangan untuk
dapat mengangkat.
 Geragal/kerakal. Lapukan batuan ini relatif dapat di pegang/
dipindahkan dengan satu tangan.
 Kerikil (Gravel). Ukuran butir ini kira-kira cukup mudah untuk dapat
dipindahkan dengan jari tangan. Berdasarkan sistem pengelompokan
USCS (Unified Soil Clasification Sytem), ukuran gravel lebih besar dari
6.5 mm (0.25 Inchi)
 Pasir (Sand). Butiran cukup jelas untuk dilihat, namun cukup sulit untuk
diambil dengan jari. Ukuran butir pasir lebih kecil dari kerikil, 6.5 mm

7
– 0.06 mm (0.25 – 0.002 Inch). Bersama-sama kerikil sering disebut
sebagai tanah berbutir kasar.
 Lanau (Silt). Ukuran butir lanau lebih kecil dari pasir, yakni berkisar
antara 0.06 – 0.002 mm (0.002 – 0,00008 mm. Lanau ini relatif
memiliki sifat mirip pasir, tanah berbutir.
 Lempung (Clay). Butiran lempung berukuran lebih kecil dari lanau,
kurang dari 0.00008 mm. Karena kecilnya ukuran dan berbutir
lempeng, jenis tanah ini bersifat stabil, sangat dipengaruhi kandungan
pori dan jumlah air yang mengisi pori tanah lempung.
 Humus (peat). Humus dan jenis tanah organik lain tidak diperkenankan
untuk menerima beban pondasi. Karena banyak mengandung bahan
organik, butiran tanah ini tidak kekal dan mudah berubah volume
karena dipengaruhi oleh faktor biologis dan usia.

Untuk kepentingan bidang teknik sipil deskripsi tersebut masih kurang untuk
dapat menggambarkan jenis, simbol dan sifat tanah. Karenanya, dilakukanlah
sistem klasififikasi tanah oleh sekelompok ahli atau lembaga mulai dari bidang
pertanian hingga bidang tranportasi. Unified Soil Classification System (USCS)
dan American Association of State Highway Transportation Officials System
(AASHTO) adalah sistem klasifikasi yang banyak dirujuk dan relevan untuk
kepentingan bidang teknik sipil.

 Pengujian Tanah

Pengujian tanah untuk keperluan perancangan pondasi dapat berupa uji


tanah di lapangan dan uji tanah di laboratorium, baik itu berupa uji fisik
maupun uji mekanik, uji untuk mengetahui angka kekuatan tanah. Uji tanah di
lapangan diperlukan untuk mencari data langsung dari lapangan. Uji ini dapat
berupa uji lapisan tanah dengan alat bor (soil boring), uji kepadatan maupun
kekerasan tanah. Uji Kekerasan tanah dapat berupa uji penetrasi standar
(standard penetration test), uji sondir/uji penetrasi konus (Cone penetration
test). Uji lapangan ini termasuk pelaksanaan pengambilan sampel tanah untuk
keperluan uji laboratorium. Sedangkan untuk uji di laboratorium dapat berupa

8
analis butiran dan komposisi butiran/ gradasi, kadar air, berat isi, berat jenis
(specific garfity) uji geser dengan alat geser langsung maupun dan alat triaxial
hingga uji pemampatan tanah (consolidation test) . Berikut di sampaikan
sebagian uji tanah yang perlu untuk diketahui terkait dengan sifat tanah.

a) Uji Kadar Air

Kandungan air pada jenis tanah tertentu sangat berpengaruh terhadap sifat fisik
maupun kekuatannya. Karennya uji kadar air uji awal yang paling banyak
dilakukan terkait dengan fisik tanah. Kadar air dinyatakan dalam angka
persentase (%). Formula untuk kadar air (water content) dapat dikemukakan
sebagai berikut.

Wc = Ww/Wsd *100%

Dimana: Ww = berat air yang dikandung tanah = Ws wet – Ws dry

Ws dry = berat tanah kering oven.

b) Uji ukuran butir tanah dan gradasi tanah

Uji untuk mengetahui karakter fisik terkait dengan ukuran butiran yang
umumnya cukup dilakukan dengan analisis ayakan (Sieve analysis) untuk tanah
berbutir kasar. Sedang untuk tanah yang berbutir halus seperti lempung
diperlukan uji dengan Hydrometer (Hydrometer test set). Peralatan uji ayakan
dan hydrometer ditunjukkan pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2.

Dari pengujian dengan analisis ayakan akan diperoleh indeks ukuran butiran
tanah mulai dari dari diameter butiran paling banyak / dominan, koefisien
gradasi tanah maupun koefisien keseragaman tanah yang diperlukan untuk
mengklasifikasikan tanah. Diameter lubang saringan dan contoh isian tabel uji

9
ayakan untuk keperluan klasifikasi stanah ditunjukan pada Tabel 5. 2 dan Tabel
5.3.

10
Gambar 5.1. Set ayakan untuk uji ukuran butir dan gradasi tanah
Sumber: Dok. Lab TS-FTUM

Gambar 5.2. Set alat uji Hidrometer


Sumber: Dok. Lab TS-FTUM

c) Batas Konsistensi Tanah (Atterberg Limits)

Batas konsistensi tanah sering disebut batas Atterberg. Besaran batas batas konsistensi
merupakan besaran kadar air (%) untuk menandai kondisi tanah terhadap kandungan
air. Batas konsistensi ini terdiri dari batas cair (Liquid Limit / LL), bata plastis (Plastic
Limit/ PL) maupun batas susut (shirinkage Limit). Batas cair merupakan kadar air tanah
sehingga tanah pada kadar air tersebut bersifat layaknya zat alir/ cair. Batas plastis
merupakan kadar air dimana dengan kondisi tersebut bersifat plastis dari kondisi tanah
kering yang bersifat padat / keras. Sedangkan batas susut merupakan kadar air
maksimum agar saat tanah dikeringkan tidak mengalami susut/ perubahan volume.

Pengujian batas cair di laboratorium digunakan cawan Cassagrande (Gambar 5.3).


Cawan ini dilengkapi dengan piranti pemukul dengan cara mengangkat dan

3
menjatuhkan cawan. Jika tanah uji di letakkan pada cawan setebal 1 cm, kemudian
dibuat alur menggunakan alat pembuat alur (groover), dan kemudian melakukan
ketukan ( blow). Akibat ketukan tersebut, alur yang dibuat akan kembali menutup.
Kemudahan menutupnya alur tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah air dalam tanah
tersebut. Batas cair merupakan kadar air tanah uji (%) jika dilakukan ketukan sebanyak
25 kali menyebabkan alur tanah pada cawan Cassagrande berimpit 1.25 cm (1/2 Inch).

Gambar 5.3. Alat uji Batas Cair dan batas plastis: Cawan Cassagrande
Sumber: Dok. Lab TS-FTUM

Batas Plastis merupakan besaran kadar air tanah dimana saat dilakukan pilinan pada
contoh tanah hingga Æ 3 mm mulai terjadi retakan dan tidak putus. Tanah uji batas
plastis ini umumnya menggunakan tanah uji batas cair yang diangin-anginkan
kemudian dibuat bola tanah Æ 1 cm. Bola tanah tersebut kemudian dipilin dengan jari
di atas permukaan halus. Jika kondisi pilinan tanah Æ = 3 mm dan mulai retak, segera
lakukan uji kadar air. Kadar air pada kondisi itulah sebagai batas platis.

Indek Plastisitas (PI) merupakan selisih antara batas cair dan batas plastis. Jika ditulis
dalam formula adalah sebagai berikut. Indeks plastisitas inilah yang memberikan
indikasi terkait dengan kerekatan/ kohesifitas keplastisan suatu tanah uji oleh pengaruh
air yang dikandungnya. Tanah lempung untuk bahan genting umumnya memiliki
angka/ indeks plastisitas yang lebih tinggi dibanding tanah lanau.

PI = LL – PL

Dimana: PI = Indeks plastisitas,

4
LL = Batas Cair,

PL = Batas plastis

d) Pengujian Kekuatan Geser Tanah

Pengujian kekuatan geser tanah dapat dilakukan dengan menggunakan Set Alat Geser
langsung (Direct Shear Test Set) dan Alat Uji Triaxial (Triaxial Test Set), seperti pada
Gambar 5.4. Walaupun kurang memiliki ketelitian alat geser langsung sering digunakan
untuk menentukan tegangan geser tanah (t) dan atau beserta sudut geser tanah (q).
Tanah uji untuk test ini umumnya adalah tanah asli tanpa terganggu (undisturbed).

Untuk pelaksanaan uji contoh uji diberi tegangan normal ( ) sebesar tekanan tanah yang
ada di atas tanah uji, = g . h. Dimana g adalah berat isi tanah dan h merupakan
kedalaman tanah uji. Contoh hasil uji geser langsung dapat ditunjukkan pada Tabel 5.4.

Sudut geser (q) ditentukan berdasarkan kemiringan grafik uji = Arc Tan t/ . Sedangkan
angka rekatan (cohesiveness) ditentukan dari besaran tegangan geser pada tegangan
normal = 0. Berdasarkan hasil uji tersebut didapatkan bahwa q = 37 o, dan angka kohesi
(c) = 0.075 kg/cm2.

Tabel 5.4. Hasil Uji Geser Langsung (Direct Shear Test)

Sumber: Dok. Lab TS-FTUM

Gaya Normal N = 2.00 Kg N = 4.00 Kg N = 8.00 Kg


2 2
Tegangan Normal = 0.0638 Kg/cm = 0.1276 Kg/cm = 0.2551 Kg/cm2
Gaya Teg. Gaya Teg. Gaya Teg.
Bacaan Bacaan Bacaan
Waktu Deformasi Geser Geser Geser Geser Geser Geser
Dial Dial Dial
(S) () (S) () (S) (t)
0' 00" 12.50 0.00 0.00 0.00
0' 15" 25.00 10.00 20.00 20.00
0' 30" 37.50 28.00 32.00 45.00
0' 45" 50.00 40.00 4.40 0.14 40.00 60.00
1' 00" 62.50 38.00 42.00 71.00

5
0.00 75.00 35.00 45.00 4.95 0.16 75.00
1' 30" 87.50 40.00 82.00 9.07 0.29
1' 45" 100.00 37.00 70.00
2' 00" 112.50 63.00
2' 15" 125.00

Gambar 5.4. Grafik uji geser langsung


Sumber: Dok. Lab TS-FTUM

Besaran sudut geser dalam dan besaran rekatan tersebut diperlukan untuk perhitungan
geseran dari tanah untuk keperluan perhitungan pondasi maupun dinding penahan.

Gambar 5.5. Alat uji geser langsung (direct shear test)

Sumber: Dok. Lab TS-FTUM

e) Uji Tekan Bebas (unconfined compression test)

6
Uji tekan bebas ini merupakan uji tekan searah, tanpa tahanan dari arah samping (
lateral) dari contoh tanah silindris pada kondisi asli. Data yang dihasilkan dari uji ini
adalah data tegangan tekan maksimum tanah uji. Data ini cukup bermanfaat untuk
memperkirakan besaran daya dukung tanah pada tepian tebing dalam menerima beban.
Uji tekan bebas ini relatif cepat dan bermanfaat sebagai data tambahan uji Triaxial

Gambar 5.6. Alat uji tekan bebas (unconfined compression test)


Sumber: Dok. Lab TS-FTUM

f) Uji Berat Isi Tanah ()

Uji berat isi tanah dimaksudkan untuk menentukan berat tanah per satuan volume.
Satuan yang umum digunakan adalah gr / Cm3, kg / liter atau ton / m3. Uji didahului
dengan pengambilan sampel di lapangan dengan menggunakan tabung sampel. Tanah
uji berbentuk silindris yang diambil kemudian dikeluarkan untuk ditimbang dan
dihitung volumenya. Perhitungan berat isi dapat ditunjukkan sebagai berikut.

g wet =- W soil wet / V , atau

g dry =- W soil dry / V


Dimana:

 wet = Berat isis tanah basah


 dry = Berat isis tanah kering
V = Volume tanah uji

W soil wet = berat tanah basah

W soil dry = berat tanah kering oven


Kadang berat isi tanah ini, dinyatakan dalam bentuk berat isi maksimum (g maks).
Berat isi maksimum merupakan berat isi paling besar yang dapat dicapai oleh tanah
melalaui perlakuan pemadatan, baik itu pemadatan dengan tangan (Hand Stamper) atau
dengan alat berat bermesin, dengan perlakuan kondisi kadar air tertentu. Kadar air yang

7
memungkinkan pemadatan menghasilkan berat isi maksimum disebut sebagai kadar air
optimum (w optimum). Besaran berat isi maksimum tanah dan kadar air optimum dapat
dilihat pada Tabel 8.5

Tabel 5.5. Besaran berat isi maksimum tanah dan kadar air optimum

Sumber: Gaylord Jr, dkk, 1997

Rentang Berat Isi Maks Kadar Air


Simbol Klasifikasi Tanah / Deskripsi Tanah menurut USCS
pound/ft3 kg/m3 Optimum (%)
GW Kerikil murni bergradasi baik, kerikil bercampur pasir 125-135 2,002-2,163 8-11
GP Kerikil murni bergradasi buruk, campuran kerikil pasir 115-125 1,842-2,002 11-14
GM Kerikil berlanau, kerikil bercampur – lanau - pasir 120-135 1,922-2,163 8-12
Kerikil berlempung, campuran kerikil-pasir-lempung
GC 115-130 1,842-2,082 9-14
bergradasi buruk
SW Pasir murni bergradasi baik, pasir bercampur kerikil 110-130 1782-2,082 9-16
Pasir murni bergradasi buruk, pasir bercampur kerikil
SP 100-120 1602-1922 12-21
bergradasi buruk
Pasir berlanau, pasir bercampur lanau bergradasi
SM 110-125 1762-1,602 11-16
buruk
Pasir bercampur lempung, pasir bercampur lempung
SC 105-125 1605-2002 11-19
bergradasi buruk
ML Lanau sedikit bercampur lempung tak organik 95-120 1522-1922 12-24
CL Lempung tak organik plastisitas rendah–sedang 95-120 1522-1922 12-24
OL Campuran lanau-lempung organik plastisitas rendah 80-100 1281-1602 21-33
MH Lanau mengandung lempung tak organik, lanau elestis 70-95 1121-1522 24-40
CH Lempung tak organik dengan plastisitas tinggi 75-105 1201-1,682 19-36
OH Campuran lempung dan lanau organik 65-100 1201-1602 21-45

g) Uji Triaxial

Uji triaxial ini dilakukan untuk memperoleh kekuatan geser tanah (t) saat tanah
menerima tegangan normal dengan besaran tertentu, dan sudut geser (q). Data sangat
penting untuk perancangan pondasi telapak, tiang maupun untuk perancangan dinding
penahan ( retaining wall). Sampel tanah untuk uji ini disarankan berupa tanah asli tak
terganggu (undisturbed specimen). Uji ini sedikit mirip dengan uji tekan bebas, dengan
penahan dan pengukuran ke arah samping akibat tekanan aksial.

h) Pemboran Tanah (Soil Boring)

Salah satu data penting untuk perancangan pondasi dalam adalah mengetahui jenis
tanah di tiap kedalaman / lapisan tanah. Alat uji ini dapat berupa bor dengan
menggunakan tenaga manusia dan tenaga mesin (Gambar 5.7). Data yang dapat

8
dihasilkan adalah berupa lembar bor (Boring Log) yang berisikan deskripsi fisik tanah
di tiap kedalaman yang diperlukan. Deskripsi yang dimaksud umumnya tentang fisik
tanah: warna tanah, jenis tanah, dan keseragaman butiran. Uji boring biasanya disertai
Uji Penetrasi Standar (SPT). Karenanya lembar data bor tersebut biasanya
mencamtumkan pula data SPT berupa jumlah pukulan dan tingkat kekerasan tanah.

Gambar 5.7. Set alat boring tanah dan alat pengambil sampel

Sumber: Gaylord Jr, dkk, 1997

o Uji Penetrasi Standar (Standard Penetration


Test)

Uji ini pada prinsipnya seperti memancang tiang dalam tanah. Pengujian ini ini
biasanya dilakukan bersamaan dengan pekerjaan boring, yakni mencari data kekerasan
tanah yand diindikasikan dalam bentuk jumlah pukulan ( n blows) yang diperlukan
untuk memasukkan split sampler sedalam 30 cm. Split sampler merupakan ujung
pancang yang dapat di belah untuk sekaligus memperoleh contoh tanah yang diukur
kekerasannya. Dari contoh tanah tersebut dapat ditentukan jenis dan sifat tanah uji. Data
uji penetrasi standar tersebut belum memberikan infomasi besaran kekuatan. Untuk itu
diperlukan konversi jumlah pukulan terhadap kekuatan dengan uji lain misal sondir.
Tabel 5.6 menampilkan besaran jumlah pukulan dan tingkatan kepadatan untuk jenis
tanah tak berkohesi (granular) dan tanah berkohesi (cohhesive soil) seperti lempung.

Gambar 5.8: Tipikal split sampler pada Ujung alat SPT


Sumber: Gaylord Jr, dkk, 1997

9
Tabel 5.6. Jumlah pukulan hasil Uji SPT dan tingkat kepadatan tanah
Sumber: Brockenbrough dkk, 2003

Tanah granuler Tanah berkohesi

Jumlah pukulan Kepadatan Jumlah pukulan Kepadatan


0-4 Sangat lepas / lunak 0-1 Sangat lunak
5-10 Lepas / lunak 2-4 Lunak
11-24 Padat sedang 5-8 Kaku sedang
25-50 Padat 9-15 Kaku
> 50 Sangat padat 16-30 Sangat kaku
31-60 Keras

j) Uji Sondir (Cone Penetration Test)

Uji ini mirip dengan uji penetrasi standar, yang membedakan adalah bahwa ujung alat
ini berupa konus (Gambar 5.9) yang dimaksudkan memberikan tekanan pada pompa
pengukur. Konus tersedia dua macam bentuk, konus tunggal dan konus ganda. Konus
tunggal hanya dapat mengukur tahanan tanah ujung. Sedangkan konus ganda, selain
tahanan tanah ujung dapat mengukur pula gesekan tanah (soil friction).

Gambar 5.9. Set alat sondir (Cone Penetration Test)

Ukuran kekerasan tanah maupun gesekan dapat dilihat pada manometer yang
dinyatakan dalam besaran tegangan tanah (kg/cm2). Pengujian dengan alat ini relatif
murah untuk diselenggarakan dengan hasil data yang cukup memadai untuk
perancangan pondasi.

10
Gambar 5.10: Konus tunggal dan konus ganda pada alat Sondir
Sumber: Gaylord Jr, dkk, 1997
2.3 JENIS JENIS PONDASI

 Pondasi memiliki 2 jenis yaitu :


1. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal adalah struktur bangunan paling bawah yang berfungsi meneruskan
(mendistribusi)beban bangunan ke lapisan tanah yang berada relatif dekat dengan
permukaan tanah. Yang termasuk dalam kategori pondasi dangkal adalah pondasi
setempat (spread footings) dan pondasi plat penuh (mat foundations). Meskipun
pondasi dangkal sangat umum dipakai namun pada kondisi tertentu pondasi dangkal
tidak cocok untuk dipergunakan. Sebagai contoh apabila lapisan tanah yang dekat
dengan permukaan tanah jelek (lembek) atau ada kemungkinan terjadi gerusan dari air
permukaan (erosi),genangan air atau apabila pondasi menahan beban lateral yang
sangat besar maka pondasi dangkal kurang cocok untuk digunakan. Pada awalnya,yang
dikategorikan dalam pondasi dangkal adalah pondasi yang memiliki kedalaman lebih
kecil atau sama dengan dimensi lebar pondasi. Namun pada perkembangannya pondasi
masih dianggap dangkal meskipun kedalaman pondasi mencapai 3 sampai 4 kali lebar
pondasi. Pondasi yang umum digunakan untuk bangunan dengan beban yang relatif
kecil dang menengah adalah pondasi setempat. Pondasi ini merupakan pembesaran
dimensi dasar kolom atau tembok yang berfungsi untuk menyebarkan beban ke lapisan
tanah yang lebih luas. Pada tanah yang lunak/lembek dan atau beban/kolom yang relatif
besar ,dimensi pondasi setempat yang dibutuhkan semakin besar sehingga plat pondasi
pada kolom yang satu berdekatan dengan plat pondasi kolom yang lain. Apabila luas
plat pondasi melebihi setengah dari luas proyeksi bangunan(bukan luas lantai
bangunan) maka sebaiknya dipakai jenis pondasi lain karena pondasi setempat menjadi
tidak ekonomis (Coduto,1994). Salah satu alternatif pondasi dangkal yang dapat

11
dipakai adalah pondasi plat jalur (strip footing atau well footing ) atau plat penuh (mat
foundation) yang hampir memenuhi seluruh luas proyeksi bangunan.
Jenis –Jenis Pondasi Dangkal:
a. Pondasi Batu Kali
Pondasi Batu Kali biasanya hanya dipakai untuk konstruksi yang tidak berat,seperti
pagar,rumah tinggal sederhana yang tidak bertingkat. Pondasi batu kali biasanya
ditempatkan menerus untuk pondasi dinding. Seluruh beban atap/beban bangunan
umumnya dipikul oleh kolom dan dinding,diteruskan ke tanah melalu pondasi
menerus sepanjang dinding bangunan. Pondasi batu kali hanya mempertimbangkan
berat beban yang bekerja tanpa mempertimbangkan beban momen yang terjadi
,yang oleh karena itu kurang tepat apabila dipakai pada konstruksi bangunan yang
berat/bertingkat tinggi sedangkan untuk konstruksi bangunan 2 lantai atau lebih
perlu dikombinasikan dengan pondasi jenis lain dengan perhitungan tertentu.

12
4

Gambar 1 Pondasi Batu Kali

Keterangan bagian-bagian pondasi batu kali:


1. Urug pasir bawah pondasi, pada umumnya memiliki ketebalan 5-10 cm.
berfungsi sebagai drainase untuk mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar
badan pondasi, juga agar pori-pori pada permukaan tanah dasar dan bidang bawah
pondasi dapat tertutup rapat.
2. Aanstampeng/Lapisan Batu Kosong, terbuat dari batu kali berdiameter sekitar
10-15 cm, disusun tegak dan rapat tanpa adukan (batu kosong), diselaselanya diisi
pasir yang disiram air lalu dipadatkan (ditumbuk) sehingga tidak ada rongga kosong
dan susunan batu menjadi kokoh bersama-sama. Lapisan ini lebih lebar sekitar 10
cm dari kiri-kanan badan pondasi. Berfungsi sebagai lantai kerja dan drainase untuk

13
mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar badan pondasi. Bila lapisan tanah
untuk pondasi mengandung pasir atau cukup kering. Lapisan Aanstamping tidak
diperlukan. Cukup diberi lapisan pasir dasar yang sudah dipadatkan setebal 10 cm.
3. Badan pondasi, dibuat dari pasangan batu kali dengan perekat (beraping)
campuran 1 kp:1 sm:2 ps atau 1 pc:3 ps. Untuk pondasi dinding luar bangunan,
sejak ketinggian 10 cm di bawah halaman sampai ke atas, dipakai perekat/plesteran
trasraam (kedap air) yaitu campuran 1 pc : 2 ps. Menyusun/menggambar batu kali
pada badang pondasi, tidak boleh terdapat siar segari baris vertikal maupun
harizontal. Untuk memudahkan pemasangannya, batu pada bagian tepi harus dibuat
lebih tinggi daripada batu pada bagian tengah. Posisi ini juga akan mencegah
campuran berapen melimpah terlalu banyak ke luar badan pondasi.
4. Sloof beton bertulang, campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr di atas sepanjang pondasi.
Berfungsi untuk menyalurkan beban dari dinding tembok di atasnya agar terbagi
secara merata di sepanjang pondasi. Lebarnya setebal tembok di atas dan tingginya
20-30 cm, balok-balok yang memikul beban selalu diletakkan tegak (tidak rebah)
agar daya pikul bebannya lebih besar.
5. Tanah urug, untuk mengisi sisa lubang pondasi yang tidak terisi pasangan
pondasi. Sebelum sisa galian ditimbun, sebaiknya dinding badan pondasi
diberap/dilapis dengan perekatnya agar rata dan untuk menutup celah antara
pasangan batu yang mungkin ada dan bisa dimasuki binatang kecil atau akar
tanaman yang dapat merusak pondasi.
6. Kemiringan tanah galian untuk pondasi batu kali adalah 5:1

14
Pemasangan Pondasi Batu Kali:

MULAI

PEKERJAAN PERSIAPAN

PEKERJAAN PEMBERSIHAN PEKERJAAN PENGUKURAN PEKERJAAN BOWPLANK

PEKERJAAN PENGGALIAN

PERBAIKI

TIDAK CEK
- ELEVASI
- DIMENSI

YA

PEKERJAAN URUGAN PASIR

PEKERJAAN AANSTAMPING

PEKERJAAN PONDASI BATU


KALI

PERBAIKI

TIDAK CEK
- ELEVASI
- DIMENSI

YA

PEKERJAAN SLOOF

PEKERJAAN URUGAN TANAH

SELESAI

a. Pekerjaan persiapan

Beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum mengerjakan pekerjaan pondasi batu
kali yaitu persiapan alat, bahan dan tenaga kerja .

15
b. Pekerjaan pembersihan, pengukuran dan pemasangan bowplank
Pekerjaan berikutnya adalah pembersihan lahan, ini dilakukan untuk membersihkan
tempat kerja dari sampah-sampah, pohon, rumput dan akar-akar tanaman untuk
mempermudah pekerjaan selanjutnya. Setelah proses pembersihan selesai maka
dilakukan pekerjaan pengukuran as-as bangunan yang sesuai dengan gambar kerja
untuk proses pengukuran bisa langsung dikerjakan pemasangan papan duga
(bowplank) sebagai acuan pengalian tanah.

c. Pekerjaan galian tanah


Setelah proses pengukuran dan pemasangan papan duga sebagai acuan penggalian
tanah selesai. Maka tahap berikutnya adalah penggalian tanah untuk pondasi
menerus batu kali, pada proses galian ini perlu diperhatikan dimensi dan elevasi
galian agar sesuai dengan rencana.Untuk pondasi batu kali diusahakan agar
kedalaman galian lebih dari 50 cm, ini dikarenakan untuk menghindari
kemungkinan pondasi masih berada pada tanah humus, serta untuk melindungi
pondasi dari faktor cuaca. Pada umumnya kedalaman galian pondasi menerus batu
kali adalah 1 – 1,5 m dari permukaan elevasi lantai.

d. Pekerjaan pondasi batu kali


Apabila kedalaman galian telah sesuai dengan rencana, maka tahap berikutnya
adalah pekerjaaan pembuatan pondasi batu kali. Pertama-tama pada dasar
konstruksi pondasi diberi pasir padat setebal 5 – 10 cm, yang bertujuan untuk
meratakan tanah bagian dasar galian. Kemudian dipasangan batu dengan
kedudukan berdiri (pasangan batu kosong) dengan tinggi pada umumnya 20 – 25
cm, dan rongga – rongganya diisi pasir secara penuh dan disiram air serta di tumbuk
sampai padat dan rata, sehingga kedudukannya menjadi kokoh dan sanggup
mendukung beban pondasi di atasnya. Susunan batu kosong yang sering disebut
aanstamping dapat berfungsi sebagai pengaliran (drainase) untuk mengeringkan air
tanah yang terdapat disekitar pondasi.Setelah pemberian pasir padat dan
aanstamping selesai, proses selanjutnya pembuatan pondasi batu kali. Dan pada
umumnya bentuk pondasi batu kali dibuat trapezium dengan lebar bagian atas
paling sedikit 25 cm. Dibuat selebar 25 cm, karena bila disamakan dengan lebar
dinding dikhawatirkan dalam pelaksanaan pemasangan pondasi tidak tepat dan

16
akan sangat mempengaruhi kedudukan dinding pada pondasi sehingga dapat
dikatakan pondasi tidak seseuai lagi dengan fungsinya. Sedangkan untuk lebar
bagian bawah trapezium tergantung perhitungan dari beban di atasnya, tetapi pada
umumnya dapat dibuat sekitar 70 – 80 cm.

Pasangan batu kali diusahakan tidak saling bersentuhan dan selalu ada perekat/
spesi diantaranya hingga rapat. Celah – celah yang besar antara batu diisi dengan
batu kecil yang cocok padatnya, dan pada pasangan batu kali sudah harus disiapkan
anker besi untuk sloof dan kolom, ini dilakukan untuk mengikat sloof dan kolom
pada pondasi sehingga menjadi satu kesatuan.
Kedalaman anker minimal 30 cm dan harus dicor dan panjang besi yang muncul
diatasnya minimal 75 cm.Sloof diberikan pada atas pondasi, tujuannya untuk
mengikat bangunan dan mendistribusikan beban bangunan dari atasnya kepada
pondasi sehingga diharapkan tidak terjadi penurunan yang tidak bersamaan. Pada
umumnya sloof dibuat dari beton bertulang cor dengan ukuran 15 cm x 20 cm dan
di anker pada pondasi. Setelah pekerjaan pembuatan sloof selesai maka dilakukan
pengurugan tanah pada samping – samping pondasi bekas galian, dengan tujuan
untuk melindungi pondasi dari faktor cuaca dan dapat pula memberikan daya
dukung tanah yang cukup untuk menahan beban bangunan di atasnya.

b. Pondasi Batu Bata


Batu bata yang kita kenal pada umumnya adalah bahan bangunan yang digunakan
untuk membuat pasangan dinding, walaupun ada juga bata yang digunakan sebagai
rolag diatas kusen. Rolag bata juga biasa dikenal untuk membuat konstruksi bawah,
seperti sloof dan pondasi, walaupun sebenarnya batu bata kurang baik jika ditanam
di dalam tanah dalam jangka waktu yang lama karena akan mengalami penurunan
kekuatan dari batu bata. Namun dari segi biaya, penggunaan batu bata sebagai
bahan pondasi memang relatif lebih ekonomis apa lagi jika kita berada di daerah
penghasil batu bata. Batu bata akan cepat rusak jika terkena air dalam waktu yang
terlalu lama,untuk menjaga pasangan bata yang digunakan untuk pondasi tidak
cepat rusak maka digunakan adukan kasar dengan ketebalan kurang lebih 1,5 cm.
Dan bagian-bagian sudut dari pasangan pondasi, dimana dapat menjadi sarang dari
genangan air, juga dibuat miring supaya air tanah tidak terhenti di situ, melainkan
dapat terus turun ke bawah hingga dapat diharapkan tidak berpengaruh pada

17
kekuatan pondasi.Selain itu pondasi jenis ini juga digunakan dalam bangunan-
bangunan kuno,seperti arca, candi dan lain-lain. Sehingga cukup sulit untuk
mendapatkan gambarnya karena memang pondasi ini jarang digunakan karena
dinilai pemasangannya kurang praktis, terlampau rumit dan memerlukan banyak
waktu.

2
1

Gambar 2 Pondasi Batu Bata

Keterangan bagian bagian pondasi batu bata:


Bagian-bagian pondasi :
1. Urug pasir bawah pondasi, pada umumnya memiliki ketebalan 5-10 cm.
berfungsi sebagai drainase untuk mengeringkan air tanah yang terdapat di sekitar
badan pondasi, juga agar pori-pori pada permukaan tanah dasar dan bidang bawah
pondasi dapat tertutup rapat.
2. Pasangan bata rolag/bata berdiri, berfungsi sebagai aanstampeng pada pondasi
batu kali. Berfungsi untk menyalurkan beban dari atas ke tanah. Diplester kasar
dengan ketebalan 1,5 cm, untuk menjaga bata supaya tidak cepat rusak karena
kelembaban air di dalam tanah.

18
3. Badan pondasi, terbuat dari konstrksi bata yang diplester dengan adukan kasar
ketebalan kurang lebih 1,5 cm.
4. Sloof beton bertulang, campuran 1 pc : 2 ps : 3 kr di atas sepanjang pondasi.
Berfungsi untuk menyalurkan beban dari dinding tembok di atasnya agar terbagi
secara merata di sepanjang pondasi. Lebarnya setebal tembok di atas dan tingginya
20-30 cm, balok-balok yang memikul beban selalu diletakkan tegak (tidak rebah)
agar daya pikul bebannya lebih besar.

19
Pemasangan Pondasi Batu Bata:

MULAI

PEKERJAAN PERSIAPAN

PEKERJAAN PEMBERSIHAN PEKERJAAN PENGUKURAN PEKERJAAN BOWPLANK

PEKERJAAN PENGGALIAN

PERBAIKI

TIDAK CEK
- ELEVASI
- DIMENSI

YA

PEKERJAAN URUGAN PASIR

PEKERJAAN PONDASI BATU


BATA

PERBAIKI

TIDAK CEK
- ELEVASI
- DIMENSI

YA

PEKERJAAN SLOOF

PEKERJAAN URUGAN TANAH

SELESAI

a. Pekerjaan persiapan
Beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum mengerjakan pekerjaan pondasi batu
kali yaitu persiapan alat, bahan dan tenaga kerja.

b. Pekerjaan pembersihan, pengukuran dan pemasangan bowplank

20
Pekerjaan berikutnya adalah pembersihan lahan, ini dilakukan untuk membersihkan
tempat kerja dari sampah-sampah, pohon, rumput dan akar-akar tanaman untuk
mempermudah pekerjaan selanjutnya. Setelah proses pembersihan selesai maka
dilakukan pekerjaan pengukuran as-as bangunan yang sesuai dengan gambar kerja
untuk proses pengukuran bisa langsung dikerjakan pemasangan papan duga
(bowplank) sebagai acuan penggalian tanah.

c. Pekerjaan galian tanah


Setelah proses pengukuran dan pemasangan papan duga sebagai acuan pengalian
tanah selesai. Maka tahap berikutnya adalah penggalian tanah untuk pondasi
menerus batu bata, pada proses galian ini perlu diperhatikan dimensi dan elevasi
galian agar sesuai dengan rencana.Untuk pondasi batu bata diusahakan agar
kedalaman galian lebih dari 50 cm, ini dikarenakan untuk menghindari
kemungkinan pondasi masih berada pada tanah humus, serta untuk melindungi
pondasi dari faktor cuaca. Pada umumnya kedalaman galian pondasi menerus batu
bata adalah 70 – 100 cm dari permukaan elevasi lantai.

d. Pekerjaan pondasi batu bata


Apabila kedalaman galian telah sesuai dengan rencana, maka tahap berikutnya
adalah pekerjaaan pembuatan pondasi batu bata. Pertama – tama pada dasar
konstruksi pondasi diberi pasir padat setebal 10 cm, yang bertujuan untuk
meratakan tanah bagian dasar galian.
Setelah pemberian pasir padat selesai, proses selanjutnya pembuatan pondasi batu
bata. Pondasi ini dibuat dari bata merah yang disusun secara teratur dan bertangga
yang bentuknya merupakan empat persegi panjang dan tiap-tiap tangga terdiri dari
3 – 4 lapis. Apabila tiap-tiap ujung tangga dihubungkan akan merupakan trapezium
yang tetap memenuhi syarat pondasi.
Pemasangan bata diatur dan disusun yang tetap memenuhi persyaratan ikatan bata,
tiap-tiap lapisan dihubungkan dengan perekat/ spesi.
Untuk tanah yang tidak mengandung air spesi ini, dibuat dari :
- 1 Kapur : 1 Semen merah : 1 Pasir, atau
- 1 Lapur : 1 Semen merah : 2 Pasir

21
Sedangkan untuk tanah yang mengandung air dibuat dari campuran :
- 1 PC : 4 Pasir atau 1 PC : 5 Tras

- 1 PC : ½ Kapur : 5 Pasir

Ada beberapa tipe pembuatan pondasi batu bata, yaitu :

a. Untuk bangunan dengan dinding ½ bata


Pada tipe bangunan seperti ini maka bisa dilakukan pondasi batu bata dengan lebar
atas 25 cm dan lebar bawah kurang lebih 45 cm. Dibuat selebar 25 cm, karena bila
disamakan dengan lebar dinding dikhawatirkan dalam pelaksanaan
pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat mempengaruhi kedudukan
dinding pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak sesuai lagi dengan
fungsinya.

Gambar 3 Detail Pondasi Batu Bata untuk Dinding ½ Bata

22
b.Untuk bangunan dengan dinding 1 bata

Pada tipe bangunan seperti ini maka bisa dilakukan pondasi batu bata dengan
lebar atas 45 cm dan lebar bawah kurang lebih 77 cm. Dibuat selebar 45
cm,karena bila disamakan dengan lebar dinding dikhawatirkan dalam
pelaksanaan pemasangan pondasi tidak tepat dan akan sangat mempengaruhi
kedudukan dinding pada pondasi sehingga dapat dikatakan pondasi tidak
sesuai lagi dengan fungsinya.

Gambar 4 Detail pondasi batu bata untuk dinding 1 bata

c. Pondasi Rakit

Pondasi rakit adalah sebuah pelat beton besar yang digunakan untuk
menghubungkan permukaan (interface) antara satu atau lebih kolom di dalam
beberapa garis (jalur) dengan tanah dasar. Secara umum pelat pondasi rakit
dapat dianalisis dengan dua anggapan. Pertama pelat pondasi rakit dianggap
merupakan struktur yang fleksibel, berarti pelat pondasi akan mengalami
deformasi yang tidak sama akibat beban yang bekerja. Kedua, pelat pondasi
rakit dianggap merupakan struktur yang kaku yang berarti pelat dianggap
mengalami deformasi yang sama akibat beban yang bekerja. Pondasi ini dapat
menopang gedung bertingkat banyak, tendon air minyak, mesin, peralatan
industri, dan bangunan berat lainnya. Terutama memiliki luasan besar.

Jenis jenis pondasi rakitan lazim :


 Pelat rata

23
 Pelat yang telapak ada di bawah kolom
 Balok dan pelat
 Pelat dengan kaki tiang
 Dinding ruang bangunan bawah tanah sebagai bagian pondasi
telapak
Pertimbangan penggunaan/pemilihan jenis Pondasi rakit/pelat, antara lain jika:
 Kekokohan landasan tidak memenuhi kebutuhan, atau beban bangunan
besar sehingga pondasi lajur menjadi lebar menjadi seluas gedung. Struktur
bangunan rangka dengan jarak tiang dengan beban yang tinggi dan jaraknya
<8m
 Beban bangunan yang besar sudah dibagi seragam pada seluruh luas
bangunan oleh struktur bangunan masif
 Wilayah bangunan yang sering banjir dan pondasi pelat beton bertulang
dilengkapi dinding kaki beton bertulang yang sekaligus kedap air sehingga
menghindari naiknya air dari bawah.
 Perhitungan dilakukan seperti perhitungan pelat lantai yang terbalik tekanan
tanah = beban berguna dari bawah dan kolom dengan beban bangunan =
reaksi tumpuan dari atas ke bawah pada gedung dengan pondasi pelat beton
bertulang berada di bawah permukaan air tanah perlu diperhatikan gaya
apungnya.

Gambar 3 Pondasi Rakit Kayu

24
Gambar 4 Pondasi Rakit Beton
Kelebihan Pondasi Rakit :
 Pondasi rakit sangat bagus digunakan pada tanah yang banyak mengandung air
misalnya seperti tanah rawa.
 Apabila terjadi banjir pondasi ini sedikit terakat, tetapi tidak mengalami
pergeseran dan apabila banjir telah surut pondasi tersebut kembali ke posisinya
semula.
 Struktur pada pondasi rakit mengalami deformasi yang tidak sama akibat beban
yang bekerja, sehingga pondasi ini termasuk struktur yang fleksibel.
 Pondasi ini cocok digunakan pada bangunan yang memiliku luasan yang luas.
 Biaya pembuatan pondasi ini lebih murah dari pembuatan pondasi batu kali
 Penurunan pada pondasi rakit bersamaaan
Kekurangan Pondasi Rakit :
 Apabila tidak menggunakan grand anchor pondasi tersebut akan terangkat dan
menyebabkan bangunan pondasi bergerak.
 Pondasi ini kurang bagus dibangun pada tanah jenis keras
 Kurang efektif apabila digunakan di kedalaman > 6 m

25
Pemasangan Pondasi Rakit:

Mul ai

Pekerjaan Persiapan

Lantai Kerja dan bekisting permanent Ground Anchor Vertical

Pekerjaan Tulangan Pekerjaan Chemical Pekerjaan Bekisting


- Pengukuran / Penandaan Besi Tulangan Anchor dan water stop ( Pemasangan stop cor
( sesuai Shop Drawing )
- Pemotongan Besi Tulangan
- Pembengkokan Besi Tulangan
- Merakit Besi Tulangan ( ce k jarak,
panjang penyaluran, ikatan tulangan )
- Beton Decking

Tidak

Checklist bersama
Apakah besi sudah sesuai SD dan raft
siap dicor ?

Ya

Pekerjaan Pengecoran Test therma couple


- Persiapan pengecoran Suhu max = 90ºC
- Penuangan beton Suhu min = 67 ºC
- Pemadatan Beton ( digetarkan ) ∆ < 20 ºC
- Pemberian Floor Hardener

Pemeliharaan Beton

Selesai

a. Pekerjaan Persiapan

Beberapa hal yang dipersiapkan sebelum melaksanakan pekerjaan Raft


fondation yaitu persiapan alat, bahan dan tenaga kerja .

26
b. Pekerjaan Pembuatan Lantai Kerja dan Bekisting Permanent yang Terbuat
Dari Batako
Pekerjaan pembuatan lantai kerja mulai dikerjakan setelah pekerjaan galian
tanah layer 3 selesai dikerjakan. Lantai kerja merupakan dasar basement yang
memiliki elevasi – 11.55 m. Proyek ini menggunakan raft fondation sebagai
pondasi bangunan, jadi harus ada lantai kerja dimana lantai kerja dibuat dengan
menggunakan batako sebagai bekisting permanent.
Tahap pembuatan lantai kerja yaitu pemasangan batako, lantai kerja di timbun
oleh tanah lalu dipadatkan dengan menggunakan backhoe sebelum lantai kerja
dicor karena ada penurunan elevasi pada lantai kerja yang akan dibuat kolom,
setelah itu baru pengecoran dilakukan.

c. Pekerjaan GA vertical
Pekerjaan GA vertical dikerjakan setelah pekerjaan lantai kerja selesai
dikerjakan. Tahapan pekerjaan GA vertical terdiri dari pekerjaan pengeboran,
fabrikasi strand, cleaning dan desanding, Install strand, grouting, pasang plat
dan angker block, stressing, pemotongan strand dan grouting finish pada lantai.

d.Pekerjaan Tulangan
Pekerjaan tulangan raft fondation dimulai dengan pabrikasi. Pabrikasi tulangan
dilakukan di los pekerja, diameter tulangan utama yang digunakan sesuai
dengan bar bending schedule (BBS). Tahapan pekerjaan pembesian Raft
fondation adalah sebagai berikut:
1)Penyimpanan baja tulangan
Penyimpanan baja tulangan akan lebih jelas dibahas pada sub bab berikutnya.
2)Mempelajari gambar rencana atau shop drawing
3)Pemotongan tulangan
4)Pembengkokan tulangan
5)Perakitan baja tulangan

Baja diangkat oleh tower crane dari los pekerja ke lokasi pekerjaan raft
fondation, setelah itu tulangan dirangkai sesuai dengan SD. Pada saat perakitan
tulangan raft fondation, dirakit pula tulangan utama kolom.

27
Tulangan utama kolom dirakit setelah tulangan raft fondation hampir selesai
dirakit. Elevasi tulangan raft fondation harus sesuai dengan rencana, maka
digunakan beton decking atau beton tahu untuk menjaga tulangan utama
tetap pada posisinya.Beton decking itu sendiri dibuat dengan campuran pasir
beton dan semen dengan tebal 7 cm. Tebal raft fondation adalah 1.35 m dan area
pembuatan kolom adalah 1.75 m, untuk menjaga jarak ketebalan digunakan
cakar ayam.Pada saat perakitan tulangan raft foundation juga dipasang kawat
harmonika untuk menjaga beton supaya tidak melebar pada saat pengecoran.
Setelah pekerjaan selesai, dilakukan pengecekan terhadap diameter tulangan,
jumlah tulangan, jarak antar tulangan dan panjang penyaluran tulangan, serta
ikatan tulangan.

e.Pekerjaan chemical anchor dan water stop


Chemical anchor dipasang pada D-Wall sebagai penyambung antara D-Wall
dengan raft fondation. Water stop dipasang supaya tidak ada kebocoran pada
beton, sehingga air pada beton masuk ke dalam water stop.

f.Pekerjaan bekisting
Pekerjaan bekisting Raft foundation hanya dikerjakan pada pinggir – pinggir
saja, karena bekisting pada Raft foundation berfungsi sebagai stop cor.
Bekisting terbuat dari papan phenolite film atau multiplek yang tebalnya ± 12
mm. Setelah pekerjaan bekisting selesai dilakukan pengecekan terhadap
kekokohan bekisting, kelurusan bekisting, jika bekisting sudah memenuhi maka
sudah siap untuk pengecoran.

g.Pekerjaan pengecoran dan test therma couple


Pengecoran Raft fondation di proyek ini dibagi dalam beberapa zone, karena
untuk mengefisiensikan waktu, serta agar volume pengecoran tidak terlalu
besar.
Dalam pelaksanaannya ada beberapa hal yang dilakukan, diantaranya:
1) Pengujian beton

-Slump test

28
Slump test diuji pada saat concrete mixer tiba di proyek sebelum pengecoran.
Setiap satu concrete mixer melakukan satu kali pengujian slump test.
Slump test dilakukan langsung dilapangan untuk mengetahui konsistensi atau
workability beton yang akan digunakan.
-Uji kuat tekan beton
Pengujian kuat tekan beton dilakuan dengan cara menghitung kekuatan tekan
beton yang berasal dari sample yang diambil pada saat pengecoran. Sample
beton biasanya berupa silinder yang memiliki diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada saat umur beton 7 hari dan 28 hari.
2)Penuangan beton pada cetakan
Pengecoran dilakukan pada malam hari, karena suhu dan cuaca relatif stabil.
Sebelum pengecoran raft fondation dikerjakan, untuk menyambungkan beton
lama dengan beton baru maka digunakan bonding agent pada dinding atau
bagian pinggir beton lama. Area yang akan dicor harus ditutupi terpal karena
beton menggunakan admixture atau bahan tambah serta floor hardener. Beton
disalurkan dari concrete mixer ke concrete pump, kemudian disalurkan lagi
melalui pipa ke area yang akan dicor. Tinggi jatuh beton dari pipa pada saat
pengecoran ≤ 50 cm.
3)Pemadatan beton
Beton yang sudah dituang, lalu digetarkan dengan menggunakan vibrator,
supaya tidak keropos. Setelah cetakan terisi penuh, permukaan beton langsung
dirapihkan dan diratakan dengan menggunakan ruskam sehingga merata.
4)Pelaksanaan floor hardener
Floor hardener merupakan suatu bahan sejenis semen yang digunakan pada
lantai. Penggunaan bahan ini dimaksudkan untuk memperkeras lapisan atas atau
permukaan beton dan sebagai bahan finishing lantai. Selain itu, digunakan pada
daerah yang banyak mengalami gesekan atau benturan seperti pada tempat
parkir kendaraan. Metode pelaksanaan floor hardener terdiri dari :
1.Untuk mendapatkan permukaan yang rata maka pelaksanaan
pengecoran harus dilakukan dengan mengikuti relat yang telah
disiapkan dengan pengukuran menggunakan theodolite yang continue
pada seluruh permukaan lantai.
2.Jidar atau ruskam sebaiknya menggunakan bahan yang kuat dan kaku
( alumunium box )

29
3.Floor hardener mulai ditaburkan secara manual setelah air yang naik
ke permukaan tidak terlihat lagi. Pemakaiannya dengan dosis 4 kg/m²
atau sesuai dengan yang disyaratkan.
4.Penaburan awal menggunakan sekitar 2/3 bagian dari dosis, lalu
ditaburkan secara merata pada seluruh permukaan dan dibiarkan sampai
meresap pada permukaan setelah itu diratakan secara manual.

h.Pembongkaran Bekisting
Setelah beton sudah mengeras maka cetakan bekisting dibuka. Pembongkaran
bekisting raft fondation dikerjakan jika umur beton sudah mencapai ≥ 24 jam
(dilaksanakan pekerjaan ini di karenakan sistem pengecoran raft foundation per
zone, jadi bekisting berfungsi sebagai stop cor).

i.Pekerjaan Perawatan Beton


Perawatan pada beton dilakukan untuk menjaga mutu beton, dan supaya beton
tidak retak setelah pengecoran. Perawatan beton pada daerah raft fondation
yaitu menggunakan sterofoam atau triplek setelah selesai pengecoran.

D. Pondasi Umpak

Jenis pondasi ini sangat cocok untuk area tanah yang keras karena pondasi ini
tidak memerlukan kedalaman yang lebih untuk membuatnya, sampai sekarang

30
pun pondasi ini masih banyak digunakan didaerah tertentu namun dengan
bantuan ditopang oleh pondasi batu kali yang diletakakn tepat di bawahnya.

E. Pondasi Plat Beton

Pondasi ini juga termasuk kedalam pondasi yang tahan gempa karena pengikat
struktur dan angkur yang mengikat umpak pada kayu atau batu dibagian
bawahnya dilunakkan sehingga dapat menyelaraskan getaran yang timbul
akibat gempa atau getaran lain yang tidak diinginkan sehingga bagian struktur
bangunan tidak mudah patah.Jenis pondasi ini hampir mirip dengan pondasi
telapak yang sudah saya jelaskan diatas, fungsi dari pondasi ini adalah untuk
pengganti pondasi batu kali, kelebihan dari pondasi ini adalah sangat kuat
karena seluruh pondasi terdiri dari beton bertulang, selain itu pondasi ini juga
tergolong murah.Ukuran pondasi plat beton ini hampir mirip dengan pondasi
batu kali yaitu memiliki lebar bawah 70 cm, seperti yang saya katakan diatas
bahwa jenis pondasi ini bisa jadi alternatif bagi anda yang ingin membuat
pondasi batu kali namun susah untuk mendapatkan material batu.
F. Pondasi Tikar
Jenis Pondasi tikar ini terdiri dari plat beton bertulang yang lebar dan
membentang pada area pondasi yang ditentukan, ini digunakan untuk
menyebarkan beban yang ditopang ke seluruh area, biasanya pondasi ini
digunakan untuk bangunan yang memiliki beban kolom atau beban lainnya
yang saling berdekatan dan saling berinteraksi. Kelebihan dari pondasi ini

31
banyak sekali diantaranya untuk mengurangi penurunan yang terjadi di area
tertentu, plat beton akan mengimbangi jumlah beban yang harus dipikul
sehingga bisa rata kesemua pondasi, jenis pondasi ini biasanya digunakan untuk
tanah dengan keadaan lunak atau empuk yang membutuhkan plat untuk
menopang beban berat.

2. JENIS-JENIS PONDASI DALAM

Jenis-jenis pondasi dalam


Jenis pondasi dalam adalah pondasi yang memiliki kedalaman tertentu yang digunakan untuk
menopang beban berat suatu bangunan dengan kedalaman lebih dari 3 meter dibawah
permukaan tanah.

Jenis pondasi seperti ini biasa kita temui pada bangunan besar atau gedung bertingkat,
fungsinya tentu hampir sama dengan pondasi dangkal namun pondasi dalam lebih di
prioritaskan untuk bangunan besar yang membutuhkan penopang beban yang kuat, berikut
dibawah ini adalah jenis-jenis pondasi dalam.

32
 Jenis-jenis Pondasi Sumuran
Jenis pondasi sumuran adalah pondasi cor beton yang dicampur dengan batu kali dan
diberi pembesian juga dibagian atasnya, diameter pondasi ini antara 60 sampai 80 cm
dengan kedalaman yang beragam mulai dari 1 meter hingga ada yang mencapai 5 meter,
pondasi ini jarang dipakai karena memang kurang evektif dan cenderung boros
mengingat bahan yang digunakan terhitung mahal.

Pondasi ini biasanya digunakan untuk kondisi tanah yang labil seperti tanah bekas
timbunan rawa, atau kondisi tanah yang berlumpur, biasanya pada bagian atas pondasi
diberikan pembesian supaya dapat mengikat sloof yang memiliki ukuran lebih besar
daripada sloof pada umumnya.

33
 Jenis-jenis Pondasi Tiang Pancang
Jenis pondasi ini menggunakan bahan beton yang langsung ditancapkan kedalam tanah
dengan menggunakan bantuan mesin pemukul pancang, ujung dari pondasi ini berbntuk
meruncing supaya mempermudah proses penancapan.

Pondasi tiang pancang biasa digunakan untuk tanah pada rawa atau yang memiliki struktur
tanah lembek dan memiliki kadar air yang tinggi, sengingga untuk menemukan tanah yang
keras dibutuhkan kedalaman yang lebih, bahan untuk membuat pondasi ini antar lain kayu,
besi, baja, dan beberapa campuran beton bertulang.

1. Tiang Pancang kayu


 Jenis pondasi tiang pancang ini terbuat dari kayu yang memiliki kekuatan dan daya tahan
tertentu, tiang pancang kayu biasanya harus melalui pemeriksaan terlebih dahulu, yang
paling penting dan perlu diperhatiakn adalah daya tahan kayu terhadap pelapukan tanah
yang bisa disebabkan oleh air atau jamur.

2. Tiang Pancang Beton Pracetak


 Jenis tiang pancang ini sedikit lebih rumit karena harus melalui perancangan yang baik,
di cor dan juga dirawat dulu supaya di saat waktu yang sudah direncanakan akan
didapatkan kekuatan yang cukup supaya tahan terhadap berbagai permasalahan seperti
pengangkutan, penanganan, dan beberapa tekanan waktu pemancangan.

34
3. Tiang Pancang Baja
 Jenis tiang pancang baja ini sering digunakan juga untuk beberapa bangunan, biasanya
berbentuk tiang pancang baja pipa dan tiang pancang paja kotak, tiang pancang ini
nantinya akan diisi oleh aduka beton dengan komposisi tertentu, mutu beton yang baik
menjadi perhatian utama.
 Maka ukuran minimum beton yaitu harus fc = 20 MPa atau bisa juga K-250, hal ini
supaya struktur daya memiliki kekuatan yang baik, itulah tadi beberapa jenis pondasi
tiang pancang

 Tahap Perencanaan Pondasi Dalam Tiang Pancang

35
Tahap Perencanaan Pondasi Dalam (tiang pancang) - Pada umumnya terdapat dua macam
pondasi yang sering dipakai dalam kontruksi gedung, yaitu pondasi dangkal (shallow
foundations) dan pondasi dalam (deep foundations). Pondasi dangkal digunakan untuk kasus-
kasus konstruksi gedung sederhana (1- 3 lantai) dengan beban standard dan bentang pendek.
Beberapa contoh pondasi dangkal adalah pondasi batu kali, pondasi tapak, pondasi raft, dan
pondasi rollag bata. Sedangkan untuk kasus gedung tingkat tinggi tentu menggunakan pondasi
dalam seperti : pondasi tiang pancang (pilecap foundation) dan pondasi tiang bore (bore pile).

Beberapa point dalam perencanaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan kuat dukung pondasi,
2. Perhitungan jumlah tiang pondasi,
3. Perhitungan tebal dan dimensi pile cap,
4. Kontrol gaya geser dua arah (geser pons),
5. Kontrol gaya lateral (metode brooms),
6. Penulangan pile cap,
7. Gambar detail.
Bagan alir dari perhitungan pondasi dalam (pondasi tiang pancang) ditunjukkan pada Gambar
berikut :

36
Gambar 1. Bagan Alir Perhitungan Pondasi Dalam (Pondasi Tiang Pancang)

1.Perhitungan Kuat Dukung Pondasi


Perhitungan kuat dukung pondasi sedikitnya ditinjau dengan 3 perhitungan yaitu :
 Kuat dukung pondasi berdasarkan kuat bahan (didapatkan dari spesifikasi pabrikan pondasi
tiang pancang)
 Kuat dukung pondasi berdasarkan data SPT (dari nilai N-SPT dan kuat dukung masing-
masing jenis tanah (soil properties) di setiap jenis lapisan).
 Kuat dukung pondasi berdasarkan nilai sondir (qc)
Dari ketiga kuat dukung tersebut diambil nilai kuat dukung terkecil.

2. Perhitungan Jumlah Tiang Pondasi


Perhitungan jumlah tiang pondasi dapat diperoleh dengan membagi reaksi beban maksumum
yang terjadi dengan kuat dukung 1 tiang.

3. Perhitungan Tebal dan Dimensi Pile Cap

4. Kontrol Gaya Geser Dua Arah (geser pons)


Perhitungan geser pons bertujuan untuk mengetahui apakah tebal pile cap cukup kuat untuk
menahan beban terpusat yang terjadi. Bidang kritis untuk perhitungan geser pons dapat
dianggap tegak lurus bidang pelat yang terletak pada jarak 0,5d dari keliling beban reaksi

37
terpusat tersebut, dimana d adalah tinggi efektif pelat. Tegangan geser pons pada pile cap yang
terjadi di sekitar beban terpusat (bidang kritis) ditunjukkan pada Gambar berikut :

Gambar 2. Gaya Geser Pons Dua Arah pada Pile Cap

5. Kontrol Gaya Lateral (Metode Brooms)


Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui gaya lateral yang mampu ditahan oleh tiang
pancang. Gaya lateral yang bekerja pada tiang pancang merupakan gaya geser yang bekerja
pada dasar kolom yang ditentukan berdasarkan kuat momen maksimum (Mpr) pada kedua
ujung kolom.

Gambar 3. Grafik Brooms Pondasi

38
6. Penulangan Pile Cap
Penulangan pilecap dihitung tinjauan bidang kritis pada arah x dan y seperti ditunjukkan pada
Gambar berikut :

Gambar 3. Tinjauan Bidang Kritis pada Arah X dan Y

 Jenis-jenis Pondasi Piers


Pondasi piers atau dinding diafragma merupakan jenis pondasi yang digunakan untuk
meneruskan beban struktural yang dilakukan dengan cara membuat galian yang dalam, lalu
setelah itu struktur pondasi ini akan dipasangkan pada galian yang sudah dibuat tersebut.

Salah satu keuntungan dari pondasi piers ini yaitu lebih murah jika dibandingkan dengan
membuat pondasi menerus atau pondasi batu kali, namun ada juga kerugian jenis pondasi ini
yaitu jika lempengan pondasi kekurangan ukuran makan kekuatn pondasi ini pun akan
berkurang dari keadaan normal.

39
Cara kerja lompengan beton diafragma ini akan mengalirkan beban seluruh bangunan yang ada
kedalam tanah, untuk anda yang memiliki basemant atau ruang bawah tanah pada rumah sangat
dianjurkan menggunakan jenis pondasi ini, karena boton yang dipasang akan sangat berguna
sebagai dinding pada ruang bawah tanah.

 Cara Menghitung Kuat Dukung Pondasi Tiang Pancang

Perhitungan daya dukung tiang pancang tunggal yang akan Kita bahas kali ini ditinjau
berdasarkan nilai N-SPT dan CPT.

Daya Dukung Berdasarkan Hasil Bor Log (N-SPT)


Uji bor atau Soil Penetration Test (SPT) dilakukan untuk mendapatkan nilai daya dukung ijin
pondasi berdasarkan data nilai N-SPT dengan menggunakan metode Meyerhoff dan faktor
keamanan atau safety factor (SF) sebesar 2. Data N-SPT untuk tanah yang ditinjau ditunjukkan
pada Gambar berikut.

40
Gambar 1. Data N-SPT

Perhitungan nilai N-SPT dilakukam pada kedalaman 4D dan 8D berikut.


N1 = nilai rata- rata Nspt pada kedalaman 4D di bawah tiang
= (49 + 46 + 45 + 36) / 4 = 44

N2 = nilai rata- rata Nspt pada kedalaman 8D di atas tiang


= (21 + 39 + 26 + 12 + 30 + 49) / 6 = 29,5

Harga N rata-rata =

Daya dukung ultimit pondasi tiang pancang :


Q ult = 380 Nb Ap (kN)

Dimana :
 Nb = nilai rata- rata N-SPT pada dasar tiang,
 Ab = luas penampang dasar tiang (m2),
 N = nilai N-SPT rata- rata,

41
 Ap = luas selimut tiang untuk diameter tiang 0,6 m.

Maka
Q ult = 380 x 36,57 x 0,2826 = 3927,17 kN = 392,71 ton.

Daya dukung yang diizinkan (Q allowable) :


Q all = Q ult / SF = 392,71 ton / 2 = 261,8 ton.

 Jenis-jenis pondasi Caissons (Bor Pile)


Pondasi bor pile adalah jenis pondasi dalam yang dibuat dengan cara melubangi tanah dengan
sistem pengeboran lalu dilakukan pemasangan besi bertulang pada lobang tersebut dan
dilanjutkan dengan pengecoran, perlu diketahui untuk cara pengeboran lubang anda bisa
melakukan dengan cara manual atau hidrolik.

Untuk ukuran besar lingkaran lubang atau kedalaman galian tanah yang dibutuhkan juga
struktur penulangan beton dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan daya dukung tanah
terhadap beban konstruksi yang akan dipikul.

Cara kerja jenis pondasi ini sendiri tidak jauh beda dengan pondasi tiang pancang dimana
berfungsi sebagai media penerus beban struktur pada bangunan yang berada diatas ke bagian
bawah tanah sampai mencapai kedalalam yang dianggap aman dan kuat, karena itu diperlukan
sondir terlebih dahulu supaya kekuatan tanah dapat diketahui secara tepat.

Jenis pondasi ini sendiri sangat cocok untuk bangunan di perkotaan yang biasanya jarak antara
bangunan satu kebangunan lain sangat mepet, karena dalam proses pembuatan pondasi bor pile
ini sendiri tidak begitu berisik seperti pembuatan pondasi tiang pancang yang memasangnya
dilakukan dengan pukulan.

 Persiapan Sebelum Membuat Pondasi


Seperti kita tahu pondasi adalah salah satu bagian terpenting dalam struktur bangunan, pondasi
terletak paling bawah dari bangunan dan berfungsi sebagai penopang seluruh beban yang ada
pada bangunan diatasnya, mengingat fungsinya yang sangat penting tersebut maka tidak

42
sembarangan dalam membangun pondasi yang kuat dan bisa berdiri kokoh menopang beban
diatasnya

Setidaknya kita harus mengetahui lahan yang akan dibangun pondasi, akan lebih baik jika
kita mengeceknya langsung.

 Pemeriksaan Tanah
Pertama yang harus dilakukan tentu pemeriksaan yaitu kita harus memeriksa lokasi sekaligus
tanah yang akan dibangun pondasi, jangan sampai kita hanya asal gambar pondasi tetapi setelah
dibuat dilapangan ternyata tidak cocok sehingga tidak dapat diterapkan.

43
Manfaat dari pemeriksaan tanah ini diantaranya adalah

 Untuk menentukan bagaimana sifat fisis dan juga mekanis lapisan tanah yang ada
dilokasi dengan hasil uji laboratorium terhadap contoh tanah yang terganggu dan
contoh tanah yang tidak terganggu.
 Untuk mengetahui bagaimanan kekuatan tanah yaitu dengan cara sondir.
 Untuk mengetahui bagaimana kedalaman muka air tanah yaitu dilakukan dengan cara
Boring.
 Untuk mengambil sampel tanah dengan cara Boring

 Melakukan Analisa
Setelah melakukan pemeriksaan tanah barulah langkah selanjutnya kita lakukan hal yang tidak
kalah penting yaitu melakukan analisa dengan pengujian sample tadi di laboratorium, hai ini
untuk mengetahui berbagai hal diantaranya.

 Menentukan daya dukung pondasi dangkal dan pondasi dalam berdasarkan pada kuat
geser tanah atau insitu test.
 Mengevaluasi besar kecilnya penurunan tanah akibat beban pada bangunan.

44
Setelah semua hal diatas dilakukan, tentunya kita sudah mendapat data-data pemeriksaan tanah,
setelah itu barulah data itu diberikan pada enginering, data tersebut nantinya akan menentukan
jenis, ukuran dan detail pondasi seperti apa yang tepat untuk dibangun dilapangan.

 K3 dalam Pekerjaan Pondasi Dalam Khususnya Tiang Pancang


Setelah tanah bersih dan rata, dilanjutkan kemudian dengan pemancangan tiang pondasi yang
biasa disebut dengan tiang pancang. Sebelum pemancangan ini perlu dilakukan terlebih dahulu
titik-titik pondasi tersebut. Setelah titik-titik pondasi ditentukan, barulah proses pemancangan
dilakukan. Proses pemancangan ini harus sangat diperhatikan, karena saat proses
pemancangan, dapat terjadi berbagai kesalahan. Operator mesin pancang diharapkan terus
mengontrol posisi tiang pancang. Dalamnya pondasi tiang pancang yang tertanam di dalam
tanah tergantung dari jenis dan kondisi tanah tersebut, karena pondasi tiang pancang harus
berdiri di atas tanah yang keras.
Persyaratan umum mesin pancang antara lain :

1. Mesin pemancang harus ditumpu oleh dasar yang kuat. Hal ini bertujuan untuk
menyalurkan beban pondasi ke tanah keras, untuk menahan beban vertikal, lateral, dan
beban uplift.

Gambar 5. Mesin pemancang dengan landasan kayu gelondongan (sumber :


pembangunan pondasi tiang pancang jembatan di Palembang , 2016).

45
2. Untuk mencegah mencegah bahaya mesin pemancang harus diberi tali atau rantai
secukupnya

Gambar 6. Mesin pemancang dengan kerek dan tali (sumber : pembangunan pondasi 1 tiang
pancang jembatan di Palembang , 2016).

3. Mesin pemancang tidak boleh digunakan didekat jaringan listrik yang tidak diamankan
sebelumya. Hal ini dilakukan untuk menghindari dari bahaya robohnya jaringan listrik yang
ada disekitar lokasi pemancangan. Pada gambar 7 mesin pancang sudah memenuhi syarat
K3, akan tetapi pekerjanya yang tidak memenuhi syarat K3. Pekerja ini tidak menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) yaitu penutup telinga yang berguna untuk melindungi telinga
dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup
keras dan bising. Terkadang efeknya bersifat jangka panjang, bila setiap hari mendengar
suara bising tanpa penutup telinga ini. Selain itu pekerja ini tidak menggunakan pakaian
kerja, tidak menggunakan sarung tangan melindungi tangan dari benda-benda keras dan
tajam selama menjalankan kegiatan pemancangan, tidak menggunakan kacamata kerja
untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin.

46
Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh
mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan.

Gambar 7. Instalasi alat pemancang yang dekat dengan tiang listrik (sumber : pembangunan
pondasi 2 tiang pancang jembatan di Palembang , 2016).

4. Bila digunakam dua buah mesin pemancang maka jarak antara mesin-mesin tersebut
sekurang kurangnya sepanjang kakinya yang terpanjang.
5. Untuk mencapai lantai kerja dan roda penggerak pada ujung atas harus berupa tangga yang
memenuhi syarat keselamatan.

47
6. Tiang –tiang yang dikerek dengan tali harus diangkat sedemikian rupa sehingga tidak
berputar-putar atau mengayun.
7. Bila tiang sedang dibawa ke posisi pemancangan tidak boleh diarahkan dengan tangan
tetapi harus dengan tali pengarah.

Gambar 9. Pekerja yang menggunakan tali pada saat pemancangan (sumber : pembangunan
pondasi tiang pancang baja jembatan di Palembang , 2016).

8. Lantai kerja dan tempat kerja operator alat pemancang harus terlindung dari cuaca.

Gambar 10. Lokasi kerja yang harus terlindung dari cuaca (sumber : pembangunan pondasi 2
tiang pancang jembatan di Palembang , 2016).

48
9. Pada saat tidak digunakan palu mesin pemancang harus terkunci di bagian
bawah.

Gambar 11. Palu mesin pemancang yang sudah terkunci saat tidak dioperasikan (sumber :
pembangunan pondasi 2 tiang pancang jembatan di Palembang , 2016).
10. Tiang pancang harus tersusun rapi

Gambar 12. Tiang pancang yang sudah tersusun dengan rapi dilokasi kerja (sumber :
pembangunan pondasi 2 tiang pancang jembatan di Palembang , 2016).

49
11. Semua yang terlibat dalam pemancangan harus mengunakan APD yang memenuhi Syarat.

Gambar 13. Pekerja yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan prosedur
(sumber : pembangunan pondasi tiang pancang jembatan di Palembang , 2016).

 Syarat-syarat khusus mesin pancang di air


1. Bila mesin pancang digunakan di permukaan air maka harus dipatuhi persyaratan-
persyaratan khusus dan disiapkan sebuah motor boat yang dapat digunakan setiap saat dan
setiap pekerja diajarkan mengemudikan.

50
Gambar 13. Ponton yang digunakan untuk mengangkat mesin pemancang tiang pancang
(sumber : pembangunan pondasi tiang pancang di dalam air pada jembatan di Palembang ,
2016)

2. Mesin pancang terapung harus dilengkapi sirine, peluit, tuter atau alat signal lainnya.
3. Mesin pancang terapung harus dilengkapi pemadam kebakaran.
4. Berat muatan harus didistribusikan dengan sama rata sehingga deck pelampung selalu
horizontal.
5. Lambung dari mesin pancang harus terbagi-bagi menjadi bagian yang anti bocor.
6. Bagian-bagian antibocor harus diberi semacam bejana yang berhubungan untuk menghisap
keluar air yang masuk.
7. Pintu-pintu lantai deck harus mempunyai penutup.
8. Lubang-lubang pada lantai deck harus diberi pagar atau pengaman.
9. Tangki bahan bakar dibawah deck harus ada lubang angin dan diberi alat pencegah api.
10. Untuk setiap tangki bahan bakar deck harus ada keran penyetop aliran yang dipasang
dibatas deck.
11. Roda pengerak yang cukup harus dipasang pada deck untuk mengarahkan mesin
pemancang dengan aman ke semua jurusan.

51
Gambar 14.(sumber : pembangunan pondasi tiang pancang
di dalam air pada jembatan di Palembang , 2016)

12. Kamar kemudi harus mempunyai pemandangan yang luas dan tidak terhalang benda

 Alat Pelindung Diri (APD)


Alat Pelindung Diri selanjutnya disebut APD adalah seperangkat alat yang digunakan
oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh dan atau sebagian tubuh dari adanya kemungkinan
potensi bahaya dan kecelakaan kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia NomorPer.08/MEN/VII/2010).

1. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap pengaruh-
pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan. Mengingat karakter lokasi proyek
konstruksi yang pada umumnya mencerminkan kondisi yang keras maka selayakya pakaian
kerja yang digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang
bekerja di kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya menyediakan
sebanyak 3 pasang dalam setiap tahunnya.

52
Gambar 14. Pakaian kerja yang digunakan pekerja (sumber : Bengkel Terbuka Teknik Sipil
Polsri, 2016).

2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-
mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah.
Bagian muka sepatu harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari
atas.

53
Gambar 15. Sepatu kerja yang digunakan pekerja (sumber : Bengkel Terbuka Teknik Sipil
Polsri, 2016).

3. Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau serpih
besi yang beterbangan di tiup angin. Mengingat partikel-partikel debu berukuran sangat kecil
yang terkadang tidak terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan.

Gambar 16. Kacamata kerja yang digunakan pekerja (sumber : Bengkel Terbuka Teknik Sipil
Polsri, 2016).

4. Sarung Tangan
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama penggunaan
sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam
selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan sarung tangan
adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang sifatnya berulang seperti mendorong
gerobak cor secara terus-menerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan
yang bersentuhan dengan besi pada gerobak.

54
Gambar 17. Sarung tangan kerja yang digunakan pekerja (sumber : Bengkel Terbuka Teknik
Sipil Polsri, 2016).

5. Helm
Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah merupakan
keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk menggunakannya dengan benar sesuai
peraturan. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari bahaya yang berasal dari atas,
misalnya saja ada barang, baik peralatan atau material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang,
sering kita lihat kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang tentunya
dapat membahayakan diri sendiri.

55
Gambar 18. Helm Kerja kerja yang digunakan pekerja (sumber : Bengkel Terbuka Teknik
Sipil Polsri, 2016).

6. Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian tertentu
atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman atausafety belt. Fungsi
utama tali pengaman ini adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat
bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.

7. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin
yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising. Terkadang efeknya buat jangka
panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.

56
Gambar 19. Penutup Telinga yang digunakan pekerja (sumber : Bengkel Terbuka Teknik
Sipil Polsri, 2016).

8. Masker
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat kondisi
lokasi proyek itu sediri. Berbagai material konstruksi berukuran besar sampai sangat kecil yang
merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong,
mengamplas, mengerut kayu.

Gambar 20. Masker yang digunakan pekerja (sumber : Bengkel Terbuka Teknik Sipil Polsri,
2016).

57
9. P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun berat pada pekerja
konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan pertama di proyek. Untuk itu, pelaksana
konstruksi wajib menyediakan obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama.
Demikianlah peralatan standar K3 di proyek yang memang harus ada dan disediakan oleh
kontraktor dan harusnya sudah menjadi kewajiban. Tindakan preventif
jauh lebih baik untuk mengurangi resiko kecelakaan.

Gambar 21. P3K yang digunakan pekerja jika terjadi kecelakaan kerja (sumber : Bengkel
Terbuka Teknik Sipil Polsri, 2016).

Contoh Pemancangan Tiang Pancang yang Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
dan Tidak Menggunakan ALat Pelindung Diri (APD).
Pada Gambar 22 terlihat bahwa para pekerja tetap saja yang memakai Alat Pelindung Diri
(APD) dengan benar, sedangkan pekerja harian tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD)
sama sekali dalam bekerja. Seharusnya pekerja harian itu diberi Alat Pelindung Diri (APD)
juga untuk melindungi dirinya dari bahaya-bahaya pada saat pemancangan tiang pancang.

58
Gambar 22. Pekerja tetap saja yang memakai APD sedangkan pekerjaan harian tidak
memakai APD

2.4 ALAT DAN BAHAN PENYUSUN PONDASI

 Alat-alat penyusun pondasi terdiri dari :

-Gerobak

59
-Sekop

-Ayakan

-Cetok

60
-Pengaduk Molen

-Bowplank

61
-Benang

-Ember

62
 Bahan-bahan penyusun pondasi terdiri dari:

-Batu Gamping

-Pasir

63
-Semen

-Air

64
-Batu (batu kali,batu gunung,dll)

65
66

Anda mungkin juga menyukai