Anda di halaman 1dari 44

Bunyi dan Rumus Hukum Faraday 1 dan 2

Hukum Faraday menyatakan hubungan antara jumlah listrik yang digunakan


dengan massa zat yang dihasilkan baik di katoda maupun anoda pada proses
elektrolisis. Bunyi Hukum Faraday 1 "Massa zat yang terbentuk pada masing-
masing elektroda sebanding dengan kuat arus listrik yang mengalir pada elektrolisis
tersebut" sementara Bunyi Hukum faraday 2 "Massa dari macam-macam zat yang
diendapkan pada masing-masing elektroda oleh sejumlah arus listrik yang sama
banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut"

Michael Faraday adalah seorang ilmuwan Inggris yang ahli dalam bidang kimia dan
fisika dan mendapat julukan "Bapak Listrik" karena berkat usahanya listrik menjadi
teknologi yang banyak gunanya. Ia mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan,
termasuk elektromagnetis dan medan elektrokimia. Dia juga menemukan alat yang
nantinya menjadi pembakar Bunsen, yang digunakan hampir di seluruh laboratorium
sains sebagai sumber panas yang praktis. Beliau lahir pada tanggal 22 September
1791 dan wafat pada tanggal 25 Agustus 1867. Dia dikenal sebagai perintis dalam
meneliti tentang listrik dan magnet, bahkan banyak dari para ilmuwan yang
mengatakan bahwa beliau adalah seorang peneliti terhebat sepanjang masa.
Beberapa konsep yang beliau turunkan secara langsung dari percobaan, seperti
elektrolisis telah menjadi gagasan dalam fisika modern.

Faraday mengamati peristiwa elektrolisis melalui berbagai percobaan yang dia


lakukan. Dalam pengamatannya jika arus listrik searah dialirkan ke dalam suatu
larutan elektrolit, mengakibatkan perubahan kimia dalam larutan tersebut. Sehingga
Faraday menemukan hubungan antara massa yang dibebaskan atau diendapkan
dengan arus listrik. Hubungan ini dikenal dengan Hukum Faraday.

Menurut Faraday: Jumlah berat (massa) zat yang dihasilkan (diendapkan) pada
elektroda sebanding dengan jumlah muatan listrik (Coulumb) yang dialirkan melalui
larutan elektrolit tersebut. Massa zat yang dibebaskan atau diendapkan oleh arus
listrik sebanding dengan bobot ekivalen zat-zat tersebut. Dari dua pernyataan diatas,
disederhanakan menjadi persamaan:
M = e.i.t / F
Dimana:
M = massa zat dalam gram
e = berat ekivalen dalam gram = berat atom : valensi
i = kuat arus dalam Ampere
t = waktu dalam detik
F = Faraday

Faraday menyimpulkan bahwa Satu faraday adalah jumlah listrik yang diperlukan
untuk menghasilkan satu ekivalen zat pada elektroda.
Muatan 1 elektron = 1,6 x 10-19 Coulomb
1 mol elektron = 6,023 x 1023 eletron
Muatan untuk 1 mol eletron = 6,023 . 1023 x 1,6 . 10 -19 = 96.500 Coulomb = 1
faraday.

Hukum Faraday I
Bunyi hukum Faraday 1 yaitu "Massa zat yang terbentuk pada masing-masing
elektroda sebanding dengan kuat arus listrik yang mengalir pada elektrolisis
tersebut"
m = e . i . t / 96.500
q=i.t
Dimana:
m = massa zat yang dihasilkan (gram)
e = berat ekivalen = Ar/ Valensi = Mr/Valensi
i = kuat arus listrik (amper)
t = waktu (detik)
q = muatan listrik (coulomb)

Hukum Faraday II
Bunyi hukum Faraday 2 yaitu "Massa dari macam-macam zat yang diendapkan
pada masing-masing elektroda oleh sejumlah arus listrik yang sama banyaknya
akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut."
m1 : m2 = e1 : e2
Dimana:
m = massa zat (gram)
e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

Selasa,
8 Maret 2000 ayo...
belajar

Bio 1
Hukum Faraday 222 Fis 1
Kimia Kelas 2 > Reaksi Redoks Dan Elektrokimia
Kim 1
Mat 1
< Sebelum Sesudah >

tryout gra
PRINSIP PERHITUNGAN ELEKTROLISIS

1. Hukum Faraday I
tips um
"Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda
katanya sih
sebanding dengan kuat arus/arus listrik yang mengalir pada gigi lebih sak
pada nggak d
di perguruan
negeri
elektrolisis tersebut".
selanjutn
Rumus:

m = e . i . t / 96.500 Downlo
Macrome
Shockwa
q=i.t
supaya bisa
Modul Multim
m = massa zat yang dihasilkan (gram)
e = berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi
i = kuat arus listrik (amper)
t = waktu (detik)
q = muatan listrik (coulomb)

2. Hukum Faraday II

"Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-


masing elektroda (terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh
sejumlah arus listrik yang sama banyaknya akan sebanding
dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut."

Rumus:

m1 : m2 = e1 : e2

m = massa zat (garam)


e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

Contoh:

Pada elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda inert, dialirkan listrik


10 amper selama 965 detik.

Hitunglah massa tembaga yang diendapkan pada katoda dan volume


gas oksigen yang terbentuk di anoda pada (O°C, 1 atm), (Ar: Cu =
63.5 ; O = 16).

Jawab:

CuSO4 (aq)  Cu2+(aq) + SO42-(aq)

Katoda [elektroda - : reduksi] : Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)

Anoda [elektroda + : oksidasi]: 2 H2O(l)  O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e-

a. massa tembaga:

m = e . i . t/96.500 = (Ar/Valensi) x (10.965/96.500) = 63.5/2 x


9.650/96.500 = 31.25 x 0,1 = 3,125 gram
b. m1 : m2 = e1 : e2

mCu : mO2 = eCu : eO2

3,125 : mO2 = 6.32/2 : 32/4

3,125 : mO2 = 31,25 : 8

mO2 = (3.125 x 8)/31.25 = 0.8 gram

mol O2 = 0.8/32 = 8/320 = 1/4 mol

volume O2 (0°C, 1 atm) = 1/40 x 22.4 = 0.56 liter

< Sebelum Sesudah >

copyright® praweda internet solution division


PT. Praweda Ciptakarsa Informatika
www.praweda.co.id

Dec
19

HUKUM FARADAY
Hukum Faraday

Faraday menemukan hubungan antara massa yang dibebaskan atau diendapkan dengan arus
listrik. Hubungan ini dikenal dengan Hukum Faraday.

1 mol elektron = 1 Faraday = 96500 Coulomb

Hukum Faraday I

“Jumlah massa zat yang dihasilkan pada lektroda (katoda atau anoda) berbanding lurus
dengan jumlah listrik yang digunakan selama elektrolisis”
m = e . i . t / 96.500
q=i.t
Dimana:
m = massa zat yang dihasilkan (gram)
e = berat ekivalen = Ar/ Valensi = Mr/Valensi
i = kuat arus listrik (amper)
t = waktu (detik)
q = muatan listrik (coulomb)

Apabila arus listrik sebesar 1 Faraday ( 1 F ) dialirkan ke dalam sel maka akan dihasilkan :

 1 ekivalen zat yang disebut massa ekivalen (e)


 1 mol elektron ( e- )

Cara menghitung massa ekivalen (e) :

e = Ar Unsur / jumlah muatan ionnya

Contoh jika 1 F dialirkan ke reaksi elektrolisis :

Cu2+ + 2e- → Cu

maka massa ekivalen ( e ) logam Cu (Ar Cu = 63,5) = e Cu = 63,5/2 = 31,75


jika arus listrik diperbesar menjadi 2 kalinya massa Cu yang diendapkan juga dikali 2.
jika mol elektron = 1 mol maka :

Cu2+ + 2e- → Cu
1/2 mol 1 mol 1/2 mol

Hubungan Muatan Listrik dengan Arus Listrik


C = I.t
Keterangan :
C = muatan listrik ( Coloumb )
I = arus listrik ( Ampere )
t = waktu ( sekon )

sedangkan hubungan antara Faraday dan muatan listrik ( C ) :


Contoh soal:
Dalam elektrolisis FeSO4 digunakan listrik sebesar 0,4 F. Hitung massa Fe (Ar Fe = 56 ) yang
dihasilkan di katoda!
reaksi penguraiannya :

FeSO4 → Fe2+ + SO4-


reaksi pada katoda :

Fe2+ + 2e- → Fe

Jadi muatan Fe ( n Fe ) = 2
massa ekivalen Fe ( e Fe ) = 56/2 = 28

m Fe = e.F
= 28.0,4 = 11,2 gram
cara lain.... bisa juga dihitung dengan prinsip Faraday = mol elektron, maka perbandingan mol dari
persamaan reaksi di atas :

Fe2+ + 2e- → Fe
0,2 mol 0,4 mol 0,2 mol

m Fe = mol Fe . Ar Fe = 0,2 mol . 56 = 11,2 gram

Hubungan Hukum Faraday dengan Elektrolisis

Jika arus listrik 1 A dialirkan ke dalam 100 ml larutan perak nitrat AgNO3 melalui elektroda Pt
selama 1930 detik maka hitunglah Ph nya!

elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda Pt


Katoda (+) : Ag+(aq) + e- → Ag(s)
Anoda (-) : 2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-

reaksi pada anoda terlihat dihasilkan ion H+ maka larutan tersebut bersifat asam. mula2 kita
cari dahulu muatan yang lewat dalam larutan :

karena F = mol elektron maka mol e- = 0,02 mol

2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-


0,02 mol 0,02 mol

konsentrasi H dalam larutan :

Ph nya : 1 - log 2
Soal Hukum Faraday 1

1. Pada elektrolisis leburan garam CaCl2 dengan elektrode karbon digunakan muatan listrik
sebanyak 0,02 F. Hitung volume gas klorin yang dihasilkan di anode, jika diukur pada
tekanan dan suhu di mana 1 liter gas N2 (Mr N2 = 28) massanya 1,4 gram!

Penyelesaian:
Elektrolisis leburan CaCl2
Katode : Ca2+(aq) + 2 e¯ → Ca(s)
Anode : 2 Cl¯(aq) → Cl2(g) + 2 e¯
Mol elektron = arus listrik = 0,02 mol
Mol Cl2 = 0,01 mol (lihat koefisien)

Menghitung volume gas Cl2, dengan membandingkan gas N2 pada suhu dan tekanan
tertentu.
Hukum Faraday II

"Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda oleh
sejumlah arus listrik yang sama banyaknya akan sebanding dengan berat ekuivalen
masing-masing zat tersebut"

Apabila 2 sel atau lebih dialiri arus listrik dalam jumlah yang sama (disusun seri) maka
perbandingan massa zat-zat yang dihasilkan sebanding dengan massa ekivalen (e) zat-zat
tersebut.
m1 : m2 = e1 : e2

Dimana:
m = massa zat (gram)
e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi
Contoh:
Pada elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda inert, dialirkan listrik 10 amper selama 965
detik.
Hitunglah massa tembaga yang diendapkan pada katoda dan volume gas oksigen yang
terbentuk di anoda
pada (O°C, 1 atm), (Ar: Cu = 63.5 ; O = 16).
Jawab:
CuSO4 (aq) ® Cu2+(aq) + SO42-(aq)
Katoda [elektroda - : reduksi] : Cu2+(aq) + 2e- ® Cu(s)
Anoda [elektroda + : oksidasi]: 2 H2O(l) ® O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e-
a. massa tembaga:
m = e . i . t/96.500 = (Ar/Valensi) x (10.965/96.500) = 63.5/2 x 9.650/96.500 = 31.25 x
0,1 = 3,125 gram

b. m1 : m2 = e1 : e2
mCu : mO2 = eCu : eO2
3,125 : mO2 = 6.32/2 : 32/4
3,125 : mO2 = 31,25 : 8
mO2 = (3.125 x 8)/31.25 = 0.8 gram
mol O2 = 0.8/32 = 8/320 = 1/4 mol
volume O2 (0°C, 1 atm) = 1/40 x 22.4 = 0.56 liter
Media Belajar Online
Blog Pendidikan Bagi Kita Semua

 Halaman Utama
 Artikel Pendidikan
 Materi Pelajaran
 Latihan Soal
 Downloads

masukkan k

Home Materi SMA Hukum Faraday

Hukum Faraday

Post under Kimia SMA, Materi Pelajaran, Materi SMA

Pembahasan dalam artikel ini merupakan kelanjutan dari sel elektrolisis, jadi tentang sel elektrolisis
harus kalian fahami terlebih dahulu. Bila dalam sel elektrolisis dibahas penulisan reaksi di katoda dan
anoda maka pada pembahasan kali ini adalah perhitingan matematisnya.

Hukum Faraday I
Jumlah massa zat yang dihasilkan pada katoda atau anoda berbanding lurus dengan jumlah listrik
yang digunakan selama elektrolisis.
Apabila arus listrik sebesar 1 Faraday ( 1 F ) dialirkan ke dalam sel maka akan dihasilkan :

 1 ekivalen zat yang disebut massa ekivalen (e)


 1 mol elektron ( e- )

"sebelum melanjutkan materi.... yang perlu diperhatikan adalah lambang massa ekivelen mirip
dengan lambang elektron, pada penulisan lambang elektron ada yang menuliskan e dan ada juga
yang menyertakan muatannya e-. Untuk membedakan dengan lambang massa ekivalen maka
muatan pada elektron saya cantumkan."

Cara menghitung massa ekivalen (e) :

e = Ar Unsur / jumlah muatan ionnya

sebagai contoh jika 1 F dialirkan ke reaksi elektrolisis :

Cu2+ + 2e- → Cu

maka massa ekivalen ( e ) logam Cu (Ar Cu = 63,5) = e Cu = 63,5/2 = 31,75


jika arus listrik diperbesar menjadi 2 kalinya massa Cu yang diendapkan juga dikali 2.

Dalam penulisan perbandingan mol suatu reaksi yang dijadikan patokan adalah mol dari elekrton.....

1 F = 1 mol e
(penting banget.... :) )

jika mol elektron = 1 mol maka :

Cu2+ + 2e- → Cu
1/2 mol 1 mol 1/2 mol

Hubungan Muatan Listrik dengan Arus Listrik

Keterangan :
C = muatan listrik ( Coloumb )
I = arus listrik ( Ampere )
t = waktu ( sekon )

sedangkan hubungan antara Faraday dan muatan listrik ( C ) :

maka rumus Faraday :

dan massa logam yang diendapkan :

Contoh soal:

Dalam elektrolisis FeSO4 digunakan listrik sebesar 0,4 F. Hitung massa Fe (Ar Fe = 56 ) yang dihasilkan
di katoda!

reaksi penguraiannya :

FeSO4 → Fe2+ + SO4-


(ingat... muatan SO4 itu hafalan.....)

klo lupa klik tombol ini....

Lanjut...
reaksi pada katoda :

Fe2+ + 2e- → Fe

Jadi muatan Fe ( n Fe ) = 2
massa ekivalen Fe ( e Fe ) = 56/2 = 28

m Fe = e.F
= 28.0,4 = 11,2 gram

cara lain.... bisa juga dihitung dengan prinsip Faraday = mol elektron, maka perbandingan mol dari
persamaan reaksi di atas :

Fe2+ + 2e- → Fe
0,2 mol 0,4 mol 0,2 mol

m Fe = mol Fe . Ar Fe = 0,2 mol . 56 = 11,2 gram

antara 2 cara di atas ada kelebihannya masing-masing..... untuk cara pertama sebenarnya jika tahu
muatan Fe = +2 maka sebenarnya massa Fe dapat dicari langsung dengan rumus tanpa menuliskan
persamaan reaksinya....

sedangkan

Cara yang terakhir itu lebih umum... dapat menyelesaikan berbagai soal dalam bab ini.....

misalnya ada pertanyaan lanjutan :

Berapa volume gas oksigen yang dihasilkan pada anoda dalam keadaan STP!

SO4 adalah sisa asam yang mengandung oksigen berarti yang bereaksi pada anoda adalah air :

2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-


0,1 mol 0,4 mol

ingat perbandingan mol = koefisien reaksi jika 4e = 0,4 mol maka satu O2 = 0,1 mol
-

setelah mol oksigennya tahu.... tinggal dicari volumenya dengan rumus stokiometri :

Volume O2 = mol O2 . 22,4 liter = 0,1 . 22,4 liter = 2,24 liter


Hubungan Hukum Faraday dengan Elektrolisis

Jika arus listrik 1 A dialirkan ke dalam 100 ml larutan perak nitrat AgNO3 melalui elektroda Pt selama
1930 detik maka hitunglah Ph nya!

elektrolisis larutan AgNO3 dengan elektroda Pt

Katoda (+) : Ag+(aq) + e- → Ag(s)

Anoda (-) : 2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-

reaksi pada anoda terlihat dihasilkan ion H+ maka larutan tersebut bersifat asam. mula2 kita cari
dahulu muatan yang lewat dalam larutan :

karena F = mol elektron maka mol e -


= 0,02 mol

2H2O(aq) → 4H+(aq) + O2(g) + 4e-

0,02 mol 0,02 mol

konsentrasi H dalam larutan :


Ph nya : 1 - log 2 (masih ingat caranya kan...)

Hukum Faraday II
Apabila 2 sel atau lebih dialiri arus listrik dalam jumlah yang sama (disusun seri) maka perbandingan
massa zat-zat yang dihasilkan sebanding dengan massa ekivalen (e) zat-zat tersebut.

Keterangan :
m = massa zat dalam gram
e = massa ekivalen zat
Ar = massa molekul relatif
n = muatan ion positif zat/kation

Contoh :
Jika arus listrik dialirkan melalui larutan AgNO3 dan Ni (NO3)2 yang disusun seri maka akan terjadi
endapan perak sebanyak 27 gram. Hitung massa endapan nikel yang terjadi! (Ar Ag = 108 dan Ar Ni =
59)

n Ag = 1 dan n Ni = 2

m Ag : m Ni = Ar Ag/n Ag : Ar Ni/n Ni

27 : m Ni = 108/1 : 59/2

m Ni = 7,375 gram

 Now Trending:
 TEORI ASAM BASA ARRHENIU...
 BAHAN BAKAR FOSIL
 Catalytic Converter, Ka...
 NANO TEKNOLOGI: KETIKA P...

Kimia
 HOME

 KIMIA SMA X

 KIMIA SMA XI

 KIMIA SMA XII

 FAKTA KIMIA

Menu

HUKUM FARADAY: HUKUM FARADAY


1 dan HUKUM FARADAY 2
hasannudin | November 4, 2015 | Reaksi Redoks dan Elektrokimia | No Comments

Faraday mengemukakan teori mengenai aspek kuantitatif elektrolisis, yang dikenal dengan
Hukum Faraday 1 dan Hukum Faraday 2. Simak penjelasannya berikut ini

HUKUM FARADAY
Michael Faraday adalah ahli kimia dan fisika yang mempelajari aspek kuantitatif dan
kualitatif dari elektrolisis. Ia menemukan hubungan antara massa zat yang dihasilkan di
elektrode dengan jumlah listrik yang digunakan. Hubungan tersebut dinyatakan dengan dua
hukum Faraday. Untuk memahami hukum tersebut, akan digunakan istilah mol elektron dan
satu faraday. Lalu apa itu mol elektron dan satu faraday?

Di dalam reaksi reduksi dan oksidasi pada elektrolisis terjadi transfer elektron. Sebagai
contoh, pada reaksi reduksi Cu2+, ion Cu2+ dalam lelehan menerima arus listrik (elektron) dari
luar untuk membentuk Cu(s).

Cu2+(aq) + 2e–(arus dari luar) → Cu(s)

Dikatakan:

 Untuk menghasilkan 1 mol logam Cu, diperlukan 2 mol elektron.


 Untuk menghasilkan 2 mol logam Cu, diperlukan 4 mol elektron.
 Untuk menghasilkan 3 mol logam Cu, diperlukan 6 mol elektron, dan seterusnya.

Jika kita mengetahui jumlah mol elektron yang dibutuhkan, lalu bagaimana menghitung
jumlah listrik yang diperlukan?

Secara eksperimen telah diperoleh bahwa 1 mol elektron mengandung muatan listrik sebesar
96.500 coulomb. Untuk menghormati Michael Faraday, 1 mol elektron disebut juga sebagai
satu faraday (1F).

1 mol elektron = 1 faraday

1 mol elektron atau 1 faraday menganddung muatan listrik 96.500 coulomb.

Dengan demikian untuk reaksi di atas dapat disimpulkan:

 Untuk menghasilkan 1 mol logam Cu, diperlukan muatan listrik 2 x 96.500 coulomb.
 Untuk menghasilkan 2 mol logam Cu, diperlukan muatan listrik 4 x 96.500 coulomb.
 Untuk menghasilkan 3 mol logam Cu, diperlukan muatan listrik 6 x 96.500 coulomb.

Jadi, muatan listrik (Q) yang dibutuhkan berbanding lurus dengan mol elektron, dan
dirumuskan sebagai berikut:

Q=nF

Dengan n = jumlah mol elektron (mol), F = muatan listrik per 1 mol elektron (coulomb /mol).

Dari penjelasan di atas, kita sekarang dapat mengaitkan hubungan antara massa zat yang
terbentuk pada elektrode dengan jumlah listrik yang digunakan. Inilah yang disebut dengan
Hukum Faraday 1.

Hukum Faraday 1

Massa zat yang dihasilkan pada suatu elektrode selama proses elektrolisis berbanding lurus
dengan muatan listrik yang digunakan.
Kita sudah mengetahui bahwa massa zat (w) yang dihasilkan pada elektrode berbanding lurus
dengan jumlah molelektron. Sementara, jumlah mol elektron berbanding lurus dengan
muatan listrik (Q) dalam elektron. Jadi, dapat disimpulkan:

Massa zat ≈ muatan listrik dalam elektron

w≈Q

Dengan Q menunjukan besarnya muatan listrik di suatu titik di kawat jika arus listrik I
ampere melewatinya selama t detik. Secara matematis:

Q=Ixt

dengan I = arus listrik (ampere) dan t = waktu (detik).

Sehingga, persamaan di atas dapat ditulis menjadi:

w≈Ixt

Hukum Faraday 2

Massa zat yang dihasilkan pada elektrode berbanding lurus dengan massa ekivalen zat.

Di dalam hukum Faraday 2 dinyatakan bahwa massa yang dihasilkan pada elektrode
berbanding lurus dengan massa ekivalen zat.

massa zat ≈ massa ekivalen zat

w ≈ ME

Massa ekivalen zat adalah massa atom relatif (Ar) dibagi dengan perubahan bilangan
oksidasinya atau muatan ionnya.

ME = Ar/biloks atau muatan ion

Contoh Soal Hukum Faraday

Tembaga (Cu) mempunyai Ar =63,5. Berapakah massa ekivalen untuk reaksi berikut?

Cu2+(aq) + 2e– → Cu(s)

Jawab:

Pada reaksi di atas, perubahan bilangan oksidasinya adalah +2.

Jadi, massa ekivalen Cu adalah: ME = Ar/biloks = 63,5/2 = 31,75


Selanjutnya, jika jumlah listrik sama dialirkan ke dalam dua atau lebih sel elektrolisis dengan
elektrolit yang berbeda, maka perbandingan massa zat yang dibebaskan sama dengan
perbandingan massa ekivalen zat. Perhatikan gambar di atas, terlihat bahwa jika jumlah listrik
yang sama melewati ketiga coulometer, maka massa zat H2, Cu, dan Ag yang dihasilkan akan
berbanding lurus dengan massa ekivalennya.

Secara umum, jika terdapat dua macam zat A dan B, maka

Contoh soal Hukum Faraday

Jika pada rangkaian di atas terbenttuk endapan Cu sebesar 5 gram, berapakah massa Ag yang
mengendap pada elekrode? (Cu = 63,5; Ag = 108)

Jawab:

Untuk menghitung massa Ag, wAg, gunakan rumus:

Diketahui massa Cu, wCu = 5 gram

Hitung MECu dan MEAg dengan menulis reaksi reduksi Cu dan Ag.
Mari kita lihat kembali Hukum Faraday 1 dan Hukum Faraday 2:

Hukum Faraday 1 : w ≈ I x t

Hukum Faraday 2 : w ≈ ME

Jika digabungkan, kita peroleh w ≈ I x t x ME

Perbandingan ini menjadi persamaan dengan penambahan faktor 1/96.500, sehingga


diperoleh rumus hukum faraday :

w = 1/96.500 x I x t x ME

dengan w = massa zat yang dihasilkan (gram)

I = arus listrik (ampere)

t = waktu (detik)

ME = massa ekivalen zat

Contoh soal Hukum Faraday

Arus listrik 0,2 ampere dilewatkan selama 50 menit ke dalam sel elektrolisis yang
mengandung larutan CuCl2. Hitunglah endapan Cu yang terbentuk pada katode. (Ar
Cu=63,5)

Jawab:

Hitung endapan Cu, wCu, menggunakan rumus:

wCu = (1/96.500) x I x t x MECu = dimana ME = Ar/biloks

Diketahui:

Arus, I = 0,2 A;

Waktu, t = 50 menit = 50 x 60 detik = 3.000 detik

Cari nilai MECu dengan menuliskan reaksi reduksi Cu:


Cu2+(aq) + 2e– → Cu(s) ; MECu = Ar/biloks = 63,5/2 = 31,75

Jadi, diperoleh:

WCu = (1/96.500) x 0,2 A x 3.000 detik x 31,75 = 0,197 g.

Demikian ulasan mengenai Hukum Faraday: Hukum Faraday 1 dan Hukum Faraday 2. Jika
ada masukan, saran ataupun pertanyaan silahkan berkomentar ya. Semoga bermanfaat…..

Sumber:

Johari, J.M.C & Rachmawati, M.(2008). KIMIA 3; SMA dan MA untuk Kelas XII. Esis:
Jakarta

Prinsip Kerja Generator Arus Bolak Balik


(AC)
Prinsip Kerja Generator Arus Bolak Balik (AC)
Listrik sudah menjadi bagian yang penting bagi kehidupan manusia saat ini. Arus listrik
dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk menghidupkan berbagai macam alat-alat lisrik.
Arus listrik didapatkan dari proses konversi sumber energi lainya ( energi panas, energi
gerak, dll) menjadi energi listrik.

Generator merupakan sebuah alat yang mampu menghasilkan arus listrik. salah satu jenis
generator adalah generator arus bolak balik yang akan dibahas saat ini. Generator arus bolak-
balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak-balik.

Generator Arus Bolak-balik sering disebut juga sebagai alternator atau generator AC
(alternating current) atau juga generator singkron. Alat ini sering dimanfaatkan di industri
untuk mengerakkan beberapa mesin yang menggunakan arus listrik sebagai sumber
penggerak.

Generator arus bolak-balik dibagi menjadi dua jenis, yaitu:


a. Generator arus bolak-balik 1 fasa
b. Generator arus bolak-balik 3 fasa

Prinsip Kerja Generator


Prinsip dasar generator arus bolak-balik menggunakan hukum Faraday yang menyatakan jika
sebatang penghantar berada pada medan magnet yang berubah-ubah, maka pada penghantar
tersebut akan terbentuk gaya gerak listrik.

Besar tegangan generator bergantung pada :


1. Kecepatan putaran (N)
2. Jumlah kawat pada kumparan yang memotong fluk (Z)
3. Banyaknya fluk magnet yang dibangkitkan oleh medan magnet (f)
3. Konstruksi Generator

Generator arus bolak-balik ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu
1. Stator, merupakan bagian diam dari generator yang mengeluarkan tegangan bolakbalik
2. rotor, merupakan bagian bergerak yang menghasilkan medan magnit yang menginduksikan
ke stator.

Stator terdiri dari badan generator yang terbuat dari baja yang berfungsi melindungi bagian
dalam generator, kotak terminal dan name plate pada generator. Inti Stator yang terbuat dari
bahan ferromagnetik yang berlapis-lapis dan terdapat alur-alur tempat meletakkan lilitan
stator.

Lilitan stator yang merupakan tempat untuk menghasilkan tegangan. Sedangkan, rotor
berbentuk kutub sepatu (salient) atau kutub dengan celah udara sama rata (rotor silinder).
Konstruksi dari generator sinkron dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Jumlah Kutub pada Generator


Jumlah kutub generator arus bolak-balik tergantung dari kecepatan rotor dan frekuensi dari
ggl yang dibangkitkan. Hubungan tersebut dapat ditentukan dengan persamaan berikut ini.

Keterangan:
f = frekuensi tegangan (Hz)
p = jumlah kutub pada rotor
n = kecepatan rotor (rpm)

Prinsip Kerja Generator Arus Bolak Balik (AC)

Di ambil dari berbagai sumber referensi termasuk di perkuliahan oleh Sudarmono Sasmono,
MT

Induktansi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Induktansi adalah sifat dari rangkaian elektronika yang menyebabkan timbulnya potensial
listrik secara proporsional terhadap arus yang mengalir pada rangkaian tersebut, sifat ini
disebut sebagai induktansi sendiri, sedangkan apabila potensial listrik dalam suatu
rangkaian ditimbulkan oleh perubahan arus dari rangkaian lain disebut sebagai induktansi
bersama.

Definisi kuantitatif dari induktansi sendiri (simbol: L) adalah : di mana v adalah GGL
yang ditimbulkan dalam volt dan i adalah arus listrik dalam ampere. Bentuk paling sederhana
dari rumus tersebut terjadi ketika arus konstan sehingga tidak ada GGL yang dihasilkan atau
ketika arus berubah secara konstan (linier) sehingga GGL yang dihasilkan konstan (tidak
berubah-ubah).

Istilah 'induktansi' sendiri pertama kali digunakan oleh Oliver Heavside pada Februari
1886.[1] Sedang penggunaan simbol L kemungkinan ditujukan sebagai penghormatan kepada
Heinrich Lenz, seorang fisikawan ternama.[2][3] Satuan induktansi dalam Satuan Internasional
adalah weber per ampere atau dikenal pula sebagai henry (H), untuk menghormati Joseph
Henry seorang peneliti yang berkontribusi besar terhadap ilmu tentang magnetisme. 1 H =
1 Wb/A.

Induktansi muncul karena adanya medan magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik
(dijelaskan oleh Hukum Ampere). Supaya suatu rangkaian elektronika mempunyai nilai
induktansi, sebuah komponen bernama induktor digunakan di dalam rangkaian tersebut,
induktor umumnya berupa kumparan kabel/tembaga untuk memusatkan medan magnet dan
memanfaatkan GGL yang dihasilkannya.

Bentuk umum dari K buah rangkaian dengan arus im dan tegangan vm adalah

Koefisien L yang digunakan pada rumus di atas merupakan matriks simetris, rumus tersebut
berlaku selama tidak menggunakan bahan yang bisa menjadi magnet, jika tidak maka besaran
L merupakan fungsi dari besaran arus (induktansi non-linier).

Penerapan Persamaan Maxwell untuk induktansi


Rumus umum di atas merupakan penerapan dari Persamaan Maxwell jika rangkaian tersebut
menggunakan kabel tipis.

Misal suatu rangkaian yang terdiri dari K buah kumparan kabel, masing-masing terdiri dari
satu atau beberapa lilitan. Fluks magnetik yang timbul akan terangkai sebesar

Di mana Nm merupakan jumlah lilitan dalam kumparan m, Φm adalah fluks magnetik yang
melalui kumparan, dan Lm,n adalah konstanta. Persamaan ini diturunkan dari Hukum
Ampere—medan magnet dan fluks magnetik merupakan fungsi linier dari arus listrik.
Dengan menggunakan Hukum Faraday dapat diperoleh

di mana vm merupakan GGL yang terinduksi dalam rangkaian m. Rumus tersebut sesuai
dengan definisi di atas bahwa koefisien Lm,n dapat diidentifikasi sebagai koefisien induktansi.
Karena seluruh arus Nnin berperan menimbulkan fluks Φm, dapat pula dimengerti bahwa Lm,n
sebanding dengan perkalian jumlah lilitan NmNn.

Induktansi dan Energi Medan Magnet


Dengan mengalikan persamaan vm di atas dengan imdt dan menjumlahkan untuk semua m
maka kita dapatkan energi yang di transfer sistem ini dalam satu satuan waktu dt,

Hal ini harus tetap sesuai dengan perubahan energi medan magnet W yang ditimbulkan oleh
arus listrik.[4] Integritas

mengharuskan Lm,n=Ln,m. Sehingga Lm,n harus merupakan matriks simetris.

Integral dari energi yang ditransfer adalah energi medan magnet sebagai fungsi dari arus,

Persamaan ini juga merupakan konsekuensi dari linearitas Persamaan Maxwell. Supaya
mudah mengingat perlu diperhatikan bahwa perubahan arus listrik berhubungan langsung
dengan perubahan energi medan magnet. Energi ini memerlukan sumber tegangan (jika
negatif, energi diambil) atau menghasilkan tegangan (jika energi positif, disalurkan).
Analoginya dalam energi mekanis untuk K = 1 dengan energi medan magnetik (1/2)Li2
adalah sebuah benda dengan masa M, dengan laju u dan energi kinetiknya (1/2)Mu2. Energi
dari perubahan laju (dalam hal elektronika, arus listrik) dikalikan masa benda (induktansi)
diperoleh dari gaya (jika energi kinetik bertambah) atau menghasilkan gaya (jika energi
kinetik berkurang).

Induktor yang Berpasangan (Kopling Induktor)

Diagram rangkaian yang menggambarkan dua buah induktor di pasangkan.

Dua garis vertikal di antara induktor menunjukkan inti padat yang mana pada inti ini kawat
lilitan induktor dililitkan. "n:m" menunjukkan perbandingan jumlah lilitan antara induktor
sebelah kiri dengan yang sebelah kanan. Gambar ini juga menunjukkan konvensi titik.]]

Induktansi bersama muncul ketika perubahan arus dalam satu induktor menginduksi
(mempengaruhi) timbulnya GGL di induktor lain yang ada di dekatnya. Mekanisme ini
merupakan dasar yang sangat penting dalam cara kerja transformer, namun kadang kala
induksi bersama yang bisa terjadi antara konduktor yang berdekatan malah menjadi hal yang
harus dihindari dalam suatu rangkaian.

Induktansi bersama, M, juga merupakan ukuran saling induksi antara dua buah induktor.
Induktansi bersama oleh rangkaian i kepada rangkaian j dihitung menggunakan integral
ganda Rumus Neumann.

Induktansi bersama memiliki hubungan persamaan:

di mana

adalah nilai induktansi bersama, dan tanda 21 menunjukkan keterkaitan GGL


yang terinduksi dalam kumparan 2 disebabkan oleh perubahan arus dalam kumparan
1.
N1 adalah jumlah lilitan pada kumparan 1,
N2 adalah jumlah lilitan pada kumparan 2,
P21 adalah permeansi ruang di mana fluks magnetik berada.

Induktansi bersama juga memiliki keterkaitan dengan koefisien kopling. Koefisien kopling
bernilai antara 1 dan 0, koefisien kopling digunakan sebagai indikator keterkaitan antara
induktor yang dipasangkan (dikopling).

di mana

k adalah koefisien kopling dan 0 ≤ k ≤ 1,


L1 adalah nilai induktansi kumparan pertama, dan
L2 adalah nilai induktansi kumparan kedua.

Jika nilai induktansi bersama, M, sudah diketahui, maka nilai ini dapat digunakan untuk
memprediksi sifat dari suatu rangkaian:

di mana

V1 adalah tegangan dalam induktor yang dihitung,


L1 adalah induktansi dalam induktor yang dihitung,
dI1/dt adalah arus (diturunkan atas waktu) yang mengalir dalam induktor yang
dihitung,
dI2/dt adalah arus (diturunkan atas waktu) yang mengalir dalam induktor yang
dikopling (diinduksi oleh induktor pertama), dan
M adalah nilai induktansi bersama.
Tanda minus muncul karena menurut konvensi titik, kedua arus yang mengalir pada masing-
masing induktor saling berlawanan arah.[5]

Jika suatu induktor dipasangkan secara berdekatan dengan induktor lain dengan
menggunakan prinsip induktansi bersama, seperti dalam transformer, maka tegangan, arus,
dan jumlah lilitan dapat dihubungkan sebagai berikut:

di mana

Vs adalah tegangan pada induktor sekunder,


Vp adalah tegangan pada induktor primer (yaitu yang terhubung dengan sumber
listrik),
Ns adalah jumlah lilitan pada induktor sekunder, dan
Np adalah jumlah lilitan pada induktor primer.

Begitu pula untuk arus:

di mana

Is adalah arus yang mengalir dalam induktor sekunder,


Ip adalah arus yang mengalir dalam induktor sekunder (yaitu yang terhubung dengan
sumber listrik),
Ns adalah jumlah lilitan pada induktor sekunder, dan
Np adalah jumlah lilitan pada induktor primer.

Perlu diperhatikan bahwa daya dari kedua induktor tersebut adalah sama. Juga persamaan di
atas tidak berlaku jika kedua induktor memiliki sumber energi sendiri-sendiri (keduanya
induktor primer).

Jika kedua sisi transformer merupakan rangkaian LC yang mana frekuensi tegangan menjadi
penting, nilai induktansi bersama antara dua lilitan ini menentukan bentuk dari kurva renspon
frekuensi. Walaupun batas-batas nilai indutansi bersama ini tidak didefinisikan, namun sering
disebut sebagai loose-coupling, critical-coupling, dan over-coupling. Jika rangkaian tersebut
melalui transformer yang loose-coupling, bandwidth-nya akan sempit. Ketika nilai induktansi
bersama ditingkatkan, bandwidth-nya ikut naik pula. Ketika nilai induktansi bersama telah
melampaui titik kritis, respon bandwidth akan mulai menurun, frekuensi-frekuensi tengah
akan teratuentasi lebih dibanding frekuensi-frekuensi samping. Kondisi ini disebut over-
coupling.

Rumus Perhitungan
Umumnya, induktansi dapat dihitung menggunakan persamaan Maxwell. Pada banyak
skenario perhitungan dapat disederhanakan dari persamaan Maxwell. Jika menginginkan
induksi dengan arus berfrekuensi tinggi, dengan efek kulit, arus listrik dan medan magnet
pada permukaan konduktor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Laplace.
Walaupun konduktor yang digunakan adalah kawat tipis, induktansi sendiri masih bergantung
pada jari-jari penampang kawat dan distribusi arus dalam kawat tersebut. Distribusi arus ini
rata-rata konstan (pada permukaan atau badan kawat) untuk kawat tipis.

Induktansi bersama

Induktansi bersama dalam rangkaian kumparan i kepada rangkaian j dinyatakan dalam


integral ganda Rumus Neumann

Simbol μ0 menunjukkankonstanta magnetik (4π×10−7 H/m), 'Ci dan Cj adalah panjang kawat,
|xi-xj| adalah jarak antara dua induktor.

Induktansi sendiri

Pada dasarnya induktansi sendiri dari kumparan kawat dapat dinyatakan pula dengan
persamaan di atas dengan menganggap i=j. Masalahnya, 1/|x-x'| menjadi tidak terdefinisi,
sehingga perlu menyatakan penampang a sebagai penampang kawat dan memperhatikan pula
distribusi arus pada kawat tersebut. Sehingga ada integral untuk semua titik di mana |x-x'| ≥
a/2,

Disini a dan l menunjukkan jari-jari penampang kawat dan panjang kawat, dan Y adalah
konstanta yang tergantung pada distribusi arus dalam kawat: Y = 0 ketika arus mengalir pada
permukaan kawat (efek kulit), Y = 1/2 ketika arus tersebar rata dalam kawat. Nilai-nilai ini
hanya perkiraan namun cukup akurat jika kawat yang dipergunakan tipis dan panjang.

Hubungan induktansi dan kapasitansi

Induktansi per satuan panjang L' dan kapasitansi per satuan panjang C' saling berhubungan
dalam beberapa kasus jalur transmisi yang terdiri dari dua konduktor sempurna yang saling
sejajar,[6]

Disini ε dan µ mewakili konstanta dielektik dan konstanta permeabilitas magnetik milik
konduktor yang digunakan. Dalam hal ini tidak ada arus listrik dan medan magnet di dalam
konduktor (efek kulit murni, frekuensi tinggi). Arus mengalir dari satu jalur menuju jalur
yang lain. Kecepatan propagasi sinyal sejalan dengan kecepatan propagasi gelombang
elektromagnetik.

Lihat pula
 Arus bolak-balik
 Induksi elektromagnetik
 Induktor
 Transformator

Referensi
1. ^ Heaviside, O. Electrician. Feb. 12, 1886, p. 271. See reprint
2. ^ Glenn Elert (1998-2008). "The Physics Hypertextbook: Inductance".
3. ^ Michael W. Davidson (1995-2008). "Molecular Expressions: Electricity and
Magnetism Introduction: Inductance".
4. ^ The kinetic energy of the drifting electrons is many orders of magnitude smaller
than W, except for nanowires.
5. ^ Mahmood Nahvi, Joseph Edminister (2002). Schaum's outline of theory and
problems of electric circuits. McGraw-Hill Professional. p. 338. ISBN 0071393072.
6. ^ Jackson, J. D. (1975). Classical Electrodynamics. Wiley. p. 262.

BENDA MAGNETIK &


NON MAGNETIK

Salah satu sifat magnet adalah memiliki gaya tarik. Artinya apabila magnet di letakkan
berdekatan dengan jenis-jenis logam tertentu akan menarik dan mempertahankan logam
tersebut untuk tetap menempel padanya.

Benda-benda logam apa saja yang ditarik oleh magnet dan benda-benda apa saja tidak
dapat di tarik oleh magnet?. Bahan-bahan yang dapat di tarik oleh magnet disebut bahan
magnetik dan yang tidak dapat ditarik oleh magnet disebut bahan non magnetik. Lebih lanjut,
bahan magnetik di klasifikasikan sebagai berikut.

1. Bahan ferrromagnetik, bahan yang ditarik kuat oleh magnet. Contohnya adalah besi,
baja, kobalt, dan nikel.
2. Bahan paramagnetik, bahan yang ditarik lemah oleh magnet. Contohnya adalah
alumunium dan platina.
3. Bahan diamagnetik, bahan yang ditolak lemah oleh magnet. Contohnya adalah seng,
bismuth, dan natrium klorida.

Berdasarkan asalnya magnet dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Magnet alam, yakni magnet yang ditemukan di alam


2. Magnet buatan, yakni magnet yang sengaja di buat oleh manusia

Selanjutnya, berdasarkan sifat kemagnetannya, magnet buatan dikelompokkan menjadi dua,


yakni magnet tetap (permanen) dan magnet sementara. Magnet tetap adalah magnet yang
sifat kemagnetannya tetap dan terjadi dalam waktu relatif lama. Sebaliknya, magnet
sementara adalah magnet yang sifatnya tisdak tetap atau sementara.
Magnet permanen (tetap) umumnya terbuat dari baja, sedangkan magnet tidak tetap terbuat
dari besi lunak. Disesuaikan dengan kegunaannya, dewasa ini magnet dibuat dari beberapa
jenis logam. Berdasarkan bahan yang digunakannya itu, magnet dapat dibedakan menjadi
empat tipe:

a. Tipe Magnet Permanen Campuran

Berdasarkan bahan campurannya, magnet permanen campuran dibagi menjadi

1. Magnet alcomax, dibuat dari campuran besi dan alumunium


2. Magnet alnico, dibuat dari campuran besi dan nikel
3. Magnet triconal, dibuat dari campuran besi dan kobal

b. Tipe Magnet Keramik

Tipe magnet ini disebut juga magnadur, terbuat dari serbuk ferit dan bersifat keras serta
memiliki gaya tarik kuat.

c. Tipe magnet Besi Lunak

Tipe magnet besi lunak juga disebut dengan stalloy, terbuat dari 96% besi dan 4% silikon.
Sifat kemagnetannya tidak keras atau sementara.

d. Tipe Magnet Pelindung

Tipe magnet ini disebut juga mumetal, terbuat dari 74% nikel, 20% besi, 5% tembaga dan 1%
mangan. Magnet ini tidak keras atau sementara.

Berdasarkan penggolongan magnet buatan di atas serta kemampuan bahan menyimpan sifat
magnetnya, maka kita dapat menggolongkan bahan-bahan magnetik dalam magnet keras dan
magnet lunak. Sebagai contoh bahan-bahan magnet keras ialah baja dan alcomax. Bahan ini
sangan sulit dijadikan magnet. Namun demikian, setelah bahan tersebut dijadikan magnet
maka bahan-bahan magnet keras ini akan menyimpan sifat magnetiknya relatif sangat lama.
Karena pertimbangan atau alasan itulah bahan-bahan magnet keras ini lebih banyak dijadikan
untuk membuat magnet tetap (permanen). Contoh pemakaiannya adalah untuk membuat pita
kaset atau kompas.
Sedangkan bahan-bahan magnet lunak misalnya besi dan mumetal, jauh lebih mudah untuk
dijadikan magnet. Namun demikian,sifat kemagnetannya hanya sementara dan mudah hilang.
Itulah sebabnya, bahan magnet lunak banyak dipakai untuk membuat elektromagnet.

Bahan Magnetik dan Bahan Nonmagnetik

Salah satu sifat magnet adalah memiliki gaya tarik. Artinya, apabila
magnet didekatkan dengan jenis-jenis logam tertentu, maka magnet akan tarik-
menarik dan mempertahankan logam tersebut untuk tetap menempel dan tidak
lepas.
Bahan-bahan yang dapat ditarik oleh magnet disebut bahan magnetik dan
bahan yang tidak dapat ditarik magnet disebut bahan nonmagnetik. Bahan
magnet dapat diklasifikasikan sebagai berikut
a) Bahan Ferromagnetik : bahan yang ditarik magnet dengan kuat oleh magnet.
Contohnya adalah baja, besi, nikel, dan kobalt.
b) Bahan Paramagnetik : bahan yang ditarik lemah oleh magnet. Contohnya
adalah aluminium, timah, mangan, dan platina.
c) Bahan Diamagnetik : bahan yang sedikit menolak jika ditarik oleh magnet.
Contohnya adalah seng, bismut, emas, dan natrium klorida.
d) Bahan Nonmagnetik : bahan yang tidak dapat ditarik oleh magnet. Contohnya
adalah batu, pasir, kertas, kaca, dan kayu.

Berdasarkan asalnya, magnet dibagi menjadi dua kelompok, yaitu magnet


alam dan magnet buatan. Magnet alam adalah magnet yang ditemukan di alam,
sedangkan magnet buatan adalah magnet yang sengaja dibuat oleh manusia dan
dapat di simpulkan dengan menggunakan rumus: F = K . (M1.M2)/ r2
Kirimkan Ini lewat Email

Generator AC
Generator adalah mesin yang dapat mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik melalui
proses induksi elektromagnetik. Generator ini memperoleh energi mekanis dari prime mover
atau penggerak mula. Prinsip kerja dari generator sesuai dengan hukum Lens, yaitu arus
listrik yang diberikan pada stator akan menimbulkan momen elektromagnetik yang bersifat
melawan putaran rotor sehingga menimbulkan EMF pada kumparan rotor.

Tegangan EMF ini akan menghasilkan suatu arus jangkar. Jadi diesel sebagai prime mover
akan memutar rotor generator, kemudian rotor diberi eksitasi agar menimbulkan medan
magnit yang berpotongan dengan konduktor pada stator dan menghasilkan tegangan pada
stator. Karena terdapat dua kutub yang berbeda yaitu utara dan selatan, maka pada 90o
pertama akan dihasilkan tegangan maksimum positif dan pada sudut 270o kedua akan
dihasilkan tegangan maksimum negatif. Ini terjadi secara terus menerus/continue. Bentuk
tegangan seperti ini lebih dikenal sebagai fungsi tegangan bolak-balik.

Generator arus bolak-balik sering disebut sebagai generator sinkron atau alternator. Generator
arus bolak-balik memberikan hubungan yang sangat penting dalam proses perubahan energi
dari batu bara, minyak, gas, atau uranium ke dalam bentuk yang bermanfaat untuk digunakan
dalam industri atau rumah tangga. Dalam generator arus bolak-balik bertegangan rendah yang
kecil, medan diletakan pada bagian yang berputar atau rotor dan lilitan jangkar pada bagian
yang diam atau stator dari mesin

Prinsip Kerja Generator AC

Gambar : Rangkaian Ekivalen Generator AC

Gambar : Prinsip Kerja Generator AC

Generator AC bekerja berdasarkan atas prinsip dasar induksi elektromagnetik. Tegangan


bolak-balik akan dibangkitkan oleh putaran medan magnetik dalam kumparan jangkar yang
diam. Dalam hal ini kumparan medan terletak pada bagian yang sama dengan rotor dari
generator. Nilai dari tegangan yang dibangkitkan bergantung pada :
1. Jumlah dari lilitan dalam kumparan.
2. Kuat medan magnetik, makin kuat medan makin besar tegangan yang
diinduksikan.
3. Kecepatan putar dari generator itu sendiri.
Prinsip generator ini secara sederhana dapat dijelaskan bahwa tegangan akan diinduksikan
pada konduktor apabila konduktor tersebut bergerak pada medan magnet sehingga memotong
garis-garis gaya. Hukum tangan kanan berlaku pada generator dimana menyebutkan bahwa
terdapat hubungan antara penghantar bergerak, arah medan magnet, dan arah resultan dari
aliran arus yang terinduksi. Apabila ibu jari menunjukkan arah gerakan penghantar, telunjuk
menunjukkan arah fluks, jari tengah menunjukkan arah aliran elektron yang terinduksi.
Hukum ini juga berlaku apabila magnet sebagai pengganti penghantar yang digerakkan.
Terdapat dua jenis konstruksi dari generator ac, jenis medan diam atau medan magnet dibuat
diam dan medan magnet berputar.

Eksitasi Generator AC
Sistem eksitasi secara konvensional dari sebuah generator arus bolak-balik terdiri atas sumber
arus searah yang dihubungkan ke medan generator ac melalui cincin-slip dan sikat-sikat.
Sumber dc biasanya diperoleh dari generator arus searah yang digerakkan dengan motor atau
penggerak mula yang sama dengan penggerak mula generator bolak-balik. Setelah datangnya
zat padat, beberapa sistem eksitasi yang berbeda telah dikembangkan dan digunakan. Salah
satunya adalah daya diambil dari terminal generator ac, diubah ke daya dc oleh penyearah zat
padat dan kemudian dicatu ke medan generator ac dengan menggunakan cincin-slip
konvensional dan sikat-sikat.

Dalam sistem serupa yang digunakan oleh generator dengan kapasitas daya yang lebih besar,
daya dicatukan ke penyearah zat padat dari lilitan tiga fase terpisah yang terletak diatas alur
stator generator. Satu-satunya fungsi dari lilitan ini adalah menyediakan daya eksitasi untuk
generator. Sistem pembangkitan lain yang masih digunakan baik dengan generator sinkron
tipe kutub-sepatu maupun tipe rotor-silinder adalah sistem tanpa sikat-sikat, yang mana
generator ac kecil dipasang pada poros yang sama sebagai generator utama yang digunakan
untuk pengeksitasi. Pengeksitasi ac mempunyai jangkar yang berputar, keluarannya
kemudian disearahkan oleh penyearah dioda silikon yang juga dipasang pada poros utama.

Keluaran yang telah disearahkan dari pengeksitasi ac, diberikan langsung dengan hubungan
yang diisolasi sepanjang poros ke medan generator sinkron yang berputar. Medan dari
pengeksitasi ac adalah stasioner dan dicatu dari sumber dc terpisah. Berarti tegangan yang
dibangkitkan oleh generator sinkron dapat dikendalikan dengan mengubah kekuatan medan
pengeksitasi ac. Jadi sistem pengeksitasi tanpa sikat tidak menggunakan komutator yang akan
memperbaiki keandalan dan menyederhanakan pemeliharaan umum.

Sistem Start

Ada tiga macam jenis start yang dapat dilakukan pada generator yaitu :
1. Dengan Penggerak Mula
Untuk sistem start dengan penggerak mula biasanya berupa mesin diesel untuk kapasitas daya
yang kecil, turbin air atau turbin uap untuk kapasitas daya menengah dan turbin uap untuk
kapasitas daya yang sangat besar.

2. Pengubah Frekuensi
Motor sinkron mendapat pengisian dari sebuah generator sinkron khusus. Pengisian
dilakukan dengan arus tukar berfrekuensi variabel dari hampir nol hingga mencapai frekuensi
nominal. Dengan demikian motor sinkron mengalami start mulai putaran hampir nol hingga
mencapai putaran nominal.

3. Sebagai Generator Rotor Sangkar/Start Asinkron


Dalam hal ini rotor mesin dilengkapi suatu belitan yang bekerja sebagai sangkar asinkron.
Dengan demikian selama start mesin bekerja sebagai motor tak serempak. Dengan start
asinkron pada kumparan medan dapat dihasilkan gaya-gaya gerak listrik yang tinggi,
disebabkan jumlah lilitan magnet yang biasanya besar. Gaya-gerak listrik yang tinggi ini
bukan saja dapat merusak mesin, melainkan dapat juga menimbulkan bahaya bagi personil
yang melayani mesin sinkron itu. Untuk menghindari bahaya ini kumparan magnet selama
start dapat dibagi dalam beberapa belitan, yang masing-masing dihubungsingkatkan. Setelah
mencapai putaran sinkron, hubungan ini dilepaskan. Dalam hal ini sistem start yang
digunakan pada generator set GSC 05 adalah dengan penggerak mula.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Listrik dalam era industri merupakan keperluan yang sangat vital. Dengan adanya
transformator keperluan listrik pada tegangan yang sesuai dapat terpenuhi. Dahulu untuk
membawa listrik diperlukan kuda. Kuda akan membawa pembangkit listrik untuk
penerangan lapangan ski. Seandainya transformator belum ditemukan, berapa ekor kuda yang
diperlukan untuk penerangan sebuah kota. Fenomena pemindahan listrik akan kamu dibahas
dalam induksi elektromagnetik.
Jika ada pembangkit listrik dekat rumahmu, coba diperhatikan. Pembangkit listrik
biasanya terletak jauh dari permukiman penduduk. Untuk membawa energy listrik, atau lebih
dikenal transmisi daya listrik, diperlukan kabel yang sangat panjang. Kabel yang demikian
dapat menurunkan tegangan. Karena itu diperlukan alat yang dapat menaikkan kembali
tegangan sesuai keperluan. Dan kamu pasti melihat tabung berwarna biru yang dipasang pada
tiang listrik. Alat tersebut adalah transformator yang berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan tegangan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa arti Induksi Elekromagetik?
2. Bagaimana Penerapan Induksi Elektromagnetik?
3. Apa yang dimaksud dengan Transformator?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui arti Induksi Elekromagnetik.
2. Mengetahui penerapan Induksi Elektromagnetik
3. Mengetahui tentang transformator.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Induksi Elektromagnetik
1. GGL Induksi
Kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan. Menurutmu, dapatkah kemagnetan
menimbulkan kelistrikan? Kemagnetan dan kelistrikan merupakan dua gejala alam yang
prosesnya dapat dibolak-balik. Ketika H.C. Oersted membuktikan bahwa disekitar kawat
berarus listrik terdapat medan magnet (artinya listrik menimbulkan magnet), para ilmuwan
mulai berpikir keterkaitan antara kelistrikan dan kemagnetan.

Gambar 21. Percobaan Michael faraday

Tahun 1821 Michael Faraday membuktikan bahwa perubahan medan magnet dapat
menimbulkan arus listrik (artinya magnet menimbulkan istrik) melalui eksperimen
yang sangat sederhana seperti yang ditunjukkanpada gambar 2.1. Sebuah magnet yang
digerakkan masuk dan keluar pada kumparan dapat menghasilkan arus listrik pada
kumparan itu. Galvanometer merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya arus listrik yang mengalir. Ketika sebuah magnet yang digerakkan masuk dan keluar
pada kumparan, jarum galvanometer menyimpang ke kanan dan ke kiri. Bergeraknya jarum
galvanometer menunjukkan bahwa magnet yang digerakkan keluar dan masuk pada
kumparan menimbulkan arus listrik. Arus listrik bisa terjadi jika pada ujung-ujung kumparan
terdapat GGL (gaya gerak listrik). GGL yang terjadi di ujung-ujung kumparan dinamakan
GGL induksi. Arus listrik hanya timbul pada saat magnet bergerak. Jika magnet diam di
dalam kumparan, di ujung kumparan tidak terjadi arus listrik.
Sehingga ditetapkan hukum Faraday yang berbunyi:
a. Jika sebuah penghantar memotong garis-garis gaya dari suatu medan magnetik (fluks) yang
konstan, maka pada penghantar tersebut akan timbul tegangan induksi.
b. Perubahan fluks medan magnetik didalam suatu rangkaian bahan penghantar, akan
menimbulkan tegangan induksi pada rangkaian tersebut.

Persamaan Ggl induksi (Eind) yang memenuhi hukum Faraday adalah sebagai berikut:

Tanda negatif berati sesuai dengan Hukum Lenz, yaitu “Ggl Induksi selalu
membangkitkan arus yang medan magnetiknya berlawanan dengan sumber perubahan fluks
magnetik”. Fluks Magnetik adalah kerapatan garis-garis gaya dalam medan magnet, artinya
fluks magnetik yang berada pada permukaan yang lebih luas kerapatannya rendah dan kuat
medan magnetik (B) lebih lemah, sedangkan pada permukaan yang lebih sempit kerapatan
fluks magnet akan kuat dan kuat medan magnetik (B) lebih tinggi. Satuan internasional dari
besaran fluks magnetik diukur dalam Weber, disingkat Wb dan didefinisikan dengan, Suatu
medan magnet serba sama mempunyai fluks magnetik sebesar 1 weber bila sebatang
penghantar memotong garis-garis gaya magnetik selama satu detik akan menimbulkan gaya
gerak listrik (ggl) sebesar satu volt.

1. Penyebab Terjadinya GGL Induksi


Ketika kutub utara magnet batang digerakkan masuk ke dalam kumparan, jumlah
garis gaya-gaya magnet yang terdapat di dalam kumparan bertambah banyak.
Bertambahnya jumlah garis- garis gaya ini menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung
kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan menyebabkan arus listrik mengalir menggerakkan
jarum galvanometer. Arah arus induksi dapat ditentukan dengan cara
memerhatikan arah medan magnet yang ditimbulkannya. Pada saat magnet
masuk, garis gaya dalam kumparan bertambah. Akibatnya medan magnet hasil arus induksi
bersifat mengurangi garis gaya itu. Dengan demikian, ujung kumparan itu merupakan kutub
utara sehingga arah arus induksi seperti yang ditunjukkan Gambar 2.1.
Ketika kutub utara magnet batang digerakkan keluar dari dalam
kumparan, jumlah garis-garis gaya magnet yang terdapat di dalam kumparan berkurang.
Berkurangnya jumlah garis-garis gaya ini juga menimbulkan GGL induksi pada ujung-ujung
kumparan. GGL induksi yang ditimbulkan menyebabkan arus listrik mengalir dan
menggerakkan jarum galvanometer. Sama halnya ketika magnet batang masuk ke kumparan.
pada saat magnet keluar garis gaya dalam kumparan
berkurang. Akibatnya medan magnet hasil arus induksi bersifat menambah garis gaya itu.
Dengan demikian, ujung, kumparan itu merupakan kutub selatan. Ketika kutub utara magnet
batang diam di dalam kumparan, jumlah garis-garis gaya magnet
di dalam kumparan tidak terjadi perubahan (tetap). Karena jumlah garis-garis gaya tetap,
maka pada ujung-ujung kumparan tidak terjadi GGL induksi. Akibatnya, tidak terjadi arus
listrik dan jarum galvanometer tidak bergerak. Jadi, GGL induksi dapat terjadi pada kedua
ujung kumparan jika di dalam kumparan terjadi perubahan jumlah garis-garis gaya magnet
(fluks magnetik).
GGL yang timbul akibat adanya perubahan jumlah garis-garis gaya magnet
dalam kumparan disebut GGL induksi. Arus listrik yang ditimbulkan GGL
induksi disebut arus induksi. Peristiwa timbulnya GGL induksi dan arus induksi akibat
adanya perubahan jumlah garis-garis gaya magnet disebut induksi elektromagnetik.

2. Faktor yang Memengaruhi Besar GGL Induksi


Sebenarnya besar kecil GGL induksi dapat dilihat pada besar kecilnya penyimpangan
sudut jarum galvanometer. Jika sudut penyimpangan jarum galvanometer besar, GGL induksi
dan arus induksi yang dihasilkan besar. Terdapat beberapa cara memperbesar GGL induksi.
Ada tiga faktor yang memengaruhi GGL induksi, yaitu :
a. kecepatan gerakan magnet atau kecepatan perubahan jumlah garis-garis gaya magnet
(fluks magnetik),
b. jumlah lilitan,
c. medan magnet

A. Penerapan Induksi Elektromagnetik


Pada induksi elektromagnetik terjadi perubahan bentuk energi gerak menjadi energi
listrik. Induksi elektromagnetik digunakan pada pembangkit energi listrik. Pembangkit energi
listrik yang menerapkan induksi elektromagnetik adalah generator dan dinamo. Di dalam
generator dan dinamo terdapat kumparan dan magnet. Kumparan atau magnet
yang berputar menyebabkan terjadinya perubahan jumlah garis-garis gaya magnet dalam
kumparan. Perubahan tersebut menyebabkan terjadinya GGL induksi pada kumparan.
Energi mekanik yang diberikan generator dan dinamo diubah ke dalam bentuk energy gerak
rotasi. Hal itu menyebabkan GGL induksi dihasilkan secara terus-menerus
dengan pola yang berulang secara periodic.
1. Generator
Generator dibedakan menjadi dua, yaitu generator arus searah (DC) dan generator
arus bolak-balik (AC). Baik generator AC dan generator DC memutar kumparan di dalam
medan magnet tetap. Generator AC sering disebut alternator. Arus listrik yang dihasilkan
berupa arus bolak-balik. Ciri generator AC menggunakan cincin ganda. Generator arus
DC, arus yang dihasilkan berupa arus searah.
Ciri generator DC menggunakan cincin belah (komutator). Jadi,generator AC dapat diu
bah menjadi generator DC dengan cara mengganti cincin ganda dengan sebuah komutator.
Sebuah generator AC kumparan berputar di antara kutub-
kutub yang tak sejenis dari dua magnet yang saling berhadapan. Kedua kutub magnet
akan menimbulkan medan magnet. Kedua ujung kumparan dihubungkan dengan sikat
karbon yang terdapat pada setiap cincin. Kumparan merupakan bagian generator yang
berputar (bergerak) disebut rotor. Magnet tetap merupakan bagian generator yang tidak
bergerak disebut stator. Bagaimanakah generator bekerja? Ketika kumparan sejajar
dengan arah medan magnet (membentuk sudut 0 derajat), belum terjadi arus listrik dan tidak
terjadi GGL induksi (perhatikan Gambar 2.1. Pada saat kumparan berputar perlahan-lahan,
arus dan GGL beranjak naik sampai kumparan membentuk sudut 90 derajat. Saat itu posisi
kumparan tegak lurus dengan arah medan magnet. Pada kedudukan ini kuat arus dan GGL
induksi menunjukkan nilai maksimum. Selanjutnya, putaran kumparan terus berputar, arus
dan GGL makin berkurang. Ketika kumparan mem bentuk sudut 180 derajat kedudukan
kumparan sejajar dengan arah medan magnet, maka GGL induksi dan arus induksi menjadi
nol.
Putaran kumparan berikutnya arus dan tegangan mulai naik
lagi dengan arah yang berlawanan. Pada saat membentuk sudut 270 derajat, terjadi lagi
kumparan berarus tegak lurus dengan arah medan magnet. Pada kedudukan kuat arus dan
GGL induksi menunjukkan nilai maksimum lagi, namun arahnya berbeda. Putaran kumparan
selanjutnya, arus dan tegangan
turun perlahanlahan hingga mencapai nol dan kumparan kembali ke posisi semula hing
ga memb entuk sudut 360 derajat.

1. Dinamo
Dinamo dibedakan menjadi dua yaitu, dinamo arus searah (DC) dan dinamo arus
bolak-balik (AC). Prinsip kerja dinamo sama dengan generator yaitu memutar kumparan di
dalam medan magnet atau memutar magnet di dalam kumparan. Bagian dinamo yang
berputar disebut rotor. Bagian dinamo yang tidak bergerak disebut stator.
Perbedaan antara dinamo DC dengan dinamo AC terletak pada cincin yang
digunakan. Pada dinamo arus searah menggunakan satu cincin yang dibelah menjadi dua
yang disebut cincin belah (komutator). Cincin ini memungkinkan arus listrik yang dihasilkan
pada rangkaian luar Dinamo berupa arus searah walaupun di dalam dinamo sendiri
menghasilkan arus bolak-balik. Adapun, pada dinamo arus bolak-balik menggunakan cincin
ganda (dua cincin). Alat pembangkit listrik arus bolak balik yang paling sederhana adalah
dinamo sepeda. Tenaga yang digunakan untuk memutar rotor adalah roda sepeda. Jika roda
berputar, kumparan atau magnet ikut berputar. Akibatnya, timbul GGL induksi pada ujung-
ujung kumparan dan arus listrik mengalir. Makin cepat gerakan roda sepeda, makin cepat
magnet atau kumparan berputar. Makin besar pula GGL induksi dan arus listrik yang
dihasilkan. Jika dihubungkan dengan lampu, nyala lampu makin terang. GGL induksi pada
dinamo dapat diperbesar dengan cara putaran roda dipercepat, menggunakan magnet yang
kuat (besar), jumlah lilitan diperbanyak, dan menggunakan inti besi lunak di dalam
kumparan.

B. Transformator
Di rumah mungkin kamu pernah dihadapkan persoalan tegangan listrik, ketika kamu
akan menghidupkan radio yang memerlukan tegangan 6 V atau 12 V. Padahal tegangan
listrik yang disediakan PLN 220 V. Bahkan generator pembangkit listrik menghasilkan
tegangan listrik yang sangat tinggi mencapai hingga puluhan ribu volt. Kenyataannya sampai
di rumah tegangan listrik tinggal 220 V. Bagaimanakah cara mengubah tegangan listrik? Alat
yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan AC disebut transformator
(trafo). Trafo memiliki dua terminal, yaitu terminal input dan terminal output. Terminal input
terdapat pada kumparan primer. Terminal output terdapat pada kumparan sekunder.
Tegangan listrik yang akan diubah dihubungkan dengan terminal input. Adapun, hasil
pengubahan tegangan diperoleh pada terminal output. Prinsip kerja transformator
menerapkan peristiwa induksi elektromagnetik. Jika pada kumparan primer dialiri arus AC,
inti besi yang dililiti kumparan akan menjadi magnet (elektromagnet). Karena arus AC, pada
elektromagnet selalu terjadi perubahan garis gaya magnet. Perubahan garis gaya tersebut
akan bergeser ke kumparan sekunder. Dengan demikian, pada kumparan sekunder juga
terjadi perubahan garis gaya magnet. Hal itulah yang menimbulkan GGL induksi pada
kumparan sekunder. Adapun, arus induksi yang dihasilkan adalah arus AC yang besarnya
sesuai dengan jumlah lilitan sekunder. Bagian utama transformator ada tiga, yaitu inti besi
yang berlapis-lapis, kumparan primer, dan kumparan sekunder. Kumparan primer yang
dihubungkan dengan PLN sebagai tegangan masukan (input) yang akan dinaikkan atau
diturunkan. Kumparan sekunder dihubungkan dengan beban sebagai tegangan keluaran
(output).
1. Macam-Macam Transformator
Apabila tegangan terminal output lebih besar daripada tegangan yang diubah, trafo
yang digunakan berfungsi sebagai penaik tegangan. Sebaliknya apabila tegangan terminal
output lebih kecil daripada tegangan yang diubah, trafo yang digunakan berfungsi sebagai
penurun tegangan. Dengan demikian, transformator (trafo) dibedakan menjadi dua, yaitu
trafo step up dan trafo step down.
a. Trafo step up adalah transformator yang berfungsi untuk menaikkan tegangan AC. Trafo ini
memiliki ciri-ciri:
- jumlah lilitan primer lebih sedikit daripada jumlah lilitan sekunder.
- tegangan primer lebih kecil daripada tegangan sekunder,
- kuat arus primer lebih besar daripada kuat arus sekunder.
b. Trafo step down adalah transformator yang berfungsi untuk menurunkan tegangan AC.
Trafo ini memiliki ciri-ciri:
- jumlah lilitan primer lebih banyak daripada jumlah lilitan sekunder,
- tegangan primer lebih besar daripada tegangan sekunder,
- kuat arus primer lebih kecil daripada kuat arus sekunder.
2. Transformator Ideal
Transformer ideal merupakan trafo yang rugi-ruginya hanya berasal dari rugi lilitan
input dan lilitan output. Pada transformer ideal, hubungan antara tegangan input dengan
tegangan output, arus input dengan arus output, lilitan input (primer) dengan lilitan output
(sekunder) memiliki hubungan yang dijelaskan melalui persamaan berikut ini.
Besar tegangan dan kuat arus pada trafo bergantung banyaknya lilitan. Besar tegangan
sebanding dengan jumlah lilitan. Makin banyak jumlah lilitan tegangan yang dihasilkan
makin besar. Hal ini berlaku untuk lilitan primer dan sekunder. Hubungan antara jumlah
lilitan primer dan sekunder dengan tegangan primer dan tegangan sekunder dirumuskan Trafo
dikatakan ideal jika tidak ada energi yang hilang menjadi kalor, yaitu ketika jumlah energi
yang masuk pada kumparan primer sama dengan jumlah energi yang keluar pada kumparan
sekunder. Hubungan antara tegangan dengan kuat arus pada kumparan primer dan sekunder
dirumuskan Jika kedua ruas dibagi dengan t,

3. Efisiensi Transformator
Di bagian sebelumnya kamu sudah mempelajari transformator atau trafo yang ideal.
Namun, pada kenyataannya trafo tidak pernah ideal. Jika trafo digunakan, selalu timbul
energi kalor. Dengan demikian, energi listrik yang masuk pada kumparan primer selalu lebih
besar daripada energi yang keluar pada kumparan sekunder. Akibatnya, daya primer lebih
besar daripada daya sekunder. Berkurangnya daya dan energi listrik pada sebuah trafo
ditentukan oleh besarnya efisiensi trafo. Perbandingan antara daya sekunder dengan daya
primer atau hasil bagi antara energi sekunder dengan energi primer yang dinyatakan dengan
persen disebut efisiensi trafo. Efisiensi trafo dinyatakan dengan η . Besar efisiensi trafo dapat
dirumuskan sebagai berikut.

4. Penggunaan Transformator
Banyak peralatan listrik di rumah yang menggunakan transformator step down. Trafo
tersebut berfungsi untuk menurunkan tegangan listrik PLN yang besarnya 220 V menjadi
tegangan lebih rendah sesuai dengan kebutuhan. Sebelum masuk rangkaian elektronik pada
alat, tegangan 220 V dari PLN dihubungkan dengan trafo step down terlebih dahulu untuk
diturunkan. Misalnya kebutuhan peralatan listrik 25 V. Jika alat itu langsung dihubungkan
dengan PLN, alat itu akan rusak atau terbakar. Namun, apabila alat itu dipasang trafo step
down yang mampu mengubah tegangan 220 V menjadi 25 V, alat itu akan terhindar dari
kerusakan. Ada beberapa alat yang menggunakan transformator antara lain catu daya,
adaptor, dan transmisi daya listrik jarak jauh.
a. Power supply (catu daya)
Catu daya merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan tegangan AC yang
rendah. Catu daya menggunakan trafo step down yang berfungsi untuk menurunkan tegangan
220 V menjadi beberapa tegangan AC yang besarnya antara 2 V sampai 12 V.
b. Adaptor (penyearah arus)
Adaptor terdiri atas trafo step down dan rangkaian penyearah arus listrik yang berupa
diode. Adaptor merupakan catu daya yang ditambah dengan si penyearah arus adalah
mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC.
c. Transmisi daya listrik jarak jauh
Pembangkit listrik biasanya dibangun jauh dari permukiman penduduk. Proses
pengiriman daya listrik kepada pelanggan listrik (konsumen) yang jaraknya jauh disebut
transmisi daya listrik jarak jauh. Untuk menyalurkan energi listrik ke konsumen yang jauh,
tegangan yang dihasilkan generator pembangkit listrik perlu dinaikkan mencapai ratusan ribu
volt. Untuk itu, diperlukan trafo step up. Tegangan tinggi ditransmisikan melalui kabel
jaringan listrik yang panjang menuju konsumen. Sebelum masuk ke rumah-rumah penduduk
tegangan diturunkan menggunakan trafo step down hingga menghasilkan 220 V. Transmisi
daya listrik jarak jauh dapat dilakukan dengan menggunakan tegangan besar dan arus yang
kecil. Dengan cara itu akan diperoleh beberapa keuntungan, yaitu energi yang hilang dalam
perjalanan dapat dikurangi dan kawat penghantar yang diperlukan dapat lebih kecil serta
harganya lebih murah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalahnya, kesmpulan yang dapat ditarik adalah sebagai
berikut:
a. Induksi Elekromagnetik adalah Peristiwa timbulnya GGL induksi dan arus induksi akibat
adanya perubahan jumlah garis-garis gaya magnet.
b. Penerapan Induksi elektronmagnetik terdapat pada dua alat yang hampir sama bagian-
bagiannya yaitu pada generator dan dynamo.
c. Transformator adalah Alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan AC

Anda mungkin juga menyukai