Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
Redaksi menerima artikel/essay
SME Tower Lt. 8 yang relevan dengan Dunia Pengadaan.
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 94 Untuk petunjuk penulisan dapat dilihat
Jakarta 12780 Indonesia di halaman 118-Panduan Penulisan
Communication Center
Kirimkan ke: humas@lkpp.go.id.
021. 7167 3000
Pelindung
Agus Raharjo
Redaktur Ahli
Eiko Whismulyadi, Himawan Adinegoro,
Ikak G Patriastomo, Agus Prabowo,
Pemimpin Umum
Dharma Nursani
Pemimpin Redaksi
R Adha Pamekas
Redaksi
Suharti, Ratna Ayu Maruti, Mustika Rosalina,
Gigih Pribadi, Himawan Giri Dahlan,
R Ari Widianto
DAFTAR ISI
122-131 Indeks
PENGANTAR REDAKSI
Dari Redaksi November 2013/Vol. 3 - No. 3 i
Pengantar Redaksi
Data yang dirilis oleh Indonesia Procurement besar tentu dibutuhkan effort yang besar dan
Watch (IPW) menunjukkan bahwa 70% kualitas pejabat pengelola pengadaan yang
kasus korupsi di Indonesia berbentuk mumpuni.
penyimpangan pengadaan barang dan
jasa. Kontrak-kontrak yang diberikan oleh Peraturan Presiden RI No.106/2007
pemerintah di dalam proses pengadaan memandatkan LKPP sebagai instansi terkait
menjadi lahan subur praktek “kongkalikong” yang mengatur pengadaan pemerintah untuk
yang kolutif. Padahal, jumlah uang negara bertanggung jawab dan proaktif dalam proses
yang dikelola melalui proses pengadaan pada profesionalisasi tenaga ahli pengadaan barang
tahun 2014 diperkirakan sekitar Rp 600 triliun dan jasa pemerintah. Proses profesionalisasi
(APBN) dan Rp 320 triliun (APBD). Selain pejabat pengadaan pemerintah pusat dan
itu, menurut catatan IPW, setiap tahunnya daerah dengan standar kompetensi dan
ada sekitar 400 ribu paket pekerjaan di 560 jalur pengembangan karir fungsional yang
kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Paket jelas adalah elemen penting dalam proses
pekerjaan ini belum termasuk paket yang ada reformasi pengadaan barang/jasa pemerintah
di BUMN dan BUMD yang nilainya juga tak untuk menghasilkan sistem yang kredibel dan
sedikit, dan sudah seharusnya dikelola secara menyejahterakan. Proses profesionalisasi
profesional. adalah proses dimana sebuah praktek/bidang
keahlian dikembangkan untuk diakui secara
Namun, berdasarkan analisis Komisi luas dan menjadi terstandarisasi diperlukan
Pemberantasan Korupsi (KPK), pada tahun agar insan pengadaan dapat dihargai, diakui,
2010 telah terjadi inefisiensi sekitar Rp dan dapat memperoleh pelatihan yang
110 triliun dari proses pengadaan barang/ menjadikan mereka mumpuni di bidangnya
jasa pemerintah. Salah satu jadi sebabnya sesuai dengan tingkatan standar kompetensi
adalah belum terbentuknya kompetensi dan yang diharapkan.
kapasitas para pelaku proses pengadaan
barang dan jasa pemerintah yang profesional. Isu profesionalisasi tenaga ahli pengadaan
Padahal, mengingat beban yang sedemikian inilah yang diangkat oleh Erlangga Atmadja
ii JURNAL PENGADAAN
Akibatnya, jumlah barang dan jasa yang tidak untuk meningkatkan belanja publik dalam
begitu penting bisa jadi berlebih, sementara rangka untuk meningkatkan kebijakan sosial,
barang lainnya yang sangat dibutuhkan tidak lingkungan dan ekonomi negara. Selain itu juga
tersedia dengan cukup. Permasalahan seperti memberikan kontribusi untuk menciptakan
ini seharusnya tak perlu terjadi, jika sejak awal pasar untuk teknologi tepat guna dan solusi
proses pengadaan telah mempertimbangkan inovatif serta untuk mengetahui hambatan-
konsep pengadaan publik berkelanjutan. hambatan yang dihadapi para stakeholder dalam
Melalui perspektif manajemen rantai pasok, mengimplementasikan konsep pengadaan
Togar dan Fanny melihat bahwa denngan yang berwawasan lingkungan sesuai dengan
pengadaan publik berkelanjutan ini dapat Perpres 54/2010.
memberikan dampak yang lebih luas kepada
masyarakat. Itulah beberapa sajian Jurnal Pengadaan kali
ini. Redaksi mengucapkan terima kasih atas
Subdirektorat Iklim Usaha Direktorat Iklim kontribusi para penulis yang telah berbagi
Usaha dan Kerjasama Internasional LKPP pemikiran dan analisa di edisi ini. Untuk
melakukan kajian terkait “Sustainable Public pembaca sekalian, kritik, saran, dan masukan
Procurement”. Tujuannya, menjadikan Anda selalu kami nantikan. Selamat membaca,
pengadaan publik berkelanjutan menjadi dan Salam Pengadaan!
alat yang memungkinkan bagi pemerintah
Redaksi
KAJIAN PENGADAAN ALAT UTAMA
SISTEM SENJATA (ALUTSISTA) DAN
ALAT MATERIAL KHUSUS (ALMATSUS)
KAJIAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM
SENJATA (ALUTSISTA) DAN ALAT MATERIAL
KHUSUS (ALMATSUS)
Abstrak
hanan dalam RPJM 2010. Pada tahun yang sama, melalui Perpres No. 42 Ta-
kan formulasi kebijakan dan regulasi yang dapat memberikan fondasi bagi
kasi, tidak hanya antar stakeholder, tetapi juga antar personil dalam stake-
Lembaga Kebijakan
holder tersebut. Dengan menggunakan pendekatan akuisisi pertahanan dan
Pengadaan Barang dan
model CADMID, pemetaan terhadap kurangnya koordinasi menyebabkan
Jasa Pemerintah (LKPP)
adanya kesenjangan antar tahapan pengadaan seperti dalam perencanaan
1. LATAR BELAKANG
melalui penggunaan jenis penelitian deskriptif, Berdasarkan dari keterangan di atas, kajian
pengkaji dapat menyajikan satu gambaran mengenai pengadaan alutsista dan almatsus
yang terperinci mengenai pengadaan alutsista ini menghimpun berbagai data dan informasi
dan almatsus. Kajian ini juga secara analitis dari studi literatur dan konsep, pendekatan
menekankan pada penggalian isu-isu strategis pada regulasi dan peraturan yang telah ada,
terkait pengadaan alutsista dan almatsus, serta serta desk research yang meliputi aktivitas media
menelaah respon terhadap isu-isu pengadaan monitoring perihal topik kajian. Selanjutnya,
alutsista dan almatsus tersebut. Komparasi diperoleh informasi secara lebih ekstensif
kemudian dilakukan terhadap contoh praktik melalui wawancana mendalam dan focus
pengadaan alutsista dan almatsus yang group discussion (FGD) yang masing-masing
dilakukan di negara lain. Penelitian yang melibatkan stakeholder dalam pengadaan
bersifat konfirmatori selanjutnya dilakukan alutsista dan almatsus di Indonesia.
permasalahan yang ditemukan dalam desk
research dengan hasil temuan yang berasal Secara umum, kerangka logis kajian
dari FGD. Hasil temuan survey juga dapat pengadaan alutsista dan almatsus ini dapat
membantu analisis secara kuantitatif. dilihat pada Grafik 1.
Grafik 1
Kerangka Logis Kajian Pengadaan Alutsista dan Almatsus
4 JURNAL PENGADAAN
berbiaya tinggi (costly). Prosedur dan regulasi dalam pengadaan alutsista dan almatsus
yang ada saat ini juga belum memberikan dapat disusun. Proses pengadaan yang
kejelasan mengenai beberapa hal terkait saat ini berjalan di Indonesia ini kemudian
pengadaan alutsista dan almatsus, seperti dibandingkan dengan pendekatan akuisisi
mekanisme pemenuhan Tingkat Kandungan pertahanan yang berlaku di Inggris melalui
Dalam Negeri (TKDN), penelitian dan mekanisme CADMID (concept, assessment,
pengembangan dalam teknologi persenjataan, demonstration, manufacture, in-service, dan disposal).
serta offset dalam pengadaan alutsista dan Dalam literatur konsep akuisisi pertahanan
almatsus dari luar negeri. (defence acquisition), keenam tahap ini
dianggap sebagai model perencanaan sistem
Tidak kalah penting, dalam pengadaan pertahanan yang sudah mempertimbangkan
alutsista dan almatsus juga memperhatikan keberlanjutan (sustainability) maupun
masalah pembiayaan yang utamanya memberikan kapabilitas terintegrasi yang
menyoroti proses penganggaran nasional bersifat “through-life”. Proses pengadaan
yang bersifat tahunan. Hal ini menghambat alutsista dan almatsus di Indonesia dengan
penganggaran proyek-proyek pekerjaan penerapan pada pendekatan sistem CADMID
alutsista dan almatsus yang umumnya dapat dilihat pada Gambar 2.
dapat berjalan selama lebih dari satu
tahun anggaran. Hal ini menyebabkan Berdasarkan pendekatan CADMID, dapat
ketidaksesuaian perkembangan pekerjaan dilihat bahwa rangkaian proses pengadaan
dengan pembayaran, khususnya yang pertahanan yang seharusnya berlangsung
dananya bersumber dari APBN. Masalah secara berkelanjutan pada kenyataannya
penganggaran juga seringkali mengemukakan mengalami kesenjangan antar tahapannya
keterlambatan pencairan anggaran, sehingga (diwakili oleh garis putus-putus vertikal).
menyebabkan keterlambatan peresmian Hal ini terlihat dari realisasi spesifikasi teknis
kontrak serta dimulainya pekerjaan. Oleh yang didorong oleh kebutuhan operasional
karena itu, sisi penyedia mengharapkan pengguna terhambat oleh komplikasi
dibukanya kesempatan untuk self-financing birokrasi/personil antara Kemhan, TNI, dan
dengan bantuan PDN. Polri sebagai requirement generator dan di saat
yang sama berhadapan dengan pengadaan
Berdasarkan data dan informasi yang yang mengkompromikan spektek. Hal ini
diperoleh dari berbagai FGD serta desk memperlihatkan adanya kesenjangan antara
research yang dilakukan sebelumnya, tahapan kebutuhan dengan proses pengadaan.
6 JURNAL PENGADAAN
Kesenjangan pada tahap pengadaan ini dengan tahapan operasional di mana alutsista
menyebabkan perencanaan yang sarat dengan atau almatsus digunakan oleh pengguna.
teknologi menjadi tidak in-line dengan proses Kesenjangan yang terjadi di tahapan ini juga
produksi di tahap manufaktur. Maksudnya secara intensif dipicu oleh tahapan-tahapan
adalah, terjadi inkoherensi antara teknologi sebelumnya. Inefektivitas dalam penggunaan
yang dibutuhkan oleh pengguna (litbang) alutsista dan almatsus ini didorong oleh
dengan kemampuan serta upaya pencapaian ketidaksesuaian antara produk yang sudah
teknologi yang disasar oleh industri sebagai dibeli dengan tuntutan operasional yang
pengguna. Dengan kata lain, tidak terjadi direncanakan, sehingga menyebabkan
kesinambungan dan koordinasi dalam menurunnya masa pakai produk, serta
proses litbang. Hal ini juga didukung oleh meningkatnya kebutuhan anggaran perawatan
kekosongan industri pendukung pertahanan dan perbaikan yang kemudian mengurangi
yang sebenarnya membenamkan kesempatan proporsi anggaran untuk pembaharuan/
pembangunan rantai suplai di ranah domestik. penggantian peralatan.
Perlu diperhatikan bahwa kesenjangan antara Pada tahap terakhir, proses pengadaan
kemampuan litbang dan kebutuhan pengguna alutsista dan almatsus di Indonesia justru tidak
didasari oleh ketidaksepahaman, apakah memiliki kebijakan disposal, yaitu kebijakan
litbang seharusnya ditarik oleh kebutuhan purna-pakai yang memberikan panduan
TNI (demand pull) atau justru dilakukan di penanganan alutsista dan almatsus setelah
industri baru kemudian ditawarkan pada masa pakainya habis. Dengan tidak adanya
pengguna (supply push). kebijakan ini, tingkat pemakaian peralatan (in-
service) menjadi tidak dapat diukur sehingga
Selanjutnya, kesenjangan juga terjadi antara risiko operasional meningkat karena masa
tahapan produksi di industri pertahanan pakai alat terus menerus diulur melalui
Kajian Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata... November 2013/Vol. 3 - No. 3 7
sebagai penyusun dasar hukum. Dengan sebagai jabatan ex-officio. Intinya, penetapan
peraturan perundangan ini muncul harapan perwakilan permanen ini adalah untuk
bahwa KKIP dapat memfasilitasi upaya membangun jaringan liaison officers (LO) yang
koordinasi dalam pengadaan alutsista dan menjembatani K/L terkait dengan KKIP
almatsus yang selaras dengan cita-cita sehingga koordinasi dapat berjalan dengan
kemandirian melalui pembangunan industri baik.
pertahanan. Hal ini berarti keterlibatan
para stakeholder sudah terbangun sejak 2) Mengatur keterlibatan pihak ketiga
tahap perencanaan kebutuhan dan litbang, Sebagai bagian dari upaya membangun
pengadaan, penggunaan, hingga tahap purna koordinasi antar stakeholder pengadaan
pakai (disposal). Di samping itu, koordinasi alutsista dan almatsus, maka perlu juga
juga penting untuk menyelaraskan kebijakan diupayakan pengaturan pihak ketiga yang
dalam pengembangan sumber daya, terlibat, yaitu agen perusahaan luar negeri.
pembangunan industri pendukung, upaya Dengan adanya pengaturan terhadap
penyehatan industri pertahanan nasional, pihak ketiga berarti para agen ini tidak lagi
harmonisasi regulasi, dan lain-lain. menjadi pihak “luar” yang aktivitasnya tidak
dapat diawasi dan dikendalikan. Pengaturan
Sehubungan dengan hal di atas maka ini dapat disusun dalam bentuk standar
keterlibatan Kementerian/Lembaga dalam kewenangan atau standar kecakapan sebagai
KKIP harus dilaksanakan secara konsisten. prasyarat untuk menjadi agen pengadaan. Hal
Koordinasi akan sulit dilakukan tanpa sharing ini dilakukan untuk menjamin kemampuan
knowledge dan pemahaman yang seringkali dan kapabilitas pihak ketiga dalam memenuhi
menjadi distorsi, sedangkan keanggotaan pengadaan, sekaligus mengidentifikasi aktor-
KKIP yang langsung dipegang oleh Menteri- aktor yang berlaku sebagai agen/broker
menteri, Panglima TNI, dan Kapolri pengadaan. Secara lebih makro, pengaturan
diperkirakan tidak akan bisa selalu hadir. dapat dilakukan melalui prosedur pengadaan
Oleh karena itu, personil yang menjadi dan regulasi terkait.
perwakilan tiap-tiap stakeholder yang duduk di
KKIP sebaiknya ditetapkan melalui jabatan 3) Membangun indikator kemandirian
tetap (permanen). Hal ini dapat diwujudkan industri pertahanan nasional
dengan mempersiapkan jabatan baru; Koordinasi yang baik juga dapat mendukung
memanfaatkan jabatan existing dengan tugas, akses informasi bagi KKIP untuk
fungsi, dan peran yang paling serupa; atau membangun sebuah indikator kemandirian
menjadikan tugas perwakilan KKIP menjadi industri pertahanan. Indikator ini dibangun
Kajian Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata... November 2013/Vol. 3 - No. 3 9
Gambar 1
Proses pengadaan alutsista dan almatsus dalam pendekatan CADMID
Abstrak
pengadaan yang berwawasan lingkungan, yaitu melalui pasal 105 ayat (1),
(2) dan (3); 2) tingkat pemahaman dan kesiapan para stakeholder untuk
berwawasan lingkungan.
lingkungan.
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 15
PENDAHULUAN
Produksi bersih (cleaner production) bertujuan Re-use atau penggunaan kembali adalah suatu
untuk mencegah dan meminimalkan teknologi yang memungkinkan suatu limbah
terbentuknya limbah atau bahan pencemar dapat digunakan kembali tanpa mengalami
lingkungan di seluruh tahapan produksi. Di perlakuan fisika/kimia/biologi. Implikasi
samping itu, produksi bersih juga melibatkan dari re-use adalah penggunaan kembali un-
upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi treated water serta pemakaian kemasan bahan
penggunaan bahan baku, bahan penunjang kimia untuk bahan kimia sejenis.
dan energi di seluruh tahapan produksi.
Dengan menerapkan konsep produksi Reduction atau pengurangan limbah pada
bersih, diharapkan sumberdaya alam dapat sumbernya adalah teknologi yang dapat
lebih dilindungi dan dimanfaatkan secara mengurangi atau mencegah timbulnya
berkelanjutan (http://ppbn.or.id/site/index.php? pencemaran di awal produksi. Implikasi
modul). dari reduction adalah mengurangi dan
meminimalisasi penggunaan bahan baku,
Menurut Pusat Produksi Bersih Nasional air dan energi serta menghindari pemakaian
(PPBN) terdapat prinsip-prinsip pokok bahan baku berbahaya dan beracun serta
dalam strategi produksi bersih dituangkan mereduksi terbentuknya limbah pada
dalam 5 R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery, sumbernya sehingga mencegah dari atau
and Recycle). mengurangi timbulnya masalah pencemaran
dan kerusakan lingkungan serta risikonya
Re-think adalah suatu konsep pemikiran terhadap manusia.
yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan
akan beroperasi. Implikasi dari re-think Recovery adalah teknologi untuk memuliakan
adalah perubahan dalam pola produksi dan suatu bahan/energi dari suatu limbah untuk
konsumsi berlaku baik pada proses maupun kemudian dikembalikan kedalam proses
produk yang dihasilkan, sehingga harus produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika/
dipahami betul analisis daur hidup produk. kimia/biologi. Implikasi recovery adalah me-
Upaya produksi bersih ini tidak dapat berhasil recover khrom pada limbah padat dari industri
dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam kulit, me-recover timah hitam dari limbah aki
pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua bekas, dan lain sebagainya.
pihak terkait baik pemerintah, masyarakat
maupun kalangan dunia usaha. Recycling atau daur ulang adalah teknologi
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 17
menjadi orientasi pelaku usaha tersebut. baru, meskipun itu adalah hal yang baik
Keberlanjutan peradaban juga ditentukan akan memasang penyaring yang disebut
oleh karena pihak swasta sebagai profit taker pertimbangan untung-rugi (gain and lost).
tetap mendapatkan peluang yang demokratis Potensi penerimaan akan lebih tinggi
untuk memenuhi hasratnya dengan tambahan manakala pihak yang ditawari melihat,
misi, yakni secara lebih bertanggung jawab meyakini, dan bahkan telah menghitung
terhadap faktor yang oleh pelaku ekonomi bahwa keuntungannya lebih besar dari
konservatif disebut sebagai faktor non kerugian yang akan dipikul.
ekonomi, yakni tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Siapa saja yang perlu diyakinkan, siapa yang
bertugas untuk meyakinkan, dan bagaimana
Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa metodenya adalah serangkaian pertanyaan
pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah yang sangat penting dan perlu dijawab pada
suatu cara mengadakan barang jasa yang tingkat pertama karena sangat menentukan
mengedepankan pertimbangan kelestarian keberhasilan tahap selanjutnya. Ini adalah
lingkungan, tanggung jawab sosial dan proses penyamaan atau penyelarasan persepsi
kelayakan ekonomis. (mind-setting) yang lamanya dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, kondisi demografis,
Meskipun tujuan utama pengadaan barang metode, media dan political will dimana proses
dan jasa pemerintah sudah baik atau ideal mind-setting ini dilaksanakan.
untuk menuju tatanan kehidupan yang lebih
baik, namun tidak akan serta merta dapat Kendala kedua adalah berkaitan dengan
diterima atau diadopsi, baik oleh pemerintah kesiapan supra struktur (legalitas dan
sebagai pemegang otoritas pembelian barang penatalaksanaan), struktur (kelembagaan
dan jasa maupun oleh kalangan penyedia dan organisasi), dan infrastruktur (peralatan
barang dan jasa. dan teknologi penunjangnya) yang akan
mewadahi atau memayungi pelaksanaan
Kendala pertama adalah terutama berkaitan pengadaan barang dan jasa yang berkelanjutan
dengan cara pandang atau persepsi masing- yang tentunya dapat merupakan struktur dan
masing pihak dalam memaknai istilah suprastruktur baru atau pengembangan/
pengadaan yang berkelanjutan. Sebagaimana perluasan dari struktur dan suprastruktur
lazimnya, setiap orang atau entitas yang yang mungkin telah ada.
diperhadapkan pada tawaran konsepsi Pengalaman mengajarkan bahwa meskipun
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 21
suatu inisiatif telah diterima oleh para untuk dicermati saat kita memikirkan atau
pihak (stakeholders) dan telah terbangun memprediksi tantangan yang akan dihadapi
komitmen untuk melaksanakannya serta telah ke depan terutama berkaitan dengan upaya
memiliki aspek legalitas namun tetap masih mengintegrasikan struktur, suprastruktur
membutuhkan waktu yang panjang untuk dan infrastruktur pengadaan barang jasa
terlaksana secara luas. Contoh konkret adalah pemerintah yang berkelanjutan. Kendala
inisiatif pengadaan secara elektronik yang kedua ini dapat kita sebut atau kelompokkan
diyakini tujuannya sangat ideal antara lain sebagai kendala yang berkaitan dengan
meningkatkan efisiensi, mengurangi potensi perangkat kesisteman (systemic tool-set).
penyimpangan, memperluas kesempatan
partisipasi, persaingan, dan lain-lain. Namun Kendala ketiga adalah berkaitan dengan
empat tahun waktu berlalu sejak pertama tingkat kapasitas pengelolaan atau kemampuan
kali diluncurkan terasa masih terlalu singkat manusia (skill-set) yang akan menjalankan
untuk membanggakan suatu success story. pengadaan barang dan jasa pemerintah yang
berkelanjutan ini. Sejumlah pengetahuan
Kelembagaan telah disiapkan berupa aturan dan keterampilan baru harus dikuasai oleh
main, petunjuk teknis, SOP, dan sebagainya. berbagai pihak untuk memastikan esensi dan
Demikian pula dengan organisasinya yang tujuan pengadaan berkelanjutan ini terjaga
populer dengan nama Lembaga Pelayanan dalam keseluruhan proses yang dijalankan
Secara Elektronik (LPSE) telah dibentuk dan dari waktu ke waktu.
difungsikan di berbagai tempat. Infrastruktur
yang tersedia dalam bentuk piranti keras Identifikasi mengenai jenis pengetahuan dan
(hardware) komputer, jaringan dan internet, keterampilan baru yang perlu dilatihkan,
peranti lunak (software) dan bangunan khusus kepada siapa, oleh siapa, di mana, dan
untuk menjamin keamanan dan kerahasiaan berapa lama seharusnya dapat diprediksi
operasional LPSE telah diadakan di berbagai mengacu kepada pengalaman negara-negara
wilayah, namun pengadaan secara elektronik lain yang telah lebih dahulu melaksanakan
belum sepenuhnya dapat mengambil alih pengadaan barang dan jasa pemerintah
pengadaan secara konvensional terutama di yang berkelanjutan. Meskipun kendala ini
daerah-daerah terpencil yang infrastrukturnya tidak akan tampak pada tahap awal inisiatif
masih tertinggal. pengadaan berkelanjutan ini namun perlu
Pembelajaran dari pengadaan secara dibahas dan dipersiapkan sejak dini.
elektronik (e-procurement) ini menjadi penting
22 JURNAL PENGADAAN
3. Analisis Kebijakan (Policy Analysis), yaitu Pilar I: Kerangka Legislasi dan Regulasi
sebuah pemikiran kritis dan seni untuk Bagian pilar I ini akan menguraikan bagaimana
memahami permasalahan aktual yang gambaran kerangka legislasi dan regulasi
terkait dengan kebijakan pembangunan pengembangan pendekatan modernisasi
yang akan dan/atau telah dilaksanakan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang
oleh sebuah otoritas publik atau berkelanjutan, terutama berkaitan dengan
pemerintah yang bertalian dengan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
berbagai sektor dan kepentingan umum mengenai perlunya pengadaan barang dan
(Bridgman & Davis 2000, hal 46). jasa pemerintah.
peletarian lingkungan dalam Perpres No. 54 Tahun 2010. Grafik 2. Persepsi responden tentang dukungan Perpres
yang “ramah lingkungan/ramah sosial” hukum yang sebaiknya dijadikan dasar hukum
seperti pelestarian ekosistem dan sumberdaya untuk pengaturan praktek yang berhubungan
alam, misalnya aturan penghematan dengan upaya pelestarian ekosistem dan
penggunaan air, bahan bakar, energi listrik, sumber daya alam. 79,7% menginginkan
pengaturan pengelompokan limbah/sampah, peraturan perundang-undangan pemerintah
penghematan kertas, penggunaan tinta dari pusat yang dijadikan acuan. Sedangkan
bahan ramah lingkungan, perlindungan 20,3% menginginkan peraturan daerah yang
budaya setempat, dan semacamnya walaupun dijadikan acuan.
klausul di dalam Perpres No. 54 Tahun 2010
belum dilaksanakan secara utuh. Preferensi pengusaha terhadap perundang-
undangan pemerintah pusat yang dijadikan
Persepsi pengusaha pengadaan barang dan dasar hukum untuk pengaturan praktek
jasa pemerintah tentang kemungkinan produk yang berhubungan dengan upaya pelestarian
ekosistem dan sumberdaya alam, 36,4%
memilih Undang-undang sebagai dasar
hukum, sedangkan 13,6% menginginkan
peraturan daerah sebagai dasar hukum.
Grafik 4. Praktek aturan yang berhubungan dengan upaya pelestarian ekosistem dan sumberdaya alam
26 JURNAL PENGADAAN
Grafik 6. Persepsi responden tentang perlunya syarat khusus untuk pengangkatan panitia pengadaan barang dan jasa pemerintah
Grafik 7. Urutan preferensi responden tentang metode yang paling mungkin untuk menerapkan kualifikasi ramah lingkungan-
Grafik 8. Persepsi responden tentang penerapan kaidah/persyaratan ramah lingkungan dalam program/proyek yang bertujuan
Grafik 10. Persepsi/pengetahuan responden tentang bentuk penilaian yang disebut jejak-jejak karbon (carbon footprint).
mungkin untuk dijadikan cara untuk menilai Persepsi responden tentang pengetahuan yang
ramah lingkungan suatu produk. Sedangkan perlu untuk dipahami oleh aparat pemerintah
23.5% menyatakan kurang atau tidak yang berhubungan dengan pengadaan barang
memungkinkan untuk dijadikan cara untuk dan jasa yang berkelanjutan menunjukkan
menilai ramah lingkungan. bahwa seluruh pengetahuan yang terdapat
pada pilihan-pilihan pernyataan perlu untuk
Pilar II: Kerangka Institusi dan dipahami oleh aparat pemerintah. Hal tersebut
Pengembangan Kapasitas dapat dilihat dari distribusi pernyataan yang
Pada pilar II akan diuraikan mengenai cukup merata, dengan ketimpangan yang
kerangka institusi dan pengembangan relatif kecil. Namun paling banyak responden
kapasitas dalam rangka pengadaan barang (22,9%) menyatakan pengetahuan tentang
dan jasa yang berkelanjutan. Bagian ini strategi memaksimalkan belanja pemerintah
berisi tentang pemahaman, pengetahuan, untuk menjadi instrumen yang berpengaruh
komitmen, pemihakan, serta identifikasi bagi pelestarian lingkungan dan mengatasi
faktor penghambat pengadaan barang dan permasalahan sosial penting untuk dipahami
jasa pemerintah yang berkelanjutan. oleh aparat pemerintah yang berhubungan
oleh aparat pemerintah yang berhubungan dengan pengadaan barang dan jasa yang berkelanjutan.
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 31
dengan pengadaan barang dan jasa yang berbagai permasalahan sosial. Dari Grafik 13
berkelanjutan. dapat dilihat bahwa sebagain besar responden
(58,3%) menyatakan bahwa pimpinan
Persepsi responden tentang komitmen tertinggi di instansi/lembaga pengusaha
pimpinan tertinggi di instansi/lembaga mempunyai komitmen yang tinggi hingga
dalam hal pelestarian lingkungan dan sangat tinggi dalam hal pelestarian lingkungan
penanganan berbagai permasalahan dan penanganan berbagai permasalahan
sosial. sosial, sedangkan 27,1% menyatakan bahwa
pimpinan tertinggi di instansi kurang atau
Pengetahuan responden mengenai komitmen bahkan tidak memiliki komitmen terhadap
pimpinan tertinggi di instansi/lembaga dalam pelestarian lingkungan dan penanganan
hal pelestarian lingkungan dan penanganan permasalahan-permasalahan sosial.
Grafik 13. Persepsi tentang Komitmen pimpinan tertinggi di instansi/lembaga dalam hal pelestarian lingkungan dan
menjadi penghambat keberhasilan pelaksanaan pengadaan barang/jasa ramah lingkungan dan ramah sosial
management)
Grafik 15. Pengetahuan responden terhadap apa yang Dari Grafik 16 menunjukkan bahwa sebanyak
dimaksud dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah 62% responden masih belum pernah
yang berkelanjutan mempelajari manajemen rantai pasokan
(supply chain management), dan hanya
34 JURNAL PENGADAAN
pengetahuan tentang aspek lingkungan lembaga swadaya masyarakat di wilayahnya yang memiliki
hidup dan atau aspek sosial. pemihakan dan kepedulian terhadap masalah lingkungan dan
permasalahan sosial.
dan jasa pemerintah yang diujicobakan, Berdasarkan Grafik 22, tingkat keyakinan
efektivitas media dan metode, gerakan responden mengenai pengadaan barang
percontohan perilaku ramah lingkungan di dan jasa pemerintah yang berkelanjutan
kantor pemerintah, keterlibatan lembaga merupakan suatu inisiatif global yang akan
akreditasi/sertifikasi, juga untuk melihat diadopsi secara nasional untuk membantu
kesiapan dan ketersediaan penyedia dalam mengatasi berbagai permasalahan lingkungan
pelaksanaan pengadaan yang berkelanjutan. dan sosial, 20% responden menyatakan
cukup yakin, 73,3% menyatakan lebih yakin
Tingkat keyakinan responden terhadap hingga sangat yakin, dan 6,6% responden
pengadaan barang dan jasa pemerintah menyatakan kurang yakin.
yang berkelanjutan sebagai suatu
Tanggapan responden berkaitan dengan
inisiatif global yang akan diadopsi secara
sumber pembiayaan pembangunan yang
nasional untuk membantu mengatasi
paling menjadi prioritas untuk segera
berbagai permasalahan lingkungan dan
menerapkan pendekatan pengadaan
sosial.
barang dan jasa pemerintah yang
berkelanjutan
Grafik 22. Tingkat keyakinan mengenai pengadaan barang/ Grafik 23. . Sumber pembiayaan pembangunan yang
jasa pemerintah yang berkelanjutan merupakan suatu inisiatif menurut responden paling prioritas untuk segera menerapkan
global yang akan diadopsi secara nasional untuk membantu pendekatan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang
Tanggapan responden berkaitan dengan barang dan jasa yang menjadi prioritas
untuk diujicobakan dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah
yang ramah lingkungan.
Grafik 24. Persepsi responden tentang pengadaan barang dan jasa yang prioritas
untuk diujicobakan dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah yang ramah lingkungan.
Grafik 25. Efektivitas media dan metode dalam rangka mendorong kesadaran pengelola dan penyedia untuk mendukung
koperatif hingga sangat koperatif dan 27,2% pengawasan internal pemerintah (APIP)
responden kurang hingga sulit menerima maupun lembaga pengawasan eksternal
perubahan kebijakan/aturan pemerintah (BPK) dalam mengaudit/memeriksa
tersebut. pengadaan barang dan jasa pemerintah
yang berkelanjutan. Berikut adalah hasil
pengukuran pengawasan penerapan aturan
pengadaan, perlunya panduan audit dalam
mendukung pengadaan barang dan jasa
pemerintah yang berkelanjutan.
Grafik 26. Sikap penyedia barang dan jasa terhadap Persepsi responden mengenai tingkat
perubahan kebijakan/aturan pemerintah. kepentingan untuk dilaksanakannya
gerakan percontohan perilaku ramah
Pilar IV: Integritas, Transparansi, dan lingkungan di semua kantor pemerintah
Antikorupsi seiring dengan inisiatif pengadaan
Bagian Pilar IV merupakan pilar terakhir yang berwawasan lingkungan yang
dari pengukuran SPP yang menguraikan dilaksanakan pemerintah.
indikatornya, yaitu pelaksanaan gerakan
percontohan perilaku ramah lingkungan,
komposisi organisasi lembaga akreditasi/
sertifikasi yang akan memberikan label ramah
lingkungan (eco-label) dan/atau ramah sosial
(socio-label) kepada barang dan jasa, satuan
kerja/unit khusus untuk mengawasi dan
memantau kepatuhan terhadap penerapan
aturan pengadaan barang/jasa pemerintah
Grafik 27. Persepsi tentang tingkat kepentingan
yang berkelanjutan, penetapan ancaman
untuk dilaksanakannya gerakan percontohan
sanksi kepada produsen/penyedia jasa
perilaku ramah lingkungan.
yang terbukti dengan sengaja melakukan
pemalsuan sertifikasi/akreditasi terhadap Tingkat kepentingan dilaksanakannya gerakan
produk/jasa yang dijual ke pemerintah, percontohan perilaku ramah lingkungan di
panduan audit/pemeriksaan khusus yang semua kantor pemerintah seiring dengan
akan menjadi pegangan baik bagi aparat inisiatif pengadaan yang
40 JURNAL PENGADAAN
Grafik 28. . Persepsi responden tentang komposisi organisasi yang mengeluarkan sertifikasi/akreditasi.
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 41
Grafik 30. Pilihan bentuk organisasi yang paling sesuai untuk mengawasi dan
memantau kepatuhan terhadap penerapan aturan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang berkelanjutan
42 JURNAL PENGADAAN
Grafik 33. Kemungkinan sanksi yang menurut responden paling memberikan efek jera kepada pelakunya.
yang menjawab nilai angka “4” dan “6” yaitu pengadaan barang dan jasa pemerintah.
sebanyak 31,1% dan 33,3%. Iklim bisnis yang Perpres No. 54 Tahun 2010 terkait adanya
berkembang di negara ini masih diwarnai oleh aspek pelestarian lingkungan dianggap
banyak pelanggaran. Oleh karena itu, adanya masih kurang memadai untuk dijadikan
panduan audit merupakan langkah awal yang dasar hukum dalam memulai pelaksanaan
sangat diharapkan untuk segera direalisasikan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang
oleh pemerintah. ramah lingkungan/ramah sosial. Perlunya
pengaturan lebih lanjut dalam perpres
tersebut dalam mendukung pengusaha
pengadaan barang dan jasa pemerintah dalam
memulai pelaksanaan pengadaan barang dan
jasa pemerintah yang ramah lingkungan.
peran serta industri dan pengusaha setempat petunjuk pelaksanaanya yang memandu
untuk berkompetisi secara sehat, bersih pelaksana dari tingkat perencanaan,
dan tangguh dalam pengadaan barang dan pengadaan, pemanfaatan, hingga
jasa publik berkelanjutan, Pengetahuan evaluasinya.
mengenai esensi berbagai regulasi lingkungan • Kurangnya keterampilan pengelola
dan penanganan masalah sosial yang pengadaan dalam menyusun spesifikasi
berhubungan dengan pengadaan barang barang dan jasa ramah lingkungan-ramah
dan jasa publik berkelanjutan. perlu untuk sosial di dalam dokumen pengadaan.
dipahami oleh aparat pemerintah. Namun • Kemungkinan mahalnya harga produk/
paling banyak menyatakan pengetahuan jasa ramah lingkungan-ramah sosial
tentang strategi memaksimalkan belanja dibanding produk konvensional.
pemerintah untuk menjadi instrumen yang • Kurang tersedianya produk barang dan
berpengaruh bagi pelestarian lingkungan dan jasa di pasaran yang memenuhi kriteria
mengatasi permasalahan sosial penting untuk ramah lingkungan–ramah sosial.
dipahami oleh oleh aparat pemerintah yang • Rendahnya komitmen pimpinan di
berhubungan dengan pengadaan barang/ kementerian, lembaga, daerah, dan
jasa yang berkelanjutan. institusi dalam mengapresiasi pengadaan
ramah lingkungan-ramah sosial.
Pimpinan tertinggi di instansi/lembaga dalam • Pengetahuan terhadap pengertian
hal pelestarian lingkungan dan penanganan pengadaan barang dan jasa pemerintah
permasalahan-permasalahan sosial memiliki yang berkelanjutan masih belum memadai.
komitmen yang tinggi. • Pengalaman dan kedalaman mempelajari
pengetahuan berkaitan dengan
Faktor-faktor yang berpotensi menjadi manajemen rantai pasokan (supply chain
penghambat keberhasilan pelaksanaan management) masih rendah.
pengadaan barang dan jasa ramah lingkungan • Pengalaman dan kedalaman mempelajari
dan ramah sosial adalah: hal yang berkaitan dengan pembangunan
• Tidak tersedianya produk ramah berkelanjutan (sustainable development)
lingkungan (green list) yang dapat masih rendah.
dipedomani oleh pengelola pengadaan • Pengetahuan tentang adanya seseorang
dalam melakukan pengadaan. di lingkungan kerjanya yang terlibat
• Kurang lengkapnya regulasi beserta pengadaan yang memiliki pengetahuan
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 47
tentang aspek lingkungan hidup dan atau dinas. Prioritas kedua adalah pengadaan jasa
aspek sosial masih cukup rendah. transportasi laut, jasa transportasi udara, jasa
• Pengetahuan tentang adanya lembaga pemeliharaan/rehabilitasi kantor, printer, dan
swadaya masyarakat di wilayahnya yang komputer.
memiliki pemihakan dan kepedulian
terhadap masalah lingkungan dan Media atau metode yang paling efektif
permasalahan sosial masih rendah. dalam inisiatif pengadaan barang dan jasa
pemerintah adalah melakukan sosialisasi
ke sekolah/perguruan tinggi, melibatkan
Pilar III: Pelaksanaan Pengadaan dan tokoh masyarakat untuk memasyarakatkan
Perilaku Pasar SPP, menyebarluaskan panduan pelaksana
Diyakini bahwa pengadaan barang dan jasa SPP, menyelenggarakan SPP award,
pemerintah yang berkelanjutan merupakan menyelenggarakan seminar terbuka di
suatu inisiatif global yang akan diadopsi kabupaten/kota, menyelenggarakan seminar
secara nasional untuk membantu mengatasi tingkat nasional, mengadakan talkshow di
berbagai permasalahan lingkungan dan sosial. televisi, dan mengintensifkan artikel di media
Sumber pembiayaan pembangunan yang cetak.
paling prioritas untuk segera menerapkan
pendekatan pengadaan barang/jasa Sikap pengusaha barang dan jasa koperatif
pemerintah yang berkelanjutan adalah APBN terhadap perubahan kebijakan/aturan
dan APBD. pemerintah, menerima perubahan
kebijakan/aturan pemerintah tersebut.
Barang dan jasa yang dapat dijadikan
prioritas utama untuk diujicobakan dalam Tingkat kepentingan dilaksanakannya gerakan
pengadaan barang dan jasa pemerintah yang percontohan perilaku ramah lingkungan di
ramah lingkungan. Prioritas pertama adalah semua kantor pemerintah seiring dengan
pengadaan jenis kendaraan roda empat, jenis inisiatif pengadaan yang berwawasan
kendaraan roda dua, jasa transportasi darat, lingkungan yang dilaksanakan pemerintah
barang cetakan, bahan bahan kostruksi, merupakan sesuatu yang penting.
lampu penerangan luar ruangan, lampu
penerangan dalam ruangan dan jasa cleaning
service, jasa katering, bahan bakar kendaraan
48 JURNAL PENGADAAN
Abstrak
kontrak yang seharusnya dapat memaksimalkan net benefit para pihak pada
dengan teori ekonomi, kontrak optimal ditentukan oleh jenis kontrak yang
1. PENDAHULUAN
lengkap. Untuk pekerjaan konstruksi, gambar maka pihak yang dirugikan dalam kontrak
merupakan bagian dari dokumen kontrak dapat menuntut pembatalan kontrak.
yang harus disajikan dengan jelas dan akurat
agar penyedia dapat menyesuaikan diri dengan Terkait ketentuan penyelesaian sengketa,
seluruh kondisi dalam gambar sehingga yang selama ini menjadi permasalahan
konstruksi yang baik akan terbangun. Dalam adalah timbulnya ambiguitas. Misalnya dalam
beberapa kasus gambar ada yang tidak sesuai standar dokumen pengadaan dicantumkan
dengan kondisi lapangan sehingga perlu bahwa penyelesaian sengketa dapat melalui
dilakukan desain ulang. arbitrase atau pengadilan, namun dalam
implementasinya kebanyakan kontrak malah
Ketentuan umum dalam kontrak yang sering mencantumkan keduanya dalam klausul
tidak lengkap adalah tentang klausul warranty penyelesaian sengketa, sehingga menimbulkan
dan ketentuan penyelesaian sengketa. Klausul ambiguitas. Ambiguitas seharusnya sangat
warranty1 pada umumnya tidak ada dalam dihindari dalam bahasa sebuah kontrak.
kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah,
padahal dalam hukum kontrak klausul Laporan hasil investigasi kondisi lapangan
warranty ini sangat diperlukan dalam sebuah yang tidak lengkap/akurat berdampak
standar kontrak/perjanjian. Tidak adanya pada kesalahan analisis kebutuhan dan
klausul warranty mengakibatkan pihak yang berimplikasi pada ketidakjelasan kontrak.
dirugikan tidak memiliki alasan yang kuat Contoh kondisi lapangan yang sering tidak
untuk melakukan gugatan wanprestasi atau dijelaskan dengan baik dalam kontrak adalah
menuntut ganti rugi. Sebaliknya dengan land clearing yang ternyata belum selesai
adanya klausul warranty, ketika salah satu atau belum dilaksanakan. Ini merupakan
pihak menemukan bahwa warranty yang hambatan yang menimbulkan permasalahan
dibuat oleh pihak lain keliru atau tidak sesuai dalam pelaksanaan kontrak. Perbedaan
dengan fakta, maka dapat diajukan gugatan antara kondisi lapangan dengan gambar dan
wanprestasi. Sedangkan apabila ditemukan spesifikasi dalam dokumen kontrak dapat
unsur fraud atau penipuan dalam klausul ini mengakibatkan perubahan ruang lingkup dan
1
Pada umumnya klausul warranty berisi pernyataaan tentang tidak adanya gugatan dari pihak ketiga atas objek yang diperjanjikan,
keakuratan kondisi perusahaan, kontrak tidak akan melanggar hukum nasional yang berlaku (jika melibatkan subjek hukum pihak
asing). Dalam kontrak pengadaan, klausul warranty diperlukan jika misalnya terdapat pekerjaan subkontrak, kontrak multiyears, atau
pengadaan barang dimana penyedia harus menyatakan bahwa kondisi barang yang akan disediakan dalam kondisi yang dipersyaratkan
sesuai dalam kontrak, dan sebagainya.
54 JURNAL PENGADAAN
jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan pada sudah tidak diproduksi (discontinue). Faktor
akhirnya berpotensi menimbulkan sengketa yang sulit diprediksi ditambah dengan
kontrak. penggunaan kontrak lumpsum juga sering
menimbulkan masalah. Di satu sisi terjadinya
Ketidakjelasan/multitafsir sering terjadi faktor yang sebelumnya sulit diprediksi
pada kontrak pengadaan, dan ini dapat menuntut adanya perubahan ruang lingkup
menimbulkan sengketa. Hal ini pada pekerjaan, namun di sisi lain perubahan
umumnya berkaitan dengan kriteria ruang lingkup pekerjaan (pekerjaan tambah
pemutusan kontrak, pekerjaan yang melewati kurang) pada kontrak lumpsum seperti ini pada
batas tahun anggaran, ketentuan addendum praktiknya sulit untuk dilakukan.4
kontrak, klausul perjanjian yang tidak
konsisten dengan dokumen pengadaan, Timbulnya berbagai permasalahan
penetapan sanksi, penetapan jaminan dalam kontrak pengadaan sebagaimana
pelaksanaan, dasar penentuan keadaan diuraikan di atas secara umum disebabkan
kasar, penetapan penyesuaian harga dan oleh ketidakmampuan para pihak untuk
tata cara perhitungannya (price adjustment), menuangkan seluruh ketentuan yang relevan
penggunaan jenis kontrak, pembayaran (termasuk hal-hal yang bersifat kontinjen)
berdasarkan kemajuan/prestasi pekerjaan, ke dalam kontrak. Semakin kompleks suatu
serta penganggaran. pekerjaan maka ketidakmampuan untuk
menuliskan seluruh ketentuan yang relevan
Pada jenis pekerjaan tertentu, seperti ke dalam suatu kontrak semakin tinggi.
konstruksi permasalahan kontrak juga
disebabkan faktor yang sulit diprediksi 3. Teori Kontrak Pengadaan
seperti kegagalan desain, kondisi lingkungan Weshsler (2012) mendefinisikan kontrak
dan lokasi pekerjaan yang tak terduga, sebagai “legally binding agreement involving
serta perubahan kebijakan. Hal tersebut two or more parties that set forth an exchange of
mengakibatkan gangguan pada jadwal promise of what each party will or will not do”.
pelaksanaan pekerjaan. Pada pengadaan Menurut Macaulay (1963) kontrak didesain
barang, faktor yang sulit diprediksi misalnya untuk mendefinisikan dan menjaga serta
barang yang harusnya disediakan ternyata memelihara pertukaran atau transaksi. Dalam
2
Ketika terjadi permasalahan dalam kontrak pengadaan, institusi pengadilan biasanya berpendapat bahwa penyedia seharusnya
tidak dituntut untuk menyelesaikan item atau pekerjaan yang melebihi dan diluar yang telah disepakati sejak awal dalam kontrak.
Meskipun pembeli berhak menuntut penyedia agar beritikad baik memenuhi seluruh kewajiban sesuai kontrak namun tidak berhak
untuk memperluas dan memperbanyak kewajiban penyedia. Oleh karena itu, dalam kontrak lumpsum, penyedia tidak diwajibkan
melaksanakan pekerjaan diluar yang sudah disepakati sebelumnya tanpa adanya kompensasi tambahan dari pembeli.
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 55
ilmu ekonomi, kontrak merupakan hal yang membedakan dengan transaksi ekonomi on
mendasar. Setiap transaksi selalu difasilitasi the spot pada umumnya adalah bahwa transaksi
dengan kontrak dalam bentuk tertentu, baik yang dilakukan oleh para pihak dalam konteks
eksplisit maupun implisit. Namun demikian, kontrak berada diluar keseimbangan pasar dan
ilmu ekonomi sebelumnya lebih banyak dilakukan secara bilateral, serta pada kondisi
memberikan perhatian pada transaksi on the dimana para pihak umumnya tidak memiliki
spot, dimana dua sisi transaksi, yaitu membeli pengetahuan mengenai harga (pasar). Pada
dan menjual terjadi secara bersamaan (ada kondisi seperti ini kontrak menjadi semakin
uang ada barang), dan dimana elemen penting karena di dalamnya juga terdapat
kontraktual relatif sederhana dan tidak elemen waktu dimana salah satu pihak tidak
eksplisit. yakin dengan apa yang akan dikerjakan oleh
pihak lain.
Untuk transaksi yang sederhana (barang/jasa
yang sudah standar), peran dan ekspektasi Oleh karena itu, para ekonom tertarik pada
para pihak lebih mudah dipahami bahkan hubungan transaksional jangka panjang
tanpa kontrak formal. Namun untuk kontrak dimana terdapat perbedaan waktu yang cukup
atau transaksi yang menyangkut barang/ lama antara terjadinya transaksi dengan
jasa yang lebih kompleks, peran masing- diperolehnya barang/jasa. Teori kontrak
masing pihak seringkali sulit atau bahkan dimotivasi oleh ketidakpuasan terhadap
tidak dapat didefinisikan dengan jelas, dan model analitis standar mengenai bekerjanya
ketidaksepahaman dapat timbul terkait mekanisme pasar. Salah satu ketidakpuasan
dengan siapa bertanggung jawab terhadap adalah terkait dengan asumsi informasi
apa. Dalam pengadaan barang/jasa yang yang simetris/sama dan sempurna/lengkap.
kompleks, kontrak sangat membantu karena Asumsi tersebut dianggap tidak realistis
memberikan definisi yang jelas mengenai oleh Arrow (1971), Akerlof (1970), dan
peran dan tanggung jawab para pihak. Coase (1937). Arrow menjelaskan teorinya
Kontrak juga dapat menjamin para pihak dengan mengambil contoh pasar asuransi,
mengetahui ekspektasi masing-masing, sedangkan Akerlof memberikan contoh
sehingga dapat mengurangi efek detrimental/ pasar mobil bekas. Dijelaskan bahwa dalam
merugikan jika timbul perselisihan (Jehn, suatu transaksi ada situasi dimana salah satu
1977). pihak memiliki informasi yang tidak diketahui
oleh pihak lain (informasi asimetris), dan hal
Karakteristik lain dari ekonomi kontrak yang ini dapat mencegah terjadinya transaksi yang
56 JURNAL PENGADAAN
efisien karena salah satu pihak yang berkontrak memprediksi dan menuangkan ke dalam
dapat mengeksploitasi pihak lain. kontrak apa yang akan terjadi selama periode
kontrak berlangsung, dimana kejadian
Sebelumnya Coase telah memberikan tersebut dapat mempengaruhi hak dan
kontribusi penting terhadap teori kontrak. kewajiban dari para pihak. Informasi asimetris
Dia mempertanyakan validitas asumsi zero terjadi karena penyedia dianggap memiliki
transaction cost pada model standar mekanisme informasi tentang biaya produksi dan level
pasar. Berbeda dengan transaksi ‘on the spot’ of effort yang tidak diketahui oleh pembeli.
yang mengacu pada bekerjanya mekanisme Informasi asimetris juga dapat timbul ketika
pasar, transaksi dalam pengadaan barang/ terjadi perubahan disain setelah kontrak
jasa melalui kontrak memiliki karakteristik ditandatangani (misalnya karena kegagalan
biaya transaksi positif (positive transaction desain, kondisi lingkungan dan lokasi yang
cost). Ketika organisasi pemerintah membeli tidak dapat diantisipasi, perubahan regulasi,
barang/jasa dari penyedia terdapat biaya dan lain-lain). Masalah seperti ini sangat sulit
transaksi yang timbul, yaitu biaya pemilihan diprediksi oleh masing-masing pihak. Namun
penyedia/searching costs (menyusun HPS demikian, sekali masalah tersebut muncul
dan dokumen lelang, melakukan evaluasi), dan diketahui maka penyedia pada umumnya
manajemen kontrak (menyusun kontrak, memiliki informasi yang lebih baik terkait
memonitor kinerja), dan resolusi konflik dengan permasalahan yang dihadapi, metode
(penyelesaian sengketa). Perbedaan struktur yang dapat digunakan untuk mengatasi
tata kelola antara transaksi berdasarkan masalah, serta konsekuensi biaya yang
competition in the market dan competition for the dibutuhkan untuk melaksanakan perubahan.
market menimbulkan biaya transaksi yang
disebut juga sebagai biaya mengoperasikan 3.1. Teori (In)complete Contract
pasar (costs of operating market). Dalam perkembangannya terdapat dua aliran
teori kontrak yang sering dijadikan rujukan,
Teori kontrak pada prinsipnya mempelajari yaitu (1) teori kontrak lengkap (complete contract)
bagaimana pelaku ekonomi dapat membangun - yang diasosiasikan dengan teori ekonomi
kesepakatan kontrak yang efisien/optimal, kelembagaan (institutional theory) khususnya
umumnya dalam keadaan ketidakpastian dan terkait dengan masalah principal-agent, dan (2)
adanya informasi yang asimetris (Laffont J. teori kontrak tidak lengkap (incomplete contract)
J. & Tirole J., 1993). Ketidakpastian muncul - yang diasosiasikan dengan model transaction
karena para pihak tidak dapat sepenuhnya cost.
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 57
Teori Kontrak Lengkap (Teori Insentif). lebih menitikberatkan pada desain kontrak
Dengan asumsi para pihak dapat membuat sebelum kontrak ditandatangani.
kontrak yang lengkap, teori ini melihat
permasalahan kontrak pengadaan sebagai Teori Kontrak Tidak Lengkap (Teori
persoalan insentif. Menurut Laffont dan Biaya Transaksi). Berbeda dengan teori
Tirole (1993), dalam model principal-agent insentif yang mengasumsikan bahwa para
pemerintah sebagai principal dihadapkan pada pihak dapat menuangkan hak dan kewajiban
masalah informasi yang asimetris karena untuk seluruh kemungkinan yang akan terjadi,
tidak bisa mendapatkan beberapa informasi dalam teori biaya transaksi asumsi tersebut
penting mengenai penyedia (agent), terutama tidak berlaku. Pada kenyataannya hampir
terkait dengan usaha (effort) yang akan semua kontrak (termasuk kontrak pengadaan)
dilakukan oleh penyedia. Usaha dalam hal merupakan kontrak yang tidak lengkap.3
ini dapat menggambarkan tipe dari penyedia Ketidaklengkapan suatu kontrak tidak dapat
(misalnya penyedia yang efisien atau inefisien, dihindari sebagai akibat dari pertimbangan
penyedia yang risk-taker atau risk averse). biaya transaksi yang mahal untuk
Dalam hal ini pemerintah sebagai pembeli membuat kontrak yang lengkap terutama
tidak bisa membedakan antara penyedia yang biaya informasi (information costs), adanya
efisien dan yang tidak efisien, dan pemerintah rasionalitas yang terbatas (bounded rationality)
juga tidak dapat memonitor sejauh mana atau ketidakmampuan untuk melihat atau
usaha dari penyedia untuk semaksimal memprediksi hal-hal yang bersifat kontinjen,
mungkin memenuhi kepentingan pemerintah dan oleh sebab lainnya (Grossman, S J & Hart
sebagai pembeli sebagaimana yang tertuang O D, 1986). Dalam model ekonomi, kontrak
dalam kontrak. Dengan demikian masalah disebut sebagai “contigenly incomplete”, karena
yang dihadapi pemerintah sebagai pembeli di dalam bahasa kontrak, para pihak tidak
adalah bagaimana mendesain suatu insentif dapat memaksimalkan keuntungan transaksi
(skema kontrak) agar penyedia memberikan di setiap keadaan kontigensi masa depan
informasi atau mengadopsi perilaku sesuai (Ayres, Ian and Robert H. Gertner, 1992).
keinginan pembeli. Dikaitkan dengan
tahapan proses pengadaan, teori insentif Dalam teori ini ketidaklengkapan suatu
3
Namun Ben-Shahar (2004) menyatakan bahwa secara definisi hukum sebuah kontrak tidak boleh tidak lengkap, karena agar institusi
pengadilan dapat menegakkan kontrak, mereka harus memastikan bahwa ketentuan yang ada dalam kontrak cukup lengkap sehingga
maksud dari para pihak dapat diketahui dan dipahami dengan jelas. Jika kontrak tidak lengkap maka institusi pengadilan akan mengisi
kekosongan atau ketidaklengkapan ketentuan dalam kontrak. Dalam konteks ini maka kontrak selalu dianggap lengkap karena
institusi pengadilan akan mengisi ketentuan yang tidak lengkap, atau jika tidak maka kontrak tersebut tidak dapat diberlakukan. Oleh
karena itu, dalam teori legal, hukum menyediakan default rule yang mengisi celah dalam kesepakatan aktual dari para pihak. Default
rule menjadikan kontrak tidak lengkap (incomplete contract) menjadi kontrak lengkap (complete contract).
58 JURNAL PENGADAAN
kontrak juga disebabkan oleh ketidak- Pada teori insentif, moral hazard menyebabkan
mampuan institusi yang bertanggung jawab kontrak tidak efisien karena penyedia dengan
untuk menjamin kinerja kontrak (yaitu informasi yang dimiliki (yang tidak dimiliki
institusi pengadilan), karena mereka tidak oleh pembeli) dapat melakukan tindakan yang
mampu menegakkan ketentuan yang sulit/ mempengaruhi utility pembeli. Upaya pembeli
tidak dapat diverifikasi. Karena teori ini untuk memaksimalkan utility-nya dalam hal
beranggapan bahwa para penegak hukum ini dipengaruhi oleh perilaku penyedia. Pada
juga memiliki bounded rationality, maka kinerja teori biaya transaksi, inefisiensi disebabkan
kontrak tidak dapat dijamin oleh mekanisme oleh biaya adaptasi. Proses adaptasi jika tidak
eksternal (lembaga pengadilan). Oleh berjalan dengan baik dapat menimbulkan
Williamson (1996) kondisi seperti ini disebut potensi sengketa kontrak di antara kedua
sebagai kegagalan institusi. pihak serta menimbulkan biaya, dan
biaya adaptasi tersebut selama ini kurang
3.2. Konsekuensi dari Teori Kontrak diperhatikan dalam kontrak pengadaan
Kedua teori tersebut di atas memiliki barang/jasa. Dalam banyak kasus perubahan
konsekuensi atau prediksi yang sama, yaitu kontrak ex post menimbulkan efek yang
terjadinya kontrak yang tidak efisien/ signifikan terhadap biaya total proyek.4
optimal. Namun terdapat perbedaan dalam
hal penyebab dari kontrak yang tidak efisien/ Proses adaptasi juga dapat menimbulkan
optimal tersebut. Pada teori insentif, inefisiensi underinvestmenta atau overinvestment. Underinvest-
kontrak disebabkan oleh adanya moral hazard, ment terjadi ketika kewajiban para pihak tidak
dimana penyedia dalam menjalankan kontrak secara optimal dirumuskan dan dituangkan
berperilaku tidak sejalan/sesuai dengan dalam kontrak, sehingga terdapat peluang
kepentingan pembeli. Sedangkan pada untuk melakukan renegosiasi terkait dengan
teori biaya transaksi, sumber dari inefisiensi kewajiban tersebut pada saat pelaksanaan
kontrak berasal dari proses adaptasi atau kontrak. Renegosiasi memberikan peluang
penyesuaian yang harus dilakukan dalam perilaku yang oportunistik, yaitu satu atau
pelaksanaan kontrak. kedua pihak mencoba untuk mengambil
keuntungan dari proses renegosiasi yang
4
Menurut Bajari, et al (2006) biaya yang ditimbulkan dari proses adaptasi lebih besar dibandingkan dengan biaya yang ditimbulkan dari
masalah yang muncul pada tahap seleksi/lelang, yaitu masalah penguasaan pasar (market power) dan penawaran yang tidak seimbang
(unbalanced bidding) yang biasanya berakibat pada harga penawaran yang tidak efisien.
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 59
Hubungan antara pembayaran dan realisasi Dalam hal ini pembeli menanggung seluruh
biaya pada Kontrak LS dan C+ diilustrasikan biaya yang diperlukan untuk menghasilkan
pada Gambar 2. Pada jenis kontrak LS berapa barang/jasa, dan penyedia tidak menanggung
pun realisasi biaya yang dikeluarkan oleh risiko terjadinya perubahan biaya.
penyedia, pembayaran yang diterima oleh
penyedia dari pembeli tetap sebagaimana Dua jenis kontrak tersebut dianggap
ditunjukkan oleh P. C menunjukkan bahwa tidak optimal karena pada jenis kontrak
realisasi biaya sama dengan pembayaran LS meskipun penyedia memiliki insentif
(P=C), sedangkan C-1 menunjukkan untuk melakukan efisiensi, tetapi tidak
bahwa pembayaran lebih besar dari realisasi dimungkinkan bagi pemerintah sebagai
biaya (P>C). Selisih antara P dan C-1 pembeli untuk mendapatkan keuntungan
adalah keuntungan yang dapat sepenuhnya dari efisiensi yang dilakukan oleh penyedia
dinikmati oleh penyedia. Sebaliknya C+1 (yaitu ketika realisasi biaya C-1 atau P>C).
menunjukkan bahwa realisasi biaya lebih Dengan demikian, pada kontrak LS
besar daripada pembayaran (P<C), dan terdapat kecenderungan bahwa pemerintah
penyedia menanggung kerugian. Apabila membayar lebih tinggi dari yang seharusnya
jenis kontrak C+ digunakan maka jumlah (overpayment). Selain itu, dengan kontrak
pembayaran yang diterima oleh penyedia LS penyedia cenderung mengorbankan
(ditunjukkan dengan garis tidak terputus) kualitas barang/jasa yang dihasilkan dalam
selalu sama dengan realisasi biaya yang rangka mendapatkan keuntungan yang lebih
dikeluarkan ditambah dengan keuntungan. tinggi dengan menekan pengeluaran secara
Gambar 2. Hubungan antara Pembayaran dan Realisasi Biaya Pada Kontrak LS dan C+
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 61
b), yaitu pembayaran (P) sama dengan harga cara untuk menjamin kinerja sesuai dengan
penawaran/nilai kontrak (b) ditambah dengan komitmen dalam kontrak. Kontrak juga
bagian dari α yang mewakili cost overrun atau perlu memuat ketentuan tentang mekanisme
underrun. Jika realisasi biaya (c) lebih besar supervisi (pengawasan) dan upaya paksa
daripada nilai kontrak awal (b) berarti terjadi (coercion) untuk memastikan agar para pihak
cost overrun maka penyedia akan menerima menghormati komitmen yang ada dalam
pembayaran lebih besar dari kontrak awal. kontrak. Dengan demikian kontrak harus
Sebaliknya jika c < b maka pemerintah juga menciptakan “private order”, yaitu para pihak
akan mendapatkan pembagian keuntungan menciptakan sistem/mekanisme penyelesaian
dan penyedia menerima pembayaran lebih perselisihan di luar pengadilan, sehingga para
rendah dari nilai kontrak awal. pihak dapat menjamin adanya kerjasama
untuk menyelesaikan perselisihan setelah
4.2. Kontrak Optimal dari Perspektif penandatanganan kontrak.
Teori Biaya Transaksi
Teori biaya transaksi menjelaskan bahwa Teori ini menekankan mekanisme
pembeli dan penyedia harus menegosiasikan penyelesaian konflik di luar institusi
penyesuaian/adaptasi lingkup pekerjaan dan pengadilan. Dengan alasan bahwa komitmen
kompensasi, yang mengakibatkan perbedaan dalam kontrak tidak lengkap bersifat terbuka
nilai kontrak dengan realisasi pembayaran. dan spesifik, maka penyelesaian konflik
Di sini teori biaya transaksi melihat kontrak tidak dapat secara efisien dilakukan oleh
optimal dari perspektif yang sangat berbeda pihak berwenang di luar para pihak yang
dari teori insentif, yaitu bagaimana proses/ berkontrak (institusi pengadilan). Dalam hal
mekanisme adaptasi kontrak yang paling ini para pihak yang berkontrak harus sepakat
efisien agar menghasilkan kontrak pengadaan di awal mengenai prosedur bilateral untuk
yang optimal, yang oleh Williamson (1979) menyelesaikan perselisihan. Williamson
disebut sebagai ...the most economical governance (1996) berpendapat bahwa lembaga arbitrase
structure. (pengadaan) memiliki keunggulan daripada
institusi pengadilan karena memiliki kapasitas
Solusi yang ditawarkan adalah para pihak yang lebih baik dari sisi pengetahuan untuk
membuat kesepakatan (yang dituangkan mengevaluasi sengketa kontrak dan mengisi
dalam kontrak) mengenai prosedur untuk kesenjangan kontrak. Para arbiter memiliki
menentukan tindakan yang harus diambil keahlian khusus di bidang pengadaan
oleh masing-masing pihak, dan menggunakan yang memudahkan mereka memahami
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 63
Gambar 2. Pembagian Risiko/Keuntungan antara Pemerintah dan Penyedia Pada Kontrak Insentif
64 JURNAL PENGADAAN
Pada prakteknya tidak mudah untuk lima jenis kontrak tersebut tidak ada satu
menganalisis/menghitung kedua hal pun yang mensyaratkan atau memungkinkan
tersebut. Sebagai contoh, Defense Materiel adanya pembagian biaya/keuntungan antara
Organisation (DMO, 2009) menyatakan pembeli dan penyedia, yang merupakan
bahwa sangat sulit membuat formula karakteristik utama dari kontrak insentif.
umum untuk menghitung pembagian
risiko/keuntungan, karena setiap kontrak Melihat karakteristik dan kompleksitasnya,
memiliki variasi dan karakteristik yang kontrak insentif lebih efektif digunakan
sangat beragam. Namun demikian, untuk untuk kontrak pengadaan yang ruang
pengadaan alat pertahanan yang kompleks lingkup pekerjaannya belum jelas/pasti dan
mereka berpendapat bahwa rasio minimum biayanya sulit diestimasi. Kontrak insentif
pembagian risiko/keuntungan seharusnya pada prinsipnya tetap diawali dengan proses
50:50 agar dapat mencerminkan perlunya kompetisi/lelang untuk mendapatkan target
penyedia untuk mengelola tingginya price, namun demikian kontrak insentif
ketidakpastian biaya (lihat gambar 3). memiliki prosedur yang lebih rumit/
kompleks. Misalnya, dalam pengadaan yang
Mengacu pada regulasi yang ada, Indonesia bersifat khusus seperti pertahanan keamanan,
belum mengadopsi penggunaan kontrak diperlukan adanya negosiasi pra-kontrak.
insentif. Dalam regulasi pengadaan barang/ Negosiasi diperlukan karena menyangkut
jasa pemerintah di Indonesia, berdasarkan cara ketersediaan barang dan ketika jumlah
pembayaran terdapat lima jenis kontrak yang penyedia terbatas. Oleh karena itu, negosiasi
dapat digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini bertujuan untuk mengantisipasi trade-off
pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu (1) antara biaya, fungsionalitas dan ketersediaan
kontrak lumpsum, (2) kontrak harga satuan, (3) komponen sesuai dengan yang dipersyaratkan
kontrak gabungan lumpsum dan harga satuan, sehingga ada ukuran kinerja dari penyedia
(4) kontrak persentase, (5) kontrak terima jadi pada saat pelaksanaan kontrak. Negosiasi
(turnkey). Pada umumnya, jenis kontrak yang juga bertujuan untuk memverifikasi harga
sering digunakan adalah tiga jenis kontrak akhir (final price) sehingga dapat diketahui
yang pertama yaitu lumpsum, harga satuan, variasi biaya yang dapat diberlakukan dalam
dan gabungan. Kontrak persentase dan rangka pembagian risiko/keuntungan.
kontrak turnkey belum terdefinisi dengan baik
dalam regulasi pengadaan kita sehingga jenis Namun demikian, terdapat tantangan
kontrak ini belum banyak digunakan. Pada dan kendala yang cukup besar dalam
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 65
Arbitrase di sisi lain memiliki sifat litigasi penyelesaian sengketa di luar arbitrase dalam
tetapi dipermudah dengan adanya simplifikasi pengadaan tidak diatur secara terperinci
prosedur. Arbitrase (tribunals) memiliki ahli dan keberadaan lembaga arbitrase yang ada
khusus yang mengerti kompleksitas teknis sekarang belum dianggap sebagai lembaga
suatu transaksi dan memiliki pengetahuan terpercaya yang dapat memenuhi harapan
terhadap kelaziman yang tertuang dalam para pihak. Aspek kerahasiaan dalam proses
kontrak baik secara eksplisit maupun arbitrase merupakan salah satu alasan kenapa
implisit. Arbiter dapat memverifikasi aspek lembaga arbitrase belum banyak digunakan
yang hampir tidak kentara terkait kualitas untuk menangani sengketa pengadaan publik.
dan kecukupan komponen suatu pekerjaan Para pihak akhirnya cenderung lebih banyak
(Dixit, 2003). Sebaliknya, institusi pengadilan memilih institusi pengadilan sebagai pemutus
harus mengulas seluruh rentang keperdataan terbaik dalam menyelesaikan sengketa
dan tidak memiliki keahlian atau pengetahuan pengadaan. Sementara berdasarkan perspektif
khusus mengenai suatu pekerjaan. Meskipun teori biaya transaksi, institusi pengadilan
institusi pengadilan memiliki akses untuk dianggap tidak dapat menyelesaikan
menghadirkan ahli, namun institusi pengadilan perselisihan secara efisien.5 Artinya selama
tetap harus menginterpretasikan keterangan ini kita cenderung memilih mekanisme yang
ahli berdasarkan pemikiran dan pengetahuan sebetulnya tidak efisien. Untuk memperkuat
mereka sendiri yang sangat terbatas mengenai lembaga arbitrase di Indonesia dalam
suatu pekerjaan pengadaan. penyelesaian sengketa pengadaan, arbiter
yang ditunjuk untuk menangani sengketa
Negara yang secara intensif menggunakan seharusnya menguasai hukum publik yang
lembaga arbitrase untuk penyelesaian sengketa terkait dengan pengadaan, seperti peraturan
pengadaan (khususnya pekerjaan konstruksi) mengenai pengadaan, sistem pembayaran,
adalah Malaysia. Amerika Serikat dan serta peraturan mengenai batasan-batasan
Perancis juga menggunakan arbitrase namun pelaksanaan kontrak itu sendiri.
setelah penggunaan alternatif penyelesaian
sengketa yang lain dianggap tidak berhasil. Di Terkait dengan aspek kerahasiaan yang
Indonesia, ketentuan pelaksanaan alternatif sebenarnya merupakan kelebihan dari
5
Steven Shavel (2003) dalam analisis ekonominya terhadap hukum kontrak menyatakan bahwa arbitrase bisa menjadi suatu forum
pilihan dalam penyelesaian sengketa kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah sepanjang kontrak tersebut tidak memiliki “harmful
external effect”. Jika suatu kontrak dirasakan memiliki harmful external effect sebaiknya menggunakan institusi pengadilan dalam
penyelesaian sengketa. Namun demikian Shavel tidak menjelaskan lebih lanjut definisi harmful external effect.
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 67
DAFTAR PUSTAKA
Akerlof, G. A. (1970). The market for lemons: Coase, R. H. (1937). The Nature of the Firm,
quality, uncertainty and the market. Quarterly Vol. 4, pp. 386-405. Economica, Vol. 4,
Journal of Economics 84, 488-500. 386-405.
Arrow, K. J. (1971). Essays in the theory of risk. Dixit, A. ( 2003). Arbitration and Information.
Amsterdam: North Holland Publishing. Princenton University.
Ayres, Ian & Robert Gertner. (1989). Filling DMO. (2009). Incentive Contracting in Defence
Gaps in Incomplete Contracts: An Economic Procurement: An Updated Approach
Theory of Default Rules. 98 YALE L.J. 87. Incorporating Performance-Based Measures.
DMO Discussion Paper.
Ayres, Ian and Robert H. Gertner. (1992).
“Strategic Contractual Inefficiency and the Grossman, S J & Hart O D. (1986). The costs
Optimal Choice of Legal Rules. Yale Law and benefits of ownership: a theory of vertical
Journal 101 (4), 729. integration. Journal of Political Economy,
Vol. 94 No. 4, 691-719.
Bajari, Patrick, Stephani Houghton, and
Steven Tadelis. (2006). Bidding for Incomplete Jehn, K. A. (1977). A Qualitative Analysis
Contracts: An Empirical Analysis. NBER of Conflict Types and Dimensions in
Working Paper No. 12051. Organizational Groups. 42 Administrative
Science Quarterly , 530-557.
Bajari, Patrick, and Steven Tadelis. (2001).
Incentives Versus Transaction Costs: A Theory Laffont J. J. & Tirole J. (1993). A Theory
of Procurement Contracts. RAND Journal of of Incentives in Procurement and
Economics Vol 32(3), 287-307. Regulation,. Cambridge, Mass: MIT Press.
Ben-Shahar, O. (2004). Agreeing to Disagree: Laffont, J.J., J. Tirole. (1986). Using Cost
Filling Gaps in Deliberately Incomplete Observation to Regulate Firms. Journal of
Contracts. Wisconsin Law Review, 389– Political Economy, Vol.94, 614-41.
428.
70 JURNAL PENGADAAN
Macaulay, S. (1963). Non-Contractual Relations Weshsler, M. M. (2012). The Law Guide V1.1.
in Business: A Preliminary Study. American New York: The Law Network, LLC.
Sociological Review Vol. 28, No. 1, 55-67.
Williamson, O. E. (1979). Transaction-Cost
McAfee, R.P. and McMillan, J. (1986). Bidding Economics: The Governance of Contractual
for Contracts: A Principal Agent Analysis. Relations. Journal of Law and Economics,
Rand Journal of Economics, Vol. 17 , Vol. 22, No. 2, 233-261.
326-38.
Williamson, O. E. (1996). The Mechanism of
Shavell, S. (2003). Economic Analysis of Contract Governance. Oxford: Oxford University
Law. Cambridge: National Bureau of Press.
Economic Research.
MANAJEMEN PENGADAAN PUBLIK
Manajemen Pengadaan Publik November 2013/Vol. 3 - No. 3 73
MANAJEMEN
PENGADAAN PUBLIK
Abstrak
Pengadaan barang dan jasa publik saat ini sering dipandang sebagai salah
Togar M. Simatupang terserap. Pengadaan barang dan jasa publik lebih luas mempunyai peran
Fanny Kartika penting lainnya dalam pembangunan suatu negara. Tulisan ini mencoba
PENDAHULUAN
pembangunan dalam memenuhi kebutuhan pasok dalam sektor publik adalah konsep
generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan yang menawarkan kerangka acuan untuk
generasi mendatang dalam memenuhi komposisi rantai pasok publik dan jaringan
kebutuhannya. Ada tiga faktor yang menjadi aras majemuk (Migiro dan Ambe, 2008).
pilar utama, yakni ekonomi, sosial, dan Rantai pasok sendiri merupakan koneksi
lingkungan. Sedangkan, pengadaan publik antar organisasi, orang, peraturan, dan sistem
harus berprinsip pada pembentukan nilai dalam kegiatan penyampaian produk dan jasa
dan keadilan. Dengan menggabungkan kedua ke tangan konsumen.
konsep ini, terciptalah konsep pengadaan
publik berkelanjutan yang dipromosikan Kaitannya pada pengadaan publik, koneksi
oleh WCED (World Commission on Environment antar organisasi dan orang diartikan
and Development). Dengan mengaplikasikan pada koordinasi antar tiga pemangku
konsep berkelanjutan, pengadaan publik di kepentingan dalam pengadaan, yakni
Indonesia yang saat ini lebih mengarah pada pemerintah, penyedia, dan masyarakat.
orientasi proyek perlu dikembangkan menjadi Sedangkan, peraturan dan sistem sangat
orientasi nilai. Artinya, pengadaan tidak lagi penting ditetapkan oleh pemerintah dalam
hanya terbatas pada penyerapan dana namun pencapaian pengadaan yang teratur, adil,
mengoptimalkan nilai dari proyek pengadaan efektif, efisien, dan transparan. Kolaborasi
sebagai pengangkat pembangunan. dari ketiga pihak tersebut dapat membentuk
manajemen rantai pasok yang efektif
Untuk pengoptimalan nilai dari pengadaan, dengan ciri-ciri mekanisme penyelarasan,
perlu dipahami bahwa manajemen rantai kerja tim lintas fungsi, pengukuran
pasok adalah konsep yang mendasari kinerja, perancangan kelembagaan, sistem
aktivasi pengadaan. Menurut pengertian informasi, dan pemberdayaan. Berdasarkan
Bank Dunia, manajemen rantai pasok adalah penelitian Migiro dan Ambe (2008)
manajemen dari keseluruhan proses bisnis mengenai manajemen rantai pasok di sektor
yang menghasilkan dan menyampaikan publik Afrika Selatan, terdapat berbagai
produk atau jasa ke konsumen akhir. Melalui faktor pendorong kolaborasi rantai pasok
pengertian ini, dapat dipahami bahwa (pelanggan semakin menuntut, bergesernya
manajemen rantai pasok adalah manajemen daya tawar, persaingan, globalisasi),
yang bergerak dari hulu ke hilir, dari penghambat manajemen rantai pasok yang
pemasok ke konsumen. Manajemen rantai efektif (kurangnya dukungan manajemen
76 JURNAL PENGADAAN
penyedia. Pemerintah Korea, dalam penelitian pada manusia, hewan, tumbuhan, udara, air,
Choi (2010), memungkinkan kontraktor tanah, racun, konten material, kemasan, dan
untuk meraih pinjaman besar yakni mencapai transportasi.
angka maksimum 80 persen dari keseluruhan Pemerintah Korea dalam aplikasi konsep
nilai kontrak. Hal tersebut masih berbeda ramah lingkungannya, lebih menekankan
dengan realitas pengadaan di Indonesia, kepada atribut efisiensi energi dan
dimana proyek pengadaan sangat bergantung penggunaan produk berkarbon rendah.
kepada ketersediaan dana. Pada dasarnya, konsep ramah lingkungan
ini selain membawa pengaruh positif pada
Fungsi keempat adalah konsep ramah lingkungan juga dapat meningkatkan kesan
lingkungan (eco-friendly activities). Konsep positif kepada masyarakat karena telah
ini memadukan faktor lingkungan pada memperhatikan lingkungan dalam pengerjaan
kebijakan pengadaan. (Choi, 2010) dalam proyek pengadaan. Konsep yang juga sering
tulisannya membagi konsep manajemen disebut dengan istilah “green procurement”
ramah lingkungan ke dalam tiga tahapan diartikan sebagai pengadaan yang memiliki
kegiatan, yakni sebelum produksi (pre- sedikit implikasi buruk pada lingkungan.
production), saat produksi (during-production), Dengan manajemen penggunaan material
dan setelah produksi (post-production). Dari yang lebih baik, keuntungan dari konsep ini
ketiga kegiatan tersebut yang paling penting adalah pengiritan biaya yang terbentuk dari
adalah tahap sebelum produksi. Dalam artian berkurangnya konsumsi energi, sumber daya
kualitas, tindakan pencegahan adalah cara yang dipakai, dan manajemen material.
terbaik untuk mempertahankan mutu produk.
Tindakan pencegahan sendiri merupakan fase Inovasi industri (industry innovation) menjadi
dalam tahap sebelum produksi. Pemerintah peran kelima dalam pengadaan publik.
harus mengadakan evaluasi terhadap atribut Pengadaan publik secara dasar terbagi
lingkungan pada pengadaan barang dan atas dua. Pertama adalah pembelanjaan
jasa selanjutnya. Atribut lingkungan sendiri produk standar seperti komoditas kertas,
memiliki ragam yang banyak, seperti efisiensi kain, peralatan dan lainnya. Kedua adalah
energi, daur ulang, efisiensi penggunaan air, pengadaan berteknologi yang membutuhkan
emisi gas rumah kaca, konservasi sumber keahlian berteknologi. Dalam artian
daya, pencegahan limbah, persentase material pengadaan publik, penyedia barang dan jasa
yang dapat diperbaharui, dan efek samping disebut sebagai industri. Sementara yang
Manajemen Pengadaan Publik November 2013/Vol. 3 - No. 3 79
menjadi konsumer adalah sektor pengadaan Namun dalam kaitannya pada Indonesia,
publik itu sendiri. Inovasi industri fokus pengadaan masih terbentur dengan adanya
kepada kooperasi antara sektor publik dan sistem penilaian kinerja kantor yang sering
swasta dalam tujuannya memenuhi kebutuhan mendasarkan penilaian pada percepatan
pengadaan. Sebelumnya, konsep pengadaan penyerapan dana anggaran. Akibatnya
hanya sebatas pada pemenuhan infrastruktur pelaksanaan anggaran lebih mengutamakan
dasar dan jasa seperti rumah sakit, jalan jumlah realisasi ketimbang pemilihan
raya atau konstruksi di bidang infrastruktur. jenis barang/jasa yang sesuai kebutuhan.
Namun sekarang ini pengadaan lebih dari Pembelian barang/jasa dilakukan dengan
sekadar pengadaan dasar. Pengadaan saat ini tujuan agar dana yang ada dapat segera
memiliki keperluan dan teknologi yang tinggi. dicairkan, tanpa mempertimbangkan apakah
Untuk itu dengan adanya kerja sama dengan barang/jasa yang dibeli bermanfaat dalam
sektor swasta yang pada dasarnya lebih menunjang kinerja instansi. Akibatnya jumlah
berkembang secara teknologi, inovasi dalam barang/jasa yang tidak begitu penting dapat
pengadaan dapat lebih ditingkatkan. Dalam menjadi berlebih sementara barang lainnya
kaitan koordinasi dengan sektor swasta, yang sangat dibutuhkan tidak tersedia dengan
pemerintah juga harus membangun sebuah cukup (Sopian, 2013).
program yang mendukung penemuan dan
pengembangan teknologi pada sektor bisnis Perubahan Perpres menjadi Nomor 70
kecil-menengah. Program tersebut dapat juga lebih menfokuskan pengadaan untuk
berupa paten, model, dan produk. percepatan penyerapan anggaran. Dari
pernyataan, kondisi, dan contoh yang telah
Kesimpulan dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa belum
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, ada langkah strategis untuk mengembangkan
pengeluaran masyarakat juga semakin besar. nilai dari pengadaan itu sendiri. Banyak cara
Pengadaan adalah salah satu unsur penting untuk membuat pengadaan lebih memiliki
dalam kegiatan operasi pemerintahan. makna terhadap masyarakat melalui konsep
Pengadaan publik dapat mengubah cara pengadaan publik berkelanjutan. Contoh lain
kerja karena pengadaan publik sangat dari bentuk pengadaan yang berkelanjutan
mempengaruhi banyak area. Karena itu, diimplementasikan melalui sistem kontrak dan
pengadaan publik dinilai dapat membuat relasi dengan penyedia. Saat ini pemerintah
kehidupan masyarakat semakin baik. mengikat kontrak dengan penyedia yang
80 JURNAL PENGADAAN
DAFTAR PUSTAKA
Choi, J.W. (2010), “A Study of The Role of Sopian, A. (2013), “Strategi pengadaan barang”,
Public Procurement – Can Public Procurement Retrieved September 13, 2013, from
Make Society Better?” Paper Presented at http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/
the 4th International Public Procurement palembang/attachments/204_Strategi
Conference in South Korea. Available at Pengadaan Barang.
http://www.ippa.org/IPPC4/Proceeding
s/13ProcurementPreferences/Paper13-4.
pdf
Abstrak
jasa dapat dideteksi atau diantisipasi lebih dini agar tidak menimbulkan
PENDAHULUAN
Salah satu kasus pemalsuan dokumen dalam Pada 21 Agustus 2008 telah ditetapkan
pengadaan barang dan jasa pemerintah pemenang lelang dari masing-masing paket
daerah yang kemungkinan dapat dideteksi pekerjaan. Dari delapan paket pengadaan,
atau diantisipasi lebih dini agar tidak empat diantaranya diduga terkait dengan
menimbulkan dampak yang lebih besar, surat dukungan palsu, yaitu:
tampak pada pengadaan alat kesehatan
Tahun Anggaran 2008 oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Pentingnya Konfirmasi dan Analisis... November 2013/Vol. 3 - No. 3 85
diduga palsu adalah surat dukungan No.560/ dalam Pasal 5 Keputusan Presiden Nomor 80
GSP/VIII/08 tanggal 5 Agustus 2008 untuk Tahun 2003 dan Perubahannya, yang antara
pengadaan peralatan sanitarian kit oleh CV lain menyatakan larangan kepada PPK,
Mulia Medical, dan surat dukungan No. 0617/ panitia pengadaan dan rekanan membuat
HII/SD/VIII/08, Agustus 2008 dari PT dan atau menyampaikan dokumen dan atau
Hanna Instruments Indotama. keterangan lain yang tidak benar untuk
memenuhi persyaratan dalam Dokumen
Di dalam dokumen lelang untuk empat paket Pemilihan.
pengadaan tersebut di atas, pada bab II.
Instruksi Kepada Peserta Pengadaan (IKPP) Para rekanan yang terbukti melakukan
bagian A. Umum, angka 5. Larangan KKN pemalsuan dokumen semestinya dimasukkan
serta Penipuan, sebagaimana disebutkan daftar hitam. Sebagaimana tercantum dalam
Tabel . Poin Akhir Pemenang I dan II Setelah Memperhitungkan Pemalsuan Surat Dukungan
Tot. Peringkat
Uraian Rekanan Koreksi Poin Akhir Harga
Poin Seharusnya
Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu
Pasal 14 ayat (9): Penyedia barang dan jasa pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan
wajib menandatangani surat pernyataan di atas sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan
meterai bahwa semua informasi yang disampaikan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang
dalam formulir isian kualifikasi adalah benar, lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah
dan apabila diketemukan penipuan/pemalsuan surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau
atas informasi yang disampaikan, terhadap yang mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu
bersangkutan dikenakan sanksi pembatalan sebagai kerugian dihukum karena pemalsuan surat,
calon pemenang, dimasukkan dalam daftar hitam dengan hukuman penjara selama-lamanya enam
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, dan tidak tahun, ayat (2) Dengan hukuman serupa itu juga
boleh mengikuti pengadaan untuk 2 (dua) tahun dihukum, barangsiapa dengan sengaja menggunakan
berikutnya, serta diancam dituntut secara perdata surat palsu atau yang dipalsukan itu seolah-olah
dan pidana. Sedangkan pengganti Keputusan surat itu asli dan tidak dipalsukan, kalau hal
Presiden Nomor 80 Tahun 2003, yaitu mempergunakan dapat mendatangkan sesuatu
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 kerugian.
pada pasal 118 ayat (6) menyatakan apabila
ditemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang SARAN
disampaikan penyedia barang dan jasa, dikenakan Sebelum pengadaan dilaksanakan, panitia
sanksi pembatalan calon pemenang dan dimasukkan pengadaan dapat meminta informasi atau
dalam daftar hitam. data yang penting kepada pihak terkait seperti
meminta kepada perusahaan pabrikan atau
Pemalsuan dokumen tersebut di atas telah agen tunggal/supplier daftar perusahaan yang
merugikan Pemerintah Daerah Kabupaten mendapat dukungan tertulis dari mereka
Hulu Sungai Tengah karena memperoleh sehingga mengurangi risiko dokumen
barang dengan harga lebih mahal dan dukungan penawaran yang palsu lolos dari
merugikan peserta lelang lainnya karena gagal penyaringan panitia pengadaan. Langkah
jadi pemenang. Selain itu, pemalsuan tersebut lain yang dapat ditempuh panitia pengadaan
melanggar ketentuan hukum. Kitab Undang- adalah membandingkan dan menganalisis
undang Hukum Pidana (KUHP) pasal surat dukungan yang diserahkan rekanan
263 tentang pemalsuan surat menyatakan: apakah terdapat perbedaan tanda tangan
ayat (1) Barangsiapa membuat surat palsu atau atau yang menandatangani surat dukungan
memalsukan surat, yang dapat menerbitkan sesuatu tersebut, apakah terdapat perbedaan kop
Pentingnya Konfirmasi dan Analisis... November 2013/Vol. 3 - No. 3 91
PENUTUP
Seandainya panitia pengadaan meminta
informasi dan melakukan konfirmasi terlebih
dahulu kepada perusahaan pabrikan atau agen
tunggal/supplier yang tercantum dalam surat
dukungan yang disertakan peserta lelang,
kemungkinan besar tidak akan menyeret
panitia pengadaan dan peserta lelang sebagai
rekanan ke ranah hukum dan pengadilan.
Kecuali mungkin panitia pengadaan memang
berniat melakukan kolusi dengan peserta
lelang tertentu. Wallahu ‘alam.
92 JURNAL PENGADAAN
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Presiden Republik Indonesia No- Peraturan Presiden Republik Indonesia No-
mor 80 Tahun 2003, tentang Pedoman Pelak- mor 54 Tahun 2010, tentang Pengadaan Ba-
sanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. rang dan Jasa Pemerintah.
Abstrak
Erlangga Atmadja Fanny korupsi, khususnya pada pengadaan barang/jasa pemerintah. Ditambah
Richardus Djokopranoto lagi, insan pengadaan pemerintah dituntut untuk menyeimbangkan tiga
tahun memiliki kekayaan basis pengetahuan for-money), dan atau tidak diperhitungkan dengan
yang luas dan relevan untuk kepentingan baik. Terjadinya risiko fidusia dapat disebabkan
pengembangan profesi ahli pengadaan oleh berbagai macam faktor, termasuk lemahnya
barang/jasa pemerintah di Indonesia. kapasitas, kompetensi, inefisiensi birokrasi, atau
korupsi yang merajalela (DFID, 2011).”
Tulisan ini bermaksud untuk mengupas
secara singkat sejarah proses profesionalisasi Ini berarti bahwa praktek pengadaan barang/
ahli pengadaan pada industri migas, jasa pemerintah berpengaruh terhadap
pengembangan benchmark tersebut menjadi kualitas hasil dari suatu transaksi/kontrak
sebuah peta jalan profesionalisasi pengadaan pengadaan yang ditujukan untuk proyek/
barang/jasa pemerintah di Indonesia. kegiatan menyangkut kepentingan umum.
Kualitas hasil pembelian disini menyangkut
aspek tepat nilai, tepat mutu, tepat waktu
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan tepat sumber (Djokopranoto dkk,
Dahulu dan Sekarang 2010). Dahulu, praktek pengadaan adalah
Kapasitas pejabat pengadaan pemerintah bidang yang rentan dengan risiko fidusia.
sebagai penyeimbang dari tiga unsur Posisi pejabat pengadaan dahulu biasanya
pertanggungjawaban bukanlah suatu merupakan posisi ad-hoc dengan pangkat
keadaan yang unik untuk Indonesia saja. yang tidak terlalu tinggi dan memikul beban
Semua insan pengadaan pemerintah beratnya pengaruh politis dari pejabat tingkat
dihadapkan oleh tantangan yang sama. Hal tinggi yang korup.
ini menjadikan kekhususan profesi ahli
pengadaan pemerintah sebagai palang pintu Parahnya, pejabat yang ditunjuk pada posisi
yang mengatur tingkat “risiko fidusia” dalam ad-hoc tersebut tidak dilengkapi dengan
pengelolaan keuangan negara. kompetensi yang minimum diperlukan
untuk mengemban tanggung jawab seorang
Definisi oleh komunitas donor internasional ahli pengadaan. Ditambah lagi, kerendahan
mendefinisikan risiko fidusia sebagai: pangkat pejabat seringkali menjadikanya
sebagai tumbal dari pejabat korup karena
“Risiko bahwa dana tidak dipergunakan untuk tekanan dari pejabat tingkat tinggi yang
tujuan yang dimaksudkan, bukan merupakan korup tersebut. Di Tahun 2012, KPK
pembelian dengan nilai setara harga yang baik (value- mengestimasikan bahwa hampir 80 persen
98 JURNAL PENGADAAN
persepsi terdahulu mengenai profesi ahli profesionalisasi ahli pengadaan yang diadakan
pengadaan barang/jasa pemerintah. oleh LKPP dan Ikatan Ahli Pengadaan
Indonesia (IAPI) serta rangkaian kegiatan
Proses profesionalisasi idealnya dikawal lainya yang menghasilkan sebuah peta jalan
dengan sebuah rencana induk dan peta profesionalisasi pengadaan di Indonesia.
jalan yang membantu memastikan bahwa
‘Key Process Areas (KPA)’ dari profesi ahli Benchmark Profesionalisasi
pengadaan barang/jasa pemerintah dapat Industri Migas Indonesia
dikembangkan secara proporsional dan Industri Migas dipilih sebagai tolak ukur
berkesinambungan dan tidak terpotong- karena posisi strategis pengadaan dan
potong. Sebelum tahun 2012, belum pernah pengelolaan rantai pasok dalam proses
ada rencana induk dan peta jalan yang bisnis industri migas serta perannya sebagai
membantu mengkonsolidasikan pencapaian- pemimpin best practices dalam pengadaan
pencapaian profesionalisasi pengadaan dan pengelolaan rantai pasok di Indonesia
dan mengembangkan kedewasaan dan terutama di bidang pengembangan karier ahli
kemampuan ahli pengadaan barang/jasa pengadaan.
pemerintah secara lebih mendalam. Karena
belum memiliki preseden sebelumnya, maka Djokopranoto dkk (2010) mendokumen-
benchmarking pengalaman profesionalisasi ahli tasikan memoar yang merupakan narasi
pengadaan di sektor migas di Indonesia dapat sistematis dari sejarah perkembangan profesi
menginspirasi rencana induk dan peta jalan ahli perminyakan secara umum, yang di
ahli pengadaan pemerintah. dalamnya termasuk ahli pengadaan dan
logistik perminyakan dari tahun 1950 hingga
LKPP mengapresiasi pengalaman profesio- tahun 2010. Tahun 1950 merupakan titik
nalisasi ahli pengadaan di industri migas awal sebab warga Indonesia pertama kali
sebagai salah satu benchmark yang dapat menerima pengakuan dari Belanda sebagai
dipergunakan sebagai referensi dalam ahli perminyakan melalui proses pelatihan
pengembangan profesi ahli pengadaan di professional dan menerima ‘erkenning van
Indonesia. Ini dibuktikan melalui tenaga kameraadschap’ dari ‘de Bataafsche Petroleum
narasumber-narasumber dari industri Maatschappij’ (NV BPM) yang merupakan
migas yang kerap didayagunakan untuk pendahulu Royal Dutch Shell dan Pertamina.
mendukung simposium-simposium tahunan Angkatan pertama pelatihan jurusan ‘Materiaal
Sebuah Peta Jalan Profesionalisme... November 2013/Vol. 3 - No. 3 101
teknis memobilisasi tim yang terdiri dari Product Team, 2010), yaitu kerangka analitis
empat tenaga ahli yaitu ahli strategic human yang dikembangkan oleh Carnegie Mellon
resource development yang terlibat dalam proses University yang menggambarkan keterkaitan
profesionalisasi ahli pengadaan di industri antara kemampuan dan tingkat kedewasaan
migas dari angkatan perintis. Kemudian, pada masing-masing KPA.
ahli pengembangan standar kompetensi yang
bersama LKPP membantu mengembangkan Pada 23 Oktober 2012 di Jakarta, rekomendasi
profesi ahli pengadaan dari sisi pengembangan rencana induk dan peta jalan profesionalisasi
standar kompetensi dan juga tenaga ahli serta pengembangan strategi pengembangan
yang mengerti pengembangan jejaring serta jejaring ahli pengadaan barang/jasa
procurement knowledge management dan potensi pemerintah dipaparkan pada Simposium
pengembangan strategisnya. Nasional Pengadaan Barang Jasa Pemerintah.
Peta jalan yang direkomendasikan memiliki
Metodologi yang diambil untuk mengem- rentang waktu short term (2012-2014), medium
bangkan rencana induk dan peta jalan term (2015-2017) dan long-term (pasca 2018).
profesionalisasi serta strategi pengembangan Rencana induk mendefinisikan tingkatan
jejaring adalah melalui Capability-Maturity kedewasaan profesi berdasarkan best practices
Model Integration (CMMI) (lihat CMMI yang teridentifikasi.
1.
Training X X X X
2.
HumanDevelopment
X X X
3.
Career
Developmnet X
4.
Professional
Certfication X
5.
Government
Standardization X X
6.
Establishment
of
Code
of
Ethics X X
and
Code
of
Conduct
7.
Partnership
with
Professional X X X X
Association
8.
Partnership
with
Training
Providers X X
9.
Knowledge
Management
Developmnet X X
Sebuah Peta Jalan Profesionalisme... November 2013/Vol. 3 - No. 3 103
Tiap KPA dijabarkan lebih lanjut dalam diperkirakan hampir 600 unit, tersebar di
sebuah tabulasi/matriks yang merinci seluruh pelosok nusantara dari berbagai
kompetensi yang diperlukan untuk mencapai macam instansi dengan kebutuhan dan
tingkat kedewasaan profesional tertentu. Ada kompleksitas pengadaan yang berbeda-beda.
lima tingkat kedewasaan, yaitu ad-hoc (level-1),
terencana (level-2), terkelola (level-3), Oleh karenanya, apabila ada semacam
terintegrasi (level-4), dan berkelanjutan panduan berupa rencana induk atau peta jalan,
(level-5). dokumen tersebut harus dapat dibongkar
pasang (berbentuk moduler) sesuai dengan
Karakteristik dari setiap tahap tingkat kebutuhan pengembangan kapabilitas dan
kedewasaan tercermin dari bagan di atas yang tingkatan kedewasaan masing-masing unit
diambil dari dokumen rekomendasi rencana layanan pengadaan (ULP). Dokumen tersebut
induk dan peta jalan profesionalisasi ahli harus secara komprehensif memuat apa saja
pengadaan barang/jasa pemerintah. yang menjadi perhatian pimpinan ULP dalam
mengembangkan kemampuan SDM-nya.
Perlu diakui bahwa tidak ada satu cara Pada sudut pandang lainya, dokumen tersebut
saja yang dapat meningkatkan tahapan juga dituntut untuk dapat menginspirasikan
kedewasaan dan kapabilitas dari seluruh unit LKPP sebagai regulator yang dimandatkan
layanan pengadaan barang/jasa pemerintah untuk pengembangan SDM pengadaan
secara serentak, yang notabene jumlahnya barang/jasa pemerintah secara nasional.
104 JURNAL PENGADAAN
Apabila ULP ITB dapat dijadikan tolak ukur pemerintah sebagai sumber permintaan dari
kematangan kesiapan ULP di Indonesia, ahli pengadaan barang/jasa pemerintah harus
maka secara keseluruhan (9 KPA yang terkoordinasi dengan baik. LKPP bekerja
menjadi parameter), mungkin kebanyakan sama dengan Kementerian Pendaya- gunaan
ULP di Indonesia berada pada posisi Level-2. Aparatur Negara (PAN), Kementerian
Peta jalan, khususnya dalam mengembangkan Keuangan, Badan Kepegawaian Negara
kemampuan ULP dari posisi Level-2 ke (BKN) untuk mewujudkan profesi yang
Level-3 berpotensi menjadi alat panduan memiliki jenjang karier serta remunerasi yang
yang strategis dalam mengembangkan menarik dan setara dengan apa pun risiko
profesionalisasi praktisi pengadaan barang/ yang terkait dengan tiga unsur tanggung jawab
jasa pemerintah secara nasional. para ahli pengadaan barang/jasa pemerintah.
Kerja sama instansi-instansi pemerintahan
Mengembangkan Persepsi Nilai Tambah di atas secara kolektif merupakan kunci
dari para Profesional Pengadaan Barang/ keberhasilan pengakuan profesi ahli penga-
Jasa Pemerintah daan barang/jasa pemerintah oleh masyarakat
Pengakuan luas berpangkal dari persepsi nilai luas dan fungsi LKPP yang dimandatkan
tambah dari profesi tersebut dan dibuktikan untuk memimpin koordinasi proses profe-
dari besaran permintaan dan sesuainya sionalisasi ahli pengadaan barang/jasa
remunerasi profesi tersebut baik dari sisi pemerintah.
keseimbangan permintaan dan penawaran
ekonomis dan dari sisi persepsi praktisi akan Titik terang dari hasil koordinasi pemerintah
remunerasi dan pengembangan karier yang dalam proses profesionalisasi yang membuk-
setimpal dengan risiko profesi. tikan perubahan persepsi yang positif bahwa
ada nilai tambah yang diberikan oleh ahli
Proses profesionalisasi menurut Wilensky pengadaan barang/jasa pemerintah adalah
(1964) dinyatakan berhasil apabila pengakuan dengan diakuinya jabatan fungsional ahli
luas tersebut, diraih dan mengukuhkan pengadaan pada struktur kepegawaian peme-
profesi tersebut setara dengan pengakuan rintah pada 20 Desember 2012. Di hari itu,
luas yang diraih oleh profesi kedokteran, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
pengacara, ataupun arsitek. mengeluarkan Peraturan Menteri (Permenpan
No.77/2012) dan tercantum pada Lembaran
Untuk mewujudkan ini, kerja sama di tubuh Negara No.67/2013 yang mengukuhkan
106 JURNAL PENGADAAN
jabatan fungsional tersebut pertama kali laun ini diharapkan dapat mengarusutamakan
dalam sejarah Indonesia. Ini harus disusul pentingnya meningkatkan standar kompetensi
dengan pemberian tingkat remunerasi yang dan profesionalisme insan pengadaan
layak dan dapat menarik minat masyarakat barang/jasa pemerintah dengan pengertian
untuk menggeluti profesi ini. peran dan potensi secara ekonomis apabila
sistem pengadaan barang/jasa pemerintah
Kesimpulan menjadi efisien dan kredibel akibat proses
Mudah-mudahan tulisan mengupas dengan profesionalisasi tersebut (Atmadja, 2012).
baik proses profesionalisasi, pembelajaran
dari sejarah dan pengalaman proses Paradigma lama tentang stigma seorang ahli
profesionalisasi di sektor migas yang pengadaan barang/jasa pemerintah harus
memiliki best practice di bidang pengadaan diubah begitu pula pandangan mengenai
barang dan jasa. Serta bagaimana mengemas peran dari proses pengadaan barang/jasa
proses profesionalisasi tersebut menjadi dalam menyediakan barang dan jasa yang
sebuah rencana induk dan peta jalan yang tepat waktu, tepat harga, tepat mutu, dan
dapat dijadikan pedoman pengembangan tepat sumber.
kompetensi dan tingkatan kedewasaan profesi
secara moduler dari tingkat ULP hingga Menyejajarkan kualitas dan efesiensi
regulator pengadaan tingkat pusat juga telah pengadaan barang/jasa di pemerintah
disinggung secara singkat. dengan best practices dan pemikiran-pemikiran
baru di swasta yang paling mutakhir saat ini
Sampailah kita pada poin kesimpulan, yaitu dapat membantu proses profesionalisasi ahli
proses profesionalisasi akan dapat terlaksana pengadaan barang/jasa pemerintah dengan
apabila para pemangku kepentingan, baik menyempurnakan pengembangan program
dari sisi pembuat kebijakan pengadaan karier jabatan fungsional, pelatihan serta
barang/jasa pemerintah, pembuat kebijakan remunerasi yang menarik, sehingga ahli
kepegawaian dan keuangan pemerintah, pengadaan di masa depan secara sadar memilih
asosiasi profesi, maupun pemakai jasa layanan dan bangga menjadi seorang ahli pengadaan
pengadaan pemerintah, mengambil langkah- barang/jasa pemerintah. Merupakan suatu
langkah terencana dan terkoordinir untuk keniscayaan apabila kualitas dan kompetensi
mengembangkan profesi ahli pengadaan SDM pengadaan barang/jasa pemerintah
barang/jasa pemerintah di Indonesia. Lambat meningkat, pengadaan tidak akan dipandang
Sebuah Peta Jalan Profesionalisme... November 2013/Vol. 3 - No. 3 107
lagi sebagai suatu proses yang menghambat Simposium tahunan yang biasanya dijadwal-
bagai leher botol. kan di bulan Oktober dan diprakarsai oleh
LKPP menjadi ajang untuk memantau
Keberhasilan kerja sama LKPP dengan perkembangan profesionalisasi insan peng-
para pemangku kepentingan, terutama adaan barang/jasa pemerintah. Mudah-
Kementerian Pendayagunaan Aparatur mudahan masyarakat lambat laun akan
Negara (PAN), dan Badan Kepegawaian memberikan pengakuan secara luas akan
Negara (BKN) dalam mengarusutamakan prospek dan potensi seorang ahli pengadaan
profesionalisasi ahli pengadaan barang/ barang/jasa pemerintah sebagai profesi yang
jasa pemerintah sebagai salah satu agenda prestisius. Mari kita pantau pelaksanaan dan
reformasi birokrasi nasional adalah hasil acara tersebut di situs resmi LKPP serta
dukungan institusi yang kuat dalam proses di blog-blog yang aktif memberitakan hal-
profesionalisasi. Dengan dikukuhkanya hal terkait keahlian pengadaan barang/jasa
jabatan fungsional ahli pengadaan barang/ pemerintah seperti yang dikelola oleh Bapak
jasa pemerintah secara efektif pada awal Khalid Mustafa dan blog lainya.
tahun 2013.
DAFTAR PUSTAKA
CMMI Product Team (2010). CMMI for Wilensky, H.L (1964) “The Professionalization
Services, Version 1.3 (CMU/SEI-2010- of Everyone?” in The American Journal of
TR-034). Retrieved September 25, 2012, Sociology. September 1964 Vol.LXX(2).
from the Software Engineering Institute, The University of Chicago Press
110 JURNAL PENGADAAN
PARA PENULIS
Para Penulis November 2013/Vol. 3 - No. 3 111
Erlangga S. Atmadja lahir di Jakarta, 8 Agustus 1980. Sejak Mei 2011 hing-
ga sekarang Erlangga bekerja untuk Asian Development Bank (ADB) sebagai
Co-Team Leader ADB Technical Assistance (TA) 7653-INO. Tugas utaman-
ya ada¬lah untuk memperkuat proses pengadaan publik, di antaranya dengan
menyeleng¬garakan program bantuan teknis yang bertujuan untuk mengembang-
kan kapasitas insititusi LKPP, agar LKPP dapat menjalankan dan mengatur proses
pengadaan barang dan jasa yang kredibel. Pada tahun 2001, Erlangga memperoleh
gelar Sarjana Bisnis Internasional dari Murdoch University, Australia. Selanjutnya
dia langsung melanjutkan pendidikan pascasarjananya di universitas yang sama na-
mun untuk bidang Electronic Commerce dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun
2010, Erlangga menyabet gelar Master of Diplomacy and Trade dari Monash Uni-
versity, Melbourne, Australia.
Para Penulis November 2013/Vol. 3 - No. 3 113
Fanny Kartika memperoleh gelar sarjana manajemen dari Sekolah Bisnis dan
Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB). Fanny memiliki pengalaman riset
tentang manajemen hubungan pemasok pada sebuah ritel lokal ternama di Jawa
Barat. Saat ini ia tengah belajar bisnis internasional dengan cakupan Asia-Pasifik.
114 JURNAL PENGADAAN
Robin A. Suryo adalah lulusan dari Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, ser-
ta peraih gelar Master of Arts (MA) dan Doctor of Philosophy (PhD) di bidang
Ekonomi dari Colorado State University dengan konsentrasi Ekonomi Publik
serta Ekonomi Moneter dan Lembaga Keuangan. Robin pernah mengikuti ber-
bagai pelatihan, antara lain dalam bidang public private partnership, project finance, fiscal
management, economic analysis of project, serta fundamental of public procurement. Sebagai
penulis, salah satu artikelnya dimuat di The Social Science Journal (2007) yang
terbit di Amerika. Saat ini Robin menjabat sebagai Direktur Pengembangan Pro-
fesi LKPP. Jabatan sebelumnya adalah Kepala Biro Perencanaan, Organisasi dan
Tatalaksana (2008-2012). Pengalaman kerjanya dimulai dari BAPPENAS sejak
tahun 1990 dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Sub Direktorat Pembiayaan
dan Kerjasama Investasi pada Direktorat Pengembangan Kerjasama Pemerintah
dan Swasta. Aktivitas lainnya adalah sebagai Sekjen Ikatan Ahli Pengadaan Indo-
nesia (IAPI) serta mengajar di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Para Penulis November 2013/Vol. 3 - No. 3 115
Agita M. Ulfa mendapatkan gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Uni-
versitas Brawijaya dengan konsentrasi pada bidang Hukum Internasional dan lu-
lus pada 2007. Selanjutnya dia bekerja sebagai Associate Account Officer untuk
Kredit Komersial di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Pada tahun 2010,
Agita bekerja di PT Pelni (Persero) sebagai Junior Staff pada Satuan Pengawas In-
tern. Pada tahun yang sama dia memulai karir di LKPP sebagai Penyusun Bahan
Bantuan Hukum Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Instansi Pemerintah Pusat
pada Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum. Tugasnya adalah menyiapkan
saran, pendapat, dan rekomendasi dalam rangka penanganan permasalahan hu-
kum dalam pengadaan barang/jasa pemerintah yang banyak terjadi di K/L/D/I.
Agita telah memiliki Sertifikat Ahli Pengadaan Tingkat Dasar/Pertama. Berba-
gai pelatihan yang pernah diikuti diantaranya adalah English for Lawyers, Sistem
Pengawasan Intern Pemerintah, Pendidikan Khusus Profesi Advokat, dan Dasar-
Dasar Audit.
PANDUAN UNTUK PENULIS
118 JURNAL PENGADAAN
Contoh-contoh
Buku dengan Satu Penulis Prakata, Kata Pengantar, atau
Weny Doniger, Splitting the Difference (Chicago: Pendahuluan dari Sebuah Buku
University of Chicago Press, 1999), hal 65. James Rieger,”Kata Pengantar” untuk Mary
Wollstonecraft Sheley, Frankenstein; or,
Buku dengan Dua atau Tiga Penulis The Modern Prometheus (Chicago: University
Guy Cowlishaw dan Robin Dunbar, Primate of Chicago Press, 1982) hal. XX-XXI
Conservation Biology (Chicago: University of
Chicago Press, 2000) Buku Elektronik
Phillip B Kurland dan Ralph Lerner (eds),
Buku dengan Empat Penulis atau Lebih The Founders’ Constitution (Chicago: Univer-
Edward O Laumann et.al., The Social Or- sity of Chicago Press, 1987), atau http://
ganization of Sexuality: Sexual Pratices in press-ubs. uchicago.edu/founders/ (di-
the United States (Chicago: University of akses tanggal 27 Juni 2006).
Chicago Press, 1994), hal. 225-262.
Artikel Jurnal, Majalah, atau
Buku Terjemahan atau Suntingan Surat Kabar Cetak
Srintil, The Iliad of Homer, diterjemahkan oleh John Maynard Smith,”The Origin of Altruism”,
Richmond Lattimore (Chicago: University dalam Nature 393 (1998), hal. 639
of Chicago Press, 1951) William S Niederkorn, A Scholar Recants on His
Yves Bonnefoy, New and Selected Poems, dis- ‘Shakespeare’ Discovery”, dalam New York
unting oleh John Naughton and Anthony Times, 20 Juni 2002 (Rubrik Seni Sastra).
Rudolf (Chicago: University of Chicago
Press, 1995) Tesis atau Disertasi
M Amundin,”Click Repetition Rate Patterns in
Bab atau Bagian dari Sebuah Buku Communicative Sounds from the Harbour Purpoise,
Andrew Wiese,”The House I Live In’:Race, Class, Phocoena phocoena” (Disertasi Phd, Stockholm
and African American Subruban Dreams in University,1991), hal. 22-29,35.
the Postwar United States,” dalam Kevin M
Kruse dan Thomas J Sugrue (eds), The Makalah
New Suburban History (Chicago: Univer- Brian Doyle,”Howling Like Dogs: Metaphorical
sity of Chicago Press, 2006), hal. 101-102. Languange in Psalm 59” (Makalah diajukan
120 JURNAL PENGADAAN
9. Nomor bukti.
Setiap penulis akan menerima nomor
bukti penerbitan
Indeks