Anda di halaman 1dari 150

Diterbitkan Oleh

Lembaga Kebijakan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP)
Redaksi menerima artikel/essay
SME Tower Lt. 8 yang relevan dengan Dunia Pengadaan.
Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 94 Untuk petunjuk penulisan dapat dilihat
Jakarta 12780 Indonesia di halaman 118-Panduan Penulisan

Communication Center
Kirimkan ke: humas@lkpp.go.id.
021. 7167 3000

Telp. 021. 799 1025 (hunting),


Fax. 021. 799 6033 / 799 1125
www.lkpp.go.id

Pelindung
Agus Raharjo

Redaktur Ahli
Eiko Whismulyadi, Himawan Adinegoro,
Ikak G Patriastomo, Agus Prabowo,

Pemimpin Umum
Dharma Nursani

Pemimpin Redaksi
R Adha Pamekas

Redaksi
Suharti, Ratna Ayu Maruti, Mustika Rosalina,
Gigih Pribadi, Himawan Giri Dahlan,
R Ari Widianto
DAFTAR ISI

Kajian Pengadaan Alutsista dan Almatsus


Direktorat Kebijakan Pengadaan Khusus
1-11 dan Pertahanan Keamanan - LKPP

Sustainable Public Procurement


Direktorat Iklim Usaha dan
13-48 Kerjasama Internasional LKPP

Teori Kontrak Dan Implikasinya Terhadap Regu-


lasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
51-70 Robin A. Suryo & Agita M. Ulfa

Manajemen Pengadaan Publik


73-81 Togar M. Simatupang & Fanny Kartika

Pentingnya Konfirmasi dan Analisis


Dokumen Pada Pengadaan Barang dan Jasa
83-92 Fadjar Prajitno

Sebuah Peta Jalan Profesionalisasi


Pengadaan di Indonesia
95-108 Erlangga Atmadja

111-115 Para Penulis

118-121 Panduan untuk Penulis

122-131 Indeks
PENGANTAR REDAKSI
Dari Redaksi November 2013/Vol. 3 - No. 3 i

Pengantar Redaksi

Data yang dirilis oleh Indonesia Procurement besar tentu dibutuhkan effort yang besar dan
Watch (IPW) menunjukkan bahwa 70% kualitas pejabat pengelola pengadaan yang
kasus korupsi di Indonesia berbentuk mumpuni.
penyimpangan pengadaan barang dan
jasa. Kontrak-kontrak yang diberikan oleh Peraturan Presiden RI No.106/2007
pemerintah di dalam proses pengadaan memandatkan LKPP sebagai instansi terkait
menjadi lahan subur praktek “kongkalikong” yang mengatur pengadaan pemerintah untuk
yang kolutif. Padahal, jumlah uang negara bertanggung jawab dan proaktif dalam proses
yang dikelola melalui proses pengadaan pada profesionalisasi tenaga ahli pengadaan barang
tahun 2014 diperkirakan sekitar Rp 600 triliun dan jasa pemerintah. Proses profesionalisasi
(APBN) dan Rp 320 triliun (APBD). Selain pejabat pengadaan pemerintah pusat dan
itu, menurut catatan IPW, setiap tahunnya daerah dengan standar kompetensi dan
ada sekitar 400 ribu paket pekerjaan di 560 jalur pengembangan karir fungsional yang
kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Paket jelas adalah elemen penting dalam proses
pekerjaan ini belum termasuk paket yang ada reformasi pengadaan barang/jasa pemerintah
di BUMN dan BUMD yang nilainya juga tak untuk menghasilkan sistem yang kredibel dan
sedikit, dan sudah seharusnya dikelola secara menyejahterakan. Proses profesionalisasi
profesional. adalah proses dimana sebuah praktek/bidang
keahlian dikembangkan untuk diakui secara
Namun, berdasarkan analisis Komisi luas dan menjadi terstandarisasi diperlukan
Pemberantasan Korupsi (KPK), pada tahun agar insan pengadaan dapat dihargai, diakui,
2010 telah terjadi inefisiensi sekitar Rp dan dapat memperoleh pelatihan yang
110 triliun dari proses pengadaan barang/ menjadikan mereka mumpuni di bidangnya
jasa pemerintah. Salah satu jadi sebabnya sesuai dengan tingkatan standar kompetensi
adalah belum terbentuknya kompetensi dan yang diharapkan.
kapasitas para pelaku proses pengadaan
barang dan jasa pemerintah yang profesional. Isu profesionalisasi tenaga ahli pengadaan
Padahal, mengingat beban yang sedemikian inilah yang diangkat oleh Erlangga Atmadja
ii JURNAL PENGADAAN

lewat tulisan berjudul “Sebuah Peta menimbulkan permasalahan atau sengketa


Jalan Profesionalisasi Pengadaan di kontrak antara pembeli (pemerintah) dan
Indonesia” dalam Jurnal Pengadaan edisi penyedia. Kesulitan para pihak mewujudkan
ini. Dalam tulisannya, Erlangga mencoba kontrak yang optimal disebabkan oleh moral
melakukan pendekatan “profesionalisme” hazard karena adanya informasi asimetris
ini dari best practices pengadaan barang serta ketidakmampuan para pihak untuk
dan jasa di industri minyak dan gas bumi menuangkan seluruh ketentuan dalam
(migas) yang menurutnya telah memiliki kontrak akibat dari bounded rationality.
sejarah profesionalisasi selama 60 tahun,
sehingga dipandang memiliki kekayaan basis Kontrak pengadaan yang optimal
pengetahuan yang luas dan relevan untuk membutuhkan skema dan mekanisme
kepentingan pengembangan profesi ahi adaptasi kontrak yang memberikan insentif
pengadaan barang dan jasa pemerintah di bagi para pihak untuk memaksimalkan net
Indonesia. Menurutnya, industri migas dipilih benefit sekaligus meminimalkan perilaku
sebagai tolak ukur karena posisi strategis yang oportunistik dan eksploitatif. Pada
pengadaan dan pengelolaan rantai pasok kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah
dalam proses bisnis industri migas serta ketidaklengkapan kontrak tidak hanya
perannya sebagai pemimpin best practices dalam disebabkan oleh bounded rationality dari para
pengadaan dan pengelolaan rantai pasok di pihak dan institusi pengadilan, tetapi juga
Indonesia terutama di bidang pengembangan ketidaklengkapan regulasi yang dibuat oleh
karier ahli pengadaan. regulator Artinya, bounded rationality juga
dihadapi oleh regulator pengadaan.
Selain Erlangga, ada Robin A. Suryo dan
Agita M. Ulfa yang mengangkat persoalan Mengingat regulasi pengadaan yang ada
“Teori Kontrak dan Implikasinya saat ini belum sepenuhnya mengakomodasi
terhadap Regulasi Pengadaan Barang skema dan mekanisme adaptasi kontrak
dan Jasa Pemerintah”. Menurut yang optimal, Robin dan Agita menawarkan
mereka, kontrak pengadaan yang optimal perlunya kajian yang lebih mendalam terkait
(yang memaksimalkan net benefit para hal tersebut, sehingga dapat meberi tuntunan
pihak) seringkali tidak dapat diwujudkan. dalam menyusun ketentuan yang dapat
Penyesuaian atau adaptasi kontrak yang dijadikan pedoman untuk menghasilkan
seharusnya dapat memaksimalkan net kontrak pengadaan yang optimal. Selain itu,
benefit para pihak pada umumnya justru pemahaman secara teoretis terkait dengan
Dari Redaksi November 2013/Vol. 3 - No. 3 iii

ekonomi kontrak perlu dilengkapi dengan penawaran yang diserahkan peserta


kajian empiris untuk mempelajari bagaimana pengadaan dan mengabaikan konfirmasi
konsep yang ada dalam teori kontrak kepada pihak terkait atas keabsahan dokumen
diimplementasikan di lapangan yang tentu yang diserahkan peserta pengadaan kepada
jauh lebih kompleks daripada teori. mereka. Hal ini tanpa disadari mengabaikan
pula risiko adanya penyimpangan dalam
Dalam Jurnal Pengadaan kali ini, Direktorat proses pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Kebijakan Pengadaan Khusus Dan Pertahanan Dengan melakukan analisis dokumen dan
Keamanan (Hankam) LKPP menyajikan konfirmasi kepada pihak terkait, sebagian
kajian menariknya terkait Alat Utama Sistem risiko penyimpangan dalam pengadaan barang
Senjata (Alutsista) dan Alat Material Khusus dan jasa dapat dideteksi atau diantisipasi lebih
(Almatsus). Kajian yang menerapkan metode dini agar tidak menimbulkan dampak yang
gabungan antara kualitatif dan kuantitatif lebih besar.
ini bersifat policy research, yaitu kajian yang
ditujukan untuk menghasilkan masukan bagi Banyak cara untuk membuat pengadaan lebih
penyusunan kebijakan terkait pengadaan memiliki makna terhadap masyarakat, salah
alutsista dan almatsus. Kajian ini berupaya satunya adalah melalui “Pengadaan Publik
menggali permasalahan pengadaan alutsisa Berkelanjutan” yang coba dikaji oleh Togar
dan almatsus, yang selanjutnya dapat menjadi M. Simatupang dan Fanny Kartika. Menurut
dasar dalam pembuatan pedoman serta mereka, di Indonesia saat ini pengadaan barang
kebijakan dalam pengadaan penyusunan dan jasa publik saat ini sering dipandang
kebijakan pengadaaan alutsista dan alat sebagai salah satu fungsi dalam penyerapan
almatsus bagi LKPP yang sesuai dengan anggaran saja. Pengadaan menjadi tergantung
peraturan dan kondisi yang berlaku. pada ketersediaan anggaran dan selesai
bilamana anggaran sudah terserap. Penilaian
Kasus pemalsuan surat dukungan dalam sering hanya didasarkan pada percepatan
pengadaan alat kesehatan di Kabupaten penyerapan dana anggaran, sehingga
Hulu Sungai Tengah coba diangkat oleh pelaksanaan anggaran lebih mengutamakan
Fadjar Prajitno dengan tajuk “Pentingnya jumlah realisasi ketimbang pemilihan jenis
Konfirmasi dan Analisis Dokumen pada barang dan jasa yang sesuai kebutuhan, tanpa
Pengadaan Barang dan Jasa”. Menurut mempertimbangkan apakah barang dan jasa
Fadjar, terkadang panitia pengadaan barang yang tersebut bermanfaat dalam menunjang
dan jasa tidak menganalisis dokumen kinerja instansi.
iv JURNAL PENGADAAN

Akibatnya, jumlah barang dan jasa yang tidak untuk meningkatkan belanja publik dalam
begitu penting bisa jadi berlebih, sementara rangka untuk meningkatkan kebijakan sosial,
barang lainnya yang sangat dibutuhkan tidak lingkungan dan ekonomi negara. Selain itu juga
tersedia dengan cukup. Permasalahan seperti memberikan kontribusi untuk menciptakan
ini seharusnya tak perlu terjadi, jika sejak awal pasar untuk teknologi tepat guna dan solusi
proses pengadaan telah mempertimbangkan inovatif serta untuk mengetahui hambatan-
konsep pengadaan publik berkelanjutan. hambatan yang dihadapi para stakeholder dalam
Melalui perspektif manajemen rantai pasok, mengimplementasikan konsep pengadaan
Togar dan Fanny melihat bahwa denngan yang berwawasan lingkungan sesuai dengan
pengadaan publik berkelanjutan ini dapat Perpres 54/2010.
memberikan dampak yang lebih luas kepada
masyarakat. Itulah beberapa sajian Jurnal Pengadaan kali
ini. Redaksi mengucapkan terima kasih atas
Subdirektorat Iklim Usaha Direktorat Iklim kontribusi para penulis yang telah berbagi
Usaha dan Kerjasama Internasional LKPP pemikiran dan analisa di edisi ini. Untuk
melakukan kajian terkait “Sustainable Public pembaca sekalian, kritik, saran, dan masukan
Procurement”. Tujuannya, menjadikan Anda selalu kami nantikan. Selamat membaca,
pengadaan publik berkelanjutan menjadi dan Salam Pengadaan!
alat yang memungkinkan bagi pemerintah

Redaksi
KAJIAN PENGADAAN ALAT UTAMA
SISTEM SENJATA (ALUTSISTA) DAN
ALAT MATERIAL KHUSUS (ALMATSUS)
KAJIAN PENGADAAN ALAT UTAMA SISTEM
SENJATA (ALUTSISTA) DAN ALAT MATERIAL
KHUSUS (ALMATSUS)
Abstrak

Upaya modernisasi alutsista dan almatsus demi meningkatkan kapabilitas

pertahanan dan keamanan tercantum sebagai salah satu prioritas perta-

hanan dalam RPJM 2010. Pada tahun yang sama, melalui Perpres No. 42 Ta-

hun 2010 Pemerintah Republik Indonesia juga berkomitmen pada pengem-

bangan industri pertahanan dalam negeri demi terwujudnya cita-cita

kemandirian pertahanan dan keamanan. Berdasarkan hal tersebut, dibutuh-

kan formulasi kebijakan dan regulasi yang dapat memberikan fondasi bagi

proses pengadaan alutsista dan almatsus sehingga mampu mensinergikan

kebutuhan modernisasi persenjataan dengan upaya pembangunan industri


Direktorat Kebijakan
pertahanan nasional.
Pengadaan Khusus dan
Pertahanan Keamanan
Terkait dengan permasalahan yang dihadapi dalam pengadaan alutsista dan
(HANKAM)
almatsus, hasil kajian mengemukakan kurangnya koordinasi dan komuni-

kasi, tidak hanya antar stakeholder, tetapi juga antar personil dalam stake-
Lembaga Kebijakan
holder tersebut. Dengan menggunakan pendekatan akuisisi pertahanan dan
Pengadaan Barang dan
model CADMID, pemetaan terhadap kurangnya koordinasi menyebabkan
Jasa Pemerintah (LKPP)
adanya kesenjangan antar tahapan pengadaan seperti dalam perencanaan

kebutuhan, skema litbang, proses pengadaan dan produksi, pemakaian

produk, serta ketiadaan kebijakan purna-pakai. Demi menyasar masalah-

masalah tersebut, hal yang utamanya harus dilakukan adalah mengopti-

malkan peran Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang berperan

dalam mengatur sinergi vertikal dan horizontal antara pemerintah sebagai

regulator, industri sebagai provider, serta TNI-Polri sebagai user. Koordinasi

antara upaya modernisasi alutsista dan almatsus serta pembangunan indus-

tri pertahanan kemudian dapat dilaksanakan melalui pengadaan yang mem-

pertimbangkan aspek-aspek pemenuhan kebutuhan TNI/Polri, kemandirian

industri pertahanan nasional, serta kemampuan penyelenggaraan pembi-

ayaan serta realisasi anggaran negara.


Kajian Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata... November 2013/Vol. 3 - No. 3 1

1. LATAR BELAKANG

B erdasarkan sasaran pembangunan


Rencana Pembangunan
Menengah (RPJMN) 2010-2014, kebijakan
Jangka
ditujukan untuk menyinergikan upaya
peningkatan pertahanan dan keamanan serta
pengembangan industri pertahanan nasional.
dalam bidang pertahanan dan keamanan Pertama, komitmen pada pengembangan
utamanya diarahkan pada upaya untuk industri pertahanan dilaksanakan dengan
memodernisasi alat utama sistem senjata dikeluarkannya Perpres No. 42 Tahun
(alutsista) dan alat material khusus (almatsus). 2010 yang mendasari didirikannya Komite
Khusus bagi upaya modernisasi alutsista bagi Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang
angkatan bersenjata, sasaran pembangunan utamanya mengatur mengenai sinergi vertikal
juga diarahkan pada peningkatan kemampuan dan horizontal antara pemerintah sebagai
pertahanan menuju Minimum Essential Force regulator, industri sebagai provider, serta
(MEF). Upaya modernisasi serta pencapaian TNI-Polri sebagai user. Kedua, demi adanya
standar MEF ini tidak hanya sangat penting proses modernisasi alutsista dan almatsus
bagi upaya meningkatkan profesionalitas yang efektif dan efisien, diterbitkanlah
dalam mengantisipasi perkembangan Perpres No. 54 tahun 2010 pada tanggal 6
ancaman bagi pertahanan negara, namun Agustus 2010 yang mengatur kekhususan
juga berdampak besar bagi kewibawaan dan bagi pengadaan dan pembiayaan pengadaan
kehormatan Bangsa Indonesia. alutsista bagi TNI dan almatsus bagi Polri
dengan pemberian prioritas pada industri
Dalam prosesnya, upaya modernisasi strategis nasional. Secara khusus, pedoman
alutsista dan almatsus memiliki agenda lebih dan tata cara pengadaan alutsista dan almatsus
dari sekedar pengadaan sistem baru untuk ini masing-masing diserahkan pada Menteri
menggantikan alat-alat yang sudah tidak Pertahanan (dengan masukan dari Panglima
layak digunakan. Peremajaan alutsista dan TNI) dan Kapolri melalui konsultasi dengan
almatsus ini harus berada dalam koridor Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan
transparansi dan akuntabilitas tata kelola Jasa Pemerintah (LKPP). Oleh karena itu,
pemerintahan yang baik (GCG), peningkatan dalam pengadaan alutsista dan almatsus posisi
kemampuan pertahanan dan keamanan itu LKPP menjadi sentral untuk memberikan
sendiri, serta dapat bersinergi dengan upaya konsultasi kepada Menhan dan Kapolri
pengembangan industri pertahanan nasional mengenai penyusunan pedoman dan tata
demi cita-cita kemandirian. Sebagai bentuk cara pengadaan alutsista dan almatsus yang
komitmen terhadap hal tersebut, pemerintah sederhana, jelas, dan komprehensif.
melahirkan dua produk yang secara beriringan
2 JURNAL PENGADAAN

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari kegiatan ini adalah mengetahui almatsus. Metode kualitatif dan kuantitatif
permasalahan pengadaan alutsista dan digunakan bersamaan untuk menyasar
almatsus, yang selanjutnya dapat menjadi maksud dan tujuan kajian dimana sebagian
dasar dalam pembuatan pedoman serta pertanyaan yang muncul serta data yang
kebijakan dalam pengadaan penyusunan diperoleh bersifat non numerikal sehingga
kebijakan pengadaaan alutsista dan alat tidak dapat diukur dengan angka, seperti
almatsus bagi LKPP yang sesuai dengan hubungan politik antar negara, dan transfer
peraturan dan kondisi yang berlaku. teknologi. Penjelasan kualitatif ini kemudian
didukung oleh kuantifikasi terbatas terhadap
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini data yang diperoleh melalui wawancara dan
adalah untuk memberikan pedoman dan FGD dengan masing-masing stakeholder
rekomendasi yang sederhana, jelas dan pengadaan alutsista dan almatsus.
komprehensif kepada Menteri Pertahanan
dan Kepala Polisi Republik Indonesia dalam Demi memperoleh hasil kajian yang efektif
penyusunan kebijakan pengadaaan alutsista menjawab tujuan dengan komprehensif,
dan almatsus. Kebijakan ini menjadi esensial kajian ini juga menerapkan jenis penelitian
demi peningkatan pertahanan negara dan eksploratif, evidence based, deskriptif, analitis,
penyelenggaraan keamanan dan ketertiban komparatif dan konfirmatori. Penelitian
masyarakat (kamtibnas) sebagai salah satu secara eksploratif menjelaskan ide-ide atau
bentuk pelayanan publik yang seirama dengan hubungan-hubungan yang baru. Hal ini
upaya pengembangan industri strategis digunakan untuk memberikan gambaran
nasional. mengenai konsep yang digunakan dalam
penelitian. Evidence based berangkat dari
3. METODOLOGI kondisi yang berkembang di masyarakat dan
Kajian ini menerapkan metode gabungan pemangku kebijakan, sebagaimana media
antara kualitatif dan kuantitatif yang bersifat monitoring yang dilakukan.
policy research, yaitu kajian yang ditujukan untuk
menghasilkan masukan bagi penyusunan Melalui tahapan yang deskriptif kajian
kebijakan terkait pengadaan alutsista dan ini juga menjelaskan, meringkas berbagai
almatsus. Dalam kajian ini metode kualitatif kondisi, situasi, dan variabel yang timbul di
digunakan untuk menjelaskan permasalahan masyarakat yang menjadi objek penelitian
dalam proses pengadaaan alutsista dan berdasarkan apa yang terjadi. Diharapkan
Kajian Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata... November 2013/Vol. 3 - No. 3 3

melalui penggunaan jenis penelitian deskriptif, Berdasarkan dari keterangan di atas, kajian
pengkaji dapat menyajikan satu gambaran mengenai pengadaan alutsista dan almatsus
yang terperinci mengenai pengadaan alutsista ini menghimpun berbagai data dan informasi
dan almatsus. Kajian ini juga secara analitis dari studi literatur dan konsep, pendekatan
menekankan pada penggalian isu-isu strategis pada regulasi dan peraturan yang telah ada,
terkait pengadaan alutsista dan almatsus, serta serta desk research yang meliputi aktivitas media
menelaah respon terhadap isu-isu pengadaan monitoring perihal topik kajian. Selanjutnya,
alutsista dan almatsus tersebut. Komparasi diperoleh informasi secara lebih ekstensif
kemudian dilakukan terhadap contoh praktik melalui wawancana mendalam dan focus
pengadaan alutsista dan almatsus yang group discussion (FGD) yang masing-masing
dilakukan di negara lain. Penelitian yang melibatkan stakeholder dalam pengadaan
bersifat konfirmatori selanjutnya dilakukan alutsista dan almatsus di Indonesia.
permasalahan yang ditemukan dalam desk
research dengan hasil temuan yang berasal Secara umum, kerangka logis kajian
dari FGD. Hasil temuan survey juga dapat pengadaan alutsista dan almatsus ini dapat
membantu analisis secara kuantitatif. dilihat pada Grafik 1.

Grafik 1
Kerangka Logis Kajian Pengadaan Alutsista dan Almatsus
4 JURNAL PENGADAAN

4. HASIL KAJIAN DAN ANALISIS


Kajian pengadaan alutsista dan almatsus teknis yang dihasilkan oleh produsen. Hal ini
ini melibatkan berbagai stakeholder terkait berkaitan dengan harapan pihak penyedia
demi diperolehnya data dan informasi yang dan pengguna akan adanya keterlibatan
komprehensif. Focus group discussion (FGD) pihak-pihak yang dapat membantu
dilaksanakan dengan narasumber dari mengkomunikasikan kepentingan industri
Kementerian Pertahanan (Kemhan), ketiga pertahanan sebagai produsen, kepentingan
matra TNI, Polri, dan industri pertahanan, pencapaian efektivitas alutsista dan almatsus
mencakup PT. PAL, PT. DI, PT. Pindad, oleh pengguna, serta kepentingan pemerintah
PT. LEN, PT. Inti, PT. Dahana, PT. Barata, sebagai regulator. Demi memenuhi kepentingan
dan PT. Palindo Marine. Untuk melengkapi para stakeholder, penting bagi pengguna
informasi mengenai topik kajian maka dan penyedia untuk dapat memahami
dilakukan juga FGD dengan pihak akademisi substansi perjanjian yang tercermin dari
dan jurnalis. kontrak-kontrak yang ditandatangani. Saat
ini masalah yang paling mengemuka terkait
FGD dilakukan dengan berpedoman pada dengan ketidakselarasan perwujudan kontrak
daftar pertanyaan yang tersusun berdasarkan dan realisasi anggaran, multi-interpretasi
desk research yang telah dilakukan sebelumnya. terhadap substansi perjanjian, serta posisi
Pertanyaan yang menjadi pedoman FGD ini tawar industri pertahanan dalam negeri yang
mencakup enam topik besar, yaitu kapabilitas umumnya diposisikan secara inferior oleh
pertahanan dan keamanan, masalah penyedia mitra kerjasama luar negerinya.
(supplier), substansi perjanjian, prosedur
pengadaan, skema pembiayaan, dan poin Secara lebih luas, permasalahan dalam
“lain-lain” yang mencakup penegasan prosedur juga menjadi isu yang dibahas
masalah yang dihadapi serta pokok mengenai dalam FGD kajian ini. Berdasarkan hasil
prinsip-prinsip dan tata nilai dan pengadaan. FGD, isu prosedur umumnya lebih banyak
dikemukakan oleh pihak pengguna, di mana
Berdasarkan hasil FGD tersebut, diperoleh prosedur dan regulasi yang ada sekarang
beberapa masalah yang mengemuka. masih berkiblat pada pengadaan barang
Peningkatan kapabilitas pertahanan dan umum dan belum memiliki semangat
keamanan melalui pengadaan/modernisasi pengadaan alutsista dan almatsus. Sedangkan
alutsista dan almatsus terhambat oleh adanya pihak pengguna umumnya mengemukakan
inkoherensi antara kebutuhan operasional masalah prosedur dan tahapan pengadaan
yang diminta oleh pengguna dengan spesifikasi alutsista dan almatsus yang terlalu rumit dan
Kajian Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata... November 2013/Vol. 3 - No. 3 5

berbiaya tinggi (costly). Prosedur dan regulasi dalam pengadaan alutsista dan almatsus
yang ada saat ini juga belum memberikan dapat disusun. Proses pengadaan yang
kejelasan mengenai beberapa hal terkait saat ini berjalan di Indonesia ini kemudian
pengadaan alutsista dan almatsus, seperti dibandingkan dengan pendekatan akuisisi
mekanisme pemenuhan Tingkat Kandungan pertahanan yang berlaku di Inggris melalui
Dalam Negeri (TKDN), penelitian dan mekanisme CADMID (concept, assessment,
pengembangan dalam teknologi persenjataan, demonstration, manufacture, in-service, dan disposal).
serta offset dalam pengadaan alutsista dan Dalam literatur konsep akuisisi pertahanan
almatsus dari luar negeri. (defence acquisition), keenam tahap ini
dianggap sebagai model perencanaan sistem
Tidak kalah penting, dalam pengadaan pertahanan yang sudah mempertimbangkan
alutsista dan almatsus juga memperhatikan keberlanjutan (sustainability) maupun
masalah pembiayaan yang utamanya memberikan kapabilitas terintegrasi yang
menyoroti proses penganggaran nasional bersifat “through-life”. Proses pengadaan
yang bersifat tahunan. Hal ini menghambat alutsista dan almatsus di Indonesia dengan
penganggaran proyek-proyek pekerjaan penerapan pada pendekatan sistem CADMID
alutsista dan almatsus yang umumnya dapat dilihat pada Gambar 2.
dapat berjalan selama lebih dari satu
tahun anggaran. Hal ini menyebabkan Berdasarkan pendekatan CADMID, dapat
ketidaksesuaian perkembangan pekerjaan dilihat bahwa rangkaian proses pengadaan
dengan pembayaran, khususnya yang pertahanan yang seharusnya berlangsung
dananya bersumber dari APBN. Masalah secara berkelanjutan pada kenyataannya
penganggaran juga seringkali mengemukakan mengalami kesenjangan antar tahapannya
keterlambatan pencairan anggaran, sehingga (diwakili oleh garis putus-putus vertikal).
menyebabkan keterlambatan peresmian Hal ini terlihat dari realisasi spesifikasi teknis
kontrak serta dimulainya pekerjaan. Oleh yang didorong oleh kebutuhan operasional
karena itu, sisi penyedia mengharapkan pengguna terhambat oleh komplikasi
dibukanya kesempatan untuk self-financing birokrasi/personil antara Kemhan, TNI, dan
dengan bantuan PDN. Polri sebagai requirement generator dan di saat
yang sama berhadapan dengan pengadaan
Berdasarkan data dan informasi yang yang mengkompromikan spektek. Hal ini
diperoleh dari berbagai FGD serta desk memperlihatkan adanya kesenjangan antara
research yang dilakukan sebelumnya, tahapan kebutuhan dengan proses pengadaan.
6 JURNAL PENGADAAN

Grafik 2. Proses pengadaan alutsista dan almatsus dalam pendekatan CADMID

Kesenjangan pada tahap pengadaan ini dengan tahapan operasional di mana alutsista
menyebabkan perencanaan yang sarat dengan atau almatsus digunakan oleh pengguna.
teknologi menjadi tidak in-line dengan proses Kesenjangan yang terjadi di tahapan ini juga
produksi di tahap manufaktur. Maksudnya secara intensif dipicu oleh tahapan-tahapan
adalah, terjadi inkoherensi antara teknologi sebelumnya. Inefektivitas dalam penggunaan
yang dibutuhkan oleh pengguna (litbang) alutsista dan almatsus ini didorong oleh
dengan kemampuan serta upaya pencapaian ketidaksesuaian antara produk yang sudah
teknologi yang disasar oleh industri sebagai dibeli dengan tuntutan operasional yang
pengguna. Dengan kata lain, tidak terjadi direncanakan, sehingga menyebabkan
kesinambungan dan koordinasi dalam menurunnya masa pakai produk, serta
proses litbang. Hal ini juga didukung oleh meningkatnya kebutuhan anggaran perawatan
kekosongan industri pendukung pertahanan dan perbaikan yang kemudian mengurangi
yang sebenarnya membenamkan kesempatan proporsi anggaran untuk pembaharuan/
pembangunan rantai suplai di ranah domestik. penggantian peralatan.

Perlu diperhatikan bahwa kesenjangan antara Pada tahap terakhir, proses pengadaan
kemampuan litbang dan kebutuhan pengguna alutsista dan almatsus di Indonesia justru tidak
didasari oleh ketidaksepahaman, apakah memiliki kebijakan disposal, yaitu kebijakan
litbang seharusnya ditarik oleh kebutuhan purna-pakai yang memberikan panduan
TNI (demand pull) atau justru dilakukan di penanganan alutsista dan almatsus setelah
industri baru kemudian ditawarkan pada masa pakainya habis. Dengan tidak adanya
pengguna (supply push). kebijakan ini, tingkat pemakaian peralatan (in-
service) menjadi tidak dapat diukur sehingga
Selanjutnya, kesenjangan juga terjadi antara risiko operasional meningkat karena masa
tahapan produksi di industri pertahanan pakai alat terus menerus diulur melalui
Kajian Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata... November 2013/Vol. 3 - No. 3 7

perbaikan tanpa adanya batas pemakaian. menyebabkan lubang-lubang kesenjangan


Secara singkat, berdasarkan uraian di atas yang mengganggu atau menghambat proses
dapat dilihat bahwa melalui gambaran yang pemenuhan kebutuhan TNI dan Polri. Lebih
lebih besar kesenjangan-kesenjangan yang jauh lagi, pengadaan yang dapat mendukung
terjadi dalam tiap tahapan pengadaan alutsista pengembangan industri pertahanan juga
dan almatsus ini didasarkan oleh tidak adanya membutuhkan koordinasi elemen-elemen
koordinasi antar stakeholder dalam keseluruhan dalam pemerintahan, TNI/Polri, lembaga-
rangkaian pengadaan. lembaga litbang dan universitas, serta industri
pertahanan.
5. KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI 5.2. REKOMENDASI
5.1. KESIMPULAN Demi sistem pengadaan alutsista dan
Saat ini isu pengadaan alutsista dan almatsus yang dapat mendukung sinergi
almatsus tidak hanya membawa isu teknis antara efektifitas pemenuhan kebutuhan serta
pengadaan serta pemenuhan kebutuhan saja. pengembangan industri pertahanan maka
Pembahasan mengenai pengadaan alutsista dibutuhkan koordinasi yang tidak hanya
dan almatsus hampir selalu melibatkan menghubungkan pengguna dan penyedia
modernisasi kapabilitas pertahanan dan tetapi juga regulator. Tidak dapat dipungkiri
keamanan yang berhadapan dengan upaya bahwa permasalahan dalam pengadaan
pengembangan industri dalam negeri yang alutsista dan almatsus banyak terkait dengan
bercita-cita kemandirian. isu kurangnya koordinasi antar stakeholder
serta prosedur pengadaan dan pembiayaan
Berdasarkan hasil analisis, dapat dilihat yang dianggap terlalu rumit.
bahwa proses pengadaan alutsista dan
almatsus masih belum dapat berjalan sesuai 1) Koordinasi stakeholder di bawah KKIP
ketetapan regulasi serta cita-cita kemandirian. Dengan diterbitkannya UU no. 16 tahun
Permasalahan dalam proses pengadaan 2012 tentang Industri Pertahanan, KKIP
alutsista dan almatsus yang bersinergi dengan menjadi tempat bertemunya stakeholder terkait
pengembangan industri pertahanan terletak pengadaan alutsista dan almatsus, yaitu
pada kurangnya koordinasi dan komunikasi, pengguna sebagai perencana kebutuhan,
tidak hanya antar stakeholder, tetapi juga antar industri pertahanan sebagai penyedia, serta
personil dalam stakeholder tersebut. Dalam elemen pemerintah yang berperan sebagai
proses pengadaan, kurangnya koordinasi fasilitator anggaran dan litbang sekaligus
8 JURNAL PENGADAAN

sebagai penyusun dasar hukum. Dengan sebagai jabatan ex-officio. Intinya, penetapan
peraturan perundangan ini muncul harapan perwakilan permanen ini adalah untuk
bahwa KKIP dapat memfasilitasi upaya membangun jaringan liaison officers (LO) yang
koordinasi dalam pengadaan alutsista dan menjembatani K/L terkait dengan KKIP
almatsus yang selaras dengan cita-cita sehingga koordinasi dapat berjalan dengan
kemandirian melalui pembangunan industri baik.
pertahanan. Hal ini berarti keterlibatan
para stakeholder sudah terbangun sejak 2) Mengatur keterlibatan pihak ketiga
tahap perencanaan kebutuhan dan litbang, Sebagai bagian dari upaya membangun
pengadaan, penggunaan, hingga tahap purna koordinasi antar stakeholder pengadaan
pakai (disposal). Di samping itu, koordinasi alutsista dan almatsus, maka perlu juga
juga penting untuk menyelaraskan kebijakan diupayakan pengaturan pihak ketiga yang
dalam pengembangan sumber daya, terlibat, yaitu agen perusahaan luar negeri.
pembangunan industri pendukung, upaya Dengan adanya pengaturan terhadap
penyehatan industri pertahanan nasional, pihak ketiga berarti para agen ini tidak lagi
harmonisasi regulasi, dan lain-lain. menjadi pihak “luar” yang aktivitasnya tidak
dapat diawasi dan dikendalikan. Pengaturan
Sehubungan dengan hal di atas maka ini dapat disusun dalam bentuk standar
keterlibatan Kementerian/Lembaga dalam kewenangan atau standar kecakapan sebagai
KKIP harus dilaksanakan secara konsisten. prasyarat untuk menjadi agen pengadaan. Hal
Koordinasi akan sulit dilakukan tanpa sharing ini dilakukan untuk menjamin kemampuan
knowledge dan pemahaman yang seringkali dan kapabilitas pihak ketiga dalam memenuhi
menjadi distorsi, sedangkan keanggotaan pengadaan, sekaligus mengidentifikasi aktor-
KKIP yang langsung dipegang oleh Menteri- aktor yang berlaku sebagai agen/broker
menteri, Panglima TNI, dan Kapolri pengadaan. Secara lebih makro, pengaturan
diperkirakan tidak akan bisa selalu hadir. dapat dilakukan melalui prosedur pengadaan
Oleh karena itu, personil yang menjadi dan regulasi terkait.
perwakilan tiap-tiap stakeholder yang duduk di
KKIP sebaiknya ditetapkan melalui jabatan 3) Membangun indikator kemandirian
tetap (permanen). Hal ini dapat diwujudkan industri pertahanan nasional
dengan mempersiapkan jabatan baru; Koordinasi yang baik juga dapat mendukung
memanfaatkan jabatan existing dengan tugas, akses informasi bagi KKIP untuk
fungsi, dan peran yang paling serupa; atau membangun sebuah indikator kemandirian
menjadikan tugas perwakilan KKIP menjadi industri pertahanan. Indikator ini dibangun
Kajian Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata... November 2013/Vol. 3 - No. 3 9

dengan melihat proporsi kebutuhan alutsista pertahanan belum mampu memenuhi


dan almatsus yang sudah dapat dipenuhi kebutuhan TNI/Polri dalam jangka pendek,
secara domestik sehingga kapabilitas industri mereka mendapat kesempatan untuk
pertahanan dapat dikembangkan tanpa mengupayakan pemenuhan tersebut melalui
mengompromikan spesifikasi alutsista dan kesempatan litbang. Adanya kesempatan
almatsus yang dibutuhkan pengguna. Oleh bagi industri pertahanan untuk melakukan
karena itu, dibutuhkan data dan informasi litbang dengan kepastian arahan kebutuhan,
baik dari pihak pengguna dan penyedia yang kapabilitas pertahanan dan keamanan serta
secara komprehensif dapat menggambarkan pengembangan industri pertahanan dapat
kondisi kesenjangan antara kebutuhan dengan dilakukan secara paralel.
kapabilitas industri pertahanan.
Selain informasi kebutuhan, dari sisi
Pihak pengguna (Kemhan/TNI/Polri) dapat penyedia dibutuhkan informasi yang benar-
memberikan data dan informasi yang secara benar menggambarkan kapabilitas industri
riil menggambarkan kondisi kesenjangan pertahanan untuk dapat memetakan
kemampuan alutsista/almatsus serta rencana kesenjangan antara kebutuhan pertahanan
pengadaannya. Kesenjangan alutsista dan keamanan dengan kapabilitas industri
almatsus yang dimaksud di sini adalah pertahanan. Hal ini penting demi tujuan
informasi kemampuan/kapasitas alutsista pengadaan yang mendukung pengembangan
dan almatsus eksisting dibandingkan dengan industri pertahanan melalui pengadaan
kebutuhan jangka panjang dan audit kelaikan dari dalam negeri untuk produk yang
yang dilaksanakan oleh masing-masing matra benar-benar telah mampu diproduksi oleh
TNI dan satker Polri. Rencana kebutuhan industri pertahanan. Peta kemampuan
serta pengadaan ini juga sebaiknya mencakup industri pertahanan juga bermanfaat untuk
jangka waktu kebutuhan, melalui keterangan memperlihatkan kompetensi masing-masing
bahwa kebutuhan tersebut bersifat darurat, perusahaan dan potensi pengembangan
rutin, atau dalam jangka panjang. Dengan teknologi, sehingga aktivitas litbang secara
kata lain, pengguna menyusun sebuah bertahap dapat dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan makro (macro planning) dalam kebutuhan. Selanjutnya, data-data ini
pengadaan alutsista/almatsus. Rencana juga harus meliputi sejauh mana industri
kebutuhan jangka panjang ini penting untuk pertahanan memenuhi syarat TKDN dalam
menyelaraskan pengembangan kapabilitas produknya.
industri pertahanan sesuai dengan arah
kebutuhan pengguna sehingga saat industri
10 JURNAL PENGADAAN

Singkatnya, pembentukan indikator sudah bisa dipenuhi penyedia dalam negeri


kemandirian dapat dilihat pada Gambar 1. tetapi anggaran tidak dapat memenuhi, maka

Gambar 1
Proses pengadaan alutsista dan almatsus dalam pendekatan CADMID

4) Pembiayaan pengadaan alutsista dan pengadaan barang tersebut dapat dilakukan


almatsus dalam beberapa tahap pengadaan untuk
Pengadaan yang bertujuan memenuhi mengurangi beban pada anggaran. Dengan
kebutuhan pertahanan dan keamanan kata lain, penahapan pengadaan dilakukan
sekaligus mengembangkan industri bukan hanya untuk memberikan kesempatan
pertahanan sulit untuk terwujud tanpa bagi industri untuk melaksanakan litbang
adanya dukungan anggaran. Dengan adanya tetapi juga untuk memberikan keleluasaan
perencanaan jangka panjang serta data pembiayaan.
kapabilitas dan potensi industri pertahanan,
maka pada saat anggaran bagi pengadaan Namun, perlu ditekankan juga bahwa
terbatas dapat dilakukan penahapan penahapan pembiayaan membutuhkan
pengadaan (periodisasi). komitmen alokasi anggaran yang tidak
hanya direncanakan secara tahunan.
Maksudnya adalah, ketika rencana pengguna Dengan kata lain, penahapan pengadaan
mengemukakan kebutuhan alat tertentu yang juga membutuhkan perencanaan anggaran
Kajian Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata... November 2013/Vol. 3 - No. 3 11

jangka panjang sehingga proses pemenuhan


kebutuhan serta pengembangan litbang
industri pertahanan dapat terus berjalan dan
tidak terhenti sebelum selesai.

Pembiayaan pengadaan alutsista dan


almatsus juga harus difokuskan pada tujuan
awal alokasi anggaran tersebut. Misalnya
pembiayaan melalui Pinjaman Dalam Negeri
(PDN) sebaiknya digunakan untuk membiayai
pengadaan dari industri dalam negeri.
SUSTAINABLE PUBLIC PROCUREMENT
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 13

SUSTAINABLE PUBLIC PROCUREMENT

Abstrak

Tujuan dari pelaksanaan Sustainable Public Procurement yang diusung

oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP)

adalah untuk: 1) menjadikan pengadaan publik berkelanjutan menjadi


Subdirektorat
alat yang memungkinkan bagi pemerintah untuk meningkatkan belanja
Iklim Usaha
publik dalam rangka untuk meningkatkan kebijakan sosial, lingkungan

dan ekonomi negara; 2) memberikan kontribusi untuk menciptakan pasar


Direktorat Iklim Usaha
untuk teknologi tepat guna dan solusi inovatif; 3) penerapan pengadaan
dan Kerjasama
yang berkelanjutan diharapkan dapat turut mengurangi dampak kerusakan
Internasional
lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam proses pengadaan barang dan jasa;

4) mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi para stakeholder dalam


Lembaga Kebijakan
upayanya mengimplementasikan konsep pengadaan yang berwawasan
Pengadaan Barang dan
lingkungan sesuai dengan Perpres 54/2010. Metode analisa yang digunakan
Jasa Pemerintah
adalah metode kualitatif yang terdiri dari metode deskriptif analitis, analisis

isi, dan analisis kebijakan. Pada kegiatan sustainable public procurement

ini LKPP membuat kuesioner yang disebar ke LPSE (Lembaga Pengadaan

Secara Elektronik) di seluruh Indonesia. Pemilihan LPSE di seluruh Indonesia

dilandasi pemahaman bahwa LPSE adalah unit yang melayani sistem

pengadaan secara elektronik dan melalui LPSE akses penyebaran kuesioner

lebih mudah dan menjangkau seluruh daerah di Indonesia.


14 JURNAL PENGADAAN

Hasil dari pelaksanaan penyebaran kuesioner oleh LKPP mengenai

pengadaan yang ramah lingkungan dimaksudkan untuk mengetahui:

1) tingkat tersosialisasinya Perpres 54/2010 yang mengandung konsep

pengadaan yang berwawasan lingkungan, yaitu melalui pasal 105 ayat (1),

(2) dan (3); 2) tingkat pemahaman dan kesiapan para stakeholder untuk

implementasi peraturan pengadaan yang berwawasan lingkungan; dan 3)

memperoleh banyak informasi dan best practice terkait pengadaan yang

berwawasan lingkungan.

Kata kunci: pengadaan yang berkesinambungan, produksi bersih,

pengadaan barang dan jasa pemerintah, pengadaan yang berwawasan

lingkungan.
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 15

PENDAHULUAN

P engadaan publik yang ramah


lingkungan (green public procurement/
GPP) merupakan suatu prosedur dimana
secara jelas menyatakan bahwa dalam
pengadaan barang dan jasa diharapkan lebih
memberikan perhatian terhadap lingkungan.
pertimbangan lingkungan diperhitungkan Prakarsa green procurement dimulai sejak
dalam proses pengadaan publik. Green public awal tahun 2004, tetapi masih pada tahap
procurement adalah pengadaan yang lebih “introduction” dan hingga saat ini belum ada
cerdas, itu berarti meningkatkan efisiensi aturan yang memberikan ruang besar untuk
pengadaan publik dan pada saat yang sama berkembangnya konsep “green” di Indonesia.
menggunakan kekuatan pasar masyarakat
untuk membawa manfaat bagi lingkungan Indonesia harus menerapkan pengadaan
baik secara lokal maupun global. publik yang ramah lingkungan. Terdapat
beberapa hal yang dapat menjadi
Banyak negara maju telah menerapkan pertimbangan sangat kuat, yaitu orientasi
pengadaan dengan konsep pengadaan pada lingkungan masa depan yang lebih
yang berkelanjutan, dengan sebagian besar baik akan menjamin keberlangsungan alam
berfokus pada pengadaan publik yang terutama untuk anak cucu, menangani tujuan-
ramah lingkungan. Pendekatan ini diterima tujuan kebijakan lokal, penggagas untuk
secara luas sebagai salah satu alat yang inovasi baru, popular (international best practice),
dapat digunakan oleh pemerintah untuk dan yang paling penting adalah pengadaan
mempromosikan produksi produk-produk publik yang berwawasan lingkungan sangat
yang ramah lingkungan. Indonesia sendiri mungkin dilakukan.
sebenarnya telah melaksanakan konsep-
konsep tersebut secara garis besar dalam Pengadaan barang dan jasa pemerintah
kebijakan pembangunan nasional. Konsep- adalah salah satu katalis terbesar yang
konsep dalam meningkatkan produktivitas dapat menunjang pelaksanaan pengadaan
dan manajemen lingkungan seperti yang berwawasan lingkungan. Untuk itu,
minimalisasi limbah, sistem manajemen dalam melakukan setiap kegiatan yang
yang berbasis lingkungan, eco-labeling, life cycle terkait dengan pengadaan, setiap Pengguna
assessment, dan beberapa hal lainnya. Namun Anggaran (PA) selayaknya melakukan
dalam sistem dan pengaturan pengadaan beberapa persiapan yang terkait lingkungan.
barang dan jasa pemerintah yang sudah Salah satu persyaratan yang seharusnya
ada, dalam hal ini Perpres 54/2010 dan menjadi perhatian pejabat yang bersangkutan
perubahannya (Perpres 70/2012) belum adalah green public procurement.
16 JURNAL PENGADAAN

Produksi bersih (cleaner production) bertujuan Re-use atau penggunaan kembali adalah suatu
untuk mencegah dan meminimalkan teknologi yang memungkinkan suatu limbah
terbentuknya limbah atau bahan pencemar dapat digunakan kembali tanpa mengalami
lingkungan di seluruh tahapan produksi. Di perlakuan fisika/kimia/biologi. Implikasi
samping itu, produksi bersih juga melibatkan dari re-use adalah penggunaan kembali un-
upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi treated water serta pemakaian kemasan bahan
penggunaan bahan baku, bahan penunjang kimia untuk bahan kimia sejenis.
dan energi di seluruh tahapan produksi.
Dengan menerapkan konsep produksi Reduction atau pengurangan limbah pada
bersih, diharapkan sumberdaya alam dapat sumbernya adalah teknologi yang dapat
lebih dilindungi dan dimanfaatkan secara mengurangi atau mencegah timbulnya
berkelanjutan (http://ppbn.or.id/site/index.php? pencemaran di awal produksi. Implikasi
modul). dari reduction adalah mengurangi dan
meminimalisasi penggunaan bahan baku,
Menurut Pusat Produksi Bersih Nasional air dan energi serta menghindari pemakaian
(PPBN) terdapat prinsip-prinsip pokok bahan baku berbahaya dan beracun serta
dalam strategi produksi bersih dituangkan mereduksi terbentuknya limbah pada
dalam 5 R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery, sumbernya sehingga mencegah dari atau
and Recycle). mengurangi timbulnya masalah pencemaran
dan kerusakan lingkungan serta risikonya
Re-think adalah suatu konsep pemikiran terhadap manusia.
yang harus dimiliki pada saat awal kegiatan
akan beroperasi. Implikasi dari re-think Recovery adalah teknologi untuk memuliakan
adalah perubahan dalam pola produksi dan suatu bahan/energi dari suatu limbah untuk
konsumsi berlaku baik pada proses maupun kemudian dikembalikan kedalam proses
produk yang dihasilkan, sehingga harus produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika/
dipahami betul analisis daur hidup produk. kimia/biologi. Implikasi recovery adalah me-
Upaya produksi bersih ini tidak dapat berhasil recover khrom pada limbah padat dari industri
dilaksanakan tanpa adanya perubahan dalam kulit, me-recover timah hitam dari limbah aki
pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua bekas, dan lain sebagainya.
pihak terkait baik pemerintah, masyarakat
maupun kalangan dunia usaha. Recycling atau daur ulang adalah teknologi
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 17

yang berfungsi untuk memanfaatkan limbah environmental.


dengan memprosesnya kembali ke proses • Economic factors include the costs of products
semula yang dapat dicapai melalui perlakuan and services over their entire life cycle, such as:
fisika/kimia/biologi. Implikasi recycling adalah acquisition, maintenance, operations and end-of-
daur ulang limbah plastik menjadi bijih life management costs (including waste disposal)
plastik, daur ulang air proses, energi, dan lain- in line with good financial management;
lain. • Social factors include social justice and equity;
safety and security; human rights and employment
Prinsip-prinsip di atas lebih diarahkan pada conditions;
pengaturan diri sendiri (self regulation) daripada • Environmental factors include emissions to air,
pengaturan secara command and control. Jadi land and water, climate change, biodiversity,
pelaksanaan program produksi bersih natural resource use and water scarcity over the
ini tidak hanya mengandalkan peraturan whole product life cycle.
pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada
kesadaran untuk merubah sikap dan tingkah Berdasarkan pengertian tersebut, sustainable
laku seluruh stakeholders. public procurement atau pengadaan yang ramah
lingkungan adalah suatu proses pemenuhan
Pengertian sustainable public procurement yang kebutuhan barang dan jasa KLDI sehingga
dipublikasikan oleh UNEP and UNDESA keseluruhan tahapan proses pengadaan
dalam situs UNEP (http://www.unep.fr/scp/ memberikan manfaat tidak hanya untuk KLDI
procurement/whatisspp/) adalah sebagai berikut: tapi juga untuk masyarakat dan perekonomian
“Sustainable procurement is a process whereby dengan meminimalkan dampak kerusakan
organisations meet their needs for goods, services, lingkungan. Konsep pengadaan yang ramah
works and utilities in a way that achieves value for lingkungan dapat diterjemahkan dalam
money on a whole life basis in terms of generating dokumen pemilihan berupa persyaratan yang
benefits not only to the organisation, but also to society mengarah kepada pemanfaatan sumber daya
and the economy, whilst minimising damage to the alam secara arif dan mendukung pelestarian
environment.” fungsi lingkungan hidup.

Sustainable procurement seeks to achieve the Peraturan pemerintah mengenai pengadaan


appropriate balance between the three pillars of yang ramah lingkungan telah diatur dalam
sustainable development i.e. economic, social and Perpres 54 Tahun 2010 dan perubahannya
18 JURNAL PENGADAAN

memang masih bersifat introduksi atau Peraturan-peraturan lain yang mengatur


pengenalan, namun sejatinya sudah dapat tentang lingkungan hidup dan ramah
dilaksanakan oleh K/L/D/I. Pasal 105 lingkungan antara lain Undang-Undang
berbunyi sebagai berikut: (1) Konsep ramah Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
lingkungan merupakan suatu proses pemenuhan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
kebutuhan barang dan jasa K/L/D/I, sehingga atau yang terkait dengan jasa konstruksi
keseluruhan tahapan proses pengadaan dapat salah satunya ada pada Peraturan Menteri
memberikan manfaat untuk K/L/D/I dan Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun 2010
masyarakat serta perekonomian, dengan tentang Kriteria dan Sertifikasi Bangunan
meminimalkan dampak kerusakan lingkungan. Ramah Lingkungan.
(2)Konsep pengadaan ramah lingkungan dapat
diterapkan dalam dokumen pemilihan berupa Pengadaan yang ramah lingkungan, dapat
persyaratan-persyaratan tertentu, yang mengarah dimulai dengan menerapkan prinsip-prinsip
pada pemanfaatan sumber daya alam secara arif yang mendukung terhadap pelestarian
dan mendukung pelestarian fungsi lingkungan lingkungan hidup sehingga kerusakan
hidupsesuai dengan karakteristik pekerjaan. (3) lingkungan dapat mulai diminimalisir. Hal
Pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan ini bisa mulai dengan menggunakan atau
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan mengadakan (pengadaan) barang atau jasa
dengan memperhatikan efisiensi dan efektivitas yang memiliki perhatian baik secara langsung
pengadaan (value for money). atau tidak langsung terhadap pelestarian,
perlindungan serta pengelolaan lingkungan
Ayat (1) di atas merupakan komitmen hidup. Persyaratan ini dapat dimasukkan
bersama bahwa pemahaman konsep ramah dalam dokumen pengadaan dengan
lingkungan meliputi tiga pilar besar, yakni memberikan nilai lebih atau “lebih disukai”
masyarakat (sosial), ekonomi, dan lingkungan. terhadap peserta lelang atau calon penyedia
Ayat (2) merupakan tindakan nyata yang barang dan jasa yang memberikan perhatian
dapat dilakukan (operasional) oleh pengelola terhadap barang dan jasa yang ramah
pengadaan dalam menerapkan konsep pada lingkungan.
ayat (1). Ayat (3) merupakan ayat yang akan
menaungi tindakan nyata dari KLDI pada Pengadaan barang dan jasa pemerintah yang
saat memilih untuk melaksanakan pengadaan berkelanjutan atau secara internasional dikenal
yang ramah lingkungan. dengan sebutan sustainable public procurement
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 19

adalah bagian dari pengejawantahan dari berkelanjutan tidak sekadar dimaksudkan


komitmen bangsa-bangsa di dunia untuk untuk memberikan beban tambahan kepada
mendorong pelaksanaan pembangunan para penyedia barang dan jasa untuk ikut
yang berkelanjutan (sustainable development) memikul beban tanggung jawab mengatasi
yang telah menjadi arus utama (mainstream) berbagai permasalahan sosial melainkan
pembangunan di negara-negara maju dewasa bahwa manfaat dari tertanganinya berbagai
ini. masalah sosial dan lingkungan secara
baik akan sekaligus memberikan jaminan
Upaya bangsa-bangsa di dunia untuk keberlangsungan eksistensi dari penyedia
melaksanakan komitmen pengentasan barang dan jasa itu sendiri.
berbagai permasalahan sosial dan lingkungan
melalui reformasi pengadaan barang dan jasa Ilustrasinya, bahwa bila kalangan penyedia
pemerintah didasarkan pada pertimbangan barang dan jasa tidak mempedulikan berbagai
bahwa pemerintah sebagai aktor yang mewakili permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat
negara dalam penatakelolaan pembangunan maka akan tiba masanya permasalahan
seyogianya menjadi pelopor sekaligus sebagai sosial tersebut akan menjadi bumerang bagi
contoh dalam menyelesaikan berbagai penyedia barang dan jasa itu sendiri yang
permasalahan global secara sistematis. akan mengancam eksistensinya. Demikian
pula bila terjadi kerusakan lingkungan, baik
Pertimbangan lainnya adalah bahwa di banyak lingkungan hayati maupun non hayati yang
negara, terutama negara-negara berkembang, sebenarnya merupakan basis utama dari
belanja barang dan jasa pemerintah merupakan hampir semua industri, bila mereka tidak
penggerak utama kegiatan pembangunan ikut berkontribusi mengatasinya maka dapat
sehingga bila belanja pemerintah didasarkan dipastikan industri mereka pada akhirnya
wawasan sosial dan lingkungan maka diyakini akan terancam eksistensinya.
akan dapat secara signifikan mempengaruhi
perilaku para pelaku usaha dan penyedia jasa Pelibatan para penyedia barang dan
dalam menyikapi permasalahan sosial dan jasa pemerintah untuk bersama-sama
lingkungan yang berarti akan mempercepat melaksanakan komitmen mengatasi berbagai
proses perbaikan berbagai permasalahan permasalahan sosial dan lingkungan tentu
tersebut secara global. saja tidak dimaksudkan untuk mengganggu
Pengadaan barang dan jasa pemerintah yang perolehan keuntungan yang selama ini
20 JURNAL PENGADAAN

menjadi orientasi pelaku usaha tersebut. baru, meskipun itu adalah hal yang baik
Keberlanjutan peradaban juga ditentukan akan memasang penyaring yang disebut
oleh karena pihak swasta sebagai profit taker pertimbangan untung-rugi (gain and lost).
tetap mendapatkan peluang yang demokratis Potensi penerimaan akan lebih tinggi
untuk memenuhi hasratnya dengan tambahan manakala pihak yang ditawari melihat,
misi, yakni secara lebih bertanggung jawab meyakini, dan bahkan telah menghitung
terhadap faktor yang oleh pelaku ekonomi bahwa keuntungannya lebih besar dari
konservatif disebut sebagai faktor non kerugian yang akan dipikul.
ekonomi, yakni tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Siapa saja yang perlu diyakinkan, siapa yang
bertugas untuk meyakinkan, dan bagaimana
Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa metodenya adalah serangkaian pertanyaan
pengadaan barang dan jasa pemerintah adalah yang sangat penting dan perlu dijawab pada
suatu cara mengadakan barang jasa yang tingkat pertama karena sangat menentukan
mengedepankan pertimbangan kelestarian keberhasilan tahap selanjutnya. Ini adalah
lingkungan, tanggung jawab sosial dan proses penyamaan atau penyelarasan persepsi
kelayakan ekonomis. (mind-setting) yang lamanya dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, kondisi demografis,
Meskipun tujuan utama pengadaan barang metode, media dan political will dimana proses
dan jasa pemerintah sudah baik atau ideal mind-setting ini dilaksanakan.
untuk menuju tatanan kehidupan yang lebih
baik, namun tidak akan serta merta dapat Kendala kedua adalah berkaitan dengan
diterima atau diadopsi, baik oleh pemerintah kesiapan supra struktur (legalitas dan
sebagai pemegang otoritas pembelian barang penatalaksanaan), struktur (kelembagaan
dan jasa maupun oleh kalangan penyedia dan organisasi), dan infrastruktur (peralatan
barang dan jasa. dan teknologi penunjangnya) yang akan
mewadahi atau memayungi pelaksanaan
Kendala pertama adalah terutama berkaitan pengadaan barang dan jasa yang berkelanjutan
dengan cara pandang atau persepsi masing- yang tentunya dapat merupakan struktur dan
masing pihak dalam memaknai istilah suprastruktur baru atau pengembangan/
pengadaan yang berkelanjutan. Sebagaimana perluasan dari struktur dan suprastruktur
lazimnya, setiap orang atau entitas yang yang mungkin telah ada.
diperhadapkan pada tawaran konsepsi Pengalaman mengajarkan bahwa meskipun
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 21

suatu inisiatif telah diterima oleh para untuk dicermati saat kita memikirkan atau
pihak (stakeholders) dan telah terbangun memprediksi tantangan yang akan dihadapi
komitmen untuk melaksanakannya serta telah ke depan terutama berkaitan dengan upaya
memiliki aspek legalitas namun tetap masih mengintegrasikan struktur, suprastruktur
membutuhkan waktu yang panjang untuk dan infrastruktur pengadaan barang jasa
terlaksana secara luas. Contoh konkret adalah pemerintah yang berkelanjutan. Kendala
inisiatif pengadaan secara elektronik yang kedua ini dapat kita sebut atau kelompokkan
diyakini tujuannya sangat ideal antara lain sebagai kendala yang berkaitan dengan
meningkatkan efisiensi, mengurangi potensi perangkat kesisteman (systemic tool-set).
penyimpangan, memperluas kesempatan
partisipasi, persaingan, dan lain-lain. Namun Kendala ketiga adalah berkaitan dengan
empat tahun waktu berlalu sejak pertama tingkat kapasitas pengelolaan atau kemampuan
kali diluncurkan terasa masih terlalu singkat manusia (skill-set) yang akan menjalankan
untuk membanggakan suatu success story. pengadaan barang dan jasa pemerintah yang
berkelanjutan ini. Sejumlah pengetahuan
Kelembagaan telah disiapkan berupa aturan dan keterampilan baru harus dikuasai oleh
main, petunjuk teknis, SOP, dan sebagainya. berbagai pihak untuk memastikan esensi dan
Demikian pula dengan organisasinya yang tujuan pengadaan berkelanjutan ini terjaga
populer dengan nama Lembaga Pelayanan dalam keseluruhan proses yang dijalankan
Secara Elektronik (LPSE) telah dibentuk dan dari waktu ke waktu.
difungsikan di berbagai tempat. Infrastruktur
yang tersedia dalam bentuk piranti keras Identifikasi mengenai jenis pengetahuan dan
(hardware) komputer, jaringan dan internet, keterampilan baru yang perlu dilatihkan,
peranti lunak (software) dan bangunan khusus kepada siapa, oleh siapa, di mana, dan
untuk menjamin keamanan dan kerahasiaan berapa lama seharusnya dapat diprediksi
operasional LPSE telah diadakan di berbagai mengacu kepada pengalaman negara-negara
wilayah, namun pengadaan secara elektronik lain yang telah lebih dahulu melaksanakan
belum sepenuhnya dapat mengambil alih pengadaan barang dan jasa pemerintah
pengadaan secara konvensional terutama di yang berkelanjutan. Meskipun kendala ini
daerah-daerah terpencil yang infrastrukturnya tidak akan tampak pada tahap awal inisiatif
masih tertinggal. pengadaan berkelanjutan ini namun perlu
Pembelajaran dari pengadaan secara dibahas dan dipersiapkan sejak dini.
elektronik (e-procurement) ini menjadi penting
22 JURNAL PENGADAAN

Penyiapan sumberdaya manusia berbeda dan jasa pemerintah yang berkelanjutan.


dengan penyiapan infrastruktur dikarenakan
proses penguasaan keterampilan (skill METODE
acquisition) membutuhkan waktu dimana Metode yang digunakan dalam penelitian ini
faktor keterampilan/pengetahuan dasar (basic adalah metode kualitatif. Beberapa metode
skills), perilaku belajar (learning attitude) dan kualitatif yang dipakai dalam kajian ini adalah
sarana pembelajaran (learning infrastructures) sebagai berikut:
menjadi faktor-faktor berpengaruh yang 1. Metode Deskriptif Analitis, yaitu metode
perlu diperhitungkan. penelitian yang melakukan penuturan,
analisis, dan mengklasifikasikan data
Ketiga kendala yang diuraikan tadi dapat dan informasi yang diperoleh dengan
dilihat sebagai tantangan bila para pihak berbagai teknik seperti survei, wawancara,
yang terkait memiliki komitmen yang tinggi observasi, angket, kuesioner, studi
untuk mengatasinya secara bersama-sama. kasus, dan lain-lain (Surakhmad, 1980).
Sebaliknya dapat menjadi ancaman yang Dalam hal ini, analisis deskriptif analisis
serius bilamana para pihak yang seharusnya akan lebih difokuskan kepada analisis
terlibat melihat ketiga kendala tersebut sebagai kondisi eksisting, yang meliputi analisis
tanggung jawab pihak tertentu atau lembaga fenomena dan proses serta mekanisme
tertentu untuk mengerjakan semuanya. sustainable public procurement.
2. Analisis Isi (Content Analysis), yaitu suatu
Untuk itu pada tahap awal dari inisiatif metode untuk mengkaji substansi dan
ini diperlukan pengamatan dan analisis konsistensi dari suatu kebijakan, program,
yang objektif terhadap para pihak yang dan/atau perangkat hukum tertentu yang
memiliki keterkaitan langsung maupun tidak berkaitan dengan suatu permasalahan
langsung terhadap penanganan masalah tertentu. Dalam hal ini, analisis isi
sosial dan lingkungan baik di tingkat daerah, akan lebih banyak difokuskan untuk
nasional dan global. Pengamatan ini harus menganalisis produk-produk hukum
dihubungkan dengan wacana pengadaan yang berkenaan dengan proses dan
barang dan jasa pemerintah sehingga akan mekanisme pengendalian pemanfaatan
tergambar kapan, di mana, dan sebesar apa ruang yang telah dikeluarkan oleh
tanggung jawab masing-masing stakeholders pemerintah, baik pemerintah pusat
tersebut dalam konteks pengadaan barang maupun pemerintah daerah.
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 23

3. Analisis Kebijakan (Policy Analysis), yaitu Pilar I: Kerangka Legislasi dan Regulasi
sebuah pemikiran kritis dan seni untuk Bagian pilar I ini akan menguraikan bagaimana
memahami permasalahan aktual yang gambaran kerangka legislasi dan regulasi
terkait dengan kebijakan pembangunan pengembangan pendekatan modernisasi
yang akan dan/atau telah dilaksanakan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang
oleh sebuah otoritas publik atau berkelanjutan, terutama berkaitan dengan
pemerintah yang bertalian dengan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
berbagai sektor dan kepentingan umum mengenai perlunya pengadaan barang dan
(Bridgman & Davis 2000, hal 46). jasa pemerintah.

Oleh karena itu, analisis kebijakan ini


dapat dikatakan sebagai suatu metode Sosialisasi dan Dukungan Peraturan
analisis untuk mengetahui seberapa jauh Presiden No. 54 Tahun 2010 dalam
sebuah kebijakan diimplementasikan dalam Memulai Pelaksanaan Pengadaan
pelaksanaan. Analisis kebijakan ini mencakup Barang dan Jasa Pemerintah yang
tujuan kebijakan, hasil kebijakan serta mempertimbangkan Aspek Pelestarian
dampak kebijakan yang mungkin terjadi. Pada Lingkungan.
kegiatan sustainable public procurement ini LKPP
membuat kuesioner yang disebar ke LPSE di Sosialisasi tentang aspek regulasi yang
seluruh Indonesia. berkaitan dengan pelestarian lingkungan di
kalangan pelaku usaha pengadaan barang dan
HASIL KUESIONER jasa pemerintah telah tersosialisasi dengan
Pada bagian ini, akan diuraikan mengenai baik. Hal ini tergambar dari hasil survei
persepsi pelaku usaha terhadap pengadaan yang menunjukkan 83% dari responden
barang dan jasa pemerintah yang menyatakan adanya klausul di dalam
berkelanjutan. Persepsi pelaku usaha tersebut Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010
berkaitan dengan empat pilar, yaitu: (1) mengenai perlunya pengadaan barang dan
Kerangka Legislasi dan Regulasi (2) Kerangka jasa pemerintah mempertimbangkan aspek
Institusi dan Pengembangan Kapasitas, dan pelestarian lingkungan.
(3) Pelaksanaan Pengadaan dan Perilaku Pasar
(Market Operation) (4) Integritas, Transparansi,
dan Antikorupsi
24 JURNAL PENGADAAN

Grafik 1 Pengetahuan pelaku usaha tentang adanya aspek

peletarian lingkungan dalam Perpres No. 54 Tahun 2010. Grafik 2. Persepsi responden tentang dukungan Perpres

No. 54 Tahun 2010 sebagai dasar hukum dalam memulai

pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang


Masih terdapatnya 13% responden yang
ramah lingkungan/ramah sosial
tidak mengetahui adanya klausul tersebut
di dalam Perpres No.54 tahun 2010. Hal
Praktek Aturan yang Berhubungan
ini menunjukkan bahwa masih dibutuhkan
dengan Upaya Pelestarian Ekosistem
upaya sosialisasi lebih lanjut berkaitan dengan
dan Sumber Daya Alam
perpres tersebut terhadap para pengusaha
pengadaan barang dan jasa pemerintah. Praktek oleh pengusaha pengadaan barang
dan jasa pemerintah berkaitan dengan
Dari jumlah responden yang mengetahui aturan yang berhubungan dengan upaya
adanya aspek pelestarian lingkungan pelestarian ekosistem dan sumberdaya
dalam Perpres No. 54 Tahun 2010, 48,8% alam, misalnya aturan penghematan
beranggapan bahwa perpres tersebut kurang penggunaan air, bahan bakar, energi listrik,
memadai untuk dijadikan dasar hukum dalam pengaturan pengelompokan limbah/sampah,
memulai pelaksanaan pengadaan barang dan penghematan kertas, penggunaan tinta dari
jasa pemerintah yang ramah lingkungan/ bahan ramah lingkungan, perlindungan
ramah sosial, 24,4% berpendapat cukup budaya setempat, dan semacamnya.
memadai, sedangkan 26,9% menyatakan
sangat memadai. Hal ini mengindikasikan Berdasarkan hasil survei, 65% responden
perlunya pengaturan lebih lanjut dalam telah mempraktekkan aturan yang
perpres tersebut dalam mendukung pengusaha berhubungan dengan upaya pelestarian
pengadaan barang dan jasa pemerintah dalam ekosistem dan sumberdaya alam, yang
memulai pelaksanaan pengadaan barang dan mengindikasikan bahwa pelaku usaha telah
jasa pemerintah yang ramah lingkungan. melakukan sebagian upaya proses produksi
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 25

yang “ramah lingkungan/ramah sosial” hukum yang sebaiknya dijadikan dasar hukum
seperti pelestarian ekosistem dan sumberdaya untuk pengaturan praktek yang berhubungan
alam, misalnya aturan penghematan dengan upaya pelestarian ekosistem dan
penggunaan air, bahan bakar, energi listrik, sumber daya alam. 79,7% menginginkan
pengaturan pengelompokan limbah/sampah, peraturan perundang-undangan pemerintah
penghematan kertas, penggunaan tinta dari pusat yang dijadikan acuan. Sedangkan
bahan ramah lingkungan, perlindungan 20,3% menginginkan peraturan daerah yang
budaya setempat, dan semacamnya walaupun dijadikan acuan.
klausul di dalam Perpres No. 54 Tahun 2010
belum dilaksanakan secara utuh. Preferensi pengusaha terhadap perundang-
undangan pemerintah pusat yang dijadikan
Persepsi pengusaha pengadaan barang dan dasar hukum untuk pengaturan praktek
jasa pemerintah tentang kemungkinan produk yang berhubungan dengan upaya pelestarian
ekosistem dan sumberdaya alam, 36,4%
memilih Undang-undang sebagai dasar
hukum, sedangkan 13,6% menginginkan
peraturan daerah sebagai dasar hukum.

Perlunya dibuat persyaratan khusus


penguasaan kompetensi pengadaan
Grafik 3. Praktek aturan yang berhubungan dengan upaya
barang dan jasa pemerintah berkelanjutan
pelestarian ekosistem dan sumberdaya alam
untuk pengangkatan seseorang
menjadi panitia pengadaan atau pejabat
pengadaan

Grafik 4. Praktek aturan yang berhubungan dengan upaya pelestarian ekosistem dan sumberdaya alam
26 JURNAL PENGADAAN

Persepsi pengusaha pengadaan barang dan


jasa pemerintah tentang seberapa perlunya
persyaratan khusus penguasaan kompetensi
pengadaan barang dan jasa pemerintah
berkelanjutan untuk pengangkatan seseorang
Grafik 5. Persepsi tentang perlunya syarat kompetensi bagi
menjadi panitia pengadaan atau pejabat
panitia pengadaan.
pengadaan. Hasil survei menunjukkan bahwa
84,5% menyatakan perlu hingga sangat
Perlunya persyaratan khusus penguasaan
perlu adanya persyaratan khusus tersebut,
kompetensi pengadaan barang dan
sedangkan 15,5% menyatakan tidak perlu
jasa pemerintah berkelanjutan untuk
hingga kurang perlu.
pengangkatan seseorang menjadi panitia
pengadaan atau pejabat pengadaan. Dari
Berdasarkan hasil survei tersebut
Grafik 5 dapat dilihat 83% responden
menunjukkan bahwa menurut persepsi
menyatakan perlunya syarat khusus
pengusaha syarat khusus untuk pengangkatan
kompetensi untuk pengangkatan panitia
panitia pengadaan barang dan jasa yang
dan pejabat pengadaan barang dan jasa
berkelanjutan sangat diperlukan.
pemerintah yang berkelanjutan.

Grafik 6. Persepsi responden tentang perlunya syarat khusus untuk pengangkatan panitia pengadaan barang dan jasa pemerintah

yang berwawasan lingkungan.


Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 27

Persepsi responden tentang metode yang paling mungkin untuk menerapkan


kualifikasi ramah lingkungan-ramah sosial yang dapat diadopsi
pada kesempatan pertama

Grafik 7. Urutan preferensi responden tentang metode yang paling mungkin untuk menerapkan kualifikasi ramah lingkungan-

ramah sosial yang dapat diadopsi pada kesempatan pertama.

Preferensi responden tentang metode yang Persepsi responden tentang program/proyek


paling mungkin diadopsi untuk menerapkan yang bertujuan untuk pelestarian lingkungan/
kualifikasi ramah lingkungan-ramah sosial ekosistem yang telah menerapkan kaidah/
pada kesempatan pertama. Urutan prioritas persyaratan ramah lingkungan dalam
menurut persepsi responden adalah pada mayoritas barang dan jasa yang diadakan,
metode-metode pelelangan umum dengan 56% responden menyatakan bahwa program
pasca kualifikasi, pelelangan umum proyek yang bertujuan untuk pelestarian
dengan pra-kualifikasi, pemilihan langsung, lingkungan/ekosistem belum menerapkan
pengadaan langsung, penunjukan langsung kaidah/persyaratan ramah lingkungan dalam
dan yang terakhir swakelola. mayoritas barang dan jasa yang diadakan.
Sedangkan 11% responden menyatakan
Persepsi responden tentang program/ telah menerapkan kaidah/persyaratan ramah
proyek yang bertujuan untuk pelestarian lingkungan dalam mayoritas barang dan jasa
lingkungan/ekosistem yang telah mene- yang diadakan.
rapkan kaidah/persyaratan ramah ling-
kungan dalam mayoritas barang dan jasa
yang diadakan.
28 JURNAL PENGADAAN

Grafik 8. Persepsi responden tentang penerapan kaidah/persyaratan ramah lingkungan dalam program/proyek yang bertujuan

untuk pelestarian lingkungan/ekosistem.

Persepsi responden tentang penerapan ini menunjukkan bahwa penerapan kaidah/


kaidah/persyaratan ramah sosial dalam persyaratan ramah sosial dalam mayoritas
mayoritas program/proyek pengadaan program/proyek pengadaan barang dan jasa
barang dan jasa yang bertujuan untuk yang bertujuan untuk pengentasan masalah
pengentasan masalah sosial seperti sosial seperti pengangguran, pengentasan
pengangguran, pengentasan kemiskinan, kemiskinan, dan sebagainya belum
dan sebagainya. dilaksanakan. Sedangkan 19% menyatakan
bahwa penerapan kaidah tersebut sudah
Dari Grafik 9 dapat dilihat bahwa 44% dilaksanakan.
responden yang memilih jawaban “tidak”. Hal

Grafik 9. Persepsi responden tentang penerapan kaidah/persyaratan ramah sosial

dalam mayoritas program/proyek pengadaan barang/jasa.


Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 29

Persepsi/pengetahuan responden tentang bentuk penilaian yang disebut jejak-jejak


karbon (carbon footprint)

Grafik 10. Persepsi/pengetahuan responden tentang bentuk penilaian yang disebut jejak-jejak karbon (carbon footprint).

Persepsi/pengetahuan responden tentang


bentuk penilaian yang disebut jejak-jejak
karbon (carbon footprint) sebagai salah satu cara
untuk menilai seberapa ramah lingkungan
suatu produk dari saat mulai diproduksi
hingga pendistribusiannya ke pasar. Dari
Grafik 10 dapat dilihat 48% responden
Grafik 11. Kemungkinan model pendekatan penilaian jejak-
yang memilih jawaban “tidak”. Hal ini
jejak karbon (carbon footprint)diterapkan dalam evaluasi
menunjukkan bahwa pengusaha pengadaan
kualifikasi pengadaan barang/ jasa pemerintah.
barang dan jasa pemerintah sebagian besar
belum mengetahui adanya bentuk penilaian Dari total responden yang mengetahui
yang disebut jejak-jejak karbon (carbon footprint) suatu bentuk penilaian yang disebut jejak-
sebagai salah satu cara untuk menilai seberapa jejak karbon (carbon footprint) sebagai salah
ramah lingkungan suatu produk dari saat satu cara untuk menilai seberapa ramah
mulai diproduksi hingga pendistribusiannya lingkungan suatu produk dari saat mulai
ke pasar. Sedangkan 21% responden pernah diproduksi hingga pendistribusiannya ke
mendengar dan mengetahui tentang bentuk pasar, 76,5% berpendapat bahwa bentuk
penilaian tersebut. penilaian tersebut mungkin hingga sangat
30 JURNAL PENGADAAN

mungkin untuk dijadikan cara untuk menilai Persepsi responden tentang pengetahuan yang
ramah lingkungan suatu produk. Sedangkan perlu untuk dipahami oleh aparat pemerintah
23.5% menyatakan kurang atau tidak yang berhubungan dengan pengadaan barang
memungkinkan untuk dijadikan cara untuk dan jasa yang berkelanjutan menunjukkan
menilai ramah lingkungan. bahwa seluruh pengetahuan yang terdapat
pada pilihan-pilihan pernyataan perlu untuk
Pilar II: Kerangka Institusi dan dipahami oleh aparat pemerintah. Hal tersebut
Pengembangan Kapasitas dapat dilihat dari distribusi pernyataan yang
Pada pilar II akan diuraikan mengenai cukup merata, dengan ketimpangan yang
kerangka institusi dan pengembangan relatif kecil. Namun paling banyak responden
kapasitas dalam rangka pengadaan barang (22,9%) menyatakan pengetahuan tentang
dan jasa yang berkelanjutan. Bagian ini strategi memaksimalkan belanja pemerintah
berisi tentang pemahaman, pengetahuan, untuk menjadi instrumen yang berpengaruh
komitmen, pemihakan, serta identifikasi bagi pelestarian lingkungan dan mengatasi
faktor penghambat pengadaan barang dan permasalahan sosial penting untuk dipahami
jasa pemerintah yang berkelanjutan. oleh aparat pemerintah yang berhubungan

Persepsi responden tentang pengetahuan yang perlu untuk dipahami oleh


aparat pemerintah yang berhubungan dengan pengadaan barang dan jasa yang
berkelanjutan.

Grafik 12. Pengetahuan yang perlu untuk dipahami

oleh aparat pemerintah yang berhubungan dengan pengadaan barang dan jasa yang berkelanjutan.
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 31

dengan pengadaan barang dan jasa yang berbagai permasalahan sosial. Dari Grafik 13
berkelanjutan. dapat dilihat bahwa sebagain besar responden
(58,3%) menyatakan bahwa pimpinan
Persepsi responden tentang komitmen tertinggi di instansi/lembaga pengusaha
pimpinan tertinggi di instansi/lembaga mempunyai komitmen yang tinggi hingga
dalam hal pelestarian lingkungan dan sangat tinggi dalam hal pelestarian lingkungan
penanganan berbagai permasalahan dan penanganan berbagai permasalahan
sosial. sosial, sedangkan 27,1% menyatakan bahwa
pimpinan tertinggi di instansi kurang atau
Pengetahuan responden mengenai komitmen bahkan tidak memiliki komitmen terhadap
pimpinan tertinggi di instansi/lembaga dalam pelestarian lingkungan dan penanganan
hal pelestarian lingkungan dan penanganan permasalahan-permasalahan sosial.

Grafik 13. Persepsi tentang Komitmen pimpinan tertinggi di instansi/lembaga dalam hal pelestarian lingkungan dan

penanganan berbagai permasalahan sosial.


32 JURNAL PENGADAAN

Persepsi responden tentang faktor-faktor yang berpotensi menjadi penghambat


keberhasilan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa ramah lingkungan
dan ramah sosial.

Grafik 14. Faktor-faktor yang berpotensi

menjadi penghambat keberhasilan pelaksanaan pengadaan barang/jasa ramah lingkungan dan ramah sosial

Persepsi responden tentang faktor-faktor • Kurang lengkapnya regulasi beserta


yang berpotensi menjadi penghambat petunjuk pelaksanaanya yang memandu
keberhasilan pelaksanaan pengadaan pelaksana dari tingkat perencanaan,
barang dan jasa ramah lingkungan dan pengadaan, pemanfaatan, hingga
ramah sosial, menunjukkan bahwa persepsi evaluasinya.
paling banyak responden terhadap faktor • Kurangnya keterampilan pengelola
paling berpengaruh menjadi penghambat pengadaan dalam menyusun spesifikasi
keberhasilan pelaksanaan pengadaan barang barang dan jasa ramah lingkungan-ramah
dan jasa ramah lingkungan dan ramah sosial sosial di dalam dokumen pengadaan.
adalah: • Kemungkinan mahalnya harga produk/
jasa ramah lingkungan-ramah sosial
• Tidak tersedianya produk ramah dibanding produk konvensional.
lingkungan (green list), yang dapat • Kurang tersedianya produk barang dan
dipedomani oleh pengelola pengadaan jasa di pasaran yang memenuhi kriteria
dalam melakukan pengadaan. ramah lingkungan–ramah sosial.
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 33

• Rendahnya komitmen pimpinan di Pengetahuan responden terhadap apa yang


kementerian, lembaga, daerah dan institusi dimaksud dengan pengadaan barang dan jasa
dalam mengapresiasi pengadaan ramah pemerintah yang berkelanjutan. Berdasarkan
lingkungan-ramah sosial. Grafik 15 dapat dilihat bahwa mayoritas
responden, yaitu 36,2% menyatakan
Sedangkan kesiapan penyedia barang dan jasa pengetahuan responden terhadap apa yang
untuk berpartisipasi dalam pengadaan yang dimaksud dengan pengadaan barang dan jasa
mensyaratkan produk atau jasa yang ramah pemerintah yang berkelanjutan adalah cukup
lingkungan-ramah sosial menjadi faktor mengerti, 31,8% responden menyatakan
yang agak berpengaruh menjadi penghambat lebih mengerti hingga sangat mengerti. 32%
pengadaan barang dan jasa pemerintah yang responden menyatakan kurang hingga tidak
ramah lingkungan-ramah sosial. mengerti.

Pengetahuan responden terhadap pengertian Persepsi responden tentang pengalaman


pengadaan barang dan jasa pemerintah yang dan kedalaman mempelajari pengetahuan
berkelanjutan. berkaitan dengan manajemen rantai
pasokan (supply chain management)

Grafik 16. Responden pernah mempelajari pengetahuan

berkaitan dengan manajemen rantai pasokan (supply chain

management)

Grafik 15. Pengetahuan responden terhadap apa yang Dari Grafik 16 menunjukkan bahwa sebanyak
dimaksud dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah 62% responden masih belum pernah
yang berkelanjutan mempelajari manajemen rantai pasokan
(supply chain management), dan hanya
34 JURNAL PENGADAAN

19% responden yang menyatakan pernah Pengalaman dan kedalaman responden


mempelajari manajemen rantai pasokan. mempelajari hal yang berkaitan dengan
pembangunan berkelanjutan (sustainable
Dari responden yang pernah mempelajari development)
manajemen rantai pasokan (supply chain
management), 31,3% responden menyatakan
pengetahuan mengenai manajemen rantai
pasokan (supply chain management) adalah
cukup, 31.3% dari responden penyatakan
pengetahuan tentang manajemen rantai
pasokan lebih dari cukup dan 18,8%
Grafik 18. Pengalaman responden mempelajari hal yang
responden menyatakan pengetahuan tentang
berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable
hal tersebut masih kurang hingga tidak
development).
memiliki pengetahuan tentang hal tersebut.

Dari Grafik 18 dapat dilihat bahwa 62%


responden menyatakan tidak pernah
mempelajari hal yang berkaitan dengan
pembangunan berkelanjutan. Hanya 19%
responden yang menyatakan pernah
mempelajarinya.

Kemudian pada grafik berikutnya yaitu Grafik


19, terdapat 19% responden yang pernah
mempelajari hal yang berkaitan dengan
pembangunan berkelanjutan. Kedalaman
Grafik 17. Kedalaman pengetahuan responden mengenai pengetahuan responden tentang hal tersebut,
manajemen rantai pasokan (supply chain management). 26,9% menyatakan cukup memahami, 57,7%
mengatakan pemahaman tentang hal tersebut
lebih dari cukup hingga sangat memahami,
dan 15,3% menyatakan kurang hingga tidak
memahami hal tersebut.
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 35

Pengetahuan responden tentang


adanya lembaga swadaya masyarakat di
wilayahnya yang memiliki pemihakan
dan kepedulian terhadap masalah
lingkungan dan permasalahan sosial.

Grafik 19. Kedalaman pengetahuan responden mengenai

pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pengetahuan responden tentang adanya


seseorang di lingkungan kerjanya yang
terlibat pengadaan yang memiliki Grafik 21. Pengetahuan responden mengenai adanya

pengetahuan tentang aspek lingkungan lembaga swadaya masyarakat di wilayahnya yang memiliki

hidup dan atau aspek sosial. pemihakan dan kepedulian terhadap masalah lingkungan dan

permasalahan sosial.

Berdasarkan Grafik 21 dapat dilihat bahwa


responden yang menjawab tidak dan tidak
tahu, sebanyak 67%, artinya 67% responden
tidak tahu adanya lembaga swadaya masyarakat
di wilayahnya yang memiliki pemihakan dan
Grafik 20. Pengetahuan responden mengenai seseorang di kepedulian terhadap masalah lingkungan
lingkungan kerjanya yang terlibat pengadaan yang memiliki dan permasalahan sosial. Sementara 23%
pengetahuan tentang aspek lingkungan hidup dan responden menyatakan mengetahui tentang
atau aspek sosial. hal tersebut.

Berdasarkan Grafik 20 dapat dilihat bahwa


terdapat 48% responden menjawab tidak Pilar III: Pelaksanaan Pengadaan dan
tahu mengenai keterlibatan seseorang di Perilaku Pasar
lingkungan perusahaannya dalam pengadaan Pilar ini meliputi tentang berbagai hal yang
yang memiliki pengetahuan tentang aspek berkaitan dengan inisiatif global yang diadopsi
lingkungan hidup, 10% mengetahui, dan 36% secara nasional, prioritas sumber pembiayaan
ragu-ragu. pembangunan, prioritas pengadaan barang
36 JURNAL PENGADAAN

dan jasa pemerintah yang diujicobakan, Berdasarkan Grafik 22, tingkat keyakinan
efektivitas media dan metode, gerakan responden mengenai pengadaan barang
percontohan perilaku ramah lingkungan di dan jasa pemerintah yang berkelanjutan
kantor pemerintah, keterlibatan lembaga merupakan suatu inisiatif global yang akan
akreditasi/sertifikasi, juga untuk melihat diadopsi secara nasional untuk membantu
kesiapan dan ketersediaan penyedia dalam mengatasi berbagai permasalahan lingkungan
pelaksanaan pengadaan yang berkelanjutan. dan sosial, 20% responden menyatakan
cukup yakin, 73,3% menyatakan lebih yakin
Tingkat keyakinan responden terhadap hingga sangat yakin, dan 6,6% responden
pengadaan barang dan jasa pemerintah menyatakan kurang yakin.
yang berkelanjutan sebagai suatu
Tanggapan responden berkaitan dengan
inisiatif global yang akan diadopsi secara
sumber pembiayaan pembangunan yang
nasional untuk membantu mengatasi
paling menjadi prioritas untuk segera
berbagai permasalahan lingkungan dan
menerapkan pendekatan pengadaan
sosial.
barang dan jasa pemerintah yang
berkelanjutan

Grafik 22. Tingkat keyakinan mengenai pengadaan barang/ Grafik 23. . Sumber pembiayaan pembangunan yang

jasa pemerintah yang berkelanjutan merupakan suatu inisiatif menurut responden paling prioritas untuk segera menerapkan

global yang akan diadopsi secara nasional untuk membantu pendekatan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang

mengatasi berbagai permasalahan lingkungan dan sosial. berkelanjutan.


Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 37

Tanggapan responden berkaitan dengan barang dan jasa yang menjadi prioritas
untuk diujicobakan dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah
yang ramah lingkungan.

Grafik 24. Persepsi responden tentang pengadaan barang dan jasa yang prioritas

untuk diujicobakan dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah yang ramah lingkungan.

Berdasarkan Grafik 24 terlihat persepsi bahan bahan kostruksi, lampu penerangan


responden tentang barang dan jasa yang luar ruangan, lampu penerangan dalam
dapat dijadikan prioritas utama untuk ruangan, jasa cleaning service, jasa katering, dan
diujicobakan dalam pengadaan barang dan bahan bakar kendaraan dinas. Prioritas kedua
jasa pemerintah yang ramah lingkungan. meliputi pengadaan jasa transportasi laut,
Prioritas pertama adalah pengadaan jenis jasa transportasi udara, jasa pemeliharaan/
kendaraan roda empat, jenis kendaraan roda rehabilitasi kantor, printer, dan komputer.
dua, jasa transportasi darat, barang cetakan,
38 JURNAL PENGADAAN

Tanggapan responden mengenai efektivitas media dan metode dalam rangka


mendorong kesadaran pengelola dan penyedia untuk mendukung pengadaan barang
dan jasa pemerintah yang berkelanjutan.

Grafik 25. Efektivitas media dan metode dalam rangka mendorong kesadaran pengelola dan penyedia untuk mendukung

pengadaan barang dan jasa pemerintah yang berkelanjutan.

Berdasarkan Grafik 25 dapat dilihat tingkat nasional, mengadakan talkshow di


bahwa media atau metode yang paling televisi, dan mengintensifkan artikel di media
efektif dalam inisiatif pengadaan barang cetak.
dan jasa pemerintah berdasarkan persepsi
responden adalah melakukan sosialisasi Tanggapan responden terhadap penyedia
ke sekolah/perguruan tinggi, melibatkan barang dan jasa dalam menyikapi peru-
tokoh masyarakat untuk memasyarakatkan bahan kebijakan/aturan pemerintah.
SPP, menyebarluaskan panduan pelaksana Berdasarkan Grafik 26 berkaitan dengan
SPP, menyelenggarakan SPP Award, sikap pengusaha barang dan jasa terhadap
menyelenggarakan seminar terbuka di perubahan kebijakan/aturan pemerintah,
kabupaten/kota, menyelenggarakan seminar 25% responden cukup koperatif, 47,8% lebih
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 39

koperatif hingga sangat koperatif dan 27,2% pengawasan internal pemerintah (APIP)
responden kurang hingga sulit menerima maupun lembaga pengawasan eksternal
perubahan kebijakan/aturan pemerintah (BPK) dalam mengaudit/memeriksa
tersebut. pengadaan barang dan jasa pemerintah
yang berkelanjutan. Berikut adalah hasil
pengukuran pengawasan penerapan aturan
pengadaan, perlunya panduan audit dalam
mendukung pengadaan barang dan jasa
pemerintah yang berkelanjutan.

Grafik 26. Sikap penyedia barang dan jasa terhadap Persepsi responden mengenai tingkat
perubahan kebijakan/aturan pemerintah. kepentingan untuk dilaksanakannya
gerakan percontohan perilaku ramah
Pilar IV: Integritas, Transparansi, dan lingkungan di semua kantor pemerintah
Antikorupsi seiring dengan inisiatif pengadaan
Bagian Pilar IV merupakan pilar terakhir yang berwawasan lingkungan yang
dari pengukuran SPP yang menguraikan dilaksanakan pemerintah.
indikatornya, yaitu pelaksanaan gerakan
percontohan perilaku ramah lingkungan,
komposisi organisasi lembaga akreditasi/
sertifikasi yang akan memberikan label ramah
lingkungan (eco-label) dan/atau ramah sosial
(socio-label) kepada barang dan jasa, satuan
kerja/unit khusus untuk mengawasi dan
memantau kepatuhan terhadap penerapan
aturan pengadaan barang/jasa pemerintah
Grafik 27. Persepsi tentang tingkat kepentingan
yang berkelanjutan, penetapan ancaman
untuk dilaksanakannya gerakan percontohan
sanksi kepada produsen/penyedia jasa
perilaku ramah lingkungan.
yang terbukti dengan sengaja melakukan
pemalsuan sertifikasi/akreditasi terhadap Tingkat kepentingan dilaksanakannya gerakan
produk/jasa yang dijual ke pemerintah, percontohan perilaku ramah lingkungan di
panduan audit/pemeriksaan khusus yang semua kantor pemerintah seiring dengan
akan menjadi pegangan baik bagi aparat inisiatif pengadaan yang
40 JURNAL PENGADAAN

berwawasan lingkungan yang dilaksanakan kasi/akreditasi yang akan memberikan label


pemerintah. Berdasarkan Grafik 27 dapat ramah lingkungan (eco-label) dan/atau
dilihat bahwa 45,8% responden menyatakan ramah sosial (socio-label) kepada barang
bahwa gerakan percontohan perilaku ramah dan jasa, untuk menjaga profesionalisme,
lingkungan di semua kantor pemerintah integritas, transparansi dan objektivitas
seiring dengan inisiatif pengadaan yang pemberian sertifikat atau akreditasi.
berwawasan lingkungan yang dilaksanakan
pemerintah itu sangat penting, 35,4% Persepsi responden tentang diperlukannya
penyatakan lebih penting, 6,3% menyatakan suatu badan atau satuan kerja/unit khusus
cukup penting dan 12,6% menyatakan kurang untuk mengawasi dan memantau kepatuhan
hingga tidak penting. terhadap penerapan aturan pengadaan barang
dan jasa pemerintah yang berkelanjutan.
Berdasarkan Grafik 28 dapat dilihat bahwa
41,9% responden atau sebagian besar Berdasarkan Grafik 29 berkaitan dengan
responden berpendapat bahwa lembaga perlunya suatu badan atau satuan kerja/unit
pemerintah yang mempekerjakan kalangan khusus untuk mengawasi dan memantau
profesional merupakan komposisi organisasi kepatuhan terhadap penerapan aturan
yang paling baik dalam mengeluarkan sertifi- pengadaan barang dan jasa pemerintah yang

Persepsi responden tentang komposisi organisasi lembaga akreditasi/sertifikasi


yang akan memberikan label ramah lingkungan (eco-label) dan/atau ramah sosial
(socio-label) kepada barang dan jasa.

Grafik 28. . Persepsi responden tentang komposisi organisasi yang mengeluarkan sertifikasi/akreditasi.
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 41

berkelanjutan, 69% responden menyatakan


perlu dan 25% responden menyatakan tidak
diperlukan untuk mengawasi dan memantau
kepatuhan terhadap penerapan aturan
pengadaan barang dan jasa pemerintah yang
berkelanjutan.

Grafik 29. Persepsi tentang perlunya suatu badan atau


Dari responden yang menganggap perlu
satuan kerja/unit khusus untuk mengawasi dan memantau
adanya suatu badan atau satuan kerja/unit
kepatuhan terhadap penerapan aturan pengadaan barang dan
khusus untuk mengawasi dan memantau
jasa pemerintah yang berkelanjutan.
kepatuhan terhadap penerapan aturan
pengadaan barang dan jasa pemerintah yang Untuk responden yang berpendapat tidak
berkelanjutan, organisasi yang sesuai untuk diperlukannya badan atau satuan kerja/unit
keperluan tersebut adalah Kementerian khusus untuk mengawasi dan memantau
Lingkungan Hidup merupakan pilihan utama kepatuhan terhadap penerapan aturan
untuk kegiatan tersebut, yaitu sebesar 32,6%. pengadaan barang dan jasa pemerintah
Pilihan kedua adalah Komisi Daerah untuk yang berkelanjutan, bila satuan kerja yang
Pengawasan, Pemantauan, dan Pengendalian telah ada dalam lembaga pemerintah seperti
Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan Inspektorat Daerah, Badan Pengawas Daerah
dengan 20,9%. (Bawasda), Inspektorat Jenderal di

Grafik 30. Pilihan bentuk organisasi yang paling sesuai untuk mengawasi dan

memantau kepatuhan terhadap penerapan aturan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang berkelanjutan
42 JURNAL PENGADAAN

Kementerian, yang kesemuanya biasa disebut Persepsi responden tentang diperlu-


Aparat Pengawasan Internal Pemerintah kannya penetapan ancaman sanksi
(APIP) dioptimalkan kemampuannya dengan kepada produsen/penyedia jasa yang
memberikan tambahan pengetahuan audit terbukti dengan sengaja melakukan
lingkungan dan audit sosial untuk selanjutnya pemalsuan sertifikasi/akreditasi ter-
difungsikan untuk mengemban tugas hadap produk/jasa yang dijual ke
dimaksud, 38,9% (paling banyak responden) pemerintah.
menyatakan sangat sependapat akan hal
tersebut.

Grafik 32. . Perlunya menetapkan ancaman sanksi kepada

produsen/penyedia jasa yang terbukti dengan sengaja

melakukan pemalsuan sertifikasi/akreditasi terhadap produk/

jasa yang dijual ke pemerintah

Berdasarkan Grafik 32 dapat dilihat bahwa


92% responden menyatakan diperlukannya
ancaman sanksi kepada produsen/penyedia
jasa yang terbukti dengan sengaja melakukan
pemalsuan sertifikasi/akreditasi terhadap
produk/jasa yang dijual ke pemerintah.
Grafik 31. Persetujuan responden terhadap lembaga
Hanya 2% yang menyatakan tidak diperlukan.
pengawas yang sudah ada.

Berdasarkan Grafik 33, 30,2% responden


menyatakan kemungkinan sanksi yang paling
memberikan efek jera kepada pelakunya
adalah memasukkan ke dalam daftar hitam
dalam kurun waktu tertentu, lalu disusul
dengan pengaduan kepada penegak hukum
untuk diproses sesuai ketentuan hukum
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 43

Grafik 33. Kemungkinan sanksi yang menurut responden paling memberikan efek jera kepada pelakunya.

pidana yang mengatur tentang tindak Berdasarkan Grafik 34 dapat dilihat


pidana pemalsuan dengan 24,4%. Artinya bahwa 90% responden menyatakan bahwa
dua sanksi tersebut merupakan sanksi yang diperlukannya suatu panduan audit/
dapat membuat efek jera terhadap pelaku pemeriksaan khusus yang akan menjadi
dalam melakukan pemalsuan sertifikasi/ pegangan baik bagi aparat pengawasan
akreditasi terhadap produk/jasa yang dijual internal pemerintah (APIP) maupun
ke pemerintah. lembaga pengawasan eksternal (BPK) dalam
mengaudit/memeriksa pengadaan barang
Persepsi responden tentang dan jasa pemerintah yang berkelanjutan.
diperlukannya suatu panduan audit/
pemeriksaan khusus yang akan menjadi Kemudian berdasarkan Grafik 35 dapat
pegangan, baik bagi aparat pengawasan dilihat dari responden yang menjawab “ya”
internal pemerintah (APIP) maupun pada pernyataan nomor 36 cenderung
lembaga pengawasan eksternal menganggap bahwa panduan tersebut
(BPK) dalam mengaudit/memeriksa mendesak untuk diadakan. Hal tersebut dapat
pengadaan barang dan jasa pemerintah terlihat dari banyaknya responden
yang berkelanjutan.

Grafik 34. Perlunya suatu panduan audit/pemeriksaan

khusus yang akan menjadi pegangan, baik bagi aparat

pengawasan internal pemerintah (APIP) maupun lembaga

pengawasan eksternal (BPK) dalam mengaudit/memeriksa

pengadaan barang/ jasa pemerintah yang berkelanjutan.


44 JURNAL PENGADAAN

yang menjawab nilai angka “4” dan “6” yaitu pengadaan barang dan jasa pemerintah.
sebanyak 31,1% dan 33,3%. Iklim bisnis yang Perpres No. 54 Tahun 2010 terkait adanya
berkembang di negara ini masih diwarnai oleh aspek pelestarian lingkungan dianggap
banyak pelanggaran. Oleh karena itu, adanya masih kurang memadai untuk dijadikan
panduan audit merupakan langkah awal yang dasar hukum dalam memulai pelaksanaan
sangat diharapkan untuk segera direalisasikan pengadaan barang dan jasa pemerintah yang
oleh pemerintah. ramah lingkungan/ramah sosial. Perlunya
pengaturan lebih lanjut dalam perpres
tersebut dalam mendukung pengusaha
pengadaan barang dan jasa pemerintah dalam
memulai pelaksanaan pengadaan barang dan
jasa pemerintah yang ramah lingkungan.

Praktek aturan yang berhubungan dengan


upaya pelestarian ekosistem dan sumber
daya alam telah dilakukan. Pelaku usaha telah
melakukan sebagian upaya proses produksi
Grafik 35. Tingkat urgensi panduan panduan audit/ yang “ramah lingkungan/ramah sosial”
pemeriksaan khusus yang akan menjadi pegangan, baik bagi seperti pelestarian ekosistem dan sumber
aparat pengawasan internal pemerintah (APIP) maupun daya alam, misalnya aturan penghematan
lembaga pengawasan eksternal (BPK), dalam mengaudit/ penggunaan air, bahan bakar, energi listrik,
memeriksa pengadaan barang/ jasa pemerintah yang pengaturan pengelompokan limbah/sampah,
berkelanjutan untuk diadakan penghematan kertas, penggunaan tinta dari
bahan ramah lingkungan, perlindungan
KESIMPULAN budaya setempat dan semacamnya, walaupun
Pilar I: Kerangka Legislasi dan Regulasi klausul di dalam Perpres No. 54 Tahun 2010
Sosialisasi tentang aspek regulasi yang belum dilaksanakan secara utuh. Produk
berkaitan dengan pelestarian lingkungan di hukum yang sebaiknya dijadikan dasar
kalangan pelaku usaha pengadaan barang dan hukum atau acuan untuk pengaturan praktek
jasa pemerintah telah tersosialisasi dengan yang berhubungan dengan upaya pelestarian
baik. Meskipun masih dibutuhkan upaya ekosistem dan sumberdaya alam adalah
sosialisasi lebih lanjut berkaitan dengan peraturan perundang-undangan pemerintah
perpres tersebut terhadap para pengusaha pusat.
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 45

Perlunya persyaratan khusus penguasaan sebagainya belum dilaksanakan.


kompetensi pengadaan barang dan
jasa pemerintah berkelanjutan untuk Penilaian yang disebut jejak-jejak karbon
pengangkatan seseorang menjadi panitia (carbon footprint) sebagai salah satu cara
pengadaan atau pejabat pengadaan. Perlunya untuk menilai seberapa ramah lingkungan
syarat khusus kompetensi untuk pengangkatan suatu produk dari saat mulai diproduksi
panitia dan pejabat pengadaan barang dan hingga pendistribusiannya ke pasar. sebagian
jasa pemerintah yang berkelanjutan. besar belum mengetahui adanya bentuk
penilaian yang disebut jejak-jejak karbon
Urutan prioritas metode yang paling mungkin (carbon footprint) sebagai salah satu cara untuk
diadopsi untuk menerapkan kualifikasi ramah menilai seberapa ramah lingkungan suatu
lingkungan-ramah sosial pada kesempatan produk dari saat mulai diproduksi hingga
pertama adalah pada metode pelelangan pendistribusiannya ke pasar. Penilaian jejak-
umum dengan pasca kualifikasi, pelelangan jejak karbon memungkinkan untuk dijadikan
umum dengan prakualifikasi, pemilihan cara untuk menilai ramah lingkungan suatu
langsung, pengadaan langsung, penunjukkan produk.
langsung dan yang terakhir swakelola.
Pilar II: Kerangka Institusi dan
Program/proyek yang bertujuan untuk Pengembangan Kapasitas
pelestarian lingkungan/ekosistem yang telah Pengetahuan yang perlu untuk dipahami oleh
menerapkan kaidah/persyaratan ramah aparat pemerintah yang berhubungan dengan
lingkungan dalam mayoritas barang dan pengadaan barang dan jasa yang reatif
jasa yang diadakan sebagian besar belum berkelanjutan, yaitu seluruh pengetahuan
menerapkan kaidah/persyaratan ramah tentang manajemen rantai pasokan (supply
lingkungan dalam mayoritas barang dan jasa chain management), pengetahuan mengenai
yang diadakan. aspek lingkungan dan sosial yang perlu
mendapat perhatian dalam perencanaan,
Penerapan kaidah/persyaratan ramah sosial metode pemantauan dan evaluasinya.
dalam mayoritas program/proyek pengadaan Strategi memaksimalkan belanja pemerintah
barang dan jasa yang bertujuan untuk untuk menjadi instrumen yang berpengaruh
pengentasan masalah sosial seperti seperti, bagi pelestarian lingkungan dan mengatasi
pengangguran, pengentasan kemiskinan, dan permasalahan sosial. Strategi mendorong
46 JURNAL PENGADAAN

peran serta industri dan pengusaha setempat petunjuk pelaksanaanya yang memandu
untuk berkompetisi secara sehat, bersih pelaksana dari tingkat perencanaan,
dan tangguh dalam pengadaan barang dan pengadaan, pemanfaatan, hingga
jasa publik berkelanjutan, Pengetahuan evaluasinya.
mengenai esensi berbagai regulasi lingkungan • Kurangnya keterampilan pengelola
dan penanganan masalah sosial yang pengadaan dalam menyusun spesifikasi
berhubungan dengan pengadaan barang barang dan jasa ramah lingkungan-ramah
dan jasa publik berkelanjutan. perlu untuk sosial di dalam dokumen pengadaan.
dipahami oleh aparat pemerintah. Namun • Kemungkinan mahalnya harga produk/
paling banyak menyatakan pengetahuan jasa ramah lingkungan-ramah sosial
tentang strategi memaksimalkan belanja dibanding produk konvensional.
pemerintah untuk menjadi instrumen yang • Kurang tersedianya produk barang dan
berpengaruh bagi pelestarian lingkungan dan jasa di pasaran yang memenuhi kriteria
mengatasi permasalahan sosial penting untuk ramah lingkungan–ramah sosial.
dipahami oleh oleh aparat pemerintah yang • Rendahnya komitmen pimpinan di
berhubungan dengan pengadaan barang/ kementerian, lembaga, daerah, dan
jasa yang berkelanjutan. institusi dalam mengapresiasi pengadaan
ramah lingkungan-ramah sosial.
Pimpinan tertinggi di instansi/lembaga dalam • Pengetahuan terhadap pengertian
hal pelestarian lingkungan dan penanganan pengadaan barang dan jasa pemerintah
permasalahan-permasalahan sosial memiliki yang berkelanjutan masih belum memadai.
komitmen yang tinggi. • Pengalaman dan kedalaman mempelajari
pengetahuan berkaitan dengan
Faktor-faktor yang berpotensi menjadi manajemen rantai pasokan (supply chain
penghambat keberhasilan pelaksanaan management) masih rendah.
pengadaan barang dan jasa ramah lingkungan • Pengalaman dan kedalaman mempelajari
dan ramah sosial adalah: hal yang berkaitan dengan pembangunan
• Tidak tersedianya produk ramah berkelanjutan (sustainable development)
lingkungan (green list) yang dapat masih rendah.
dipedomani oleh pengelola pengadaan • Pengetahuan tentang adanya seseorang
dalam melakukan pengadaan. di lingkungan kerjanya yang terlibat
• Kurang lengkapnya regulasi beserta pengadaan yang memiliki pengetahuan
Sustainanble Public Procurement November 2013/Vol. 3 - No. 3 47

tentang aspek lingkungan hidup dan atau dinas. Prioritas kedua adalah pengadaan jasa
aspek sosial masih cukup rendah. transportasi laut, jasa transportasi udara, jasa
• Pengetahuan tentang adanya lembaga pemeliharaan/rehabilitasi kantor, printer, dan
swadaya masyarakat di wilayahnya yang komputer.
memiliki pemihakan dan kepedulian
terhadap masalah lingkungan dan Media atau metode yang paling efektif
permasalahan sosial masih rendah. dalam inisiatif pengadaan barang dan jasa
pemerintah adalah melakukan sosialisasi
ke sekolah/perguruan tinggi, melibatkan
Pilar III: Pelaksanaan Pengadaan dan tokoh masyarakat untuk memasyarakatkan
Perilaku Pasar SPP, menyebarluaskan panduan pelaksana
Diyakini bahwa pengadaan barang dan jasa SPP, menyelenggarakan SPP award,
pemerintah yang berkelanjutan merupakan menyelenggarakan seminar terbuka di
suatu inisiatif global yang akan diadopsi kabupaten/kota, menyelenggarakan seminar
secara nasional untuk membantu mengatasi tingkat nasional, mengadakan talkshow di
berbagai permasalahan lingkungan dan sosial. televisi, dan mengintensifkan artikel di media
Sumber pembiayaan pembangunan yang cetak.
paling prioritas untuk segera menerapkan
pendekatan pengadaan barang/jasa Sikap pengusaha barang dan jasa koperatif
pemerintah yang berkelanjutan adalah APBN terhadap perubahan kebijakan/aturan
dan APBD. pemerintah, menerima perubahan
kebijakan/aturan pemerintah tersebut.
Barang dan jasa yang dapat dijadikan
prioritas utama untuk diujicobakan dalam Tingkat kepentingan dilaksanakannya gerakan
pengadaan barang dan jasa pemerintah yang percontohan perilaku ramah lingkungan di
ramah lingkungan. Prioritas pertama adalah semua kantor pemerintah seiring dengan
pengadaan jenis kendaraan roda empat, jenis inisiatif pengadaan yang berwawasan
kendaraan roda dua, jasa transportasi darat, lingkungan yang dilaksanakan pemerintah
barang cetakan, bahan bahan kostruksi, merupakan sesuatu yang penting.
lampu penerangan luar ruangan, lampu
penerangan dalam ruangan dan jasa cleaning
service, jasa katering, bahan bakar kendaraan
48 JURNAL PENGADAAN

Pilar IV: Integritas, Transparansi, dan


Antikorupsi Perlu penetapan ancaman sanksi kepada
Lembaga pemerintah yang mempekerjakan produsen/penyedia jasa yang terbukti
kalangan profesional merupakan komposisi dengaan sengaja melakukan pemalsuan
organisasi yang paling baik dalam Sertifikasi/akreditasi terhadap produk/jasa
mengeluarkan sertifikasi/akreditasi yang yang dijual ke pemerintah. Kemungkinan
akan memberikan label ramah lingkungan sanksi yang paling memberikan efek jera
(eco-label) dan/atau ramah sosial (socio-label) kepada pelakunya adalah memasukkan ke
kepada barang dan jasa, untuk menjaga dalam daftar hitam dalam kurun waktu
profesionalisme, integritas, transparansi dan tertentu, lalu disusul dengan pengaduan
obyektivitas pemberian sertifikat/akreditasi. kepada penegak hukum untuk diproses sesuai
ketentuan hukum pidana yang mengatur
Perlu suatu badan atau satuan kerja/unit tentang tindak pidana pemalsuan. Kedua
khu-sus untuk mengawasi dan memantau sanksi tersebut merupakan sanksi yang
kepatuhan terhadap penerapan aturan peng- dapat membuat efek jera terhadap pelaku
adaan barang dan jasa pemerintah yang dalam melakukan pemalsuan sertifikasi/
berkelanjutan, organisasi yang sesuai untuk akreditasi terhadap produk/jasa yang dijual
keperluan tersebut adalah Kementerian ke pemerintah.
Lingkungan Hidup merupakan pilihan
utama untuk kegiatan tersebut, pilihan kedua Perlu suatu panduan audit/pemeriksaan
adalah Komisi Daerah Untuk Pengawasan, khusus yang akan menjadi pegangan baik
Pemantauan dan Pengendalian Pelaksanaan bagi aparat pengawasan internal pemerintah
Pembangunan Berkelanjutan, bila satuan kerja (APIP) maupun lembaga pengawasan
yang telah ada dalam lembaga pemerintah eksternal (BPK) dalam mengaudit/
seperti Inspektorat Daerah, Badan Pengawas memeriksa pengadaan barang dan jasa
Daerah (Bawasda), Inspektorat Jenderal di pemerintah yang berkelanjutan. Hal ini sangat
Kementerian, yang kesemuanya biasa disebut penting mendesak untuk diadakan.
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah
(APIP) dioptimalkan kemampuannya dengan
memberikan tambahan pengetahuan audit
lingkungan dan audit sosial untuk selanjutnya
difungsikan untuk mengemban tugas
dimaksud.
TEORI KONTRAK DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP REGULASI PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 51

TEORI KONTRAK DAN IMPLIKASINYA


TERHADAP REGULASI PENGADAAN
BARANG/JASA PEMERINTAH

Abstrak

Kontrak pengadaan yang optimal (yang memaksimalkan net benefit para

pihak) seringkali tidak dapat diwujudkan. Penyesuaian atau adaptasi

kontrak yang seharusnya dapat memaksimalkan net benefit para pihak pada

umumnya justru menimbulkan permasalahan atau sengketa kontrak antara

pembeli (pemerintah) dan penyedia. Kesulitan para pihak mewujudkan


Robin A. Suryo
kontrak yang optimal disebabkan oleh moral hazard karena adanya
Agita M. Ulfa
informasi asimetris serta ketidakmampuan para pihak untuk menuangkan

seluruh ketentuan dalam kontrak akibat dari bounded rationality. Sejalan

dengan teori ekonomi, kontrak optimal ditentukan oleh jenis kontrak yang

digunakan dan mekanisme adaptasi. Jenis kontrak insentif diprediksi lebih


efisien daripada kontrak lainnya dan mekanisme adaptasi di luar pengadilan

dinilai lebih optimal daripada penyelesaian sengketa melalui institusi

pengadilan. Penulis juga berkesimpulan bahwa tidak hanya para pihak

yang berkontrak yang dihadapkan pada bounded rationality. Regulator

pengadaan juga dihadapkan pada persoalan yang sama.


52 JURNAL PENGADAAN

1. PENDAHULUAN

P roses pengadaan barang/jasa


pemerintah secara garis besar terdiri
dari dua tahapan, yaitu tahap seleksi untuk
pengadaan, serta menjelaskan kemungkinan
dan tantangan penerapan teori kontrak dalam
regulasi pengadaan barang/jasa pemerintah.
memilih penyedia dan tahap administrasi
kontrak dimana para pihak menyepakati 2. PERMASALAHAN KONTRAK
secara tertulis hak dan kewajiban masing- PENGADAAN
masing dalam rangka menghasilkan atau Permasalahan pengadaan dapat timbul pada
menyediakan barang/jasa yang diinginkan. tahap sebelum kontrak ditandatangani, yaitu
Administrasi kontrak merupakan tahapan proses pemilihan (ex ante screening) dan pada
yang sangat penting namun relatif kurang tahap setelah kontrak ditandatangani, yaitu
mendapat perhatian dibandingkan proses pelaksanaan kontrak (ex post adaptation).
pemilihan sehingga pada saat pelaksanaan Sebagian besar permasalahan terjadi pada
kontrak sering terjadi masalah, bahkan tahap pelaksanaan kontrak, meskipun dalam
dapat berujung pada sengketa kontrak yang beberapa kasus permasalahan tersebut
berpotensi menimbulkan kerugian bagi salah disebabkan oleh proses pemilihan yang tidak
satu atau kedua belah pihak. sesuai dengan prosedur. Secara garis besar
permasalahan kontrak pengadaan barang/
Pada dasarnya tidak ada pembeli (pemerintah) jasa pemerintah di Indonesia yang dalam
maupun penyedia yang menginginkan banyak kasus berakhir dengan sengketa antara
terjadinya perselisihan dalam berkontrak, penyedia dan pembeli, terkait dengan tiga hal,
karena jika terjadi perselisihan maka yaitu (1) ketidaklengkapan dokumen kontrak;
penyelesaiannya akan membutuhkan waktu, (2) ketidakjelasan/multitafsir ketentuan
biaya, serta upaya yang sangat besar. Bahkan dalam kontrak; (3) munculnya faktor-faktor
perselisihan dapat menimbulkan kerusakan yang tidak dapat/sulit diprediksi.
hubungan yang mempengaruhi keberlanjutan
bisnis para pihak serta dapat merusak Sebuah paket dokumen kontrak yang lengkap
reputasi. pada umumnya mencakup dokumen lelang,
ketentuan umum, spesifikasi, gambar, dan
Dalam artikel ini penulis mengidentifikasi laporan hasil investigasi kondisi lapangan.
permasalahan utama yang muncul dalam Namun demikian terkait dengan gambar,
kontrak pengadaan, mengeksplorasi ketentuan umum, dan hasil investigasi
teori yang berhubungan dengan kontrak lapangan secara substansi seringkali tidak
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 53

lengkap. Untuk pekerjaan konstruksi, gambar maka pihak yang dirugikan dalam kontrak
merupakan bagian dari dokumen kontrak dapat menuntut pembatalan kontrak.
yang harus disajikan dengan jelas dan akurat
agar penyedia dapat menyesuaikan diri dengan Terkait ketentuan penyelesaian sengketa,
seluruh kondisi dalam gambar sehingga yang selama ini menjadi permasalahan
konstruksi yang baik akan terbangun. Dalam adalah timbulnya ambiguitas. Misalnya dalam
beberapa kasus gambar ada yang tidak sesuai standar dokumen pengadaan dicantumkan
dengan kondisi lapangan sehingga perlu bahwa penyelesaian sengketa dapat melalui
dilakukan desain ulang. arbitrase atau pengadilan, namun dalam
implementasinya kebanyakan kontrak malah
Ketentuan umum dalam kontrak yang sering mencantumkan keduanya dalam klausul
tidak lengkap adalah tentang klausul warranty penyelesaian sengketa, sehingga menimbulkan
dan ketentuan penyelesaian sengketa. Klausul ambiguitas. Ambiguitas seharusnya sangat
warranty1 pada umumnya tidak ada dalam dihindari dalam bahasa sebuah kontrak.
kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah,
padahal dalam hukum kontrak klausul Laporan hasil investigasi kondisi lapangan
warranty ini sangat diperlukan dalam sebuah yang tidak lengkap/akurat berdampak
standar kontrak/perjanjian. Tidak adanya pada kesalahan analisis kebutuhan dan
klausul warranty mengakibatkan pihak yang berimplikasi pada ketidakjelasan kontrak.
dirugikan tidak memiliki alasan yang kuat Contoh kondisi lapangan yang sering tidak
untuk melakukan gugatan wanprestasi atau dijelaskan dengan baik dalam kontrak adalah
menuntut ganti rugi. Sebaliknya dengan land clearing yang ternyata belum selesai
adanya klausul warranty, ketika salah satu atau belum dilaksanakan. Ini merupakan
pihak menemukan bahwa warranty yang hambatan yang menimbulkan permasalahan
dibuat oleh pihak lain keliru atau tidak sesuai dalam pelaksanaan kontrak. Perbedaan
dengan fakta, maka dapat diajukan gugatan antara kondisi lapangan dengan gambar dan
wanprestasi. Sedangkan apabila ditemukan spesifikasi dalam dokumen kontrak dapat
unsur fraud atau penipuan dalam klausul ini mengakibatkan perubahan ruang lingkup dan

1
Pada umumnya klausul warranty berisi pernyataaan tentang tidak adanya gugatan dari pihak ketiga atas objek yang diperjanjikan,
keakuratan kondisi perusahaan, kontrak tidak akan melanggar hukum nasional yang berlaku (jika melibatkan subjek hukum pihak
asing). Dalam kontrak pengadaan, klausul warranty diperlukan jika misalnya terdapat pekerjaan subkontrak, kontrak multiyears, atau
pengadaan barang dimana penyedia harus menyatakan bahwa kondisi barang yang akan disediakan dalam kondisi yang dipersyaratkan
sesuai dalam kontrak, dan sebagainya.
54 JURNAL PENGADAAN

jangka waktu pelaksanaan pekerjaan dan pada sudah tidak diproduksi (discontinue). Faktor
akhirnya berpotensi menimbulkan sengketa yang sulit diprediksi ditambah dengan
kontrak. penggunaan kontrak lumpsum juga sering
menimbulkan masalah. Di satu sisi terjadinya
Ketidakjelasan/multitafsir sering terjadi faktor yang sebelumnya sulit diprediksi
pada kontrak pengadaan, dan ini dapat menuntut adanya perubahan ruang lingkup
menimbulkan sengketa. Hal ini pada pekerjaan, namun di sisi lain perubahan
umumnya berkaitan dengan kriteria ruang lingkup pekerjaan (pekerjaan tambah
pemutusan kontrak, pekerjaan yang melewati kurang) pada kontrak lumpsum seperti ini pada
batas tahun anggaran, ketentuan addendum praktiknya sulit untuk dilakukan.4
kontrak, klausul perjanjian yang tidak
konsisten dengan dokumen pengadaan, Timbulnya berbagai permasalahan
penetapan sanksi, penetapan jaminan dalam kontrak pengadaan sebagaimana
pelaksanaan, dasar penentuan keadaan diuraikan di atas secara umum disebabkan
kasar, penetapan penyesuaian harga dan oleh ketidakmampuan para pihak untuk
tata cara perhitungannya (price adjustment), menuangkan seluruh ketentuan yang relevan
penggunaan jenis kontrak, pembayaran (termasuk hal-hal yang bersifat kontinjen)
berdasarkan kemajuan/prestasi pekerjaan, ke dalam kontrak. Semakin kompleks suatu
serta penganggaran. pekerjaan maka ketidakmampuan untuk
menuliskan seluruh ketentuan yang relevan
Pada jenis pekerjaan tertentu, seperti ke dalam suatu kontrak semakin tinggi.
konstruksi permasalahan kontrak juga
disebabkan faktor yang sulit diprediksi 3. Teori Kontrak Pengadaan
seperti kegagalan desain, kondisi lingkungan Weshsler (2012) mendefinisikan kontrak
dan lokasi pekerjaan yang tak terduga, sebagai “legally binding agreement involving
serta perubahan kebijakan. Hal tersebut two or more parties that set forth an exchange of
mengakibatkan gangguan pada jadwal promise of what each party will or will not do”.
pelaksanaan pekerjaan. Pada pengadaan Menurut Macaulay (1963) kontrak didesain
barang, faktor yang sulit diprediksi misalnya untuk mendefinisikan dan menjaga serta
barang yang harusnya disediakan ternyata memelihara pertukaran atau transaksi. Dalam
2
Ketika terjadi permasalahan dalam kontrak pengadaan, institusi pengadilan biasanya berpendapat bahwa penyedia seharusnya
tidak dituntut untuk menyelesaikan item atau pekerjaan yang melebihi dan diluar yang telah disepakati sejak awal dalam kontrak.
Meskipun pembeli berhak menuntut penyedia agar beritikad baik memenuhi seluruh kewajiban sesuai kontrak namun tidak berhak
untuk memperluas dan memperbanyak kewajiban penyedia. Oleh karena itu, dalam kontrak lumpsum, penyedia tidak diwajibkan
melaksanakan pekerjaan diluar yang sudah disepakati sebelumnya tanpa adanya kompensasi tambahan dari pembeli.
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 55

ilmu ekonomi, kontrak merupakan hal yang membedakan dengan transaksi ekonomi on
mendasar. Setiap transaksi selalu difasilitasi the spot pada umumnya adalah bahwa transaksi
dengan kontrak dalam bentuk tertentu, baik yang dilakukan oleh para pihak dalam konteks
eksplisit maupun implisit. Namun demikian, kontrak berada diluar keseimbangan pasar dan
ilmu ekonomi sebelumnya lebih banyak dilakukan secara bilateral, serta pada kondisi
memberikan perhatian pada transaksi on the dimana para pihak umumnya tidak memiliki
spot, dimana dua sisi transaksi, yaitu membeli pengetahuan mengenai harga (pasar). Pada
dan menjual terjadi secara bersamaan (ada kondisi seperti ini kontrak menjadi semakin
uang ada barang), dan dimana elemen penting karena di dalamnya juga terdapat
kontraktual relatif sederhana dan tidak elemen waktu dimana salah satu pihak tidak
eksplisit. yakin dengan apa yang akan dikerjakan oleh
pihak lain.
Untuk transaksi yang sederhana (barang/jasa
yang sudah standar), peran dan ekspektasi Oleh karena itu, para ekonom tertarik pada
para pihak lebih mudah dipahami bahkan hubungan transaksional jangka panjang
tanpa kontrak formal. Namun untuk kontrak dimana terdapat perbedaan waktu yang cukup
atau transaksi yang menyangkut barang/ lama antara terjadinya transaksi dengan
jasa yang lebih kompleks, peran masing- diperolehnya barang/jasa. Teori kontrak
masing pihak seringkali sulit atau bahkan dimotivasi oleh ketidakpuasan terhadap
tidak dapat didefinisikan dengan jelas, dan model analitis standar mengenai bekerjanya
ketidaksepahaman dapat timbul terkait mekanisme pasar. Salah satu ketidakpuasan
dengan siapa bertanggung jawab terhadap adalah terkait dengan asumsi informasi
apa. Dalam pengadaan barang/jasa yang yang simetris/sama dan sempurna/lengkap.
kompleks, kontrak sangat membantu karena Asumsi tersebut dianggap tidak realistis
memberikan definisi yang jelas mengenai oleh Arrow (1971), Akerlof (1970), dan
peran dan tanggung jawab para pihak. Coase (1937). Arrow menjelaskan teorinya
Kontrak juga dapat menjamin para pihak dengan mengambil contoh pasar asuransi,
mengetahui ekspektasi masing-masing, sedangkan Akerlof memberikan contoh
sehingga dapat mengurangi efek detrimental/ pasar mobil bekas. Dijelaskan bahwa dalam
merugikan jika timbul perselisihan (Jehn, suatu transaksi ada situasi dimana salah satu
1977). pihak memiliki informasi yang tidak diketahui
oleh pihak lain (informasi asimetris), dan hal
Karakteristik lain dari ekonomi kontrak yang ini dapat mencegah terjadinya transaksi yang
56 JURNAL PENGADAAN

efisien karena salah satu pihak yang berkontrak memprediksi dan menuangkan ke dalam
dapat mengeksploitasi pihak lain. kontrak apa yang akan terjadi selama periode
kontrak berlangsung, dimana kejadian
Sebelumnya Coase telah memberikan tersebut dapat mempengaruhi hak dan
kontribusi penting terhadap teori kontrak. kewajiban dari para pihak. Informasi asimetris
Dia mempertanyakan validitas asumsi zero terjadi karena penyedia dianggap memiliki
transaction cost pada model standar mekanisme informasi tentang biaya produksi dan level
pasar. Berbeda dengan transaksi ‘on the spot’ of effort yang tidak diketahui oleh pembeli.
yang mengacu pada bekerjanya mekanisme Informasi asimetris juga dapat timbul ketika
pasar, transaksi dalam pengadaan barang/ terjadi perubahan disain setelah kontrak
jasa melalui kontrak memiliki karakteristik ditandatangani (misalnya karena kegagalan
biaya transaksi positif (positive transaction desain, kondisi lingkungan dan lokasi yang
cost). Ketika organisasi pemerintah membeli tidak dapat diantisipasi, perubahan regulasi,
barang/jasa dari penyedia terdapat biaya dan lain-lain). Masalah seperti ini sangat sulit
transaksi yang timbul, yaitu biaya pemilihan diprediksi oleh masing-masing pihak. Namun
penyedia/searching costs (menyusun HPS demikian, sekali masalah tersebut muncul
dan dokumen lelang, melakukan evaluasi), dan diketahui maka penyedia pada umumnya
manajemen kontrak (menyusun kontrak, memiliki informasi yang lebih baik terkait
memonitor kinerja), dan resolusi konflik dengan permasalahan yang dihadapi, metode
(penyelesaian sengketa). Perbedaan struktur yang dapat digunakan untuk mengatasi
tata kelola antara transaksi berdasarkan masalah, serta konsekuensi biaya yang
competition in the market dan competition for the dibutuhkan untuk melaksanakan perubahan.
market menimbulkan biaya transaksi yang
disebut juga sebagai biaya mengoperasikan 3.1. Teori (In)complete Contract
pasar (costs of operating market). Dalam perkembangannya terdapat dua aliran
teori kontrak yang sering dijadikan rujukan,
Teori kontrak pada prinsipnya mempelajari yaitu (1) teori kontrak lengkap (complete contract)
bagaimana pelaku ekonomi dapat membangun - yang diasosiasikan dengan teori ekonomi
kesepakatan kontrak yang efisien/optimal, kelembagaan (institutional theory) khususnya
umumnya dalam keadaan ketidakpastian dan terkait dengan masalah principal-agent, dan (2)
adanya informasi yang asimetris (Laffont J. teori kontrak tidak lengkap (incomplete contract)
J. & Tirole J., 1993). Ketidakpastian muncul - yang diasosiasikan dengan model transaction
karena para pihak tidak dapat sepenuhnya cost.
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 57

Teori Kontrak Lengkap (Teori Insentif). lebih menitikberatkan pada desain kontrak
Dengan asumsi para pihak dapat membuat sebelum kontrak ditandatangani.
kontrak yang lengkap, teori ini melihat
permasalahan kontrak pengadaan sebagai Teori Kontrak Tidak Lengkap (Teori
persoalan insentif. Menurut Laffont dan Biaya Transaksi). Berbeda dengan teori
Tirole (1993), dalam model principal-agent insentif yang mengasumsikan bahwa para
pemerintah sebagai principal dihadapkan pada pihak dapat menuangkan hak dan kewajiban
masalah informasi yang asimetris karena untuk seluruh kemungkinan yang akan terjadi,
tidak bisa mendapatkan beberapa informasi dalam teori biaya transaksi asumsi tersebut
penting mengenai penyedia (agent), terutama tidak berlaku. Pada kenyataannya hampir
terkait dengan usaha (effort) yang akan semua kontrak (termasuk kontrak pengadaan)
dilakukan oleh penyedia. Usaha dalam hal merupakan kontrak yang tidak lengkap.3
ini dapat menggambarkan tipe dari penyedia Ketidaklengkapan suatu kontrak tidak dapat
(misalnya penyedia yang efisien atau inefisien, dihindari sebagai akibat dari pertimbangan
penyedia yang risk-taker atau risk averse). biaya transaksi yang mahal untuk
Dalam hal ini pemerintah sebagai pembeli membuat kontrak yang lengkap terutama
tidak bisa membedakan antara penyedia yang biaya informasi (information costs), adanya
efisien dan yang tidak efisien, dan pemerintah rasionalitas yang terbatas (bounded rationality)
juga tidak dapat memonitor sejauh mana atau ketidakmampuan untuk melihat atau
usaha dari penyedia untuk semaksimal memprediksi hal-hal yang bersifat kontinjen,
mungkin memenuhi kepentingan pemerintah dan oleh sebab lainnya (Grossman, S J & Hart
sebagai pembeli sebagaimana yang tertuang O D, 1986). Dalam model ekonomi, kontrak
dalam kontrak. Dengan demikian masalah disebut sebagai “contigenly incomplete”, karena
yang dihadapi pemerintah sebagai pembeli di dalam bahasa kontrak, para pihak tidak
adalah bagaimana mendesain suatu insentif dapat memaksimalkan keuntungan transaksi
(skema kontrak) agar penyedia memberikan di setiap keadaan kontigensi masa depan
informasi atau mengadopsi perilaku sesuai (Ayres, Ian and Robert H. Gertner, 1992).
keinginan pembeli. Dikaitkan dengan
tahapan proses pengadaan, teori insentif Dalam teori ini ketidaklengkapan suatu
3
Namun Ben-Shahar (2004) menyatakan bahwa secara definisi hukum sebuah kontrak tidak boleh tidak lengkap, karena agar institusi
pengadilan dapat menegakkan kontrak, mereka harus memastikan bahwa ketentuan yang ada dalam kontrak cukup lengkap sehingga
maksud dari para pihak dapat diketahui dan dipahami dengan jelas. Jika kontrak tidak lengkap maka institusi pengadilan akan mengisi
kekosongan atau ketidaklengkapan ketentuan dalam kontrak. Dalam konteks ini maka kontrak selalu dianggap lengkap karena
institusi pengadilan akan mengisi ketentuan yang tidak lengkap, atau jika tidak maka kontrak tersebut tidak dapat diberlakukan. Oleh
karena itu, dalam teori legal, hukum menyediakan default rule yang mengisi celah dalam kesepakatan aktual dari para pihak. Default
rule menjadikan kontrak tidak lengkap (incomplete contract) menjadi kontrak lengkap (complete contract).
58 JURNAL PENGADAAN

kontrak juga disebabkan oleh ketidak- Pada teori insentif, moral hazard menyebabkan
mampuan institusi yang bertanggung jawab kontrak tidak efisien karena penyedia dengan
untuk menjamin kinerja kontrak (yaitu informasi yang dimiliki (yang tidak dimiliki
institusi pengadilan), karena mereka tidak oleh pembeli) dapat melakukan tindakan yang
mampu menegakkan ketentuan yang sulit/ mempengaruhi utility pembeli. Upaya pembeli
tidak dapat diverifikasi. Karena teori ini untuk memaksimalkan utility-nya dalam hal
beranggapan bahwa para penegak hukum ini dipengaruhi oleh perilaku penyedia. Pada
juga memiliki bounded rationality, maka kinerja teori biaya transaksi, inefisiensi disebabkan
kontrak tidak dapat dijamin oleh mekanisme oleh biaya adaptasi. Proses adaptasi jika tidak
eksternal (lembaga pengadilan). Oleh berjalan dengan baik dapat menimbulkan
Williamson (1996) kondisi seperti ini disebut potensi sengketa kontrak di antara kedua
sebagai kegagalan institusi. pihak serta menimbulkan biaya, dan
biaya adaptasi tersebut selama ini kurang
3.2. Konsekuensi dari Teori Kontrak diperhatikan dalam kontrak pengadaan
Kedua teori tersebut di atas memiliki barang/jasa. Dalam banyak kasus perubahan
konsekuensi atau prediksi yang sama, yaitu kontrak ex post menimbulkan efek yang
terjadinya kontrak yang tidak efisien/ signifikan terhadap biaya total proyek.4
optimal. Namun terdapat perbedaan dalam
hal penyebab dari kontrak yang tidak efisien/ Proses adaptasi juga dapat menimbulkan
optimal tersebut. Pada teori insentif, inefisiensi underinvestmenta atau overinvestment. Underinvest-
kontrak disebabkan oleh adanya moral hazard, ment terjadi ketika kewajiban para pihak tidak
dimana penyedia dalam menjalankan kontrak secara optimal dirumuskan dan dituangkan
berperilaku tidak sejalan/sesuai dengan dalam kontrak, sehingga terdapat peluang
kepentingan pembeli. Sedangkan pada untuk melakukan renegosiasi terkait dengan
teori biaya transaksi, sumber dari inefisiensi kewajiban tersebut pada saat pelaksanaan
kontrak berasal dari proses adaptasi atau kontrak. Renegosiasi memberikan peluang
penyesuaian yang harus dilakukan dalam perilaku yang oportunistik, yaitu satu atau
pelaksanaan kontrak. kedua pihak mencoba untuk mengambil
keuntungan dari proses renegosiasi yang

4
Menurut Bajari, et al (2006) biaya yang ditimbulkan dari proses adaptasi lebih besar dibandingkan dengan biaya yang ditimbulkan dari
masalah yang muncul pada tahap seleksi/lelang, yaitu masalah penguasaan pasar (market power) dan penawaran yang tidak seimbang
(unbalanced bidding) yang biasanya berakibat pada harga penawaran yang tidak efisien.
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 59

biasanya cenderung mengakibatkan terjadinya 4.1. Kontrak Optimal dari Perspektif


underinvestment. Sebaliknya, kontrak yang tidak Teori Insentif
lengkap - ditambah dengan adanya ganti rugi Berdasarkan teori insentif, kontrak
(damage remedy) - juga dapat berakibat pada optimal ditentukan oleh jenis kontrak yang
investasi yang berlebihan (overinvestment). digunakan. Dalam teori dan juga praktek,
Karena kontrak mengharuskan salah satu jenis kontrak secara ekstrem dapat dibedakan
pihak untuk melakukan investasi, sementara antara kontrak harga tetap atau lumpsum (LS)
kondisi kontigensi menghendaki bahwa lebih di satu sisi dengan kontrak cost plus (C+) di
baik bagi pihak terkait untuk tidak melakukan sisi lain. Pada kontrak LS pembeli bersedia
investasi, maka terjadi investasi yang tidak untuk membayar penyedia dengan harga
optimal (overinvestment). yang tetap, dan penyedia menanggung
seluruh risiko apabila terjadi perubahan
4. Kontrak Pengadaan yang Optimal harga, atau mendapatkan seluruh keuntungan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat dari penghematan biaya. Sebaliknya, pada
disimpulkan bahwa isu sentral dalam teori kontrak C+ seluruh biaya yang diperlukan
ekonomi kontrak adalah bagaimana para oleh penyedia untuk menghasilkan barang/
pihak merumuskan kontrak yang efisien jasa ditanggung oleh pembeli. Dalam hal ini
atau optimal. Kontrak optimal dalam hal ini risiko seluruhnya ditanggung oleh pembeli.
didefinisikan sebagai kondisi dimana tidak Diantara kedua ekstrem tersebut terdapat
mungkin lagi untuk meningkatkan expected beberapa kemungkinan variasi jenis kontrak
utility dari salah satu pihak yang berkontrak yang disebut sebagai Kontrak Insentif. Hal ini
tanpa mengurangi expected utility bagi pihak diilustrasikan pada Gambar 1.
lain (kondisi Pareto Optimal).

Gambar 1. Perbandingan Jenis Kontrak Pengadaan


60 JURNAL PENGADAAN

Hubungan antara pembayaran dan realisasi Dalam hal ini pembeli menanggung seluruh
biaya pada Kontrak LS dan C+ diilustrasikan biaya yang diperlukan untuk menghasilkan
pada Gambar 2. Pada jenis kontrak LS berapa barang/jasa, dan penyedia tidak menanggung
pun realisasi biaya yang dikeluarkan oleh risiko terjadinya perubahan biaya.
penyedia, pembayaran yang diterima oleh
penyedia dari pembeli tetap sebagaimana Dua jenis kontrak tersebut dianggap
ditunjukkan oleh P. C menunjukkan bahwa tidak optimal karena pada jenis kontrak
realisasi biaya sama dengan pembayaran LS meskipun penyedia memiliki insentif
(P=C), sedangkan C-1 menunjukkan untuk melakukan efisiensi, tetapi tidak
bahwa pembayaran lebih besar dari realisasi dimungkinkan bagi pemerintah sebagai
biaya (P>C). Selisih antara P dan C-1 pembeli untuk mendapatkan keuntungan
adalah keuntungan yang dapat sepenuhnya dari efisiensi yang dilakukan oleh penyedia
dinikmati oleh penyedia. Sebaliknya C+1 (yaitu ketika realisasi biaya C-1 atau P>C).
menunjukkan bahwa realisasi biaya lebih Dengan demikian, pada kontrak LS
besar daripada pembayaran (P<C), dan terdapat kecenderungan bahwa pemerintah
penyedia menanggung kerugian. Apabila membayar lebih tinggi dari yang seharusnya
jenis kontrak C+ digunakan maka jumlah (overpayment). Selain itu, dengan kontrak
pembayaran yang diterima oleh penyedia LS penyedia cenderung mengorbankan
(ditunjukkan dengan garis tidak terputus) kualitas barang/jasa yang dihasilkan dalam
selalu sama dengan realisasi biaya yang rangka mendapatkan keuntungan yang lebih
dikeluarkan ditambah dengan keuntungan. tinggi dengan menekan pengeluaran secara

Gambar 2. Hubungan antara Pembayaran dan Realisasi Biaya Pada Kontrak LS dan C+
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 61

berlebihan. Pada jenis kontrak C+ karena untuk menurunkan biaya. Dibandingkan


penyedia tidak menghadapi risiko maka tidak dengan kontrak LS dan C+, kontrak insentif
ada insentif bagi mereka untuk melakukan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk
upaya efisiensi, bahkan mereka cenderung mengakomodasi dan merespon perubahan
untuk boros. Dalam hal ini konsekuensinya dan sekaligus memberikan insentif untuk
juga sama, yaitu pemerintah membayar lebih menurunkan biaya.
mahal dari yang seharusnya.
Argumen bahwa kontrak insentif merupakan
Pada prakteknya kontrak yang optimal tidak yang optimal dibandingkan dengan kontrak
mudah untuk dirumuskan karena adanya jenis lain dimodelkan secara matematis oleh
kesulitan dalam menciptakan mekanisme McAfee dan McMillan (1986). Pemerintah
insentif yang sempurna. Model pengadaan sebagai pembeli (principal) bertujuan
pada kondisi informasi asimetris (Laffont meminimalkan pembayaran/nilai kontrak (P)
J. J. & Tirole J., 1993) memprediksi bahwa kepada penyedia (agent). Pembayaran dalam
kontrak optimal akan selalu mengandung hal ini merupakan fungsi dari realisasi biaya
unsur pembagian biaya (cost sharing) antara proyek (c) dan harga penawaran pemenang
pembeli dan penyedia, dan pembayaran lelang (b) yang juga merupakan nilai kontrak
kontrak merupakan fungsi convex (convex awal, sehingga:
function) dari realisasi biaya, atau kombinasi P = αc + βb + γ
antara harga penawaran (fixed cost) dan Notasi α dan β dalam hal ini merupakan
stochastic term (cost plus payment). Implikasi konstanta yang dapat mengarahkan kita pada
dari model yang dikemukakan oleh Laffont tiga jenis kontrak. Jika α = 1 dan β = 0
dan Tirole adalah bahwa jenis kontrak yang maka P merupakan kontrak C+ dan γ adalah
dianggap paling optimal adalah jenis kontrak (extra) profit bagi penyedia. Jika α = 0 dan β
yang disebut dengan kontrak insentif. = 1, maka P merupakan kontrak lumpsum,
dan jika 0 <α< 1 dan β = 1 – α, maka P
Sejalan dengan hal tersebut, menurut merupakan kontrak insentif, dimana penyedia
Bajari dan Tadelis (2001) ciri penting dari bertanggung jawab terhadap sebagian dari cost
kontrak pengadaan yang optimal adalah overrun (1 –α).
kemampuannya untuk mengakomodasi atau
merespon perubahan, karena perubahan akan Pada kontrak insentif diasumsikan β = (1 - α)
menimbulkan trade-off antara biaya transaksi dan γ = 0, sehingga kita dapat memodifikasi
yang disebabkan oleh perubahan, dan insentif kontrak yang optimal menjadi P = b + α (c –
62 JURNAL PENGADAAN

b), yaitu pembayaran (P) sama dengan harga cara untuk menjamin kinerja sesuai dengan
penawaran/nilai kontrak (b) ditambah dengan komitmen dalam kontrak. Kontrak juga
bagian dari α yang mewakili cost overrun atau perlu memuat ketentuan tentang mekanisme
underrun. Jika realisasi biaya (c) lebih besar supervisi (pengawasan) dan upaya paksa
daripada nilai kontrak awal (b) berarti terjadi (coercion) untuk memastikan agar para pihak
cost overrun maka penyedia akan menerima menghormati komitmen yang ada dalam
pembayaran lebih besar dari kontrak awal. kontrak. Dengan demikian kontrak harus
Sebaliknya jika c < b maka pemerintah juga menciptakan “private order”, yaitu para pihak
akan mendapatkan pembagian keuntungan menciptakan sistem/mekanisme penyelesaian
dan penyedia menerima pembayaran lebih perselisihan di luar pengadilan, sehingga para
rendah dari nilai kontrak awal. pihak dapat menjamin adanya kerjasama
untuk menyelesaikan perselisihan setelah
4.2. Kontrak Optimal dari Perspektif penandatanganan kontrak.
Teori Biaya Transaksi
Teori biaya transaksi menjelaskan bahwa Teori ini menekankan mekanisme
pembeli dan penyedia harus menegosiasikan penyelesaian konflik di luar institusi
penyesuaian/adaptasi lingkup pekerjaan dan pengadilan. Dengan alasan bahwa komitmen
kompensasi, yang mengakibatkan perbedaan dalam kontrak tidak lengkap bersifat terbuka
nilai kontrak dengan realisasi pembayaran. dan spesifik, maka penyelesaian konflik
Di sini teori biaya transaksi melihat kontrak tidak dapat secara efisien dilakukan oleh
optimal dari perspektif yang sangat berbeda pihak berwenang di luar para pihak yang
dari teori insentif, yaitu bagaimana proses/ berkontrak (institusi pengadilan). Dalam hal
mekanisme adaptasi kontrak yang paling ini para pihak yang berkontrak harus sepakat
efisien agar menghasilkan kontrak pengadaan di awal mengenai prosedur bilateral untuk
yang optimal, yang oleh Williamson (1979) menyelesaikan perselisihan. Williamson
disebut sebagai ...the most economical governance (1996) berpendapat bahwa lembaga arbitrase
structure. (pengadaan) memiliki keunggulan daripada
institusi pengadilan karena memiliki kapasitas
Solusi yang ditawarkan adalah para pihak yang lebih baik dari sisi pengetahuan untuk
membuat kesepakatan (yang dituangkan mengevaluasi sengketa kontrak dan mengisi
dalam kontrak) mengenai prosedur untuk kesenjangan kontrak. Para arbiter memiliki
menentukan tindakan yang harus diambil keahlian khusus di bidang pengadaan
oleh masing-masing pihak, dan menggunakan yang memudahkan mereka memahami
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 63

kompleksitas teknis dari kontrak/transaksi pemerintah yang sering muncul sebagaimana


pengadaan serta memiliki pengetahuan yang telah dikemukakan di awal sebenarnya
secara umum diterima dan dipahami oleh dapat diatasi dengan penggunaan jenis
para pelaku pengadaan. Arbiter biasanya juga kontrak insentif. Permasalahan yang terkait
berasal dari para profesional yang menjunjung dengan perubahan ruang lingkup pekerjaan
tinggi kode etik profesi yang dikeluarkan oleh misalnya terjadi/baru diketahui ketika
asosiasi tertentu. Mekanisme arbitrase juga kontrak sudah berjalan. Perubahan tersebut
diyakini lebih baik dalam pengertian dapat memiliki potensi besar dalam menimbulkan
mendorong para pihak untuk mewujudkan permasalahan pengadaan dan kontrak
kontrak yang lebih lengkap. yang optimal seharusnya dapat merespon
perubahan. Kontrak insentif dalam hal ini
5. Penerapan Teori Kontrak dalam dapat mengantisipasi informasi asimetris
Regulasi Pengadaan sekaligus bounded rationality yang muncul
5.1. Kontrak Insentif pada tahap pemilihan penyedia yang dapat
Meskipun kontrak insentif secara teori menimbulkan permasalahan karena terlanjur
dianggap paling optimal, namun dalam tertuang dalam kesepakatan kontrak.
kenyataannya hanya sedikit negara yang
menerapkan skema tersebut dalam Salah satu fitur utama dari kontrak insentif
regulasinya, salah satunya adalah Amerika adalah adanya pembagian cost overrun/underrun
Serikat. Padahal apabila dicermati lebih antara penyedia dan pembeli, serta perlunya
lanjut, permasalahan pengadaan barang/jasa menetapkan price ceiling/floor.

Gambar 2. Pembagian Risiko/Keuntungan antara Pemerintah dan Penyedia Pada Kontrak Insentif
64 JURNAL PENGADAAN

Pada prakteknya tidak mudah untuk lima jenis kontrak tersebut tidak ada satu
menganalisis/menghitung kedua hal pun yang mensyaratkan atau memungkinkan
tersebut. Sebagai contoh, Defense Materiel adanya pembagian biaya/keuntungan antara
Organisation (DMO, 2009) menyatakan pembeli dan penyedia, yang merupakan
bahwa sangat sulit membuat formula karakteristik utama dari kontrak insentif.
umum untuk menghitung pembagian
risiko/keuntungan, karena setiap kontrak Melihat karakteristik dan kompleksitasnya,
memiliki variasi dan karakteristik yang kontrak insentif lebih efektif digunakan
sangat beragam. Namun demikian, untuk untuk kontrak pengadaan yang ruang
pengadaan alat pertahanan yang kompleks lingkup pekerjaannya belum jelas/pasti dan
mereka berpendapat bahwa rasio minimum biayanya sulit diestimasi. Kontrak insentif
pembagian risiko/keuntungan seharusnya pada prinsipnya tetap diawali dengan proses
50:50 agar dapat mencerminkan perlunya kompetisi/lelang untuk mendapatkan target
penyedia untuk mengelola tingginya price, namun demikian kontrak insentif
ketidakpastian biaya (lihat gambar 3). memiliki prosedur yang lebih rumit/
kompleks. Misalnya, dalam pengadaan yang
Mengacu pada regulasi yang ada, Indonesia bersifat khusus seperti pertahanan keamanan,
belum mengadopsi penggunaan kontrak diperlukan adanya negosiasi pra-kontrak.
insentif. Dalam regulasi pengadaan barang/ Negosiasi diperlukan karena menyangkut
jasa pemerintah di Indonesia, berdasarkan cara ketersediaan barang dan ketika jumlah
pembayaran terdapat lima jenis kontrak yang penyedia terbatas. Oleh karena itu, negosiasi
dapat digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini bertujuan untuk mengantisipasi trade-off
pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu (1) antara biaya, fungsionalitas dan ketersediaan
kontrak lumpsum, (2) kontrak harga satuan, (3) komponen sesuai dengan yang dipersyaratkan
kontrak gabungan lumpsum dan harga satuan, sehingga ada ukuran kinerja dari penyedia
(4) kontrak persentase, (5) kontrak terima jadi pada saat pelaksanaan kontrak. Negosiasi
(turnkey). Pada umumnya, jenis kontrak yang juga bertujuan untuk memverifikasi harga
sering digunakan adalah tiga jenis kontrak akhir (final price) sehingga dapat diketahui
yang pertama yaitu lumpsum, harga satuan, variasi biaya yang dapat diberlakukan dalam
dan gabungan. Kontrak persentase dan rangka pembagian risiko/keuntungan.
kontrak turnkey belum terdefinisi dengan baik
dalam regulasi pengadaan kita sehingga jenis Namun demikian, terdapat tantangan
kontrak ini belum banyak digunakan. Pada dan kendala yang cukup besar dalam
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 65

mengimplementasikan regulasi yang Pada regulasi pengadaan di Indonesia


memperkenalkan kontrak insentif. Selain penyelesaian perselisihan diatur melalui
terkait dengan bagaimana menentukan rasio musyawarah mufakat dan apabila tidak
pembagian cost overrun/underrun serta batas tercapai dilakukan melalui arbitrase,
atas/bawah pembayaran, yang juga menjadi alternatif penyelesaian sengketa atau
tantangan adalah bagaimana mekanisme pengadilan. Dengan demikian, mekanisme
penganggaran dan pembayaran dalam yang diutamakan dalam penyelesaian
kontrak insentif. Mekanisme yang ada sengketa kontrak pengadaan adalah melalui
saat ini belum memungkinkan pemerintah musyawarah. Namun demikian, ketentuan
mengalokasikan anggaran untuk pembayaran tersebut tidak efektif karena secara konseptual
atas suatu pekerjaan yang belum pasti/ tidak ada teori yang melandasinya, dan terlebih
jelas. Pembayaran pada kontrak insentif lagi tidak ada data empiris yang menunjukkan
didasarkan pada harga penawaran (nilai penggunaan mekanisme ini oleh para pihak
kontrak awal) ditambah/dikurangi dengan untuk melakukan adaptasi kontrak. Dengan
cost overrun atau cost underrun yang membuat demikian, regulasi pengadaan seharusnya
kedua belah pihak dapat menikmati cost lebih mendorong penggunaan mekanisme
sharing yang wajar sehingga tercapai kontrak arbitrase untuk penyelesaian sengketa
yang efektif dan efisien. Pemerintah sebagai kontrak pengadaan daripada mekanisme
pembeli harus menentukan besaran α lainnya termasuk alternatif penyelesaian
berdasarkan jenis pekerjaan (barang, jasa, jasa sengketa dan pengadilan. Sesuai dengan teori
konstruksi atau jasa lainnya) sehingga dapat biaya transaksi penyelesaian sengketa melalui
diperoleh pembayaran yang sesuai dengan lembaga arbitrase dianggap lebih optimal
ruang lingkup, tipe, dan risiko pekerjaan. Hal dibandingkan dengan mekanisme lainnya.
ini akan berpengaruh pada dasar perhitungan Mekanisme arbitrase juga merupakan salah
penyusunan HPS maupun pada saat satu pengamanan (safeguards) dalam kontrak
pelaksanaan pekerjaan karena dimungkinkan pengadaan.
penyedia akan memperbesar realisasi biaya
untuk mengantisipasi harga penawarannya Arbitrase memungkinkan penyelesaian
(b) apabila pemerintah tidak menentukan α sengketa masih berada pada kendali para
dengan tepat. pihak, karena para pihak dapat memilih
sendiri arbiternya. Selain itu arbiter juga
5.2. Adaptasi Kontrak berasal dari profesional yang memiliki
melalui Arbitrase keahlian khusus di bidang pengadaan.
66 JURNAL PENGADAAN

Arbitrase di sisi lain memiliki sifat litigasi penyelesaian sengketa di luar arbitrase dalam
tetapi dipermudah dengan adanya simplifikasi pengadaan tidak diatur secara terperinci
prosedur. Arbitrase (tribunals) memiliki ahli dan keberadaan lembaga arbitrase yang ada
khusus yang mengerti kompleksitas teknis sekarang belum dianggap sebagai lembaga
suatu transaksi dan memiliki pengetahuan terpercaya yang dapat memenuhi harapan
terhadap kelaziman yang tertuang dalam para pihak. Aspek kerahasiaan dalam proses
kontrak baik secara eksplisit maupun arbitrase merupakan salah satu alasan kenapa
implisit. Arbiter dapat memverifikasi aspek lembaga arbitrase belum banyak digunakan
yang hampir tidak kentara terkait kualitas untuk menangani sengketa pengadaan publik.
dan kecukupan komponen suatu pekerjaan Para pihak akhirnya cenderung lebih banyak
(Dixit, 2003). Sebaliknya, institusi pengadilan memilih institusi pengadilan sebagai pemutus
harus mengulas seluruh rentang keperdataan terbaik dalam menyelesaikan sengketa
dan tidak memiliki keahlian atau pengetahuan pengadaan. Sementara berdasarkan perspektif
khusus mengenai suatu pekerjaan. Meskipun teori biaya transaksi, institusi pengadilan
institusi pengadilan memiliki akses untuk dianggap tidak dapat menyelesaikan
menghadirkan ahli, namun institusi pengadilan perselisihan secara efisien.5 Artinya selama
tetap harus menginterpretasikan keterangan ini kita cenderung memilih mekanisme yang
ahli berdasarkan pemikiran dan pengetahuan sebetulnya tidak efisien. Untuk memperkuat
mereka sendiri yang sangat terbatas mengenai lembaga arbitrase di Indonesia dalam
suatu pekerjaan pengadaan. penyelesaian sengketa pengadaan, arbiter
yang ditunjuk untuk menangani sengketa
Negara yang secara intensif menggunakan seharusnya menguasai hukum publik yang
lembaga arbitrase untuk penyelesaian sengketa terkait dengan pengadaan, seperti peraturan
pengadaan (khususnya pekerjaan konstruksi) mengenai pengadaan, sistem pembayaran,
adalah Malaysia. Amerika Serikat dan serta peraturan mengenai batasan-batasan
Perancis juga menggunakan arbitrase namun pelaksanaan kontrak itu sendiri.
setelah penggunaan alternatif penyelesaian
sengketa yang lain dianggap tidak berhasil. Di Terkait dengan aspek kerahasiaan yang
Indonesia, ketentuan pelaksanaan alternatif sebenarnya merupakan kelebihan dari

5
Steven Shavel (2003) dalam analisis ekonominya terhadap hukum kontrak menyatakan bahwa arbitrase bisa menjadi suatu forum
pilihan dalam penyelesaian sengketa kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah sepanjang kontrak tersebut tidak memiliki “harmful
external effect”. Jika suatu kontrak dirasakan memiliki harmful external effect sebaiknya menggunakan institusi pengadilan dalam
penyelesaian sengketa. Namun demikian Shavel tidak menjelaskan lebih lanjut definisi harmful external effect.
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 67

arbitase, maka UNCITRAL membuat suatu Kontrak pengadaan yang optimal


konsep proses arbitrase yang mengakomodasi membutuhkan skema dan mekanisme
tuntutan transparansi dalam proses adaptasi kontrak yang memberikan insentif
penyelesaian sengketa pengadaan barang/jasa bagi para pihak untuk memaksimalkan net
pemerintah. Dalam hal ini Working Group benefit sekaligus meminimalkan perilaku yang
UNCITRAL mencoba mengkaji penerapan oportunistik dan eksploitatif. Upaya lain
transparansi dalam proses arbitrase, dan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir
akhirnya pada awal tahun 2013 UNCITRAL terjadinya kontrak yang tidak optimal adalah
Working Group II sepakat memodifikasi meningkatkan pemahaman dan kemampuan
aturan arbitrase UNCITRAL guna menjamin para pihak dalam berkontrak sehingga
transparansi dalam proses arbitrase.8 Namun kesenjangan yang ada dalam kontrak dapat
demikian usulan tersebut masih harus dikurangi. Namun harus dipahami bahwa
disetujui oleh Komisi UNCITRAL dan sebaik apa pun kemampuan dan pengetahuan
Majelis Umum PBB. Salah satu modifikasi para pihak dalam menyusun kontrak, masalah
penting terkait dengan transparansi adalah fundamentalnya adalah tetap sama, yaitu
bahwa semua dokumen penting dalam akan selalu ada keterbatasan rasionalitas para
arbitrase akan dipublikasikan, termasuk pihak yang mengakibatkan kontrak yang
pemberitahuan arbitrase, semua transkrip dibuat tidak pernah lengkap, dan terdapat
pembelaan dan keputusan serta putusan informasi asimetris yang menimbulkan moral
yang dikeluarkan oleh pengadilan. Selain itu hazard (eksploitasi). Pada kontrak pengadaan
dengar pendapat secara lisan untuk presentasi barang/jasa pemerintah ketidaklengkapan
bukti harus terbuka untuk umum (tergantung kontrak tidak hanya disebabkan oleh bounded
kebijaksanaan pengadilan untuk mengambil rationality dari para pihak dan institusi
langkah-langkah untuk melindungi informasi pengadilan, tetapi juga ketidaklengkapan
rahasia). Ketentuan tersebut tentunya juga regulasi yang dibuat oleh regulator rtinya,
bisa diadopsi oleh lembaga arbitrase di bounded rationality juga dihadapi oleh regulator
Indonesia sehingga tuntutan terhadap adanya pengadaan.
transparansi dalam penyelesaian sengketa
melalui mekanisme arbitrase dapat dipenuhi. Mengingat regulasi pengadaan yang ada
saat ini belum sepenuhnya mengakomodasi
6. Kesimpulan dan Rekomendasi skema dan mekanisme adaptasi kontrak
6
http://www.hlarbitrationlaw.com/2013/04/uncitral-arbitration-rules-transparency-provisions/
68 JURNAL PENGADAAN

yang optimal, maka perlu dilakukan kajian


yang lebih mendalam terkait dengan hal
tersebut sehingga dapat menuntun kita dalam
menyusun ketentuan yang dapat dijadikan
pedoman untuk menghasilkan kontrak
pengadaan yang optimal. Pemahaman secara
teoretis terkait dengan ekonomi kontrak
perlu dilengkapi dengan kajian empiris untuk
mempelajari bagaimana konsep yang ada
dalam teori kontrak diimplementasikan di
lapangan yang pastinya jauh lebih kompleks
daripada teori.
Teori Kontrak dan Implikasinya... November 2013/Vol. 3 - No. 3 69

DAFTAR PUSTAKA

Akerlof, G. A. (1970). The market for lemons: Coase, R. H. (1937). The Nature of the Firm,
quality, uncertainty and the market. Quarterly Vol. 4, pp. 386-405. Economica, Vol. 4,
Journal of Economics 84, 488-500. 386-405.

Arrow, K. J. (1971). Essays in the theory of risk. Dixit, A. ( 2003). Arbitration and Information.
Amsterdam: North Holland Publishing. Princenton University.

Ayres, Ian & Robert Gertner. (1989). Filling DMO. (2009). Incentive Contracting in Defence
Gaps in Incomplete Contracts: An Economic Procurement: An Updated Approach
Theory of Default Rules. 98 YALE L.J. 87. Incorporating Performance-Based Measures.
DMO Discussion Paper.
Ayres, Ian and Robert H. Gertner. (1992).
“Strategic Contractual Inefficiency and the Grossman, S J & Hart O D. (1986). The costs
Optimal Choice of Legal Rules. Yale Law and benefits of ownership: a theory of vertical
Journal 101 (4), 729. integration. Journal of Political Economy,
Vol. 94 No. 4, 691-719.
Bajari, Patrick, Stephani Houghton, and
Steven Tadelis. (2006). Bidding for Incomplete Jehn, K. A. (1977). A Qualitative Analysis
Contracts: An Empirical Analysis. NBER of Conflict Types and Dimensions in
Working Paper No. 12051. Organizational Groups. 42 Administrative
Science Quarterly , 530-557.
Bajari, Patrick, and Steven Tadelis. (2001).
Incentives Versus Transaction Costs: A Theory Laffont J. J. & Tirole J. (1993). A Theory
of Procurement Contracts. RAND Journal of of Incentives in Procurement and
Economics Vol 32(3), 287-307. Regulation,. Cambridge, Mass: MIT Press.

Ben-Shahar, O. (2004). Agreeing to Disagree: Laffont, J.J., J. Tirole. (1986). Using Cost
Filling Gaps in Deliberately Incomplete Observation to Regulate Firms. Journal of
Contracts. Wisconsin Law Review, 389– Political Economy, Vol.94, 614-41.
428.
70 JURNAL PENGADAAN

Macaulay, S. (1963). Non-Contractual Relations Weshsler, M. M. (2012). The Law Guide V1.1.
in Business: A Preliminary Study. American New York: The Law Network, LLC.
Sociological Review Vol. 28, No. 1, 55-67.
Williamson, O. E. (1979). Transaction-Cost
McAfee, R.P. and McMillan, J. (1986). Bidding Economics: The Governance of Contractual
for Contracts: A Principal Agent Analysis. Relations. Journal of Law and Economics,
Rand Journal of Economics, Vol. 17 , Vol. 22, No. 2, 233-261.
326-38.
Williamson, O. E. (1996). The Mechanism of
Shavell, S. (2003). Economic Analysis of Contract Governance. Oxford: Oxford University
Law. Cambridge: National Bureau of Press.
Economic Research.
MANAJEMEN PENGADAAN PUBLIK
Manajemen Pengadaan Publik November 2013/Vol. 3 - No. 3 73

MANAJEMEN
PENGADAAN PUBLIK

Abstrak

Pengadaan barang dan jasa publik saat ini sering dipandang sebagai salah

satu fungsi dalam penyerapan anggaran. Pengadaan menjadi tergantung

pada ketersediaan anggaran dan selesai bilamana anggaran sudah

Togar M. Simatupang terserap. Pengadaan barang dan jasa publik lebih luas mempunyai peran

Fanny Kartika penting lainnya dalam pembangunan suatu negara. Tulisan ini mencoba

menampilkan peran pengadaan publik berkelanjutan dari perspektif

manajemen rantai pasok yang berfungsi untuk memberikan dampak yang

lebih luas kepada masyarakat.


74 JURNAL PENGADAAN

PENDAHULUAN

P embenahan di bagian pengadaan


barang dan jasa sedang dicanangkan
oleh Pemerintah Indonesia. Perbaikan
menghindari intrik tersebut karena penyedia
dan penyelenggara tidak dapat bertemu
langsung.
Perpres Nomor 54 tahun 2010 menjadi
Perpres Nomor 70 tahun 2012 menandakan Pembenahan melalui Perpres Nomor 70
bahwa Pemerintah memiliki niat untuk tahun 2012 ini tidak serta merta langsung
mengefektifkan pengadaan barang dan jasa mengubah pengadaan barang dan jasa
di Indonesia. Perubahan ini dilandaskan publik. Pengadaan barang dan jasa publik
ada pertimbangan Presiden dalam rangka adalah proses akuisisi yang dilakukan oleh
percepatan pelaksanaan pembangunan pemerintah dan institusi publik untuk
melalui pengadaan publik yang efektif. mendapatkan barang (goods), bangunan
(works), dan jasa (services) secara transparan,
Salah satu butir yang menjadi fokus perbedaan efektif, dan efisien sesuai dengan kebutuhan
pada Perpres Nomor 70 adalah diwajibkannya dan keinginan penggunanya. Konsumen
pemberlakuan pengadaan melalui sistem akhir pengadaan adalah masyarakat itu
elektronik (e-procurement). Melalui sistem sendiri. Konsep pengadaan seharusnya
e-procurement, prinsip-prinsip lelang; yaitu memiliki konsep berkelanjutan (sustainable
efisien, efektif, transparan, bersaing, tidak procurement). Dalam mencapai konsep
diskriminatif, terbuka, dan akuntabel dapat tersebut, arti pengadaan tidak hanya terbatas
tercapai. Masyarakat dapat mengawasi proses pada mendapatkan barang, bangunan, dan
lelang melalui sistem ini. Selanjutnya, sistem jasa, melainkan juga untuk mencapai value for
ini juga memberikan keterbukaan kepada money, yakni perbesaran nilai dari uang yang
penyedia dari perusahaan kecil yang ingin dikeluarkan dan memberikan manfaat nyata
ikut bergabung dalam seleksi tender. Baik untuk masyarakat dan ekonomi dengan turut
perusahaan besar dan perusahaan kecil serta meminimalkan kerusakan lingkungan.
mengalami proses tender yang sama dan adil.
Pembelanjaan yang memakai uang negara Konsep pengadaan publik berkelanjutan
melalui proses pengadaan sebesar kurang Pengadaan publik berkelanjutan (sustainable
lebih 35-40% dari APBN. Jumlah yang besar public procurement) adalah penggabungan dari
menjadi rentan ketika timbul peluang korupsi konsep pengadaan publik dan pembangunan
dengan memakai sistem manual, yakni berkelanjutan (sustainable development).
tatap muka. E-procurement secara mendasar Pembangunan berkelanjutan berfokus pada
Manajemen Pengadaan Publik November 2013/Vol. 3 - No. 3 75

pembangunan dalam memenuhi kebutuhan pasok dalam sektor publik adalah konsep
generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan yang menawarkan kerangka acuan untuk
generasi mendatang dalam memenuhi komposisi rantai pasok publik dan jaringan
kebutuhannya. Ada tiga faktor yang menjadi aras majemuk (Migiro dan Ambe, 2008).
pilar utama, yakni ekonomi, sosial, dan Rantai pasok sendiri merupakan koneksi
lingkungan. Sedangkan, pengadaan publik antar organisasi, orang, peraturan, dan sistem
harus berprinsip pada pembentukan nilai dalam kegiatan penyampaian produk dan jasa
dan keadilan. Dengan menggabungkan kedua ke tangan konsumen.
konsep ini, terciptalah konsep pengadaan
publik berkelanjutan yang dipromosikan Kaitannya pada pengadaan publik, koneksi
oleh WCED (World Commission on Environment antar organisasi dan orang diartikan
and Development). Dengan mengaplikasikan pada koordinasi antar tiga pemangku
konsep berkelanjutan, pengadaan publik di kepentingan dalam pengadaan, yakni
Indonesia yang saat ini lebih mengarah pada pemerintah, penyedia, dan masyarakat.
orientasi proyek perlu dikembangkan menjadi Sedangkan, peraturan dan sistem sangat
orientasi nilai. Artinya, pengadaan tidak lagi penting ditetapkan oleh pemerintah dalam
hanya terbatas pada penyerapan dana namun pencapaian pengadaan yang teratur, adil,
mengoptimalkan nilai dari proyek pengadaan efektif, efisien, dan transparan. Kolaborasi
sebagai pengangkat pembangunan. dari ketiga pihak tersebut dapat membentuk
manajemen rantai pasok yang efektif
Untuk pengoptimalan nilai dari pengadaan, dengan ciri-ciri mekanisme penyelarasan,
perlu dipahami bahwa manajemen rantai kerja tim lintas fungsi, pengukuran
pasok adalah konsep yang mendasari kinerja, perancangan kelembagaan, sistem
aktivasi pengadaan. Menurut pengertian informasi, dan pemberdayaan. Berdasarkan
Bank Dunia, manajemen rantai pasok adalah penelitian Migiro dan Ambe (2008)
manajemen dari keseluruhan proses bisnis mengenai manajemen rantai pasok di sektor
yang menghasilkan dan menyampaikan publik Afrika Selatan, terdapat berbagai
produk atau jasa ke konsumen akhir. Melalui faktor pendorong kolaborasi rantai pasok
pengertian ini, dapat dipahami bahwa (pelanggan semakin menuntut, bergesernya
manajemen rantai pasok adalah manajemen daya tawar, persaingan, globalisasi),
yang bergerak dari hulu ke hilir, dari penghambat manajemen rantai pasok yang
pemasok ke konsumen. Manajemen rantai efektif (kurangnya dukungan manajemen
76 JURNAL PENGADAAN

puncak, sulitnya berbagi informasi, tidak Pengadaan publik pertama-tama memiliki


mau berbagi risiko, benturan kepentingan, peran sebagai fungsi yang berkontribusi
penolakan perubahan) dan tentunya pada perekonomian nasional. Sebagai
keuntungan dari manajemen rantai pasok yang contoh, pengadaan publik seperti
efektif (mutu yang lebih baik, manajemen pengadaan infrastruktur berfungsi sebagai
aset yang efisien, kecepatan kas-ke-kas, dan penyambung ekonomi daerah. Dengan
siklus pengembangan yang lebih singkat). adanya infrastruktur, aktivitas perekonomian
Proses dan kegiatan pengadaan publik dapat di masing-masing daerah semakin efisien
menjadi efektif apabila ada efektivitas dalam dan efektif. Selanjutnya, kontribusi
manajemen rantai pasok. tersebut dapat lebih dikembangkan dengan
menggunakan kesempatan yang ada melalui
Selanjutnya, Choi (2010) menemukan adanya proses pengadaan. Kesempatan yang
lima peran pengadaan publik yang dalam dimaksud adalah mengenai penekanan
upaya mewujudkan pengadaan berkelanjutan biaya pengadaan. Penekanan biaya ini
seperti tampak pada Gambar 1. Kelima peran ditujukan untuk memperoleh keuntungan
tersebut adalah kontribusi pada nasional lebih yang kemudian bisa difungsikan untuk
ekonomi (national economic contribution), pembangunan sosial. Seperti pada halnya
tanggung jawab sosial (social responsibilities), pengadaan swasta, strategi bisnis mereka
kepemimpinan pejabat pemerintah (leadership adalah untuk menekan biaya pada pengadaan
in government official), kegiatan yang ramah sehingga lebih banyak keuntungan yang
lingkungan (eco-friendly activities), dan inovasi diperoleh. Perbedaannya, keuntungan
industri (industry innovation). tersebut dalam pengadaan publik tidak dapat
dipergunakan untuk pribadi melainkan harus
dikembalikan pada kebutuhan masyarakat.

Fungsi selanjutnya, kepemimpinan dalam


pemerintahan merujuk kepada dua hal, yakni
pemaksimalan efisiensi pada penggunaan
alokasi dana pemerintah dan transparansi
sistem kerja dalam pengadaan. Seperti
kita ketahui, pemerintah memiliki sistem
dengan regulasi yang rumit dan sulit untuk
dikembangkan. Choi (2010) menjelaskan
Gambar 1. Peran Pengadaan Publik
Manajemen Pengadaan Publik November 2013/Vol. 3 - No. 3 77

bahwa untuk membuat inovasi dan keselamatan pekerja serta pengembangan


memaksimalkan efesiensi pada pengadaan, usaha kecil-menengah (UKM). Fungsi ini
Pemerintah Korea membentuk sistem dibentuk sebagai acuan mengenai etika sosial
pengadaan terpusat dan transparan dengan dan lingkungan dalam pengadaan publik.
menggunakan e-procurement. Selanjutnya. Kasat mata, pengadaan yang berlandaskan
Fokus Pemerintah Korea tidak terbatas fungsi ini tampak menghabiskan lebih
pada penghematan pengeluaran, namun banyak biaya, namun ada keuntungan lain
membuat juga model penghematan biaya. yang tidak bisa dinilai oleh uang. Pengadaan
Setiap penghematan dari setiap proyek akan berlandaskan tanggung jawab sosial dapat
dialokasikan untuk pengembangan ekonomi menghasilkan lingkungan yang lebih bersih
negara. Penghematan ini kemudian didukung dan aman. Hak dan keselamatan kerja adalah
oleh kontrol mutu yang baik untuk menjamin tentang sistem kompensasi pekerja dari
bahwa mutu produk dan pengerjaan tidak pihak penyedia. Proyek pengadaan harus
menurun karena adanya penghematan biaya. memenuhi standar kompensasi, seperti
Kepemimpinan dalam pemerintahan tidak mengerjakan pekerja di bawah umur,
juga merujuk pada etika dari para pejabat membayar upah sesuai upah minimum, tidak
pemerintah. Etika ini kembali berhubungan mempekerjakan pekerja melebihi jam kerja,
dengan masalah paling mendasar dari segala dan menjamin keselamatan dan kesehatan
perilaku pejabat pemerintah untuk menjauhi pekerja.
korupsi. Unsur kepemimpinan terdiri dari
etika, inovasi, inisiatif, dan tanggung jawab. Sementara, fokus kedua adalah mengenai
Seluruh unsur ini dibutuhkan oleh pejabat pengembangan usaha kecil-menengah. UKM
pemerintah sebagai orang yang memiliki tidak kuat untuk bersaing dengan perusahaan
kedudukan lebih di antara masyarakat. besar walaupun mereka memiliki kemampuan
Inisiatif dari pejabat pemerintah dibutuhkan yang sama. Di sini, Pemerintah perlu berperan
untuk membentuk sebuah proses yang untuk membimbing pengembangan UKM.
efektif dan mengahasilkan hasil yang inovatif. Pemerintah harus menjamin persaingan yang
E-procurement merupakan buah karya inovasi adil mengenai tender pengadaan. Selain itu,
yang memberikan unsur transparasi dalam Pemerintah dapat mendorong perusahaan
cara pengadaan barang atau jasa. besar untuk memberikan kesempatan
subkontrak dengan UKM. Pemerintah juga
Kemudian, fungsi tanggung jawab sosial dapat berkoordinasi dengan pihak keuangan
(social responsibility) mengarah pada hak dan seperti bank mengenai dana pinjaman kepada
78 JURNAL PENGADAAN

penyedia. Pemerintah Korea, dalam penelitian pada manusia, hewan, tumbuhan, udara, air,
Choi (2010), memungkinkan kontraktor tanah, racun, konten material, kemasan, dan
untuk meraih pinjaman besar yakni mencapai transportasi.
angka maksimum 80 persen dari keseluruhan Pemerintah Korea dalam aplikasi konsep
nilai kontrak. Hal tersebut masih berbeda ramah lingkungannya, lebih menekankan
dengan realitas pengadaan di Indonesia, kepada atribut efisiensi energi dan
dimana proyek pengadaan sangat bergantung penggunaan produk berkarbon rendah.
kepada ketersediaan dana. Pada dasarnya, konsep ramah lingkungan
ini selain membawa pengaruh positif pada
Fungsi keempat adalah konsep ramah lingkungan juga dapat meningkatkan kesan
lingkungan (eco-friendly activities). Konsep positif kepada masyarakat karena telah
ini memadukan faktor lingkungan pada memperhatikan lingkungan dalam pengerjaan
kebijakan pengadaan. (Choi, 2010) dalam proyek pengadaan. Konsep yang juga sering
tulisannya membagi konsep manajemen disebut dengan istilah “green procurement”
ramah lingkungan ke dalam tiga tahapan diartikan sebagai pengadaan yang memiliki
kegiatan, yakni sebelum produksi (pre- sedikit implikasi buruk pada lingkungan.
production), saat produksi (during-production), Dengan manajemen penggunaan material
dan setelah produksi (post-production). Dari yang lebih baik, keuntungan dari konsep ini
ketiga kegiatan tersebut yang paling penting adalah pengiritan biaya yang terbentuk dari
adalah tahap sebelum produksi. Dalam artian berkurangnya konsumsi energi, sumber daya
kualitas, tindakan pencegahan adalah cara yang dipakai, dan manajemen material.
terbaik untuk mempertahankan mutu produk.
Tindakan pencegahan sendiri merupakan fase Inovasi industri (industry innovation) menjadi
dalam tahap sebelum produksi. Pemerintah peran kelima dalam pengadaan publik.
harus mengadakan evaluasi terhadap atribut Pengadaan publik secara dasar terbagi
lingkungan pada pengadaan barang dan atas dua. Pertama adalah pembelanjaan
jasa selanjutnya. Atribut lingkungan sendiri produk standar seperti komoditas kertas,
memiliki ragam yang banyak, seperti efisiensi kain, peralatan dan lainnya. Kedua adalah
energi, daur ulang, efisiensi penggunaan air, pengadaan berteknologi yang membutuhkan
emisi gas rumah kaca, konservasi sumber keahlian berteknologi. Dalam artian
daya, pencegahan limbah, persentase material pengadaan publik, penyedia barang dan jasa
yang dapat diperbaharui, dan efek samping disebut sebagai industri. Sementara yang
Manajemen Pengadaan Publik November 2013/Vol. 3 - No. 3 79

menjadi konsumer adalah sektor pengadaan Namun dalam kaitannya pada Indonesia,
publik itu sendiri. Inovasi industri fokus pengadaan masih terbentur dengan adanya
kepada kooperasi antara sektor publik dan sistem penilaian kinerja kantor yang sering
swasta dalam tujuannya memenuhi kebutuhan mendasarkan penilaian pada percepatan
pengadaan. Sebelumnya, konsep pengadaan penyerapan dana anggaran. Akibatnya
hanya sebatas pada pemenuhan infrastruktur pelaksanaan anggaran lebih mengutamakan
dasar dan jasa seperti rumah sakit, jalan jumlah realisasi ketimbang pemilihan
raya atau konstruksi di bidang infrastruktur. jenis barang/jasa yang sesuai kebutuhan.
Namun sekarang ini pengadaan lebih dari Pembelian barang/jasa dilakukan dengan
sekadar pengadaan dasar. Pengadaan saat ini tujuan agar dana yang ada dapat segera
memiliki keperluan dan teknologi yang tinggi. dicairkan, tanpa mempertimbangkan apakah
Untuk itu dengan adanya kerja sama dengan barang/jasa yang dibeli bermanfaat dalam
sektor swasta yang pada dasarnya lebih menunjang kinerja instansi. Akibatnya jumlah
berkembang secara teknologi, inovasi dalam barang/jasa yang tidak begitu penting dapat
pengadaan dapat lebih ditingkatkan. Dalam menjadi berlebih sementara barang lainnya
kaitan koordinasi dengan sektor swasta, yang sangat dibutuhkan tidak tersedia dengan
pemerintah juga harus membangun sebuah cukup (Sopian, 2013).
program yang mendukung penemuan dan
pengembangan teknologi pada sektor bisnis Perubahan Perpres menjadi Nomor 70
kecil-menengah. Program tersebut dapat juga lebih menfokuskan pengadaan untuk
berupa paten, model, dan produk. percepatan penyerapan anggaran. Dari
pernyataan, kondisi, dan contoh yang telah
Kesimpulan dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa belum
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, ada langkah strategis untuk mengembangkan
pengeluaran masyarakat juga semakin besar. nilai dari pengadaan itu sendiri. Banyak cara
Pengadaan adalah salah satu unsur penting untuk membuat pengadaan lebih memiliki
dalam kegiatan operasi pemerintahan. makna terhadap masyarakat melalui konsep
Pengadaan publik dapat mengubah cara pengadaan publik berkelanjutan. Contoh lain
kerja karena pengadaan publik sangat dari bentuk pengadaan yang berkelanjutan
mempengaruhi banyak area. Karena itu, diimplementasikan melalui sistem kontrak dan
pengadaan publik dinilai dapat membuat relasi dengan penyedia. Saat ini pemerintah
kehidupan masyarakat semakin baik. mengikat kontrak dengan penyedia yang
80 JURNAL PENGADAAN

menawarkan harga terendah. Dalam konteks


pengadaan berkelanjutan, pemerintah dapat
memilih penyedia yang proyeknya berbasis
value-to-money, bukan sekadar dari proyek yang
anggarannya paling murah. Kemudian, setiap
proyek lebih baik membina hubungan dengan
penyedianya, seperti memberikan insentif
kepada mereka yang berhasil menerapkan
konsep pengadaan berkelanjutan. Melalui
tulisan ini, ingin disampaikan bahwa
alangkah bermanfaat apabila pengadaan
publik di Indonesia dikembangkan
untuk memberi dampak yang lebih luas
terhadap masyarakat karena pada dasarnya,
pengadaan adalah bentuk pelayanan publik.
Manajemen Pengadaan Publik November 2013/Vol. 3 - No. 3 81

DAFTAR PUSTAKA

Choi, J.W. (2010), “A Study of The Role of Sopian, A. (2013), “Strategi pengadaan barang”,
Public Procurement – Can Public Procurement Retrieved September 13, 2013, from
Make Society Better?” Paper Presented at http://www.bppk.depkeu.go.id/bdk/
the 4th International Public Procurement palembang/attachments/204_Strategi
Conference in South Korea. Available at Pengadaan Barang.
http://www.ippa.org/IPPC4/Proceeding
s/13ProcurementPreferences/Paper13-4.
pdf

Migiro, S.O. dan Ambe, I.M. (2008),


“Evaluation of the implementation of public
sector supply chain management and challenges:
A case study of the central district municipality,
North west province, South Africa”, African
Journal of Business Management, Vol. 2,
No. 12, pp. 230-242.
PENTINGNYA KONFIRMASI DAN
ANALISIS DOKUMEN PADA
PENGADAAN BARANG DAN JASA

(Kasus Pemalsuan Surat Dukungan Dalam Pengadaan


Alat Kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah TA 2008)
Pentingnya Konfirmasi dan Analisis... November 2013/Vol. 3 - No. 3 83

PENTINGNYA KONFIRMASI DAN


ANALISIS DOKUMEN PADA
PENGADAAN BARANG DAN JASA
(Kasus Pemalsuan Surat Dukungan Dalam Pengadaan
Alat Kesehatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah TA 2008)

Abstrak

Kadang panitia pengadaan barang dan jasa tidak menganalisis dokumen

penawaran yang diserahkan peserta pengadaan dan mengabaikan

konfirmasi kepada pihak terkait atas keabsahan dokumen yang diserahkan

peserta pengadaan kepada mereka. Hal ini tanpa disadari mengabaikan


pula risiko adanya penyimpangan dalam proses pengadaan barang dan jasa
Fadjar Prajitno
pemerintah. Dengan melakukan analisis dokumen dan konfirmasi kepada

pihak terkait, sebagian risiko penyimpangan dalam pengadaan barang dan

jasa dapat dideteksi atau diantisipasi lebih dini agar tidak menimbulkan

dampak yang lebih besar.


84 JURNAL PENGADAAN

PENDAHULUAN

D alam praktiknya, tidak jarang penyedia


barang dan jasa (peserta lelang
atau rekanan) melakukan berbagai bentuk
Sanggahan Terhadap Pemenang Lelang
dan Terhadap Surat Dukungannya
Tahun Anggaran 2008 Dinas Kesehatan
perbuatan yang menyimpang dari praktik Kabupaten Hulu Sungai Tengah telah
yang sehat untuk memenangkan lelang/ melakukan kegiatan pengadaan peralatan dan
pengadaan seperti suap, berbuat curang, perbekalan kesehatan termasuk obat generik
gratifikasi, dan pemalsuan. esensial. Kegiatan pengadaan tersebut di atas
terbagi dalam 8 (delapan) paket pekerjaan,
Penyimpangan dalam pengadaan barang di mana salah satu aspek data teknis yang
dan jasa sejalan dengan modus operandi mendapat penilaian adalah surat penunjukan/
dalam korupsi. Modus operandi korupsi surat dukungan pabrikan/agen tunggal/
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, supplier dengan bobot nilai 5. Para peserta
antara lain mark-up pembelian/pengeluaran, lelang telah menyerahkan Surat Dukungan
manipulasi pencatatan, pemalsuan dokumen, dari pabrikan/agen tunggal/supplier terhadap
menghilangkan dokumen, pencurian, perusahaan mereka sebagai kelengkapan
memalsukan kualitas, dan membuat peraturan dokumen penawaran yang diserahkan kepada
yang hanya membela atau menguntungkan panitia pengadaan kedelapan paket pekerjaan
pihak tertentu saja. itu.

Salah satu kasus pemalsuan dokumen dalam Pada 21 Agustus 2008 telah ditetapkan
pengadaan barang dan jasa pemerintah pemenang lelang dari masing-masing paket
daerah yang kemungkinan dapat dideteksi pekerjaan. Dari delapan paket pengadaan,
atau diantisipasi lebih dini agar tidak empat diantaranya diduga terkait dengan
menimbulkan dampak yang lebih besar, surat dukungan palsu, yaitu:
tampak pada pengadaan alat kesehatan
Tahun Anggaran 2008 oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Pentingnya Konfirmasi dan Analisis... November 2013/Vol. 3 - No. 3 85

Tabel 1. Paket 2 Pengadaan Peralatan Penyuluhan

Evaluasi Hasil Evaluasi Merit Point System


No. Perusahaan Harga Administrasi
Nilai Nilai Nilai
Peringkat
Teknis Harga Gabungan
1 CV Ruhama 915.833.000 Memenuhi syarat 49,00 26,05 75,05 I
2 CV Yusinda J.L 795.353.000 Memenuhi syarat 43,75 30,00 73,75 II

Tabel 2. Paket 3 Pengadaan Peralatan Laboratorium

Evaluasi Hasil Evaluasi Merit Point System


Harga
No. Perusahaan Administrasi
Terkoreksi Nilai Nilai Nilai
Peringkat
Teknis Harga Gabungan
1 CV Ananta 851.184.800 Memenuhi syarat 62,58 25,16 87,74 I
2 CV Banjar Alkestron 783.300.000 Memenuhi syarat 55,77 27,35 83,12 II

Tabel 3. Paket 4 Bidan Kit

Evaluasi Hasil Evaluasi Merit Point System


Harga
No. Perusahaan Administrasi
Terkoreksi Nilai Nilai Nilai
Peringkat
Teknis Harga Gabungan
CV Yusinda Jaya
1 712.410.000 Memenuhi syarat 59,18 23,86 83,04 I
Lestari
2 CV V Ifsan Pratama 611.700.000 Memenuhi syarat 49,43 27,79 77,22 II

Tabel 4 Paket 4 Sanitarian Kit

Evaluasi Hasil Evaluasi Merit Point System


Harga
No. Perusahaan Administrasi
Terkoreksi Nilai Nilai Nilai
Peringkat
Teknis Harga Gabungan
1 CV. Mulia Medical 372.396.000 memenuhi syarat 64,29 26,22 90,51 I
2 CV. Delima Merah 382.290.000 memenuhi syarat 64,77 25,54 90,31 II
86 JURNAL PENGADAAN

Penetapan pemenang lelang untuk delapan Surat Dukungan Pabrikan untuk


paket pengadaan tersebut telah mendapat keperluan tender.
sanggahan dari peserta lelang lainnya 3. PT Golden Star MedPerdana tidak
yang merasa dirugikan dan diperlakukan pernah menerbitkan surat dukungan
tidak adil oleh panitia lelang sehingga para berikut seperti pada Tabel 5.
peserta lelang itu mengadukan adanya
dugaan penyimpangan dalam pengadaan alat Analisis Dampak Pemalsuan
kesehatan tersebut kepada DPRD Kabupaten Surat Dukungan
Hulu Sungai Tengah. Berdasarkan Dokumen Lelang untuk
empat paket pengadaan di atas, pada Bab II
Tanggal 3 dan 4 September 2008, beberapa Instruksi Kepada Peserta Pengadaan (IKPP)
perusahaan pabrikan atau agen tunggal/ huruf C. Penyiapan Penawaran, angka 13.1
supplier membuat Surat Pernyataan yang tentang Dokumen Penawaran di antaranya
disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan menyatakan bahwa penawaran yang
Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Surat disampaikan oleh peserta pengadaan harus
Keterangan yang intinya menyatakan bahwa: terdiri dari:
1. PT Hanna Instruments Indotama tidak (i) Surat Jaminan Pabrikan bagi Peserta
mengeluarkan surat dukungan No. Pengadaan yang tidak memproduksi
0617/HII/SD/VIII/08 tertanggal, sendiri barang yang ditawarkan (jika
Agustus 2008 untuk Pengadaan Alat- disyaratkan dalam LDP atau Lembar
alat Kedokteran Dinas Kesehatan Data Pengadaan, dan harus dalam
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. bentuk terlampir pada Bab IV);
2. PT Sarandi Karya Nugraha sebagai Jadi surat jaminan pabrikan tersebut
pabrikan alat kesehatan merek Karixa merupakan hal yang wajib disertakan dalam
adalah pihak yang berhak mengeluarkan penawaran oleh peserta lelang.

Tabel 5. Daftar Surat Dukungan Palsu Menurut PT Golden Star MedPerdana


No Nomor Surat Dukungan Tanggal Perusahaan Yang Didukung Paket Pekerjaan
1 572/GSP/VIII/08 1 Agustus 2008 CV Putra Perkasa Kalimantan Pengadaan Posyandu Kit
2 569/GSP/VIII/08 1 Agustus 2008 PT Najib Sukses Pengadaan Peralatan Lab
3 575/GSP/VIII/08 1 Agustus 2008 CV Ananta Pengadaan Peralatan Lab
Pengadaan Peralatan Bidan
4 578/GSP/VIII/08 5 Agustus 2008 CV Yusinda Jaya Lestari
Kit
5 560/GSP/VIII/08 5 Agustus 2008 CV Mulia Medical Pengadaan Sanitarian Kit
Pentingnya Konfirmasi dan Analisis... November 2013/Vol. 3 - No. 3 87

Selanjutnya, Bab II huruf E Pembukaan Paket 2 (Pengadaan Peralatan


dan Evaluasi Penawaran pada angka 29.6 Penyuluhan)
Penilaian Data Teknis dan Harga diantaranya Apabila terbukti surat dukungan tersebut
menyatakan: palsu maka daerah berpotensi mengalami
kerugian sebesar selisih antara harga
1) Penilaian data teknis yang ditawarkan CV Ruhama sebagai
Untuk data teknis, pembobotan aspek- peringkat I (Rp 915.833.000,00) dengan
aspek yang dinilai adalah sebagai CV Yusinda Jaya Lestari sebagai peringkat
berikut: II (Rp 795.353.000,00), yakni sebesar
a. Unsur-unsur yang dinilai: Rp 120.480.000,00. Pemalsuan itu akan
(8) Surat penunjukan/surat dukungan mengurangi Nilai Total Peringkat I sehingga
pabrikan/agen tunggal/supplier (bobot nilainya menjadi lebih kecil dibanding
5) Peringkat II, sebagaimana perhitungan
b. Tata cara penilaian: berikut:
(8) Surat penunjukan/surat dukungan
pabrik/agen tunggal/supplier Nilai akhir untuk tersedianya surat
• Ada surat penunjukan/pernyataan penunjukan/surat dukungan pabrik/agen
dari pimpinan, nilai 100 tunggal/supplier adalah: (5 x 100) : 100 =
• Tidak ada surat penunjukan/ 5. Jika terbukti surat dukungan untuk CV
pernyataan dari pimpinan, nilai 0 Ruhama itu palsu maka nilainya menjadi
Untuk Penilaian Teknis, Nilai Akhir = nol sehingga Nilai Total Peringkat I (CV
(bobot x skor setiap jenis penilaian) : 100 Ruhama) berkurang 5 poin menjadi 70,05
(75,05 dikurang 5), sedangkan Nilai Total
Peringkat II sebesar 73,75. Dengan demikian
Atas hasil penilaian dari aspek teknis maupun pemenangnya bergeser ke Peringkat II (CV
harga yang telah dilakukan oleh Panitia Yusinda Jaya Lestari) dengan harga penawaran
Pengadaan yang dimuat dalam tabulasi di Rp 795.353.000,00.
atas (tabel 1 s.d tabel 4), dengan adanya
pengaduan tentang beberapa pemenang lelang Dokumen yang diduga palsu adalah surat
yang diduga memalsukan dokumen untuk dukungan untuk produk merek Karixa yang
kelengkapan teknis akan mempengaruhi seharusnya diterbitkan oleh PT Sarandi
poin akhir yang dimiliki peserta pengadaan Karya Nugraha ternyata diterbitkan oleh PT
sebagaimana diuraikan sebagai berikut: Kartika Sentamas.
88 JURNAL PENGADAAN

Paket 3 (Pengadaan Alat Laboratorium) agen tunggal/supplier adalah: (5 x 100) : 100


Apabila terbukti surat dukungan tersebut = 5. Jika terbukti surat dukungan untuk CV
palsu maka daerah berpotensi mengalami Yusinda Jaya Lestari itu palsu maka nilainya
kerugian sebesar selisih antara harga yang menjadi nol sehingga nilai total peringkat I
ditawarkan CV Ananta sebagai peringkat I (Rp CV Yusinda Jaya Lestari) berkurang 5 poin
851.184.800,00) dengan CV Banjar Alkestron menjadi 78,04 (83,04 dikurang 5), sedangkan
sebagai peringkat II (Rp 783.300.000,00), nilai total peringkat II (CV Ifsan Pratama)
yakni sebesar Rp 67.884.800,00. Pemalsuan sebesar 77,22. Dengan demikian CV Yusinda
itu akan mengurangi Nilai Total Peringkat Jaya Lestari tetap sebagai pemenang dan
I sehingga nilainya menjadi lebih kecil tidak ada potensi kerugian daerah.
dibanding peringkat II, sebagaimana
perhitungan berikut: Dokumen yang diduga palsu adalah surat
dukungan No.578/GSP/VIII/08 tanggal
Nilai akhir untuk tersedianya surat 5 Agustus 2008 untuk pengadaan peralatan
penunjukan/surat dukungan pabrik/agen bidan kit oleh CV Yusinda Jaya Lestari.
tunggal/supplier adalah: (5 x 100) : 100 =
5. Jika terbukti surat dukungan untuk CV Paket 5 (Pengadaan Sanitarian Kit)
Ananta itu palsu maka nilainya menjadi Nilai akhir untuk tersedianya surat
nol sehingga nilai total peringkat I (CV penunjukan/surat dukungan pabrik/agen
Ananta) berkurang 5 poin menjadi 82,74 tunggal/supplier adalah : (5 x 100) : 100 = 5.
(87,74 dikurang 5), sedangkan nilai total Jika terbukti surat dukungan untuk CV Mulia
peringkat II sebesar 83,12. Dengan demikian Medical itu palsu maka nilainya menjadi nol
pemenangnya bergeser ke peringkat II (CV sehingga nilai total peringkat I (CV Mulia
Banjar Alkestron) dengan harga penawaran Medical) berkurang 5 poin menjadi 85,51
Rp 783.300.000,00. Dokumen yang diduga (90,51 dikurang 5), sedangkan nilai total
palsu adalah surat dukungan No.575/GSP/ peringkat II sebesar 90,31. Dengan demikian
VIII/08 tanggal 1 Agustus 2008 untuk pemenangnya bergeser ke peringkat II (CV
pengadaan peralatan lab oleh CV Ananta. Delima Merah) dengan harga penawaran Rp
382.290.000,00. Kendati demikian tidak ada
Paket 4 (Pengadaan Bidan Kit) potensi kerugian daerah karena harga dari
Nilai akhir untuk tersedianya surat CV Mulia Medical lebih rendah dibandingkan
penunjukan atau surat dukungan pabrik/ harga dari CV Delima Merah. Dokumen yang
Pentingnya Konfirmasi dan Analisis... November 2013/Vol. 3 - No. 3 89

diduga palsu adalah surat dukungan No.560/ dalam Pasal 5 Keputusan Presiden Nomor 80
GSP/VIII/08 tanggal 5 Agustus 2008 untuk Tahun 2003 dan Perubahannya, yang antara
pengadaan peralatan sanitarian kit oleh CV lain menyatakan larangan kepada PPK,
Mulia Medical, dan surat dukungan No. 0617/ panitia pengadaan dan rekanan membuat
HII/SD/VIII/08, Agustus 2008 dari PT dan atau menyampaikan dokumen dan atau
Hanna Instruments Indotama. keterangan lain yang tidak benar untuk
memenuhi persyaratan dalam Dokumen
Di dalam dokumen lelang untuk empat paket Pemilihan.
pengadaan tersebut di atas, pada bab II.
Instruksi Kepada Peserta Pengadaan (IKPP) Para rekanan yang terbukti melakukan
bagian A. Umum, angka 5. Larangan KKN pemalsuan dokumen semestinya dimasukkan
serta Penipuan, sebagaimana disebutkan daftar hitam. Sebagaimana tercantum dalam

Tabel . Poin Akhir Pemenang I dan II Setelah Memperhitungkan Pemalsuan Surat Dukungan

Tot. Peringkat
Uraian Rekanan Koreksi Poin Akhir Harga
Poin Seharusnya

Paket 2 Pengadaan Peralatan Penyuluhan


Pemenang I CV Ruhama 75,05 5 70,05 915.833.000 Pemenang II
Pemenang II CV Yusinda J.L 73,75 - 73,75 795.353.000 Pemenang I
Potensi kerugian 120.480.000

Paket 4 Pengadaan Bidan Kit


Pemenang I CV Ananta 87,74 5 82,74 851.184.800 Pemenang II
Pemenang II CV Banjar Alkestron 83,12 - 83,12 783.300.000 Pemenang I
Potensi kerugian 67.884.800

Paket 4 Pengadaan Bidan Kit


Pemenang I CV Yusinda Jaya Lestari 83,04 5 78,04 712.410.000 Pemenang I
Pemenang II CV Ifsan Pratama 77,22 - 77,22 611.700.000 Pemenang II

Paket 5 Pengadaan Sanitarian Kit


Pemenang I CV. Mulia Medical 90,51 5 85,51 372.396.000 Pemenang II
Pemenang II CV. Delima Merah 90,31 - 90,31 382.290.000 Pemenang I
Selisih 9.894.000
90 JURNAL PENGADAAN

Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 hak, sesuatu perjanjian (kewajiban) atau sesuatu
Pasal 14 ayat (9): Penyedia barang dan jasa pembebasan utang, atau yang boleh dipergunakan
wajib menandatangani surat pernyataan di atas sebagai keterangan bagi sesuatu perbuatan, dengan
meterai bahwa semua informasi yang disampaikan maksud akan menggunakan atau menyuruh orang
dalam formulir isian kualifikasi adalah benar, lain menggunakan surat-surat itu seolah-olah
dan apabila diketemukan penipuan/pemalsuan surat itu asli dan tidak dipalsukan, maka kalau
atas informasi yang disampaikan, terhadap yang mempergunakannya dapat mendatangkan sesuatu
bersangkutan dikenakan sanksi pembatalan sebagai kerugian dihukum karena pemalsuan surat,
calon pemenang, dimasukkan dalam daftar hitam dengan hukuman penjara selama-lamanya enam
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun, dan tidak tahun, ayat (2) Dengan hukuman serupa itu juga
boleh mengikuti pengadaan untuk 2 (dua) tahun dihukum, barangsiapa dengan sengaja menggunakan
berikutnya, serta diancam dituntut secara perdata surat palsu atau yang dipalsukan itu seolah-olah
dan pidana. Sedangkan pengganti Keputusan surat itu asli dan tidak dipalsukan, kalau hal
Presiden Nomor 80 Tahun 2003, yaitu mempergunakan dapat mendatangkan sesuatu
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 kerugian.
pada pasal 118 ayat (6) menyatakan apabila
ditemukan penipuan/pemalsuan atas informasi yang SARAN
disampaikan penyedia barang dan jasa, dikenakan Sebelum pengadaan dilaksanakan, panitia
sanksi pembatalan calon pemenang dan dimasukkan pengadaan dapat meminta informasi atau
dalam daftar hitam. data yang penting kepada pihak terkait seperti
meminta kepada perusahaan pabrikan atau
Pemalsuan dokumen tersebut di atas telah agen tunggal/supplier daftar perusahaan yang
merugikan Pemerintah Daerah Kabupaten mendapat dukungan tertulis dari mereka
Hulu Sungai Tengah karena memperoleh sehingga mengurangi risiko dokumen
barang dengan harga lebih mahal dan dukungan penawaran yang palsu lolos dari
merugikan peserta lelang lainnya karena gagal penyaringan panitia pengadaan. Langkah
jadi pemenang. Selain itu, pemalsuan tersebut lain yang dapat ditempuh panitia pengadaan
melanggar ketentuan hukum. Kitab Undang- adalah membandingkan dan menganalisis
undang Hukum Pidana (KUHP) pasal surat dukungan yang diserahkan rekanan
263 tentang pemalsuan surat menyatakan: apakah terdapat perbedaan tanda tangan
ayat (1) Barangsiapa membuat surat palsu atau atau yang menandatangani surat dukungan
memalsukan surat, yang dapat menerbitkan sesuatu tersebut, apakah terdapat perbedaan kop
Pentingnya Konfirmasi dan Analisis... November 2013/Vol. 3 - No. 3 91

surat perusahaan yang mengeluarkan surat


dukungan, apakah ada perbedaan stempel
atau cap perusahaan yang mendukung,
apakah surat dukungan tersebut telah habis
masa berlakunya dan hal-hal lainnya yang
patut dikritisi oleh panitia pengadaan barang
dan jasa.

PENUTUP
Seandainya panitia pengadaan meminta
informasi dan melakukan konfirmasi terlebih
dahulu kepada perusahaan pabrikan atau agen
tunggal/supplier yang tercantum dalam surat
dukungan yang disertakan peserta lelang,
kemungkinan besar tidak akan menyeret
panitia pengadaan dan peserta lelang sebagai
rekanan ke ranah hukum dan pengadilan.
Kecuali mungkin panitia pengadaan memang
berniat melakukan kolusi dengan peserta
lelang tertentu. Wallahu ‘alam.
92 JURNAL PENGADAAN

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Presiden Republik Indonesia No- Peraturan Presiden Republik Indonesia No-
mor 80 Tahun 2003, tentang Pedoman Pelak- mor 54 Tahun 2010, tentang Pengadaan Ba-
sanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. rang dan Jasa Pemerintah.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana


(KUHP)
SEBUAH PETA JALAN PROFESIONALISASI
PENGADAAN DI INDONESIA
Sebuah Peta Jalan Profesionalisme... November 2013/Vol. 3 - No. 3 95

SEBUAH PETA JALAN


PROFESIONALISASI PENGADAAN
DI INDONESIA
Pendekatan Pemikiran-Pemikiran Baru
dari Best Practices Pengadaan Industri Migas

Abstrak

Mengembalikan kepercayaan rakyat kepada pemerintah merupakan tema

yang bergema terus menerus pasca reformasi karena pencegahan praktek

Erlangga Atmadja Fanny korupsi, khususnya pada pengadaan barang/jasa pemerintah. Ditambah

Richardus Djokopranoto lagi, insan pengadaan pemerintah dituntut untuk menyeimbangkan tiga

unsur pertanggungjawaban: i) kredibilitas proses pengadaan dari sudut

pandang auditor, ii) kredibilitas proses pengadaan dari sudut pandang

percepatan penyerapan anggaran, serta iii) ketepatan pembelian barang/


jasa yang mendukung efesiensi manajemen proyek/operasional.
96 JURNAL PENGADAAN

M engembalikan kepercayaan rakyat


kepada pemerintah merupakan tema
yang bergema terus menerus pasca reformasi
agenda dalam manajemen fiskal negara
(Atmadja, 2012).

karena pencegahan praktek korupsi, Proses profesionalisasi, yaitu proses yang


khususnya pada pengadaan barang/jasa dimana sebuah praktek/bidang keahlian
pemerintah. Ditambah lagi, insan pengadaan dikembangkan untuk diakui secara luas dan
pemerintah dituntut untuk menyeimbangkan menjadi terstandarisasi diperlukan agar insan
tiga unsur pertanggungjawaban: i) kredibilitas pengadaan dapat dihargai, diakui, dan dapat
proses pengadaan dari sudut pandang auditor, memperoleh pelatihan yang menjadikan
ii) kredibilitas proses pengadaan dari sudut mereka mumpuni di bidangnya sesuai
pandang percepatan penyerapan anggaran, dengan tingkatan standar kompetensi yang
serta iii) ketepatan pembelian barang/jasa diharapkan.
yang mendukung efesiensi manajemen
proyek/operasional. Peraturan Presiden RI No.106/2007
memandatkan LKPP sebagai instansi terkait
Apabila pengadaan pemerintah itu betul- yang mengatur pengadaan pemerintah
betul mumpuni, niscaya justru proses untuk bertanggung jawab dan proaktif
pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dalam proses profesionalisasi tenaga
secara bersamaan mencegah praktek korupsi ahli pengadaan barang/jasa pemerintah.
dalam pengadaan, menjamin bahwa barang/ Proses profesionalisasi pejabat pengadaan
jasa yang dibeli betul-betul tepat guna, pemerintah pusat dan daerah dengan standar
dan perencanaan pengadaan yang baik kompetensi dan jalur pengembangan karier
mempercepat penyerapan anggaran. Dari fungsional yang jelas adalah elemen penting
sisi makro, bila seluruh insan pengadaan dalam proses reformasi pengadaan barang/
pemerintah memiliki tingkat profesionalisasi jasa pemerintah untuk menghasilkan sistem
yang mumpuni maka anggaran pengadaan yang kredibel dan menyejahterakan (Atmadja,
pemerintah sebesar Rp 500 triliun dapat benar- 2012).
benar di pergunakan untuk memberikan
layanan pemerintah yang menyejahterakan Pendekatan pemikiran-pemikiran baru
rakyat. Alasan inilah yang merupakan yang bersumber dari best practices pengadaan
argumen utama untuk pengarusutamaan barang/jasa dari industri migas yang
pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai memiliki sejarah profesionalisasi selama 60
Sebuah Peta Jalan Profesionalisme... November 2013/Vol. 3 - No. 3 97

tahun memiliki kekayaan basis pengetahuan for-money), dan atau tidak diperhitungkan dengan
yang luas dan relevan untuk kepentingan baik. Terjadinya risiko fidusia dapat disebabkan
pengembangan profesi ahli pengadaan oleh berbagai macam faktor, termasuk lemahnya
barang/jasa pemerintah di Indonesia. kapasitas, kompetensi, inefisiensi birokrasi, atau
korupsi yang merajalela (DFID, 2011).”
Tulisan ini bermaksud untuk mengupas
secara singkat sejarah proses profesionalisasi Ini berarti bahwa praktek pengadaan barang/
ahli pengadaan pada industri migas, jasa pemerintah berpengaruh terhadap
pengembangan benchmark tersebut menjadi kualitas hasil dari suatu transaksi/kontrak
sebuah peta jalan profesionalisasi pengadaan pengadaan yang ditujukan untuk proyek/
barang/jasa pemerintah di Indonesia. kegiatan menyangkut kepentingan umum.
Kualitas hasil pembelian disini menyangkut
aspek tepat nilai, tepat mutu, tepat waktu
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan tepat sumber (Djokopranoto dkk,
Dahulu dan Sekarang 2010). Dahulu, praktek pengadaan adalah
Kapasitas pejabat pengadaan pemerintah bidang yang rentan dengan risiko fidusia.
sebagai penyeimbang dari tiga unsur Posisi pejabat pengadaan dahulu biasanya
pertanggungjawaban bukanlah suatu merupakan posisi ad-hoc dengan pangkat
keadaan yang unik untuk Indonesia saja. yang tidak terlalu tinggi dan memikul beban
Semua insan pengadaan pemerintah beratnya pengaruh politis dari pejabat tingkat
dihadapkan oleh tantangan yang sama. Hal tinggi yang korup.
ini menjadikan kekhususan profesi ahli
pengadaan pemerintah sebagai palang pintu Parahnya, pejabat yang ditunjuk pada posisi
yang mengatur tingkat “risiko fidusia” dalam ad-hoc tersebut tidak dilengkapi dengan
pengelolaan keuangan negara. kompetensi yang minimum diperlukan
untuk mengemban tanggung jawab seorang
Definisi oleh komunitas donor internasional ahli pengadaan. Ditambah lagi, kerendahan
mendefinisikan risiko fidusia sebagai: pangkat pejabat seringkali menjadikanya
sebagai tumbal dari pejabat korup karena
“Risiko bahwa dana tidak dipergunakan untuk tekanan dari pejabat tingkat tinggi yang
tujuan yang dimaksudkan, bukan merupakan korup tersebut. Di Tahun 2012, KPK
pembelian dengan nilai setara harga yang baik (value- mengestimasikan bahwa hampir 80 persen
98 JURNAL PENGADAAN

dari korupsi bersumber dari pengadaan Arti dari Sebuah


barang/jasa pemerintah. Sangat mudah sekali Proses Profesionalisasi
untuk melihat mengapa dahulu orang tidak Visi dari profesionalisasi pengadaan
tertarik atau tidak bersungguh-sungguh untuk adalah bahwa pengadaan adalah bidang
mengemban tugas sebagai pejabat pengadaan yang memerlukan dukungan tenaga yang
pemerintah. profesional dimana semua insan pengadaan
baik swasta maupun pemerintah memiliki
Dengan memprofesionalisasikan praktek kualifikasi yang tepat, terstandarisasi, dan
pengadaan barang/jasa pemerintah, diharap- merupakan ahli dalam tugas yang mereka
kan bahwa trend kurangnya permintaan dan emban, melalui pelatihan dan pengalaman,
minat menjadi tenaga ahli pengadaan dapat dimana mereka selalu berpegang teguh
diubah. Pengadaan kini harus menjadi profesi kepada kode etik profesi.
yang dihargai dan mumpuni.
Para tenaga ahli pengadaan diharapkan
Profesionalisasi di bidang pengadaan memiliki pengetahuan yang mendalam
memiliki arti bahwa harus ada proses yang dari hal-hal yang menjadi tanggung
harus dilewati dengan tolak ukur tertentu dan jawabnya dan pengetahuan dan pengalaman
proses profesionalisasi yang dirancang untuk mengenai ‘best practices’ dan aplikasinya serta
memenuhi dan menciptakan kebutuhan perangkat dan teknik yang dipergunakan
permintaan keahlian tersebut berdasarkan nilai dalam kegiatan terkait pengadaan barang/
yang dihasilkan oleh tenaga ahli pengadaan jasa pemerintah dan memiliki kompetensi
yang benar-benar profesional. Proses untuk mendayagunakanya. Para tenaga
pengembangan profesi ini seyogianya harus ahli pengadaan diharapkan mempunyai
terus menerus untuk dapat mengembangkan kompetensi keahlian dan kualifikasi profesi
kemampuan profesional dan kedewasaan terkait sesuai dengan tingkatan tanggung
para insan pengadaan. Sekarang adalah jawabnya pada proses pengadaan barang/jasa
saatnya untuk mengubah persepsi bahwa pemerintah.
posisi sebagai ahli pengadaan barang/jasa
pemerintah merupakan posisi professional Proses profesionalisasi modern mungkin
yang memiliki prospek masa depan cerah pertama kali didefinisikan oleh ahli
sejalan dengan cita-cita reformasi dibidang Sosiologi Carr-Saunders dan Wilson (1933)
pengadaan barang dan jasa pemerintah. yang merekomendasikan bahwa sejarah
Sebuah Peta Jalan Profesionalisme... November 2013/Vol. 3 - No. 3 99

perkembangan suatu profesi dapat dipetakan pemerintah daerah/dan instansi lainya


untuk pembelajaran pengembangan (K/L/D/I) di seluruh Indonesia. Jabatan
profesi baru/terkait. Wilensky (1964) fungsional tersebut didukung oleh institusi
mengaplikasikan pendekatan ini dan pelatihan yang terakreditasi, kompilasi
memetakan proses profesionalisasi 18 batang tubuh keilmuan yang dikemas
profesi dan mencatat bahwa perkembangan dalam pelatihan berbasis kompetensi,
suatu profesi dapat dilihat dari sejarah dan mekanisme sertifikasi berbasis ujian,
proses profesionalisasi formal dan terarah pengembangan kurikulum tingkat sarjana
yang melalui tahapan-tahapan pencapaian dan pasca-sarjana seperti yang dipilotkan
pendewasaan tertentu yang pada akhirnya pada Universitas Diponegoro. Ditambah lagi,
mendapat pengakuan luas. ikatan asosiasi profesi terbentuk dan bekerja
sama dengan LKPP untuk membentuk kode
Tahapan-tahapan proses pendewasaan proses etik profesi. Seluruh inisiatif yang dilakukan
profesionalisasi tersebut adalah i) diterimanya oleh pemerintah dilakukan atas dasar hukum
profesi tersebut sebagai pekerjaan yang ‘full- pada Keputusan Presiden No.80/2003 yang
time,’ ii) pengukuhan mekanisme dan institusi pertama kali mewajibkan sertifikasi profesi
pelatihan dan akreditasi, iii) pengukuhan ahli pengadaan barang/jasa pemerintah yang
program akademis tingkat sarjana dan pasca kemudian disempurnakan oleh Peraturan
sarjana, iv) dibentuknya ikatan keahlian pada Presiden No.54/2010 dan diamandemen
tingkat lokal, v) dibentuknya ikatan keahlian kembali oleh Peraturan Presiden No.70/2012.
pada tingkat nasional, vi) lisensi/sertifikasi
yang secara regulasi atau hukum diwajibkan, Apakah cukup sampai disini? Tidak, karena
vii) pengukuhan kode etik profesi secara tahapan-tahapan proses pengembangan
formal (Wilensky, 1964). profesi tetap harus dikonsolidasikan secara
berkesinambungan seiring dengan pengakuan
Melalui dukungan LKPP, Indonesia kini luas dan adanya permintaan dari pasar tenaga
sudah melewati ke enam elemen dasar kerja (Wilensky, 1964). Untuk menciptakan
tahapan untuk pembentukan profesi ahli permintaan yang dapat menarik minat baru
pengadaan barang/jasa pemerintah dengan untuk menjalani karier sebagai ahli pengadaan
adanya jabatan fungsional yang mengelola barang/jasa pemerintah, saat ini pemerintah
unit-unit layanan pengadaan pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan profesi
(ULP) di lingkungan kementerian/lembaga/ yang akan mudah-mudahan dapat mengubah
100 JURNAL PENGADAAN

persepsi terdahulu mengenai profesi ahli profesionalisasi ahli pengadaan yang diadakan
pengadaan barang/jasa pemerintah. oleh LKPP dan Ikatan Ahli Pengadaan
Indonesia (IAPI) serta rangkaian kegiatan
Proses profesionalisasi idealnya dikawal lainya yang menghasilkan sebuah peta jalan
dengan sebuah rencana induk dan peta profesionalisasi pengadaan di Indonesia.
jalan yang membantu memastikan bahwa
‘Key Process Areas (KPA)’ dari profesi ahli Benchmark Profesionalisasi
pengadaan barang/jasa pemerintah dapat Industri Migas Indonesia
dikembangkan secara proporsional dan Industri Migas dipilih sebagai tolak ukur
berkesinambungan dan tidak terpotong- karena posisi strategis pengadaan dan
potong. Sebelum tahun 2012, belum pernah pengelolaan rantai pasok dalam proses
ada rencana induk dan peta jalan yang bisnis industri migas serta perannya sebagai
membantu mengkonsolidasikan pencapaian- pemimpin best practices dalam pengadaan
pencapaian profesionalisasi pengadaan dan pengelolaan rantai pasok di Indonesia
dan mengembangkan kedewasaan dan terutama di bidang pengembangan karier ahli
kemampuan ahli pengadaan barang/jasa pengadaan.
pemerintah secara lebih mendalam. Karena
belum memiliki preseden sebelumnya, maka Djokopranoto dkk (2010) mendokumen-
benchmarking pengalaman profesionalisasi ahli tasikan memoar yang merupakan narasi
pengadaan di sektor migas di Indonesia dapat sistematis dari sejarah perkembangan profesi
menginspirasi rencana induk dan peta jalan ahli perminyakan secara umum, yang di
ahli pengadaan pemerintah. dalamnya termasuk ahli pengadaan dan
logistik perminyakan dari tahun 1950 hingga
LKPP mengapresiasi pengalaman profesio- tahun 2010. Tahun 1950 merupakan titik
nalisasi ahli pengadaan di industri migas awal sebab warga Indonesia pertama kali
sebagai salah satu benchmark yang dapat menerima pengakuan dari Belanda sebagai
dipergunakan sebagai referensi dalam ahli perminyakan melalui proses pelatihan
pengembangan profesi ahli pengadaan di professional dan menerima ‘erkenning van
Indonesia. Ini dibuktikan melalui tenaga kameraadschap’ dari ‘de Bataafsche Petroleum
narasumber-narasumber dari industri Maatschappij’ (NV BPM) yang merupakan
migas yang kerap didayagunakan untuk pendahulu Royal Dutch Shell dan Pertamina.
mendukung simposium-simposium tahunan Angkatan pertama pelatihan jurusan ‘Materiaal
Sebuah Peta Jalan Profesionalisme... November 2013/Vol. 3 - No. 3 101

Administratie’ tahun 1950 mengenyam tingkat lapangan (Djokopranoto dkk, 2010).


pendidikan selama dua tahun untuk menjadi
ahli perlengkapan yang bertanggung jawab Pengembangan Rencana Induk dan
untuk pengadaan. Awal cakupan tugas Peta Jalan Profesionalisasi
hingga tahun 60-an meliputi penguasaan Benchmark dari industri migas memberikan
pengadaan untuk 150,000 jenis material dan masukan pada key process area (KPA)
suku cadang dalam inventarisasi NV BPM/ untuk training, human development, dan
Shell cakupan ini pada tahun 90-an menjadi career development. Upaya yang berjalan
lebih kompleks dengan 450,000 jenis material saat ini di LKPP didukung oleh intitusi
dan suku cadang untuk dukungan operasi pelatihan terakreditasi yang bersama LKPP
Pertamina lengkap dengan standarisasi mengembangkan proses sertifikasi profesi
kodifikasi material (Djokopranoto dkk, berbasis kompetensi, standarisasi tata kelola,
2010). Pengetahuan material dan suku serta formalisasi standar kode etik profesi
cadang melengkapi kemampuan pengelolaan pencapaian-pencapaian LKPP dalam hal
pembelian dari segi tepat waktu, tepat harga, ini dan proses konsolidasinya menjadi KPA
tepat mutu, dan tepat sumber (Djokopranoto tersendiri. Untuk pengembangan strategis ke
dkk, 2010). depannya, kerja sama pengembangan jejaring
ahli pengadaan, kemitraan dengan penyedia
Pertamina membuat program pengembangan pelatihan serta pengembangan keilmuan juga
karier ahli pengadaan yang komprehensif menjadi KPA. Dengan demikian 9 KPA telah
dengan tidak mengurangi pre-employment teridentifikasi.
training yang minimum adalah dua tahun dan
dengan dukungan program pengembangan Kebetulan, Asian Development Bank (ADB)
SDM seperti training, human development, dan memiliki kerja sama teknis dengan LKPP
career development, ini tercermin dari organisasi untuk penguatan proses pengadaan barang/
divisi logistik Pertamina dari tahun 1976 jasa pemerintah dan salah satu hasil yang
(Djokopranoto dkk, 2010). Peran alumni diharapkan adalah penguatan kapasitas
pelatihan Material Administratie dalam SDM pengadaan barang/jasa pemerintah.
pengadaan di dalam tubuh Pertamina sangat Melalui koordinasi serta arahan dari LKPP
menentukan, dimana mereka menempati khususnya dari Direktorat Pengembangan
semua kedudukan dan posisi kunci dalam Profesi pada Deputi Bidang Pengembangan
organisasi logistik dari tingkat pusat hingga dan Pembinaan SDM, kerangka kerja sama
102 JURNAL PENGADAAN

teknis memobilisasi tim yang terdiri dari Product Team, 2010), yaitu kerangka analitis
empat tenaga ahli yaitu ahli strategic human yang dikembangkan oleh Carnegie Mellon
resource development yang terlibat dalam proses University yang menggambarkan keterkaitan
profesionalisasi ahli pengadaan di industri antara kemampuan dan tingkat kedewasaan
migas dari angkatan perintis. Kemudian, pada masing-masing KPA.
ahli pengembangan standar kompetensi yang
bersama LKPP membantu mengembangkan Pada 23 Oktober 2012 di Jakarta, rekomendasi
profesi ahli pengadaan dari sisi pengembangan rencana induk dan peta jalan profesionalisasi
standar kompetensi dan juga tenaga ahli serta pengembangan strategi pengembangan
yang mengerti pengembangan jejaring serta jejaring ahli pengadaan barang/jasa
procurement knowledge management dan potensi pemerintah dipaparkan pada Simposium
pengembangan strategisnya. Nasional Pengadaan Barang Jasa Pemerintah.
Peta jalan yang direkomendasikan memiliki
Metodologi yang diambil untuk mengem- rentang waktu short term (2012-2014), medium
bangkan rencana induk dan peta jalan term (2015-2017) dan long-term (pasca 2018).
profesionalisasi serta strategi pengembangan Rencana induk mendefinisikan tingkatan
jejaring adalah melalui Capability-Maturity kedewasaan profesi berdasarkan best practices
Model Integration (CMMI) (lihat CMMI yang teridentifikasi.

Strategic Implementation of 9 Key Process Areas

Level  of  Importance Timeframes


Key  Process  Ares Low High
Long Med Short
1 2 3 4 5

1.  Training X X X X
2.  HumanDevelopment       X X X
3.  Career  Developmnet X
4.  Professional  Certfication X
5.  Government  Standardization X X
6.  Establishment  of  Code  of  Ethics X X
       and  Code  of  Conduct
7.  Partnership  with  Professional X X X X
Association
8.  Partnership  with  Training  Providers X X
9.  Knowledge  Management  Developmnet X X
Sebuah Peta Jalan Profesionalisme... November 2013/Vol. 3 - No. 3 103

Tiap KPA dijabarkan lebih lanjut dalam diperkirakan hampir 600 unit, tersebar di
sebuah tabulasi/matriks yang merinci seluruh pelosok nusantara dari berbagai
kompetensi yang diperlukan untuk mencapai macam instansi dengan kebutuhan dan
tingkat kedewasaan profesional tertentu. Ada kompleksitas pengadaan yang berbeda-beda.
lima tingkat kedewasaan, yaitu ad-hoc (level-1),
terencana (level-2), terkelola (level-3), Oleh karenanya, apabila ada semacam
terintegrasi (level-4), dan berkelanjutan panduan berupa rencana induk atau peta jalan,
(level-5). dokumen tersebut harus dapat dibongkar
pasang (berbentuk moduler) sesuai dengan
Karakteristik dari setiap tahap tingkat kebutuhan pengembangan kapabilitas dan
kedewasaan tercermin dari bagan di atas yang tingkatan kedewasaan masing-masing unit
diambil dari dokumen rekomendasi rencana layanan pengadaan (ULP). Dokumen tersebut
induk dan peta jalan profesionalisasi ahli harus secara komprehensif memuat apa saja
pengadaan barang/jasa pemerintah. yang menjadi perhatian pimpinan ULP dalam
mengembangkan kemampuan SDM-nya.
Perlu diakui bahwa tidak ada satu cara Pada sudut pandang lainya, dokumen tersebut
saja yang dapat meningkatkan tahapan juga dituntut untuk dapat menginspirasikan
kedewasaan dan kapabilitas dari seluruh unit LKPP sebagai regulator yang dimandatkan
layanan pengadaan barang/jasa pemerintah untuk pengembangan SDM pengadaan
secara serentak, yang notabene jumlahnya barang/jasa pemerintah secara nasional.
104 JURNAL PENGADAAN

Pencapaian proses profesionalisasi ahli kedewasaan dan kapabilitas profesional serta


pengadaan yang dipimpin oleh LKPP mengambil langkah sejalan dengan pedoman
telah meletakan pondasi yang kokoh dan peta jalan untuk meningkatkan kepada
terencana untuk pengembangan selanjutnya tahapan berikutnya. Berikut adalah konsep
agar menjadikan ahli pengadaan barang/jasa dari panduan peta jalan yang dimaksud.
pemerintah sebagai profesi yang terkelola Hasilnya, ULP ITB sebagai salah satu sentra
lebih baik (Level-3), terintegrasi (Level-4) dan best practice dalam teknologi menerapkan
berkelanjutan (Level-5). cara-cara inovatif dalam tata kelola layanan
pengadaanya sehingga dalam beberapa KPA
Ternyata lompatan proses pengembangan dinilai cukup mumpuni dan terintegrasi,
profesi yang terberat adalah saat namun beberapa KPA seperti kerja sama
meningkatkan dari level terencana menjadi dengan asosiasi profesi atau instansi pelatihan
level terkelola. ULP Institut Teknologi masih dalam tahap ad-hoc.
Bandung (ITB) bersedia dijadikan pilot
uji coba draft rencana induk dan peta jalan Ada pula KPA tertentu yang menjadi
profesionalisasi pada bulan Agustus 2012. perhatian LKPP sebagai regulator dan
Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat pembuat kebijakan terkait pengadaan
kegunaan referensi draft tersebut sebagai barang/jasa pemerintah, seperti standarisasi
alat ULP untuk menilai kemampuan dan tata kelola, kemitraan dengan asosiasi profesi,
kedewasaan profesional ULP itu sendiri dan dan pengembangan manajemen keilmuan
kemudian menempatkan dirinya pada tahapan (knowledge management).
Sebuah Peta Jalan Profesionalisme... November 2013/Vol. 3 - No. 3 105

Apabila ULP ITB dapat dijadikan tolak ukur pemerintah sebagai sumber permintaan dari
kematangan kesiapan ULP di Indonesia, ahli pengadaan barang/jasa pemerintah harus
maka secara keseluruhan (9 KPA yang terkoordinasi dengan baik. LKPP bekerja
menjadi parameter), mungkin kebanyakan sama dengan Kementerian Pendaya- gunaan
ULP di Indonesia berada pada posisi Level-2. Aparatur Negara (PAN), Kementerian
Peta jalan, khususnya dalam mengembangkan Keuangan, Badan Kepegawaian Negara
kemampuan ULP dari posisi Level-2 ke (BKN) untuk mewujudkan profesi yang
Level-3 berpotensi menjadi alat panduan memiliki jenjang karier serta remunerasi yang
yang strategis dalam mengembangkan menarik dan setara dengan apa pun risiko
profesionalisasi praktisi pengadaan barang/ yang terkait dengan tiga unsur tanggung jawab
jasa pemerintah secara nasional. para ahli pengadaan barang/jasa pemerintah.
Kerja sama instansi-instansi pemerintahan
Mengembangkan Persepsi Nilai Tambah di atas secara kolektif merupakan kunci
dari para Profesional Pengadaan Barang/ keberhasilan pengakuan profesi ahli penga-
Jasa Pemerintah daan barang/jasa pemerintah oleh masyarakat
Pengakuan luas berpangkal dari persepsi nilai luas dan fungsi LKPP yang dimandatkan
tambah dari profesi tersebut dan dibuktikan untuk memimpin koordinasi proses profe-
dari besaran permintaan dan sesuainya sionalisasi ahli pengadaan barang/jasa
remunerasi profesi tersebut baik dari sisi pemerintah.
keseimbangan permintaan dan penawaran
ekonomis dan dari sisi persepsi praktisi akan Titik terang dari hasil koordinasi pemerintah
remunerasi dan pengembangan karier yang dalam proses profesionalisasi yang membuk-
setimpal dengan risiko profesi. tikan perubahan persepsi yang positif bahwa
ada nilai tambah yang diberikan oleh ahli
Proses profesionalisasi menurut Wilensky pengadaan barang/jasa pemerintah adalah
(1964) dinyatakan berhasil apabila pengakuan dengan diakuinya jabatan fungsional ahli
luas tersebut, diraih dan mengukuhkan pengadaan pada struktur kepegawaian peme-
profesi tersebut setara dengan pengakuan rintah pada 20 Desember 2012. Di hari itu,
luas yang diraih oleh profesi kedokteran, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
pengacara, ataupun arsitek. mengeluarkan Peraturan Menteri (Permenpan
No.77/2012) dan tercantum pada Lembaran
Untuk mewujudkan ini, kerja sama di tubuh Negara No.67/2013 yang mengukuhkan
106 JURNAL PENGADAAN

jabatan fungsional tersebut pertama kali laun ini diharapkan dapat mengarusutamakan
dalam sejarah Indonesia. Ini harus disusul pentingnya meningkatkan standar kompetensi
dengan pemberian tingkat remunerasi yang dan profesionalisme insan pengadaan
layak dan dapat menarik minat masyarakat barang/jasa pemerintah dengan pengertian
untuk menggeluti profesi ini. peran dan potensi secara ekonomis apabila
sistem pengadaan barang/jasa pemerintah
Kesimpulan menjadi efisien dan kredibel akibat proses
Mudah-mudahan tulisan mengupas dengan profesionalisasi tersebut (Atmadja, 2012).
baik proses profesionalisasi, pembelajaran
dari sejarah dan pengalaman proses Paradigma lama tentang stigma seorang ahli
profesionalisasi di sektor migas yang pengadaan barang/jasa pemerintah harus
memiliki best practice di bidang pengadaan diubah begitu pula pandangan mengenai
barang dan jasa. Serta bagaimana mengemas peran dari proses pengadaan barang/jasa
proses profesionalisasi tersebut menjadi dalam menyediakan barang dan jasa yang
sebuah rencana induk dan peta jalan yang tepat waktu, tepat harga, tepat mutu, dan
dapat dijadikan pedoman pengembangan tepat sumber.
kompetensi dan tingkatan kedewasaan profesi
secara moduler dari tingkat ULP hingga Menyejajarkan kualitas dan efesiensi
regulator pengadaan tingkat pusat juga telah pengadaan barang/jasa di pemerintah
disinggung secara singkat. dengan best practices dan pemikiran-pemikiran
baru di swasta yang paling mutakhir saat ini
Sampailah kita pada poin kesimpulan, yaitu dapat membantu proses profesionalisasi ahli
proses profesionalisasi akan dapat terlaksana pengadaan barang/jasa pemerintah dengan
apabila para pemangku kepentingan, baik menyempurnakan pengembangan program
dari sisi pembuat kebijakan pengadaan karier jabatan fungsional, pelatihan serta
barang/jasa pemerintah, pembuat kebijakan remunerasi yang menarik, sehingga ahli
kepegawaian dan keuangan pemerintah, pengadaan di masa depan secara sadar memilih
asosiasi profesi, maupun pemakai jasa layanan dan bangga menjadi seorang ahli pengadaan
pengadaan pemerintah, mengambil langkah- barang/jasa pemerintah. Merupakan suatu
langkah terencana dan terkoordinir untuk keniscayaan apabila kualitas dan kompetensi
mengembangkan profesi ahli pengadaan SDM pengadaan barang/jasa pemerintah
barang/jasa pemerintah di Indonesia. Lambat meningkat, pengadaan tidak akan dipandang
Sebuah Peta Jalan Profesionalisme... November 2013/Vol. 3 - No. 3 107

lagi sebagai suatu proses yang menghambat Simposium tahunan yang biasanya dijadwal-
bagai leher botol. kan di bulan Oktober dan diprakarsai oleh
LKPP menjadi ajang untuk memantau
Keberhasilan kerja sama LKPP dengan perkembangan profesionalisasi insan peng-
para pemangku kepentingan, terutama adaan barang/jasa pemerintah. Mudah-
Kementerian Pendayagunaan Aparatur mudahan masyarakat lambat laun akan
Negara (PAN), dan Badan Kepegawaian memberikan pengakuan secara luas akan
Negara (BKN) dalam mengarusutamakan prospek dan potensi seorang ahli pengadaan
profesionalisasi ahli pengadaan barang/ barang/jasa pemerintah sebagai profesi yang
jasa pemerintah sebagai salah satu agenda prestisius. Mari kita pantau pelaksanaan dan
reformasi birokrasi nasional adalah hasil acara tersebut di situs resmi LKPP serta
dukungan institusi yang kuat dalam proses di blog-blog yang aktif memberitakan hal-
profesionalisasi. Dengan dikukuhkanya hal terkait keahlian pengadaan barang/jasa
jabatan fungsional ahli pengadaan barang/ pemerintah seperti yang dikelola oleh Bapak
jasa pemerintah secara efektif pada awal Khalid Mustafa dan blog lainya.
tahun 2013.

Akan menarik untuk disimak kelanjutan


dari proses profesionalisasi tersebut dari
sisi pelatihan berbasis kompetensi dan
akreditasi SDM dan kemampuan manajemen
strategis para ULP untuk meneruskan proses
profesionalisasi secara berkesinambungan ke
tahapan profesionalisasi level-3 dan level-4.
Akan menarik pula untuk disimak pola
remunerasi dan tunjangan seperti apa yang
dapat menarik minat ‘darah segar’ untuk
meremajakan SDM perangkat pengadaan
barang/jasa pemerintah agar dapat lebih
sejajar dengan tingkatan kompetensi dan
pelaksanaan best practices dari pemikiran di
industri swasta.
108 JURNAL PENGADAAN

DAFTAR PUSTAKA

ADB-LKPP (2012) Procurement Carnegie Mellon University website:


Professionalization Masterplan h t t p : / / w w w. s e i . c mu . e d u / l i b r a r y /
and Roadmap Final Report. Asian Abstraks/reports/10tr034.cfm
Development Bank TA 7653-INO:
Strengthening National Public Djokopranoto, R; Endropoetro, S.; Widharto,
Procurement Processes. English Version S. (2010) Merajut Karya Mengukir Sejarah:
Memoar Alumni Pendidikan Ahli Minyak
ADB-LKPP (2012) Procurement Professional Tentang Peran dan Sumbangsihnya Dalam
Network Development Final Report. Pengembangan Industri Minyak dan Gas Bumi
Asian Development Bank TA 7653- Indonesia. PERTAMINA
INO: Strengthening National Public
Procurement Processes. English Version DFID (2011) A DFID Practice Paper How to
Note: Managing Fiduciary Risk when Providing
Atmadja, E. (2012) “The Imperative for a Financial Aid. June 2011. Department
National Public Procurement Process that for International Development, United
is Credible: A Challenge for the Academic Kingdom cited: https://www.gov.uk/
Community to Provide Convincing Demonstrative government/uploads/system/uploads/
Effects of the Economic Benefits of Having a attachment_data/file/67488/how-to-
Cutting-Edge Country Procurement System” fiduciary-fin-aid.pdf (Accessed June
in ‘Jurnal Pengadaan’ December 2012. 2013)
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah (LKPP) KPK (2012) “Korupsi Pengadaan Paling Banyak
Ditangani KPK” cited at: http://beritasore.
Carr-Saunders, A.M and Wilson, P.A (1933) com/2012/04/10/korupsi-pengadaan-
The Professions Oxford: Clarendon Press paling-banyak-ditangani-kpk/

CMMI Product Team (2010). CMMI for Wilensky, H.L (1964) “The Professionalization
Services, Version 1.3 (CMU/SEI-2010- of Everyone?” in The American Journal of
TR-034). Retrieved September 25, 2012, Sociology. September 1964 Vol.LXX(2).
from the Software Engineering Institute, The University of Chicago Press
110 JURNAL PENGADAAN

PARA PENULIS
Para Penulis November 2013/Vol. 3 - No. 3 111

Fadjar Prajitno lahir di Banjarmasin, 5 April 1971. Menyelesaikan kuliahnya di


Jurusan Akuntasi, Fakultas Fakultas Ekonomi, Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin tahun 1997. Saat ini ia bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK
) Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara sejak 2011. Sebelumnya, Fadjar bekerkas
cukup lama di BPK Perwakilan Provinsi Kalimantan Selatan dari tahun 2000 hing-
ga 2011. Beberapa karya tulis Fadjar dimuat di beberapa surat kabar dan majalah,
misalnya APBD dan Korupsi ( Banjarmasin Post 2012), PDAM: Kenaikan Harga
dan Ketidakadilan terhadap Konsumens (Radar Banjar, 2002), Laporan Kekayaan
Pejabat Negara: Kewajiban yang Terlupakan (Banjarmasin Post, 2003), Kejaha-
tan terhadap Perpajakan (Banjarmasin Post, 2003), Pengelolaan Logistik Farmasi
dan Kaitannya dengan Penilaian Kinerja Pelayanan Farmasi (Majalah Pemeriksa,
2007), Manajemen Penurunan Tingkat Kehilangan Air dan Pengaruhnya terhadap
Kinerja PDAM (Majalah Pemeriksa, 2007), serta Upah Pungut: Antara Ketidakpa-
tutan dan Ketidakadilan (Sinar Kalimantan, 2009).
112 JURNAL PENGADAAN

Erlangga S. Atmadja lahir di Jakarta, 8 Agustus 1980. Sejak Mei 2011 hing-
ga sekarang Erlangga bekerja untuk Asian Development Bank (ADB) sebagai
Co-Team Leader ADB Technical Assistance (TA) 7653-INO. Tugas utaman-
ya ada¬lah untuk memperkuat proses pengadaan publik, di antaranya dengan
menyeleng¬garakan program bantuan teknis yang bertujuan untuk mengembang-
kan kapasitas insititusi LKPP, agar LKPP dapat menjalankan dan mengatur proses
pengadaan barang dan jasa yang kredibel. Pada tahun 2001, Erlangga memperoleh
gelar Sarjana Bisnis Internasional dari Murdoch University, Australia. Selanjutnya
dia langsung melanjutkan pendidikan pascasarjananya di universitas yang sama na-
mun untuk bidang Electronic Commerce dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun
2010, Erlangga menyabet gelar Master of Diplomacy and Trade dari Monash Uni-
versity, Melbourne, Australia.
Para Penulis November 2013/Vol. 3 - No. 3 113

Togar M. Simatupang adalah profesor bidang Manajemen Operasi dan Rantai


Pasok pada Institut Teknologi Bandung (ITB). Ia mendapatkan gelar Ph.D dari
Universitas Massey, Selandia Baru dalam bidang Sains Keputusan tahun 2004. Mi-
nat riset Togar antara lain kolaborasi rantai pasok, model persediaan, manajemen
operasi, industri jasa, dan ekonomi kreatif. Hasilnya risetnya telah diterbitkan pada
berbagai jurnal internasional. Tahun 2012 Togar dianugerahi gelar sebagai peneliti
berprestasi bidang Sains dan Humaniora oleh Rektor ITB.

Fanny Kartika memperoleh gelar sarjana manajemen dari Sekolah Bisnis dan
Manajemen Institut Teknologi Bandung (ITB). Fanny memiliki pengalaman riset
tentang manajemen hubungan pemasok pada sebuah ritel lokal ternama di Jawa
Barat. Saat ini ia tengah belajar bisnis internasional dengan cakupan Asia-Pasifik.
114 JURNAL PENGADAAN

Robin A. Suryo adalah lulusan dari Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya, ser-
ta peraih gelar Master of Arts (MA) dan Doctor of Philosophy (PhD) di bidang
Ekonomi dari Colorado State University dengan konsentrasi Ekonomi Publik
serta Ekonomi Moneter dan Lembaga Keuangan. Robin pernah mengikuti ber-
bagai pelatihan, antara lain dalam bidang public private partnership, project finance, fiscal
management, economic analysis of project, serta fundamental of public procurement. Sebagai
penulis, salah satu artikelnya dimuat di The Social Science Journal (2007) yang
terbit di Amerika. Saat ini Robin menjabat sebagai Direktur Pengembangan Pro-
fesi LKPP. Jabatan sebelumnya adalah Kepala Biro Perencanaan, Organisasi dan
Tatalaksana (2008-2012). Pengalaman kerjanya dimulai dari BAPPENAS sejak
tahun 1990 dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Sub Direktorat Pembiayaan
dan Kerjasama Investasi pada Direktorat Pengembangan Kerjasama Pemerintah
dan Swasta. Aktivitas lainnya adalah sebagai Sekjen Ikatan Ahli Pengadaan Indo-
nesia (IAPI) serta mengajar di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
Para Penulis November 2013/Vol. 3 - No. 3 115

Agita M. Ulfa mendapatkan gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Uni-
versitas Brawijaya dengan konsentrasi pada bidang Hukum Internasional dan lu-
lus pada 2007. Selanjutnya dia bekerja sebagai Associate Account Officer untuk
Kredit Komersial di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk. Pada tahun 2010,
Agita bekerja di PT Pelni (Persero) sebagai Junior Staff pada Satuan Pengawas In-
tern. Pada tahun yang sama dia memulai karir di LKPP sebagai Penyusun Bahan
Bantuan Hukum Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Instansi Pemerintah Pusat
pada Direktorat Penanganan Permasalahan Hukum. Tugasnya adalah menyiapkan
saran, pendapat, dan rekomendasi dalam rangka penanganan permasalahan hu-
kum dalam pengadaan barang/jasa pemerintah yang banyak terjadi di K/L/D/I.
Agita telah memiliki Sertifikat Ahli Pengadaan Tingkat Dasar/Pertama. Berba-
gai pelatihan yang pernah diikuti diantaranya adalah English for Lawyers, Sistem
Pengawasan Intern Pemerintah, Pendidikan Khusus Profesi Advokat, dan Dasar-
Dasar Audit.
PANDUAN UNTUK PENULIS
118 JURNAL PENGADAAN

Petunjuk Untuk Penulisan Jurnal

1. Penulisan naskah. sudah termasuk catatan kaki; tetapi belum


Naskah yang dikirim ke Jurnal Pengadaan terhitung didalamnya jika ada gambar, ilus-
belum pernah diterbitkan atau tidak sedang trasi, bagan dan tabel. Panjang Esai maksimal
dalam proses pengajuan untuk diterbitkan di 12.000 karakter dengan spasi (tidak perlu
media lain. Naskah berisi tulisan ilmiah popu- di sertai catatan kaki). Tinjauan Buku tediri
ler bisa berasal dari ringkasan hasil penelitian, dari dua versi; tinjauan pendek sekitar 12.000-
survei, hipotesis, atau gagasan orisinal yang 14.000 karakter dengan spasi dan tinjauan
kritis, mencerahkan dan membuka wawasan. panjang sekitar 24.000.-29.000 karakter
dengan spasi.
2. Topik.
Isi naskah disesuaikan dengan rubrik Topik 4. Abstrak.
Utama yang ditetapkan redaksi dan bisa juga Setiap naskah harus disertai abstrak dalam
berisi topik bebas di luar Topik Utama. Tu- bahasa Indonesia. Panjang asbtrak maksimal
lisan dalam rubrik Esai berisi pendalaman 800 karakter dengan spasi dan hanya terdiri
dan pergulatan pemikiran. Rubrik Survei dari satu paragraf yang menggambarkan es-
berisi hasil penelitian tentang segala macam ensi isi tulisan secara gamblang, utuh dan
persoalan sosial ekonomi yang aktual. Rubrik lengkap.
Laporan Daerah berisi hasil pengamatan atau
penelitian tentang satu daerah tertentu di In- 5. Catatan kaki.
donesia. Rubrik Buku berisi tinjauan buku- Semua rujukan pada tubuh tulisan, baik sum-
buku baru atau lama yang masih relevan ber yang merujuk langsung maupun tidak
dengan kondisi sekarang. langsung, harus diletakkan dalam Catatan
Kaki dengan urutan nama lengkap penga-
3. Panjang. rang, judul lengkap sumber, tempat terbit,
Panjang tulisan untuk rubrik Topik Utama, penerbit, tahun terbit, dan nomor hala-
Survei dan Laporan Daerah, kecuali atas ke- man, kalau perlu. Rujukan dari internet
sepakatan dengan redaksi, maksimal 29.000 harap mencantumkan halaman http secara
karakter dengan spasi (sekitar 4.000 kata) dan lengkap serta tanggal pengaksesannya.
Panduan Untuk Penulis November 2012/Vol. 2 - No. 2 119

Contoh-contoh
Buku dengan Satu Penulis Prakata, Kata Pengantar, atau
Weny Doniger, Splitting the Difference (Chicago: Pendahuluan dari Sebuah Buku
University of Chicago Press, 1999), hal 65. James Rieger,”Kata Pengantar” untuk Mary
Wollstonecraft Sheley, Frankenstein; or,
Buku dengan Dua atau Tiga Penulis The Modern Prometheus (Chicago: University
Guy Cowlishaw dan Robin Dunbar, Primate of Chicago Press, 1982) hal. XX-XXI
Conservation Biology (Chicago: University of
Chicago Press, 2000) Buku Elektronik
Phillip B Kurland dan Ralph Lerner (eds),
Buku dengan Empat Penulis atau Lebih The Founders’ Constitution (Chicago: Univer-
Edward O Laumann et.al., The Social Or- sity of Chicago Press, 1987), atau http://
ganization of Sexuality: Sexual Pratices in press-ubs. uchicago.edu/founders/ (di-
the United States (Chicago: University of akses tanggal 27 Juni 2006).
Chicago Press, 1994), hal. 225-262.
Artikel Jurnal, Majalah, atau
Buku Terjemahan atau Suntingan Surat Kabar Cetak
Srintil, The Iliad of Homer, diterjemahkan oleh John Maynard Smith,”The Origin of Altruism”,
Richmond Lattimore (Chicago: University dalam Nature 393 (1998), hal. 639
of Chicago Press, 1951) William S Niederkorn, A Scholar Recants on His
Yves Bonnefoy, New and Selected Poems, dis- ‘Shakespeare’ Discovery”, dalam New York
unting oleh John Naughton and Anthony Times, 20 Juni 2002 (Rubrik Seni Sastra).
Rudolf (Chicago: University of Chicago
Press, 1995) Tesis atau Disertasi
M Amundin,”Click Repetition Rate Patterns in
Bab atau Bagian dari Sebuah Buku Communicative Sounds from the Harbour Purpoise,
Andrew Wiese,”The House I Live In’:Race, Class, Phocoena phocoena” (Disertasi Phd, Stockholm
and African American Subruban Dreams in University,1991), hal. 22-29,35.
the Postwar United States,” dalam Kevin M
Kruse dan Thomas J Sugrue (eds), The Makalah
New Suburban History (Chicago: Univer- Brian Doyle,”Howling Like Dogs: Metaphorical
sity of Chicago Press, 2006), hal. 101-102. Languange in Psalm 59” (Makalah diajukan
120 JURNAL PENGADAAN

pada pertemuan internasional the Society of Surat Elektronik


Biblical Literature, Berlin, Jerman, 19-22 Juni Surat elektronik Ibu Pengetahuan kepada Penu-
2002). lis, 31 Oktober 2005

Laman Item dalam Basis Data Maya


Evanston Public Library Board of Pliny the Elder, The Natural History, John Bos-
Trustees,”Evanston Public Library Strategic Plan, tock dan HT Riley (eds.), dalam the Perseus Digi-
2000-2010: A Decade of Outreach,” Evanston tal Library, http:// www.perseus.tufts.edu/
Public Library, dalam http://www.epl.org/ cgi-bin/ptext?lookup= Plin.+Nat.+1.dedica-
library/strategic-plan-00. html (diakses tang- tion (diakses tanggal 17 November 2005)
gal 1 Juni 2005)
Wawancara
Jurnal, Majalah atau Surat Kabar Maya Wawancara dengan Bapak Sukailmu, Jakarta,
Mark A Hlatky et.al.,”Quality- Of-Life and 1 Januari 2010.
Depressive Symptoms in Postmenapausal Women
after Receiving Hormone Therapy: Result from the 6. Tabel.
Heart and Estogen/ Progestin Replacement Study Tabel, gambar, bagan dan ilustrasi harus
(HERS) Trial”, dalam Journal of the Ameri- mencantumkan dengan jelas nomor tabel/
can Medical Association 287, No. 5 (2002), gambar/bagan/ilustrasi secara berurutan,
atau http://jama.ama-assn. org/issues/ judul serta sumber data. Keterangan ta-
v287n5/rfull/joc10108.html#aainfo (diakses bel/gambar/bagan/ilustrasi diletakkan
tanggal 7 Januari 2004). persis di bawah tabel/gambar/bagan/ilus
trasi bersangkutan.
Komentar Weblog
Komentar Peter Pearson tentang “The New 7. Biodata.
American Dilemma: Illegal Immigration,” The Penulis wajib menyertakan curriculum vitae
Becker-Posner Blog, diposting 6 Maret dan foto diri
2006,dalam http;//www.becker-posner-blog.
com/archives/2006/03/ t h e _ n ew _ amer 8. Pengiriman.
ica.html#c080052 (diakses tanggal 28 Maret Tulisan dikirim dalam dua bentuk, yaitu
2006) 1) file elektronik dan
2) naskah tercetak (2 kopi)
Panduan Untuk Penulis November 2012/Vol. 2 - No. 2 121

ditujukan kepada : (copyright) artikel secara utuh (termasuk


a. File elektronik : abstrak, tabel, gambar, bagan, ilustrasi)
humas@lkpp.go.id; kepada Jurnal Pengadaan, termasuk hak
gigih.pribadi@lkpp.go.id menerbitkan ulang dalam semua bentuk
media.
b. Naskah tercetak :
Pemimpin Redaksi
Jurnal Pengadaan, Kantor LKPP
SME Tower lt.8, Jl Gatot Subroto
Kav 94, Jakarta 12780 Indonesia

9. Nomor bukti.
Setiap penulis akan menerima nomor
bukti penerbitan

10. Hak cipta.


Dengan publikasi lewat Jurnal Pengadaan,
maka penulis menyerahkan hak cipta
122 JURNAL PENGADAAN

Indeks

18 profesi 99 2, 3, 13, 22, 55,


analitis
5-R (Re-think, Re-use, Reduction, 105
Recovery, and Recycle) 16 anggaran pengadaan 73, 96
ad-hoc 97, 103, 104 antikorupsi 23, 39, 48
adaptasi kontrak 51, 62, 65, 67 Aparat pemerintah 30, 45, 46
addendum kontrak 54 Aparat Pengawasan Internal
administrasi kontrak 52 Pemerintah (APIP) 42, 43, 44, 48
agen pengadaan 8 APBD 47
84, 86, 87, 88, APBN 5, 47, 74
agen tunggal
90 arbiter 62, 63, 65, 66
agen/broker pengadaan 8 arbitrase 62, 65, 66, 67
Ahli pengadaan 96 - 107 Asian Development Bank
Ahli Pengadaan barang/jasa 96 - 107 (ADB) 101
Ahli Perminyakan 100 Asosiasi profesi 99, 104, 106
akademisi 4 atribut lingkungan 78
36, 39, 40, 42, 9, 39, 42, 43,
audit
akreditasi 43, 48, 99, 101, 44, 48
107, auditor 95, 96
akuisisi 5, 74 Badan Kepegawaian
akuntabilitas 1 Negara (BKN) 105, 107
almatsus 1 - 11 Badan Pengawas Daerah
ambiguitas 53 (Bawasda) 41, 48
3, 4, 7, 13, 16, Bank Dunia 75
analisis 22, 23, 53, 64, basic skill 22
86, 90 Belanda 100
analisis isi (content analysis) 22 belanja barang dan jasa 19
analisis kebijakan (Policy Analysis) 23 Belanja Pemerintah 19, 30, 45, 46
Indeks November 2012/Vol. 2 - No. 2 123

berkelanjutan (level-5) 103, 104 darah segar 107


berkelanjutan (Sustainable daur ulang 16, 17, 78
procurement) 74 de Bataafsche Petroleum
95, 96, 98, 100, Maatschappij (NV BPM) 100
best practices
102, 106, 107 defence acquisition 5
biaya informasi 57 demand pull 6
biaya produksi 56 Deputi Bidang Pengembangan
bisnis kecil-menengah 79 dan Pembinaan SDM 101
51, 57, 58, 63, desk research 3, 4, 5
Bounded rationality
67 deskriptif 2, 3, 13, 22
CADMID (concept, assessment, deskriptif analitis 2, 13, 22
demonstration, manufacture, in-service detrimental 55
dan disposal) 5, 6, 10 Dinas Kesehatan Kabupaten
Capability-Maturity Model Inte- Hulu Sungai Tengah 84, 86
gration (CMMI) 102 Direktorat
carbon footprint 29, 45 Pengembangan Profesi 101
career development 101 discontinue 54
Carnegie Mellon disposal 5, 6, 8, 17
University 102 Djokopranoto 100, 101
cita-cita reformasi 98 dokumen kontrak 52, 53
cleaner production 16 Dokumen Pemilihan 17, 18, 89
command and control 17 18, 32, 46, 53,
Dokumen Pengadaan
competition for the market 56 54
competition in the market 56 domestik 6, 9
contigenly incomplete 57 donor internasional 97
cost overrun 61 DPRD Kabupaten Hulu Sungai
cost sharing 61, 65 Tengah 86
124 JURNAL PENGADAAN

e-procurement 21, 74, 77 green procurement 15, 78


eco-friendly activities 76, 78 green public procurement (GPP) 15
eco-label 15, 39, 40, 48 hardware 21
eco-labeling 15 hubungan transaksional 55
efektifitas 7 hukum pidana 48, 90
efisiensi energi 78 human development 101
efisiensi penggunaan air 78 Ikatan Ahli Pengadaan
24, 25, 27, 44, Indonesia (IAPI) 100
ekosistem
45 implikasi 16, 17, 5361, 78
eksploitatif 67 in-line 6
eksploratif 2 in-service 5, 6
ekstensif 3 2, 3, 5, 6, 13, 15,
elemen kontraktual 55 23, 52, 64 - 67,
emisi gas rumah kaca 78 Indonesia 74, 75, 78, 79,
Erkenning van Kameraadschap 100 80, 99, 100, 105,
esensial 2, 84 106
etika sosial dan lingkungan 77 1, 4, 6, 7, 8, 9,
Evaluasi penawaran 87 10, 16, 19, 46,
evidence based 2 industri 76, 78, 79, 96,
existing 8 97, 100, 101,
expected utility 59 102, 107
fasilitator 7 96, 97, 100, 101,
Industri Migas
focus group discussion (FGD) 2-5 102
fraud 53 industry innovation 76, 78
full time 99 inefektivitas 6
fungsi convex 61 inferior 4
ganti rugi 53, 59 51, 55, 56, 61,
Informasi asimetris
goods 74, 17 63, 67
gratifikasi 84 20, 21, 22, 76,
infrastruktur
green list 32, 46 79
Indeks November 2012/Vol. 2 - No. 2 125

inkoherensi 4, 6 Kementerian Lingkungan


inovasi 15, 76 - 79 Hidup 41, 48
inovasi industri (industry innova- Kementerian Pendayagunaan
tion) 76, 79 Aparatur Negara (PAN) 107
insan pengadaan 96 -98, 106 Kepala Polisi
Inspektorat Daerah 41, 48 Republik Indonesia 2
Inspektorat Jenderal 41, 48 kepercayaan rakyat 95, 95
integritas 48, 23, 39, 40 Keputusan Presiden Nomor 80
international best practice 15 Tahun 2003 89, 90
introduction 15 kesan positif 78
introduksi 18 keselamatan kerja 77
investigasi 52, 53 ketepatan pembelian 95, 96,
99, 105, 106, keuangan pemerintah 106
Jabatan fungsional
107 Key Process Areas (KPA) 100
jabatan fungsional ahli peng- kinerja kantor 79
adaan barang/jasa pemerintah 107 Kitab Undang-undang Hukum
jurnalis 4 Pidana (KUHP) 90
K/L/D/I 18, 99 KKIP 1, 7, 8
kamtibnas 2 23 - 25, 44, 53,
klausul
4, 5, 7 - 10, 103, 54
kapabilitas
104, KLDI 17, 18
kapasitas knowledge management 102, 104
Kapolri 1, 8 kode etik profesi 63, 98, 99, 101
1, 2, 4, 7, 9, 10, Kodifikasi material 101
keamanan
21, 64 kolaborasi rantai pasok 75
1, 2, 6, 8, 13, 15, Komisi daerah 41, 48
22, 23, 38, 39, Komite kebijakan Industri Per-
kebijakan
47, 54, 78, 104, tahanan (KKIP) 1
106 komparasi 3
Kementerian Keuangan 105 komparatif 2
126 JURNAL PENGADAAN

kompensasi 54, 62, 77 koperatif 38, 39, 47


9, 25, 26, 45, 96, 100, 101, 102,
KPA
97, 98, 99, 101, 104, 105
kompetensi
102, 103, 106, KPK 97
107 kredibilitas 95, 96
Kompetensi keahlian 98 27, 29, 45, 90,
kualifikasi
1, 2, 4, 9, 101, 98
komprehensif
103 Kualifikasi Profesi 98
komunikasi 4, 7 kualitatif 2, , 13, 22
konfirmatori 2, 3 kuantitatif 2, 3
konservasi 78 land clearing 53
konsisten 8, 22, 54 Layanan pemerintah 96
konsultasi 1 leadership in government official 76
konten material 78 learning attitude 22
kontinjen 54, 57 learning infrastructures 22
kontrak ex post 58 legalitas 20, 21
kontrak harga satuan 64 legislasi 23, 44
51, 57, 59, 61, 1, 2, 12, 13, 22,
kontrak insentif
63, 64, 65 Lembaga Kebijakan Pengadaan 96, 99, 100, 101,
kontrak LS 59, 60 Barang dan Jasa (LKPP) 102, 103, 104,
kontrak lumpsum 54, 64 105,107
51 - 54, 58, 59, Lembaga Pelayanan Secara
kontrak pengadaan
61 - 68, 97 Elektronik (LPSE) 21, 39
kontrak persentase 64 Lembaga Pengawasan Eksternal
kontrak terima 64 (BPK) 39, 43
kontrak turnkey 64 Lembaga Swadaya Masyarakat 35, 47
kontrol mutu 77 Lembaran Negara No.67/2013 105
konvensional 21, 22, 46 level of effort 56
kooperasi 79 level-2 103, 105
6, 7, 8, 75, 77, 103, 104, 105,
koordinasi level-3
79, 101, 105 107
Indeks November 2012/Vol. 2 - No. 2 127

liaison officers (LO) 8 5, 29, 55, 56, 57,


model
life cycle assessment 15 61, 77, 79, 102
litbang 6 - 10 modernisasi alutsista 1, 4
Logistik Perminyakan 100 modus operandi 84
logistik Pertamina 101 Moral Hazard 51, 58, 67
long-term 102 multi-interpretasi 4
LPSE (Lembaga Pengadaan multitafsir 52, 54
Secara Elektronik) 13 1, 2, 5, 8 , 15,
mainstream 19 16, 22, 35, 36
Makro 8, 9, 96 nasional 38 , 47 , 53, 79,
makro (macro planning) 9 99, 102, 103,
manajemen material 7,8 105, 107
manajemen proyek/ operasional 96, 95 national economic contribution 76
manajemen ramah lingkungan 78 net benefit 51, 67
33, 34, 45, 36, notasi 61
manajemen rantai pasok
72, 75, 76 numerikal 2
manufaktur 6, nusantara 103
mark-up 84 NV BPM/ Shell 101
market operation 23 obat generik 84
2, 17, 18, 35, 38, Obyektivitas pemberian
masyarakat 47, 73 - 80, 103, sertifikat/akreditasi 48
106,107 offset 5
Medium term 102 oportunistik 58, 67
mekanisme dan institusi orientasi nilai 75
pelatihan 99 orientasi proyek 75
Menteri Pertahanan 1, 2 25, 26, 83, 84,
Panitia Pengadaan
2,13, 20, 22, 23, 87, 89, 90, 91
metode
27, 36,38, 47, 56 paralel 9
mind-setting 20 pareto optimal 59
minimum essential force 1 pasar asuransi 55
128 JURNAL PENGADAAN

pasca reformasi 95, 96 18-20, 33, 38,


penyedia barang dan jasa
pasca sarjana 99 39, 79, 84, 90
paten 79 penyelesaian sengketa 51, 53, 56, 65-67
PDN 5, 11 Penyerapan anggaran 73, 79, 95, 96
1, 2, 4, 68, 92, Peraturan Menteri (Permenpan
pedoman
104, 106 No.77/2012) 105
Pejabat pengadaan 96 -98 Peraturan Presiden No.70/2012 99
25, 26, 45, Peraturan Presiden Nomor 54
Pejabat Pengadaan Pemerintah
96 - 98 Tahun 2010 23, 90, 99
pelaksanaan kontrak 52, 53,58, 64, 66 Peraturan Presiden RI
Pelelangan umum dengan pasca No.106/2007 96
kualifikasi 27, 45 Perencanaan pengadaan 96
Pelelangan umum dengan pra- permasalahan pengadaan alut-
kualifikasi 45 sista dan almatsus 2
pembuat kebijakan kepegawaian 106 Perpres No.42 Tahun 2010 1
pemerintah Korea 77, 78 pertahanan 1, 2, 4-11, 64
Pemilihan langsung 27, 45 Pertamina 100, 101, 108
pencegahan limbah 78 18, 84, 86, 90,
Peserta lelang
pendekatan akuisisi pertahanan 5 91
pengadaan Peserta pengadaan 83, 86, 87, 89
pengadaan (periodisasi) 10 94, 95, 97, 99-
Peta jalan
pengadaan alutsista dan 107
almatsus 1-8, 10, 11 pidana 43, 48, 90, 92
pengadaan barang atau jasa 18, 77 policy research 2
Pengadaan langsung 27, 45 Polri 1, 4, 5, 7-9
pengadaan pemerintah 95 - 100, 106 PPK 89
pengadaan publik 13, 15, 66, 72-81 praktek korupsi 95, 96
Pengadaan publik berkelanjutan 13, 73-75, 79 pre-employment training 101
pengamanan 65 price ceiling/floor 63
Pengelola pengadaan 18, 32, 46 Procurement knowledge management 102
Penilaian data teknis 87
Penunjukkan langsung 45
Indeks November 2012/Vol. 2 - No. 2 129

1, 6, 9, 16, 22, 33, 34, 45, 46,


rantai pasok
25, 29, 30, 32, 73, 75, 76, 100
produk 33, 39, 42, 44- rantai suplai 6
46, 48, 77-79, Re-think 16
87 Re-use 16
6, 9, 14, 15, 4, 5, 44, 60-62,
realisasi
16, 17, 24, 29, 65, 79
produksi
44, 45, 54, 56, realisasi biaya 60-62, 65
78, 86 Recovery 16
produsen 4, 39, 42, 48 Recycling 16, 17
profesionalisasi 94-107 Reduction 16
Profesionalisasi modern 98 Reformasi pengadaan barang/
94, 95, 97, 98, jasa pemerintah 19, 96
profesionalisasi pengadaan
100 3-5, 7, 8, 23, 32,
40, 48, 95, 97, regulasi 44, 46, 50-52,
profesionalisme 99, 101, 103, 56, 63-67, 76, 99
105-107 1, 4, 7, 51, 67,
regulator
program akademis 99 103, 104, 106
proporsi 6, 9, 100 regulator pengadaan 51, 67, 106
4, 5, 7, 8, 15, 52, 2, 7, 67, 98, 102,
prosedur rekomendasi
62, 64, 66 103
prosedur bilateral 62 remunerasi profesi 105
proses pemilihan 52 renegosiasi 58
Provider 1, 102 requirement generator 5
2, 13, 15, 17, riil 9
publik 23, 46, 66, 67, risiko fidusia 97
72-81, 92, risiko profesi 105
purna pakai (disposal) 8 risk averse 57
Pusat Produksi Bersih Nasional risk-taker 57
(PPBN) 16 Royal Dutch Shell 100
rasionalitas 57, 67 RPJMN 1
130 JURNAL PENGADAAN

saat produksi (during-production) 78 spektek 5


Sanggahan 84, 86 SPP award 38, 47
39, 42, 43, 48, 2-4, 7, 8, 13, 14,
sanksi stakeholder
54, 90 17, 21, 22
sarjana 99 standar kompetensi 96, 102, 106
101, 103, 106, Strategic human resource development 102
SDM
107 Struktur kepegawaian 105
sebelum produksi (pre-production) 78 studi literatur 3
sektor migas 100, 106 suap 84
sektor publik 75, 79 subkontrak 53, 77
sektor swasta 79 Success story 21
self-financing 5 17, 19, 34, 35,
suistainable development
51, 52, 54, 58, 2, 46, 74
sengketa kontrak
65, 66 supervisi 62
18, 36, 39, 40, 4, 84, 86-88,
supplier
Sertifikasi 42, 43, 48, 99, 90, 91
101 33, 34, 45, 46,
supply chain management
Sertifikasi profesi 99, 101 81
services 17, 74, 108 supply push 6
setelah produksi (post-production) 78 suprastruktur 20, 21
sharing knowledge 8 surat dukungan 82-84, 86-91
short term 102 surat dukungan pabrik 84, 86-88
simposium 100, 102, 107 Surat jaminan 86
Simposium Nasional Pengadaan Surat Jaminan Pabrikan 86
Barang Jasa Pemerintah 102 surat penunjukan 84, 87, 88
sinergi 1, 7 surat pernyataan 86, 90
skill acquisition 22 survey 35
skill-set 21 sustainability 5
social responsibilities 76, 77 Sustainable Procurement 17, 74
socio-label 39, 40, 48 12, 13, 17, 18,
sustainable public procurement
software 21, 108 22, 23, 74
SOP 38, 39, 47 swadaya masyarakat 35, 47
Indeks November 2012/Vol. 2 - No. 2 131

swakelola 27, 45, UNDESA 17


systemic tool-set 21 UNEP 17
tanggung jawab sosial untreated-water 16
(social responsibility) 20, 76, 77 upaya paksa 62
tata kelola 1, 56, 101, 104 user 1
2, 5, 6, 9, 13, 16, validitas 56
teknologi
20, 78, 79, 104 value for money 17, 18, 84
Tenaga Ahli Pengadaan 96, 98 value-to-money 80
tender pengadaan 77 WCED (Word Commission En-
teoretis 68 vironment and Development) 75
50-61, 63, 65, works 17, 74
teori kontrak
67-69
tepat mutu 97, 101, 106
tepat nilai 97
tepat sumber 97, 101, 106
tepat waktu 97, 101, 106
terencana 103, 104, 106
terencana (level-2) 103
terintegrasi (level-4) 103, 104
terkelola 103, 104
terkelola (level-3) 103
through-life 5
TKDN 5, 9
TNI 1, 4-9
trade-off 61, 64
1, 23, 39, 40, 48,
transparansi
67, 76
Usaha Kecil Menengah
(UKM) 77
Unit-Unit Layanan Pengadaan
Pemerintah (ULP) 99, 103-107
underinvestment 58, 59

Anda mungkin juga menyukai