Anda di halaman 1dari 10

KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK 8-10 TAHUN DAN IMPLEMENTASI

DALAM PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BAHASA INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikolinguistik

dari: Dr. H. Kunkun Kurniady, M. Pd

Disusun Oleh:

Anggun Puspitasari

Euis Komara

Rahmi Nur Afifah

Supriyadin

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2017
A. Teori usia anak

Secara etimologis, istilah psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni psikologi dan
linguistic. Psikologi sering didefisinikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku ilmu yang
mempelajari ilmu manusia dengan cara megkaji hakikat stimulus, hakikat respon dan hakikat
proses-proses pikiran sebelum stimulus atau respon itu terjadi. Linguistik secara umum dan
luas merupakan satu ilmu yang mengkaji bahasa. Bahasa dalam konteks linguistik dipandang
sebagai sebuah sistem bunyi yang arbitrer, konvensional dan dipergunakan oleh manusia
sebagai sarana komunikasi. Munculnya ilmu psikolinguistik tidak lupa dari perkembangan
kajian linguistik.

Psikolinguistik merupakan ilmu yang menguraikan proses-proses psikologis yang


terjadi apabila seseorang menghasilkan kalimat dan memahami kalimat yang didengarnya
waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia
(simanjuntak, 1987:1). Aitchisan (1984), membatasi psikolinguistik sebagai studi tentang
bahahasa dan pikiran. Jadi psikolinguistik merupakan bidang studi yang menghubungkan
anatara psikologi dan linguistik. Menurut aitchison (1984) ada tiga hal sebenarnya yang
menarik perhatian psikolinguistik yaitu (1) masalah pemerolehan, (2) hubungan antara
pengetahuan khusus tentang bahasa dan kebahasaan dan (3) proses produksi dan pemahaman
tuturan.

Pemerolehan bahasa terbentuk dari kata "pemerolehan" dan kata "bahasa". Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pemerolehan bermakna proses, cara, perbuatan
memperoleh. Kata memperoleh tersebut di dalam KBBI bermakna mencapat (mencapai dst)
sesuatu dengan usaha. Dengan demikian maka pemerolehan bermakna proses, cara,
perbuatan mencapai sesuatu dengan usaha. Menurut Chomsky dalam buku kholid dan andika
(2009:36) mengatakan bahwa anak yang memperoleh bahasa tidak hanya sekedar belajar
sebuah akumulasi tuturan yang acak, tetapi mempelajari seperangkat kaidah yang melandasi
prinsip pembentukan pola ujaran.

Semua anak tampaknya melalui serangkaian tahap berbahasa ketika mereka


memperoleh bahasa. Usia anak ketika mencapai tahap-tahap itu dapat berbeda, tetapi urutan
tahap kemampuan bahasa itu tampaknya sama bagi setiap anak. Perbedaan tuturan anak
dengan tuturan orang dewasa secara perlahan akan berkurang ketika usia anak itu semakin
bertambah. Ketika usianya mencapai 11 tahun, anak mampu menghasilkan kalimat perintah
yang setara dengan kalimat perintah orang dewasa. Pada usia puberitas, perkembangan
bahasa anak dapat dikatakan sudah lengkap. Ia masih akan terus mengembangkan
penambahan kosakatanya sepanjang hidupnya, tetapi kaidah tata bahasanya tampaknya tak
akan berubah kecuali dalam hal-hal yang rameh. Periode kritis yang diprogramkan secara
alami untuk memperoleh bahasa sudah lewat.

B. Kemampuan berbahasa anak usia 8-10 tahun

1. Teori perkembangan bahasa anak usia 8-10 tahun

Setiap manusia melewati tahapan tubuhn kembang, termaksud anak. Perkembangan


bahasa anak merupakan salah satu aspek dari tahapan perkembangan anak yang tidak luput
dari perhartian orang tua. Perkembangan bahasa anak pada usia 8-10 tahun merupakan
sesuatu yang kompleks karena cara berfikir mereka berangsur-angsur menjadi lebih
kompleks. Artinya banyak faktor yang turut berpengaruh terhadap berlangsungnya proses
perkembangan anak.
Menurut Tarigan ( 2011, hlm. 29 ) memiliki dua ciri utama yang perlu kita pahami pada
bahasa anak sekolah pada usia 8-10thn, yaitu;
1. Anak-anak mulai menghubungkan konsep dengan ide atau gagasan umum. Mereka
menggunakan kata penghubung seperti sementara itu, dalam pada itu, kecuali kalau,
kalau tidak dan sejenisnya.
2. Kata penghubung walalupun, sekalipun digunakan secara tepat oleh 50% dari anak-
anak. Jumlah rata-rata penggunaan kata dalam kalimat adalah 9 buah.

Sedangkan implikasi dari kesua ciri bahasa tersebuat adalah ;


1. Menyediakan buku-buku sebagai model bagi anak-anak. Biarkanlah anak
menggunakan istilah-istilah yang terdapat dalam buku selama mereka mengadakan
kegiatan berbahasa lisan
2. Menggunakan model tertulis dan model lisan untuk membantu anak menguasai
keterampilan berbahasa tersebut. Diskusi atau pembahasan sastra akan memberi
kesempatan bagi pengembangan dan peningkatan mutu kalimat lisan mereka.
Berikut ini akan disampaikan contoh berbahasa anak usia 8-10 yaitu,
a. Fonologi
Secara umum anak usia 8-10 tahun sudah mapu memproduksi bunyi bahsa dan sudah
memiliki pola bunyi bahasa. Anak pada usia ini tidak bnayak mengalami kesulitan dalam
memproduksi bunyi vokal dan konsonan sebagai pembentuk kosa kata.

b. Morfologi
Pada usia anak 8-10 tahun dalam penggunaan pembentukan kata ketika ia berbicara
sudah bisa ia terapkan. Mereka sudah memahami tentang kaidah morlogi, selain itu pada
usia ini anak sudah bisa menggunakan bergai imbuhan pada kalimatnya, seperti imbuhan
awalan , akhiran atau awal dan akhir. Contohnya pada kata menagis, berlari,dan
membaca. Karena pada usia ini anak sudah aktif dalam berbicara dan suka dalam
menjelaskan sebuah gagasan. Selain itu juga anak sudah bisa memahami tentang
penggabungan kata dan kata majemuk. Anak juga sudah bisa membuat kesimpulan
tentang bentuk dan makna dalam morfem.

c. Sintaksis
Pada usia anak 8-10 tahun, penggunaan tatabahasa anak sudah baik dan mampu menyusun
kalimat dalam pembicaraan. Anak sudah bisa menggunakan kalimat sederhana dan aktif
di dalam pembicaraan karena dalam percakapn anak menepuh tiga cara pemerolehan
kalimat yaitu dengan pengembnagan, pengurangan dan peniruan. Namun anak masih
kurang menguasai frase verba dibandingkan frase nomina, misalnya anak belum mampu
menempatkan kata tulis, ditulis, menulis, dan menuliskan. Anak pada usia ini juga belum
memahami tentang kalimat pasif dan mereka lebih kompleks dalam menulis dibandingkan
berbicara.

d. Semantik

Secara horisonal anak lebih mampu memahami makna sebuah kata. Sedangka secara
vertikal kosa kata anak akan bertambah dan digunakan secara tepat, sekitar 3.000 kata per
tahun. Pada usia 8-10 tahun anak sudah bisa menjadi pendengar yang baik sehingga anak
mampu memahami apa yang dibicarakan atau dikatakan orang lain, dan di dalam berbicara
pun anak sudah mulai aktif.
2. Perkembangan kognitif

Kognitif merupakan suatu proses berfikir, yaitu perkembangan mengenai kemapuan


individu untuk menghubungkan, menilai, mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.
Perkembangan kognitif berhubungan erat dengan perkembangan intelektual dan pertumbuhan
mental yang di pengaruhi oleh beberapa fakta, diantaranya adalah kematangan fisik,
pengalaman dan interaksi dengan orang-orang di sekitarnya. Perkembangan kognitif juga
merupakan serangkaian perubahan yang berlangsung secara terus menerus dan bersifat tetap
dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohanian yang dimiliki individu menuju ketahap kemtangan
melalui proses pertumbuhan, pemantangan dan belajar.

Perkembangan kognitif anak usia sekolah 8-10 tahun adalah pada kemampuan untuk
berfikir dengan cara logis tentang disini atau saat ini, bukan tentang hal yang bersifat
abstraksi. Menurut Tarigan (2011, hlm. 44) mengatakan bahwa pada fase ini memiliki ciri
utama perkembangan kognitif anak sekolah pada usia ini adalah sebagai berikut ;

1. Keterampilan membaca meningkat secara cepat, walaupun terdapat berbagai variasi


dalam kemampuan membaca di antara anak-anak dalam kelompok usia yang sama.
2. Tingkatan minat terhadap sastra mungkin saja masih berada di atas tingkat baca
kebanyakan anak-anak.
3. Ingatan atau memoripun meningkat, sebaiknya mereka belajar mengikuti stimulus-
stimulus tertentu dan mengabaikan atau tidak memperhatikan yang lain hal.

Sedangkan implikasi dari prinsip-prinsip atau ciri-ciri di atas adalah sebagai berikut :

1. Anak-anak senang membaca sendiri. Sediakanlah buku-buku yangs sesuai dengan


tingkat baca mereka. Berilah lesempatan bagi mereka untuk berbagai pengalaman
memebaca buku dengan teman-teman sebaya, orang tua, para guru, dan orang dewasa
lainya.
2. Anak-anak membutuhkan waktu harian yang dapat mereka gunakan untuk
mendengarkan berbagai buku yang dibacakan secara nyaring.
3. Bantulah anak-anak menentukan maksud dan tujuan menyimak atau membaca
sebelum diperolehnya pengalaman sastra yang aktual.
3. Perkembangan sosial

Perkembangan sosial meliputi dua aspek penting, yaitu kopetensi sosial dan tanggung
jawab sosial. Kopetensi sosial menggambarkan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya secara efektif. Misalnya, ketika temannya menginginkan mainan yang
sedang ia gunakan, ia mau bergantian. Adapun tanggung jawab sosial antara lain ditunjukkan
oleh komitmen anak terhadap tugas-tugasnya, menghargai perbedaan individual, dan
memperhatikan lingkungannya.

Pada anak usia 8-10 tahun perkembangan sosialnya sudah mulai banyak perbedaan
dibandingkan dengan usia sebelumnya. Anak pada usia ini sudah mampu melakukan tugas-
tugas dengan baik dan teliti, anak sudah memiliki perasaan keadilan dan menentang ketidak
sempurnaan di dalam dunianya. Anak juga sudah akrab dengan anak-anak usianya sehingga
mampu memahami dan berempati dngan orang lain. Kelompok – kelompok seusianya sudah
mampu mempengaruhi sikap dan kebiasaannya pada anak, sehingga kecocokan pada orang
tuanya menurun sehingga anak sudah bisa menentang orang tua dan persesuaian dengan
teman-teman sebaya meningkat dalam situasi sosial.

Menurut Tarigan (2011, hlm. 72) mengatakan bahwa ada tiga ciri utama perkembangan
sosial anak sekolah pada usia ini, yaitu;

1. Konsep benar dan salah menjadi semakin fleksibel; situasi tempat terjadinya tindakan
yang salah sangat diperhatikan oleh anak-anak.
2. Anak-anak mulai dipengaruhi atau terpengaruhi oleh kelompok teman
sebaya/sepermainan mereka.
3. Cara berfikir semakin tersosialisasi: anak-anak dapat memahami sudut pandang orang
lain. Mereka merasa bahwa alasan, penalaran dan cara mereka menyelesaikan
persoalan hendaknya disetujui oleh orang lain.

Sedangkan implikasi dari ketiga ciri utama perkembangan sosial anak sekolah pada usia
ini adalah sebagai berikut;

1. Pengalaman-pengalaman dan buku sastra membantu mereka untuk menghubungkanya


dengan berbagai sudut pandang; mereka mulai merealisasikan adanya berbagai sikap,
nilai, dan norma yang berbeda dengan yang di tekankan oleh orang tua mereka.
2. Penerimaan dari kelompok sebaya terhadap mereka menjadi semankin penting;
kelompok ini dapat mempengaruhi sikap, nilai, minat anak-anak.
3. Sediakanlah kesempatan bagi anak-anak untuk menyelidiki perbedaan-perbedaan
sudut pandang orang. Sastra merupakan sumber yang handal untuk maksud ini.

4. Perkembagan Psikomotor

Perkembangan motorik pada usia 8-10 tahun menjadi halus dan terkoordinasi
dibandingkan dengan masa bayi.anak-anak terlihat lebih cepat dalam mengontrol tubuhnya,
seperti mampu duduk dan memperhatikan sesuatu dalam jangka waktu panjang. Pada
aktifitas merekapun sangat aktif dimasa ini, peningkatan pada sistem saraf pusat tercermin
dalam meningkatkan kemampuan. Motorik muncul dalam bentuk perkembangan tulisan
tangan, anak sudah mampu mebaca dengan lancar sehingga terlihap perbedaan tulisan antara
anak laki-lakipun yang biasanya memiliki keterampilan motorik kasar yang lebih baik
sementara anak perempuan lebih unggul diketerampilan dan motorik halus.

Pada usia 8-9 tahun anak juga sudah mampu melakukan kegiatan bermain bersama, dapat
melakukan lompatan ritmis, selalu ingin terlibat salam sesuatu dan kecepatan atau kehalusan
aktivisa motorik menjadi meningkat. Sedangkan pada usia 10 tahun, perubahan sifat
berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan dengan purbetas mulai tampat,
adanya keinginan anaak untuk menyenangkan dan membantu orang lain, anak laki-laki
mampu berlari dengan kecepatan 16,5 per detik sedangkan perenpuan mampu berlari dengan
17 kak perdetik dan pada usia ini anak-anak sudah dapat menagkap dan mencegat bola kecil
yang di lempar pada jarak tertentu.

Di usia 8 hingga 10 tahun, tangan mereka dapt digunakan secara mandiri dengan lebih
tenang dan tepat. Koordinasi motorik halus sudah berkembang hingga mencapai tahap
dimana anak-anak sudah dapat menulis dari pada sekedar mencetak kata-kata. Hampir semua
anak sudah bisa mempelajari olah raga seperti berlari, memanjat, melompat tali, berenag, dan
mengendarai sepedah.

5. Perkembangan Pribadi

Manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu perkembangan jasmani dan


perkembanagan rohani. Perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur kronologis,
sedangkan perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan. Menurut Tarigan
(2011, hlm. 59) mengatakan bahwa pada usia 8-10 tahu, terdapat dua ciri utama
perkembangan pribagi anak-anak, yaitu;

1. Ciri kepribadian untuk mengadakan kerjasama yang tinggi pada penilaian anak kelas
empat, tetapi menurun pada kelas-kelas akhir.
2. Rasa cemas atau rasa takut anak semakin berkurag pada bahaya-bahaya yang
langsung atau yang mungkin terjadi, teta[i mungkin merasa sangat ketakutan
mengenai situasi-situasi yang kecil dan tidak mungkin terjadi seperti hantu, harimau,
tukang sihir.

Sedangkan implikasi dari kedua ciri tersebut adalah sebagi berikut;

1. Dorongan dan tingkatkanlah kegiatan sastra yang memberi peluang bagi anak-anak
mengadakan kerjasama; sediakan dan berikanlah buku-buku yang memberi
penekanan kerja sama untuk tema utamanya.
2. Kumpulan pilihan sastra yang melukiskan kecemasan/ketakutan anak dapat digunakna
sebagai bahan diskusi dan pengembangan pemahaman anak terhada kecemasan yang
tidak realistik.

C. Implementasi Bahan Ajar Anak Usia 8-10 Tahun


1. Menyimak
a. Menyimak dengan kemampuan memilih yang mengikat.
b. Membuat saran-saran, usul-usul, dan mengemukakan penrtanyaan-pertanyaan
untuk mengecek pengertiannya.
c. Sadar akan situasi, kapan sebaiknya menyimak, kapan pula sebaiknya tidak usah
menyimak
d. Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan mereka sendiri, dan
siaran-siaran radio dengan maksud tertentu serta dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang bersangkutan dengan hal itu.
e. Memperlihatkan keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi-ekspresi yang tidak
mereka pahami maknanya.
f. Sungguh-sungguh sadar akan nilai menyimak sebagai suatu sumber informasi dan
sebagai sumber kesenangan.
2. Berbicara
a. Senang berada di antara teman-temannya. Ada yang senang ikut dalam suatu
kelompok tertentu seperti tim sepak bola.
b. Perubahan emosi yang cepat. Jika anak tiba-tiba marah, hal ini umum terjadi.
Sebagian besar anak pada usia ini menunjukkan sikap kritis terhadap orang lain.
Terutama terhadap orang tuanya. Mereka tampak dramatis dan kadang-kadang
kasar.
c. Pengucapan kata-kata yang tepat dan penggunaan tata bahasa yang betul.
d. Mayoritas mampu berkomunikasi dengan baik.
e. Cara berbicara dang mengucapkan kata-kata sudah semakin jelas dan baik.
f. Cara berbicara yang mulai mendekati cara berbicara orang dewasa.
3. Membaca
a. Anak belajar menumbuhkan kesadaran akan ucapan (print awareness), belajar
bahasa ucapan (phonological awareness), mengetahui nama dan bentuk huruf.
b. Mengapresiasi bacaan melalui aktivitas membaca nyaring pada anak (reading
aloud).
c. Anak-anak mulai tertarik dengan bacaan dan aktivitas membaca.
d. Seorang anak bisa memusatkan perhatian ketika dibacakan bacaan.
e. Seorang anak bisa mengenali dan menyebutkan seluruh huruf alphabet.
f. Membaca kalimat sederhana sebanyak dua kata sampai tujuh kata.
g. Kadang-kadang mencari majalah atau buku-buku untuk topik-topik tertentu.
4. Menulis
a. Anak sudah mampu menuliskan kata-kata dan kalimat sederhana
b. Anak-anak menuliskan kegiatan sehari-hari dengan kalimat-kalimat sederhana.
c. Anak-anak mampu menceritakan dan menulis tentang benda-benda yang dikenal
disekitarnya dengan kalimat sederhana.
d. Anak mampu menulis dalam bentuk tabel.
e. Anak sudah mampu menulis puisi perbait.
5. Memirsa
a. Anak dapat memperhatikan video audio visual dengan baik.
b. Anak dapat menyimpulkan video yang telah diputar.
c. Anak dapat menafsirkan isi dalam video.
DAFTAR PUSTAKA

Endang, V. (2016). Perkembangan kognitif anak usia 7-12. Artikel. 9 Oktober 2017 diakses
dari lama web https://www.kompasiana.com/vivyendang/perkembangan-kognitif-pada-
anak-usia-7-12-tahun_58333a29537b614b0a8b456c,
Harras, K. A.(2009). Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung: UPI PRESS.

Mendatu, A. (2014). Keterampilan baca. Artikel. 27 September 2017 diakses dari laman
web : http://achmantomendatu.blogspot.co.id

Tarigan, H. Guntur. (2008). Menyimak sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung :


Angkasa.
Tarigan, H. Guntur. (2011). Dasar-dasar psikosastra. Bandung : Angkasa.

http://sahabatmembaca.com

Anda mungkin juga menyukai