Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh:
Anggun Puspitasari
Euis Komara
Supriyadin
Secara etimologis, istilah psikolinguistik berasal dari dua kata, yakni psikologi dan
linguistic. Psikologi sering didefisinikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku ilmu yang
mempelajari ilmu manusia dengan cara megkaji hakikat stimulus, hakikat respon dan hakikat
proses-proses pikiran sebelum stimulus atau respon itu terjadi. Linguistik secara umum dan
luas merupakan satu ilmu yang mengkaji bahasa. Bahasa dalam konteks linguistik dipandang
sebagai sebuah sistem bunyi yang arbitrer, konvensional dan dipergunakan oleh manusia
sebagai sarana komunikasi. Munculnya ilmu psikolinguistik tidak lupa dari perkembangan
kajian linguistik.
Pemerolehan bahasa terbentuk dari kata "pemerolehan" dan kata "bahasa". Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pemerolehan bermakna proses, cara, perbuatan
memperoleh. Kata memperoleh tersebut di dalam KBBI bermakna mencapat (mencapai dst)
sesuatu dengan usaha. Dengan demikian maka pemerolehan bermakna proses, cara,
perbuatan mencapai sesuatu dengan usaha. Menurut Chomsky dalam buku kholid dan andika
(2009:36) mengatakan bahwa anak yang memperoleh bahasa tidak hanya sekedar belajar
sebuah akumulasi tuturan yang acak, tetapi mempelajari seperangkat kaidah yang melandasi
prinsip pembentukan pola ujaran.
b. Morfologi
Pada usia anak 8-10 tahun dalam penggunaan pembentukan kata ketika ia berbicara
sudah bisa ia terapkan. Mereka sudah memahami tentang kaidah morlogi, selain itu pada
usia ini anak sudah bisa menggunakan bergai imbuhan pada kalimatnya, seperti imbuhan
awalan , akhiran atau awal dan akhir. Contohnya pada kata menagis, berlari,dan
membaca. Karena pada usia ini anak sudah aktif dalam berbicara dan suka dalam
menjelaskan sebuah gagasan. Selain itu juga anak sudah bisa memahami tentang
penggabungan kata dan kata majemuk. Anak juga sudah bisa membuat kesimpulan
tentang bentuk dan makna dalam morfem.
c. Sintaksis
Pada usia anak 8-10 tahun, penggunaan tatabahasa anak sudah baik dan mampu menyusun
kalimat dalam pembicaraan. Anak sudah bisa menggunakan kalimat sederhana dan aktif
di dalam pembicaraan karena dalam percakapn anak menepuh tiga cara pemerolehan
kalimat yaitu dengan pengembnagan, pengurangan dan peniruan. Namun anak masih
kurang menguasai frase verba dibandingkan frase nomina, misalnya anak belum mampu
menempatkan kata tulis, ditulis, menulis, dan menuliskan. Anak pada usia ini juga belum
memahami tentang kalimat pasif dan mereka lebih kompleks dalam menulis dibandingkan
berbicara.
d. Semantik
Secara horisonal anak lebih mampu memahami makna sebuah kata. Sedangka secara
vertikal kosa kata anak akan bertambah dan digunakan secara tepat, sekitar 3.000 kata per
tahun. Pada usia 8-10 tahun anak sudah bisa menjadi pendengar yang baik sehingga anak
mampu memahami apa yang dibicarakan atau dikatakan orang lain, dan di dalam berbicara
pun anak sudah mulai aktif.
2. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif anak usia sekolah 8-10 tahun adalah pada kemampuan untuk
berfikir dengan cara logis tentang disini atau saat ini, bukan tentang hal yang bersifat
abstraksi. Menurut Tarigan (2011, hlm. 44) mengatakan bahwa pada fase ini memiliki ciri
utama perkembangan kognitif anak sekolah pada usia ini adalah sebagai berikut ;
Sedangkan implikasi dari prinsip-prinsip atau ciri-ciri di atas adalah sebagai berikut :
Perkembangan sosial meliputi dua aspek penting, yaitu kopetensi sosial dan tanggung
jawab sosial. Kopetensi sosial menggambarkan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya secara efektif. Misalnya, ketika temannya menginginkan mainan yang
sedang ia gunakan, ia mau bergantian. Adapun tanggung jawab sosial antara lain ditunjukkan
oleh komitmen anak terhadap tugas-tugasnya, menghargai perbedaan individual, dan
memperhatikan lingkungannya.
Pada anak usia 8-10 tahun perkembangan sosialnya sudah mulai banyak perbedaan
dibandingkan dengan usia sebelumnya. Anak pada usia ini sudah mampu melakukan tugas-
tugas dengan baik dan teliti, anak sudah memiliki perasaan keadilan dan menentang ketidak
sempurnaan di dalam dunianya. Anak juga sudah akrab dengan anak-anak usianya sehingga
mampu memahami dan berempati dngan orang lain. Kelompok – kelompok seusianya sudah
mampu mempengaruhi sikap dan kebiasaannya pada anak, sehingga kecocokan pada orang
tuanya menurun sehingga anak sudah bisa menentang orang tua dan persesuaian dengan
teman-teman sebaya meningkat dalam situasi sosial.
Menurut Tarigan (2011, hlm. 72) mengatakan bahwa ada tiga ciri utama perkembangan
sosial anak sekolah pada usia ini, yaitu;
1. Konsep benar dan salah menjadi semakin fleksibel; situasi tempat terjadinya tindakan
yang salah sangat diperhatikan oleh anak-anak.
2. Anak-anak mulai dipengaruhi atau terpengaruhi oleh kelompok teman
sebaya/sepermainan mereka.
3. Cara berfikir semakin tersosialisasi: anak-anak dapat memahami sudut pandang orang
lain. Mereka merasa bahwa alasan, penalaran dan cara mereka menyelesaikan
persoalan hendaknya disetujui oleh orang lain.
Sedangkan implikasi dari ketiga ciri utama perkembangan sosial anak sekolah pada usia
ini adalah sebagai berikut;
4. Perkembagan Psikomotor
Perkembangan motorik pada usia 8-10 tahun menjadi halus dan terkoordinasi
dibandingkan dengan masa bayi.anak-anak terlihat lebih cepat dalam mengontrol tubuhnya,
seperti mampu duduk dan memperhatikan sesuatu dalam jangka waktu panjang. Pada
aktifitas merekapun sangat aktif dimasa ini, peningkatan pada sistem saraf pusat tercermin
dalam meningkatkan kemampuan. Motorik muncul dalam bentuk perkembangan tulisan
tangan, anak sudah mampu mebaca dengan lancar sehingga terlihap perbedaan tulisan antara
anak laki-lakipun yang biasanya memiliki keterampilan motorik kasar yang lebih baik
sementara anak perempuan lebih unggul diketerampilan dan motorik halus.
Pada usia 8-9 tahun anak juga sudah mampu melakukan kegiatan bermain bersama, dapat
melakukan lompatan ritmis, selalu ingin terlibat salam sesuatu dan kecepatan atau kehalusan
aktivisa motorik menjadi meningkat. Sedangkan pada usia 10 tahun, perubahan sifat
berkaitan dengan berubahnya postur tubuh yang berhubungan dengan purbetas mulai tampat,
adanya keinginan anaak untuk menyenangkan dan membantu orang lain, anak laki-laki
mampu berlari dengan kecepatan 16,5 per detik sedangkan perenpuan mampu berlari dengan
17 kak perdetik dan pada usia ini anak-anak sudah dapat menagkap dan mencegat bola kecil
yang di lempar pada jarak tertentu.
Di usia 8 hingga 10 tahun, tangan mereka dapt digunakan secara mandiri dengan lebih
tenang dan tepat. Koordinasi motorik halus sudah berkembang hingga mencapai tahap
dimana anak-anak sudah dapat menulis dari pada sekedar mencetak kata-kata. Hampir semua
anak sudah bisa mempelajari olah raga seperti berlari, memanjat, melompat tali, berenag, dan
mengendarai sepedah.
5. Perkembangan Pribadi
1. Ciri kepribadian untuk mengadakan kerjasama yang tinggi pada penilaian anak kelas
empat, tetapi menurun pada kelas-kelas akhir.
2. Rasa cemas atau rasa takut anak semakin berkurag pada bahaya-bahaya yang
langsung atau yang mungkin terjadi, teta[i mungkin merasa sangat ketakutan
mengenai situasi-situasi yang kecil dan tidak mungkin terjadi seperti hantu, harimau,
tukang sihir.
1. Dorongan dan tingkatkanlah kegiatan sastra yang memberi peluang bagi anak-anak
mengadakan kerjasama; sediakan dan berikanlah buku-buku yang memberi
penekanan kerja sama untuk tema utamanya.
2. Kumpulan pilihan sastra yang melukiskan kecemasan/ketakutan anak dapat digunakna
sebagai bahan diskusi dan pengembangan pemahaman anak terhada kecemasan yang
tidak realistik.
Endang, V. (2016). Perkembangan kognitif anak usia 7-12. Artikel. 9 Oktober 2017 diakses
dari lama web https://www.kompasiana.com/vivyendang/perkembangan-kognitif-pada-
anak-usia-7-12-tahun_58333a29537b614b0a8b456c,
Harras, K. A.(2009). Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung: UPI PRESS.
Mendatu, A. (2014). Keterampilan baca. Artikel. 27 September 2017 diakses dari laman
web : http://achmantomendatu.blogspot.co.id
http://sahabatmembaca.com