Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Kelas : 3B
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
Salah satu permasalahan pada sebuah industri, yaitu penanganan limbah yang
dihasilkan dari proses produksi dimana limbah tersebut sebelum ke lingkungan harus dapat
memenuhi baku mutu air limbah sebagaimana Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah. Selain itu, limbah yang
dibuang perlu diperhatikan apakah mengandung bahan beracun dan berbahaya atau tidak.
Dikarenakan hal tersebut telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Reublik Indonesia
Nomor 101 Tahun 2014.
Pengolahan limbah di industri sangatlah penting guna menjamin kelestrasian
lingkungan sekitarnya agar tetap terjaga dan tidak menimbulkan pencemaran. Salah satu
teknologi pengolahan limbah yang dapat dijumpai di industri, yaitu teknologi pengolahan
air limbah dengan teknologi membran.Teknologi membran yang digunakan dapat berbagai
macam bergantung pada ukuran pori membran tersebut.
Salah satunya teknologi membran reverse osmosis yang merupakan pengolahan
proses fisika dengan memberikan dorongan atau tekanan, menahan semua ion, melepaskan
air murni dan membuang air kotor. Penggunaaan teknologi reverse osmosis dapat
menghilangkan bakteri, pirogen, juga koloid.(Metclaf and Eddy.2004)
Penggunaan teknologi ini dapat ditemukan pada pengolahan industri minyak bumi
dimana limbah yang dihasilkan yang disebut air terproduksi dilewatkan pada teknologi
membrane untuk mengatasi limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya).
Dengan karakteristik tertentu lainnya, pengolahan limbah air industri dapat
digunakan pada industri serta pengolahan air murni lainnya guna memenuhi baku mutu
lingkungan serta pengolahan bahan beracun dan berbahaya.
1.2 Tujuan
1.2.1 Menghitung persen zat terlarut yang ditolak (% Reject).
1.2.2 Membuat kurva/grafik hubungan antara TDS, DHL, kekeruhan, dan pH di aliran
permeat dan konsentrat terhadap waktu
1.2.3 Menentukan korelasi antara konsentrasi zat-terlarut yang dinyatakan dalam DHL dan
TDS terhadap laju alir selama proses reverse osmosis berlangsung.
1.2.4 Membandingkan karakteristik permeat hasil RO dengan mutu air kemasan
berdasarkan SNI-01-3553-2006.
BAB II
DASAR TEORI
Gambar 1. (a) Skema fenomena osmosis ; (b) Skema fenomena reverse osmosis
Menuurut Maulana dan Widodo (t.t. :2) , sistem RO umumnya terdiri dari 4
proses, sebagai berikut.
1. Pengolahan Awal
2. Pemberian Tekanan
3. Separasi Membran
4. Stabilisasi
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Reverse Osmosis
Dalam proses filtrasi dengan menggunakan membrane reverse osmosis, terdapat
beberapa faktor-faktor yang saling berkaitan sehingga akan mempengaruhi pula kualitas
air hasil filtrasi. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tekanan
Menurut Heimann (dalam Yusuf, t.t. :8), tekanan mempengaruhi laju alir bahan pelarut
yang melalui membran itu. Laju alir meningkat dengan terus meningkatnya tekanan,
dan mutu air olahan (permeate) juga semakin meningkat.
Tekanan memegang peranan penting bagi laju permeate yang terjadi pada proses
membran. Semakin tinggi tekanan suatu membrane, maka semakin besar pula fluks
yang dihasilkan permeate (Nasaa dan Dewi, 2004).
2. Temperatur/suhu
Menurut Eckenfelder (dalam Yusuf, t.t. :8), standar temperature yang digunakan dari
70 º F (21 ºC), tetapi umumnya yang digunakan mulai dari 85º (29ºC).
3. Kepadatan/kerapatan membran
Menurut Eckenfelder (dalam Yusuf, t.t. :8), semakin rapat membran, maka semakin
baik air olahan yang dihasilkan.
4. Flux(fluks)
Nasa dan Dewi (dalam Yusuf, t.t. :8 ), gerakan air yang terus menerus. Untuk
menentukan fluks dapat diperoleh dengan menghitung laju alir permeate per satuan luas
membrane.
5. Recovery Factor
Menurut Eckenfelder (dalam Yusuf, t.t. :8),semakin tinggi faktor perolehan maka
semakin baik konsentrasi garam pada proses pengolahan air payau yang didapat.
Umumnya factor recovery mempunyai Batasan 75 – 95 %.
6. Salt Rejection (rejeksi garam-garam)
Nasa dan Dewi (dalam Yusuf, t.t. :8 ),garam rejeksi tergantung dari tipe dan
karakteristik pemilihan membrane. Namun juga sangat tergantung pada kondisi
operasi, konsentrasi larutan umpan dan debit aliran. Nilai rejeksi merupakan angka
mutlak.
Menurut Eckenfelder (dalam Yusuf, t.t. :8), umumnya nilai rejeksi dari 85-99.5%
dengan 95% yang lebih sering digunakan.
7. Ketahanan membrane
Menurut Eckenfelder (dalam Yusuf, t.t. :8), membran hanya dapat bertahan sebentar
(akan cepat rusak) apabila terlalu banyak komponen-komponen yang tidak diinginkan
ikut masuk di dalam air umpan, seperti bakteri, jamur, phenol, dan bahkan nilai pH
terlalu tinggi atau rendah. Biasanya membrane dapat bertahan selama 2 tahun dengan
perubahan pada efisiensinya.
8. pH
pH pada membran yang sering digunakan memiliki batasan operasi antara 6 – 7.7
(Yusuf, t.t.)
9. Kekeruhan (Turbidity)
Menurut Eckenfelder (dalam Yusuf, t.t. :8), reverse osmosis digunakan untuk
memindahkan atau menyingkirkan kekeruhan dari umpan (air masuk).
10. Pengolahan Awal (Pretreatment)
Preatreatment merupakan proses awal yang dilakukan untuk menambah daya tahan
penggunaan membran serta mengurangi partikel dengan berat molekul yang lebih
tinggi masuk ke membrane (Yusuf, t.t.)
1. Membran sensitive atau tidak sensitive tidak efisien bila digunakan berlebihan
2. Air umpan harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan partikulat-partikulat
3. Operasi RO membutuhkan material dan alat dengan kualitas standar yang tinggi
4. Ada kemungkinan terjadi pertumbuhan bakteri pada membrane itu sendiri.
(Maulana dan Widodo, t.t.)
2.5 Perbandingan Membran Reverse Osmosis dengan Membran Lainnya
Selain gambar di atas perbedaan struktur berbagai membran dapat dilihat pada tabel
berikut.
2.7 Korelasi Nilai TDS Tiap Waktu Pada Reverse Osmosis Dalam Grafik
Gambar 3. Grafik TDS terhadap waktu operasi untuk variasi tekanan operasi pada pH air
baku 6,27
Menurut Said (t.t. : 444), Salah satu manfaat penggunaan membrane reverse
osmosis, yaitu proses desalinasi. Proses desalinasi ini merupakan proses pemisahan air
tawar dengan air asin dengan tujuan agar air yang diolah dapat digunakan untuk air minum
atau kebutuhan lainnya.
Sementara standar untuk air minum atau air kemasan berdasarkan SNI – 01 -
3553-2006 adalah sebagai berikut :
METODOLOGI PERCOBAAN
15 15 18,89 6,81 4,22 2,07 303 0,557 8,13 6,28 2,09 0,7
30 0 18,94 6,91 4,36 1,94 295 0,571 8,49 7,09 1,92 0,68
45 0 26,61 6,36 4,74 1,81 315 0,595 7,94 6,42 1,95 0,72
60 0 33,6 6,53 4,34 1,95 309 0,596 8,80 6,76 1,89 0,68
75 0 39,7 6,62 4,15 1,94 317 0,636 8,49 6,62 1,87 0,7
90 0 41,9 6,35 4,51 2,15 316 0,787 7,90 6,72 1,80 0,71
BAB IV
[Tantri Prasetyani/151411061]
Pada praktikum kali ini, tujua yang hendak dicapai, yaitu menentukan nilai parameter
hasil proses reverse osmosis yang kemudian disajikan dalam bentuk grafik. Penentuan
parameter tersebut dilakukan dengan pengamatan setiap 15 menit hingga diperoleh 6 titik.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh data sebagai berikut.
98
97
96
95
94
93
92
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
% Rejection diamati berdasarkan besarnya selisih TDS influent dengan TDS pada
permeat di setiap waktu. Pada grafik di atas teramati bahwa % rejection pada proses reverse
osmosis berkisar pada 93% - 100 %. Nilai tersebut telah sesuai dengan yang disampaikan
oleh Eckenfelder (dalam Yusuf, t.t. :8) dimana % rejeksi berkisar pada 85% -99,5 %.
Pada titik awal ke titik keduaa diperoleh peningkatan persentase rejeksi yang
mengindikasikan bahwa sedang berlangsungnya proses filtrasi menggunakan membran
reverse osmosis hingga diperoleh nilai TDS nol pada aliran permeat.
4.2 Membuat kurva/grafik hubungan antara TDS, DHL, kekeruhan, dan pH di aliran permeat
dan konsentrat terhadap waktu
500
400
TDS (mg/l)
300 Permeat
200 Konsentrat
Batas
100
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Pada grafik di atas diperoleh hasil TDS yang konstan di aliran permeat dan
fluktuatif di aliran konsentrat. Pada aliran permeat diperoleh TDS bernilai nol pada titik
kedua hingga titik terakhir pengamatan. Hal tersebut mengindikasiskan bahwa proses
pada tiap filter pada alat reverse osmosis berjalan dengan baik hingga tidak terdapat
padatan padatan pada aliran keluar permeatnya.
500
400 Permeat
300
Konsentrat
200
100
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Pada grafik di atas teramati nilai DHL pada aliran permeat dan konsentrat di
tiap waktunya. Teramati bahwa baik pada permeat maupun konsentrat memiliki nilai
DHL yang cenderung naik. Nilai DHL pada permeat terukur 18,89 – 41,9 µS/cm.
Nilai DHL pada konsentrat terukur 0,571 – 0,787 mS/cm .
Sama halnya dengan TDS, besarnya DHL pada setiap waktu akan mengalami
penurunan karena telah melewati membran reverse osmosis, namaun hasil
pengamatan menunjukkan hasil sebaliknya. Hal tersebut dapat terjadi karena jumlah
ion yang terfilter dalam membran ikut masuk dalam air keluaran permeat dan
konsentrat dikarenakan telah melebihi batasan jumlah ion yang dapat terfilter
sehingga ketika proses terus berjalan ion akan memaksa ikut keluar dengan air.
Pada setiap titiknya teramati bahwa nilai DHL konsentrat lebih tinggi
dibandingkan permeat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa konsentrasi yang lebih
rendah tetap diperoleh pada permeat sebagai pelarut murni (air) seperti yang
disampaikan aspiyanto..
C. Kekeruhan terhadap Waktu
2
Kekeruhan (NTU)
1.5
Kekeruhan Permeat
1 Kekeruhan Konsentrat
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
4 pH Konsentrat
3
pH Batas Atas
2
1 pH Batas Bawah
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Pada grafik di atas teramati pH yang fluktuatif selama proses reverse osmosis
baik pada permeat maupun pada konsentrat. pH permeat pada 6.35 – 6,91 sedangkan pH
konsentrat pada 6,28 – 7,09. Nilai tersebut menunjukan keadaaan netral pada masing-
masing keluaran . Hasil pH tersebut juga telah sesuai dengan yang disampaikan Yunus,
bahwa pH dari proses reverse osmosisini berkisar 6 – 7,7.
4.3 Menentukan korelasi antara konsentrasi zat-terlarut yang dinyatakan dalam DHL dan
TDS terhadap laju alir selama proses reverse osmosis berlangsung.
6
5
4 Permeat
3 Konsentrat
2
1
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Laju alir permeat dan konsentrat diamati setiap 15 menit dengan hasil seperti grafik di
atas. Hasil diatas menunjukkan bahwa laju ali permeat dan konsentrat mengalami perubahan,
namun tidak terlalu signifikan dimana laju alir permeat di kisaran 4,22 – 4.51 ml/s sementara
laju alir konsentrat di kisaran 1,80 – 2,09 ml/s. Dari nilai dan grafik tersebut teramati bahwa
laju alir permeat dan konsentrat pada setiap waktunya konstan sehingga besarnya laju alir tidak
memmpengaruhi besaran lainnya yang diperoleh.
4.4 Membandingkan karakteristik permeat hasil RO dengan mutu air kemasan berdasarkan
SNI-01-3553-2006.
Berdasarkan grafik 2. TDS terhadap Waktu, teramati bahwa hasil permeat dari proses
Reverse Osmosis telah memenuhi SNI-01-3553-2006 karena nilainya di bawah batas standar
(500 mg/l).
Berdasarkan grafik 4. Kekeruhan terhadap Waktu, teramati bahwa hasil permeat dari
proses Reverse Osmosis tidak memenuhi SNI-01-3553-2006 karena nilainya di atas standar
1.5 NTU.
Berdasarkan grafik 5. pH terhadap Waktu, teramati bahwa pH hasil proses Reverse
Osmosis berada pada rentang batas bawah an batas atas SNI-01-3553-2006 , yaitu pada rentang
6.0 -8.5.
BAB IV
Wulandari (151411063)
Pada percobaan kali ini yaitu reverse osmosis yang dilakukan dengan
mengalirkan air baku yang dilewatkan serangkaian alat reverse osmosis. Setelah
dilakukan percobaan maka dihasilkan efluen berupa permeat dan konsentrat. Adapun
dalam percobaan ini dilakukan pengukuran nilai TDS, DHL, kekeruhan, dan pH dengan
dilakukan percobaan variasi waktu tertentu.
600
400 Permeat
200 Konsentrat
0
0 50 100
Waktu (menit)
300
200
Permeat
100
0 Konsentrat
0 50 100
Waktu (menit)
Berdasarkan grafik TDS terhadap waktu yang dimana pada permeat
menunjukan nilai TDS yang semakin turun. Berdasarkan teoripun menunjukan bahwa
percobaan reverse osmosis berhasil dilakukan apabila nilai TDS yang dihasilkan
semakin turun.
7
pH
6.5 pH Permeat
6 pH Konsentrat
0 50 100
Waktu (menit)
Pada percobaan ini pH yang sesuai untuk digunakan percobaan ini yaitu 6 - 7,7
(Yusuf, t.t.) sehingga berdasarkan percobaan yang dilakukan nilai pH yang digunakan
sesuai dengan teori.
2 Kekeruhan
1.8 Permeat
1.6 Kekeruhan
0 50 100 Konsentrat
Waktu (menit)
Untuk hasil kekeruhan menunjukan nilai yang tidak konstan hal tersebut
dipengaruhi oleh ion-ion atau pengotor yang harusnya tersaring dalam filter terbawa
lolos kedalam efluen sehingga air yang dihasilkan tidak jernih.
Hubungan %Rejection
terhadap Waktu
102
%Rejection (%)
100
98
96
94
92
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Untuk aquades itu sendiri tidak cocok untuk air minum hal tersebut dikarenakan
mineral-mineral yang harusnya terdapat dalam air minum sudah tidak ada.
BAB IV
PEMBAHASAN
100
98
96
94
92
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa nilai %Rejection semakin meningkat.
Hal ini telah sesuai dengan teori. Namun pada umumnya, menurut Eckenfelder (dalam
Yusuf, t.t. :8) besarnya nilai rejection hanya berkisar antara 85%-99,5%.
4.2. Membuat Kurva/Grafik Hubungan antara TDS, DHL, Kekeruhan, dan pH di Aliran
Permeat dan Konsentrat terhadap Waktu
Nilai TDS, DHL, volume, kekeruhan, dan pH pada aliran permeat dan konsentrat
selama proses berlangsung dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan data yang ada dapat
dilihat bahwa :
a. TDS
TDS (Total Dissolved Solid) menunjukkan banyaknya padatan yang terlalrut di
dalam air. Menurut Aspiyanto (2015), pada aliran permeat mengandung padatan
terlarut yang lebih sedikit karena banyaknya padatan yang tertahan (karena berukuran
lebih besar dari membran) dan akhirnya terbawa oleh aliran konsentrat. Pernyataan ini
pun dipertegas dengan adanya gambar 3 (grafik TDS terhadap waktu operasi) yang
menunjukkan nilai TDS akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya waktu
operasi.
200
Permeat
150
Konsentrat
100
50 Umpan
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Dari gambar 4.2.1 di atas, dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh selama
praktikum telah sesuai dengan teori yang ada. Namun pada aliran konsentrat nilai TDS
mengalami kenaikan dan penurunan di setiap waktunya. Nilai TDS yang tidak stabil
dipengaruhi oleh laju alir aliran konsentrat yang juga selalu mengalami kenaikan dan
penurunan dengan rentang 0,3-0,9 ml/s.
b. DHL
Nilai DHL menunjukkan kemampuan air untuk menghantarkan listrik. Nilai
DHL yang tinggi berarti dalam air tersebut mengandung banyak ion-ion.
Grafik DHL terhadap Waktu
1000
800
DHL (µs/cm)
600
Permeat
400
Konsentrat
200
Umpan
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
c. Volume
Besarnya volume permeat dan konsentrat berbanding lurus dnegan laju alir di
aliran permeat dan konsentrat itu sendiri. Pengaruh waktu terhadap laju alir dapat
dilihat pada gambar 4.2.3.
Grafik Laju Alir terhadap Waktu
10
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa laju alir di aliran permeat dan
konsentrat cenderung konstan walaupun di beberapa titik mengalami kenaikan dan
penurunan.
d. Kekeruhan
Menurut Eckenfelder (dalam Yusuf, t.t. :8), reverse osmosis digunakan untuk
memindahkan atau menyingkirkan kekeruhan dari umpan (air masuk).
2.05
2
Permeat
1.95
1.9 Konsentrat
1.85 Umpan
1.8
1.75
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Dari grafik 4.2.4. dapat dilihat bahwa pada aliran permeat, nilai kekeruhan
mengalami penurunan dan kenaikan. Hal ini tidak sesuai dengan teori, karena
seharusnya nilai kekeruhan semakin rendah karena semakin lama proses reverse
osmosis maka air yang dihasilkan pun akan semakin jernih.
Selain itu, bila ditinjau dari setiap waktu, nilai kekeruhan di konsentrat lebih
rendah dibandingkan di permeat (saat t=30 menit, t=60 menit, t=75 menit, dan t=90
menit). Seharusnya nilai kekeruhan di konsentrat lebih tiggi. Hal ini didasarkan pada
pernyataan Aspiyanto (2015) yang menyatakan bahwa aliran permeat merupakan
aliran air yang jernih sedangkan aliran konsentrat ialah aliran air yang lebih pekat dan
mengandung makromolekul yang ditolak atau ditahan oleh membran.
e. pH
pH di aliran permeat dan konsentrat selama proses berlangsung berada pada
rentang 6,2-7,1 (netral) seperti terlihat pada grafik di bawah ini.
6.7 Permeat
6.6
Konsentrat
6.5
6.4 Umpan
6.3
6.2
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Data yang diperoleh telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa batasan operasi
pH berkisar antara 6 – 7.7 (Yusuf, t.t.).
4.3. Menentukan Korelasi antara Konsentrasi Zat-Terlarut yang Dinyatakan dalam DHL dan
TDS terhadap Laju Alir selama Proses Reverse Osmosis Berlangsung
Pengaruh laju alir terhadap nilai DHL dan TDS dapat dilihat dengan cara melakukan
variasi terhadap bukaan keran influen/laju alir air masuk alat RO. Namun pada praktikum
kali ini variasi tidak dilakukan karena dengan bukaan keran yang kecil (keran tidak terbuka
full) menyebabkan tekanan tidak naik. Maka dari itu hanya dilakukan 1 kali percobaan
dengan bukaan keran penuh.
KESIMPULAN
SIMPULAN
Wulandari (151411063)
Nilai %reject pada percobaan ini semakin naik, yang dimana pada percobaan pertama
yaitu 92,587% dan yang seterusnya yaitu 100%.
Kurva/grafik hubungan TDS, DHL, kekeruhan dan pH di aliran permeat dan konsentrat
terhadap waktu dapat dilihat di hasil dan pembahasan.
Korelasi antara konsentrasi zat terlarut yang dinyatakan dalam DHL dan TDS terhadap
laju alir dilakukan setiap 15 menit sekali. Dalam percobaan laju alir menunjukan hasil
yang cendrung konstan sehingga tidak mempengaruhi terhadap nilai yang lain.
BAB V
KESIMPULAN
[Yaumi Istiqlaliyah/151411064]
200 Permeat
100 Konsentrat
0 Umpan
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
600
Permeat
400
Konsentrat
200
Umpan
0
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
2.1
2
Permeat
1.9
Konsentrat
1.8
Umpan
1.7
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Permeat
6.6
Konsentrat
6.4
Umpan
6.2
0 20 40 60 80 100
Waktu (menit)
Ariyanti, D dan I.N. Widiasa. 2011. Aplikasi Teknologi Reverse Osmosis Untuk Pemurnian Air
Skala Rumah Tangga. Semarang : Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro.
Aspiyanto. 2015. Potensi dan Aplikasi Diafiltrasi Bidang Pangan, Perkebunan, dan
Peternakan. Tanggerang Salatan: Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia.
Eckenfelder, W Wisley, Jr. 2000. Industrial water Pollution Control. Third edition. M Graw-
Hill, New York.
Ghozali, Mukhtar. 2008. Reverse Osmosis (RO). Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
Kaliappan,S, dkk.2005. Recovery and Reuse of Water from Effluents of Cooling. J indian
Institute of Science, Vol.85.Hal 215-221.
Maulana da Widodo. t.t. Pengolahan Air Produk Reverse Osmosis Sebagai Umpan Boiler
Dengan Menggunakan Ion Exchange. Semarang : Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Universitas Diponegoro.
Metclaf and Eddy.2004. Waste Water Engineering Treatment Disposal Reuse. Fourth edition,
Mc- Graw- Hill, inc. New York. St. Fransisco, Aukland.
Nur,M.R.. 2013.Pengolahan Air Sumur Menjadi Air Minum Menggunakan Membran Reverse
Osmosis: pengaruh Rasio Volume Permeat Dengan Volume Total Terhadap Kinerja
Membran, sjripsi, Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Lambung
Mangkurat, BanjarBaru.
R.A., Azfah, dkk. T.T.. Studi Awal Reverse Osmosis Tekanan Rendah Untuk Air Payau Dengan
Kadar Salinitas dan Suspended Solid Rendah. Jurusan Teknik Lingkungan. Institut
Sepuluh Nopember.
Said, Nusa Idaman. T.T.. Pengolahan Payau Menjadi Air Minum Dengan Teknologi Reverse
Osmosis.
Yusuf, Etikasari dkk. t.t. Pengolahan Air Payau Menjadi Air Bersih Dengan Menggunakan
Membran Reverse Osmosis. Surabaya: Universitas Pembangunan Nasional Veteran
LAMPIRAN
Penentuan %Rejection
(𝑇𝐷𝑆 𝑖𝑛𝑓𝑙𝑢𝑒𝑛 − 𝑇𝐷𝑆 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑒𝑎𝑡)
%𝑅𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = 𝑥 100%
𝑇𝐷𝑆 𝑖𝑛𝑓𝑙𝑢𝑒𝑛
b. Penentuan %Rejection saat t=30 menit, t=45menit, t=60 menit, t=75 menit, dan t=90
menit
Karena besarnya TDS pada t=30 menit, t=45menit, t=60 menit, t=75 menit, dan t=90
menit adalah sama, maka besarnya %Rejection pun sama.
(𝑇𝐷𝑆 𝑖𝑛𝑓𝑙𝑢𝑒𝑛 − 𝑇𝐷𝑆 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑒𝑎𝑡)
%𝑅𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = 𝑥 100%
𝑇𝐷𝑆 𝑖𝑛𝑓𝑙𝑢𝑒𝑛
(210 − 0)
%𝑅𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = 𝑥 100%
210
%𝑅𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 = 100 %