Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN HUKUM DAN PILITIK ATAS PERPU NO.

2 TAHUN 2017
TENTANG PERUBAHA ATAS UU NO. 17 TAHUN 2013 TENTANG
ORGANISASI KEMASYARAKATAN
(PERPU ORMAS)

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas Hukum dan Politik

dosen pengampu : Dani Muhtada, Ph.d.

disusun oleh:
Akhmad Mustaqim
8111415135

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Tinjauan Hukum dan Politik atas Perpu No. 2 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan”
meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai hukum dan politik. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Semarang, 16 Oktober 2017

Akhmad Mustaqim
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
A. Pengaturan Perppu dalam Hirarki Peraturan Perundang-undangan RI ........3
B. Perpu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun
2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan ...................................................5
C. Perubahan Paradigma dari Terbitnya Perpu No. 2 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan ...........................................................................................5
D. Aktor dibalik Perpu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU No.
17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan ...................................6
E. Pro-Kontra Perpu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU No. 17
Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan ........................................7
F. Ending dari Perpu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU No.
17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan .................................10
BAB III PENUTUP ...............................................................................................12
A. Simpulan ....................................................................................................12
B. Saran ...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara adalah organisasi yang dapat memaksakan kehendaknya.
Organisasi adalah bentuk kerjasama yang mempunyai pembagian tugas untuk
mencapai suatu tujuan tertentu dalam kurun waktu tertentu pula. Negara ini
dapat memaksakan kehendaknya karena telah memilikinya alasan-alasan atau
dasar-dasar pembenaran tindakan dari penguasa dengan melalui suatu teori
pembearan negara (Rechts vaar diging theoriee).1
Suatu negara untuk mengatur anggotanya dalam hal ini adalah warga
negara pasti menggunakan sebuah dasar yaitu hukum. Hukum digunakan
sebagai pengatur sendi-sendi kehidupan di suatu negara, sebagai pola
kehidupan, sebagai rekayasa sosial yang berisi perintah dan larangan.
Pembentukan hukum sendiri tidak lepas dari suatu kepentingan baik
kepentingan seluruh warganegaranya, bisa juga kepentingan seseorang
bahkan kepentingan individu tertentu untuk mencapai suatu tujuan dan biasa
disebut dengan istilah Politik.
Negara dalam hal ini adalah Pemerintah guna menertibkan warganya
patistinya membuat suatu aturan atau undang-undang, salahsatunya adalah
Perppu Ormas2, perpu ini ditetapkan oleh pemerintah dengan alasan untuk
menjaga keutuhan Ideologi Pancasila. Karena pemerintah menilai mulai
maraknya kelompok-kelompok, organisasi masyarakat yang pemahamannya
bertolak belakang dengan ideologi Pancasila. Belum lagi alasan yang lain
adalah karena pemerintah mengangap bahwa Indonesia mengalami sesuatu
seperti adanya upanya pelemahan pancasila oleh ormas salahsatunya Hizbrur
Tahrir Indonesia (HTI). Dari alasan ini pemerintah menganggap ada sesuatu
yang memaksa dan keadaan genting karena undang-undang No. 17 Tahun
2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan tidak lagi memadai sehingga perlu

1
Prof. H. Abu Daud Busroh, S.H., Ilmu Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 2.
2
Perpu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan
ditetapkannya suatu perppu yakni Perpu Ormas sebagai perubahan undang-
undang sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan Perppu dalam peraturan perundang-undangan
di Indonesia?
2. Apa permasalahan tentang terbinya Perpu No. 2 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan?
3. Bagaimana perubahan paradigma dalam Perpu No. 2 Tahun 2017
tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan?
4. Siapa aktor dibalik Perpu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan?
5. Bagaimana pro-kontra dan ending dari Perpu No. 2 Tahun 2017
tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaturan Perppu dalam Hirarki Peraturan Perundang-undangan


RI
Menurut sistem hukum di Indonesia peraturan perundang-
undangan (hukum tertulis) disusun dalam tingkatan-tingkatan tertentu atau
sering disebut dengan Hirarki Peraturan Perundang-undangan.3 Jadi setiap
peraturan disusun mulai dari yang tertinggi hingga terendah seperti sistem
kasta dalam suatu aturan ada yang tertinggi (konstitusi) dan sampe yang
terendah. Dalam hirarki peraturan perundang-undangan tidak disusun
tampa alasan, Undang Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara
Kesatuan Republik Indonesia merupakan peraturan tertinggi dalam sitem
hukum di Indonesia. Kedudukannya yang tinggi maka peraturan-peraturan
yang ada di bawahnya harus mengacu pada Undang undang dasar 1945
dan tidak boleh bertentangan baik dengan undang undang dasar 1945
maupun peraturan perundang-undangan lain diatasnya.
Dalam tatanan peraturan perundang-undangan perpu memiliki
kedudukan yang sejajar dengan Undang-undang, sebagai mana yang
tercantum dalam hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:4
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Sebagaimana yang tertuang dalam hirarki perppu memilikik
kedudukan di kasta ke tiga dalam perturan perundang-undangan yang

3
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2013, hlm.37.
4
Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan
sejajar dengan undang-undang yang Materi muatan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang- Undang sama dengan materi muatan Undang-
Undang5. Perppu dikeluarkan oleh presiden sebahai pengganti undang-
undang.
Dalam penerbitannya presiden tidak bisa semena-mena untuk
menetapkan sebuah perpu, harus ada alasan yan mendesak dan memaksa
sehingga dianggap perlu dalam penetapan perpu sebagai mana yang
tertuang dalam Undang-undang Dasar bahwa: Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang
ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa.6
Jadi penetapan perppu merupakan suatu yang mendesak dan memaksa
sehingga perlu dikeluarkan untuk mengatasi kegentingan tersebut karena
undang-undang yang telah ditetapkan tidak mampu mengatasi keadaan
yang mendesak dan genting. Tidak hanya itu penerbitan perppu juga telah
diatur oleh MK bahwa ada tiga syarat sebagai parameter
adanya “kegentingan yang memaksa” bagi Presiden untuk menetapkan
PERPU, yaitu:7
i. Adanya keadaan yaitu kebutuhanmendesak untuk
menyelesaikan masalah hukum secara cepat berdasarkan
Undang-Undang;
ii. Undang-Undang yang dibutuhkan tersebut belum ada
sehingga terjadi kekosongan hukum, atau ada Undang-
Undang tetapi tidak memadai;
iii. Kekosongan hukum tersebut tidak dapat diatasi dengan
cara membuat Undang-Undang secara prosedur biasa
karena akan memerlukan waktu yang cukup lama
sedangkan keadaan yang mendesak tersebut perlu kepastian
untuk diselesaikan;

5
Pasal 11 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan
6
Pasal 22 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945.
7
Putusan MK Nomor 138/PUU-VII/2009
B. Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun
2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan
Pemerintah secara resmi menerbitkan Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan (Perppu No 2 Tahun 2017). Perpu yang ditanda tangani
oleh Presiden Joko Widodo itu merupakan penyempurnaan daru UU NO
17 Tahun 2013 tentang Ormas (UU Ormas).8 Alasan pemerintah yang
secara umum perlu dikeluarkannya perppu karena karena mulainya
bermunculan kelompok-kelompok radikalisme yang dianggap mengancam
Indeologi Pancasila. Pemerintah beranggapam bahwa dengan
ditetapkannya perpu ormas ini mampu menyempurnakan undang-undang
sebelumnya, dan sebagai regulasi lebih lanjut untuk ormas yang menjamur
di Indonesia.
Diterbitkannya Perppu Ormas itu menuai perdebatan dan kontroversi,
bahkan dengan diterbitkannya perppu ormas ini salah satu ormas islam
yaitu Hizbrur Tahrir Iindonesai (HTI) dibubarkan karena dianggap
muatan, materi, dan ajarannya keapada anggota HTI mengancam Ideologi
Pancasila.

C. Perubahan Paradigma dari Terbitnya Perppu No. 2 Tahun 2017


tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan
Perubahan yang paling signifikan adalah Pasal 59 Perppu No. 2 Tahun
2017 yang mengatur semakin spesifik hal-hal yang dilarang dilakukan
ormas. Larangan terhadap ormas dalam Pasal 59 Perppu No. 2 Tahun 2017
di antaranya:9
1. menggunakan nama, lambang, bendera, atau atribut yang sama
dengan nama, lambang, bendera, atau atribut lembaga
pemerintahan;

8
Novianti, Majalah Info Singkat Hukum (Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI) Vol. IX, No.
14/II/Puslit/Juli/2017
9
Ibid.
2. menggunakan dengan tanpa izin nama, lambang, bendera negara
lain atau lembaga/ badan internasional menjadi nama, lambang,
atau bendera ormas; dan/atau
3. menggunakan nama, lambang, bendera, atau tanda gambar yang
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan nama, lambang, bendera, atau tanda gambar ormas lain
atau partai politik.
4. menerima dari atau memberikan kepada pihak manapun
sumbangan dalam bentuk apa pun yang bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau mengumpulkan
dana untuk partai politik.
5. melakukan tindakan permusuhan terhadap suku, agama, ras, atau
golongan;
6. melakukan penyalahgunaan, penistaan, atau penodaan terhadap
agama yang dianut di Indonesia;
7. melakukan tindakan kekerasan, mengganggu ketenteraman dan
ketertiban umum, atau merusak fasilitas umum dan fasilitas sosial;
8. melakukan kegiatan yang menjadi tugas dan wewenang penegak
hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
9. menggunakan nama, lambang, bendera, atau simbol organisasi
yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya
dengan nama, lambang, bendera, atau simbol organisasi gerakan
separatis atau organisasi terlarang; dan
10. melakukan kegiatan separatis yang mengancam kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia; dan/atau menganut,
mengembangkan, serta menyebarkan ajaran atau paham yang
bertentangan dengan Pancasila.

D. Aktor dibalik Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU


No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan
Terbitnya Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU
No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Perppu Ormas)
tidak lepas dari siapa dan untuk siapa Perppu itu dibuat. Perppu ini sebagai
mana yang telah dijelaskan pada point sebelumnya ditetapkan oleh
Presiden. Presiden dalam menetapkan perppu pastinya melalui mekanisme
dan peruntukan untuk siapa perpu ini dibuat. Perppu ormas ini jelas dibuat
untuk Organisasi Masyarakat yang ada di Indonesia, mulai dari
pengaturan, pembentukan, sampai pembubaran suatu ormas. Yang paling
menonjol dan paling berpengaruh atas diterbitkannya perppu ormas ini
yaitu dari kalangan Hizbrur Tahrir Indonesia (HTI). Dampak dari
ditetapkannya perpu tersebut adalah pembubaran HTI oleh pemerintah.
1. Presiden
Secara umum berdasarkan Pasal 22 ayat (1) Undang-
undang Dasar 1945 perpu ini dibuat oleh presiden, karena di dalam
pasal tersebut disebutkan bahwa “...Presiden Berhak menetapkan
Peraturan Pemerintah sebagai Pengganti Undang-Undang.”
2. Hizbrur Tahrir Indonesia (HTI)
HTI adalah sebuah Ormas Islam yang bergelut di bidang
dakwah, bahkan ada yang menyebutkan dakwah dan politik. HTI
adalah ormas yang paling terasa akan dampak dari perppu ormas.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa perppu ormas ini adalah
sebagai alat untuk membubarkan HTI.
3. Organisasi Masyarakat (Ormas)
Selain HTI ada juga beberapa ormas yang terancam dibubarkan
oleh pemerintah. Perppu ini juga berdampak terhadap kegiatan-
kegiatan ormas lain. Maka banyak yang mengecam bahwa perppu
ormas ini telah mengecam tentang kebebasan berserikat.

E. Pro-Kontra Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU No.


17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan
Dari terbitnya Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan menuai pro
dan kontra. Dari kalangan pendukung terbitnya perppu ormas ini
berpendapat perpu ini sebagai pelindung Indeologi Pancasila dari
kelompok-kelompok radikal yang ingin melemahkan pancasila, sedangkan
dari kalangan kontra berpendapat bahwa dengan terbitnnya perpu ini
adalah sebagai larangan dan kebebasan berserikat.

1. Pendapat Kalangan Pro Perpu Ormas


Secara umum pendukung dalam terbitnya perpu ormas adalah
dari kalangan pemerintah seperti Menteri Koordinator Bidang Politik,
Hukum, dan Keamanan Wiranto menyebutkan beberapa point tentang
perlunya diterbitkan perpu ormas ini. Beberapa poit yang disampaikan
wiranto antara lain yaitu:10
a. Jumlah Ormas di Indonesia telah mencapai 344.039 yang telah
beraktifitas di segala bidang kehidupan, baik dalam tingkat
nasional maupun di tingkat daerah. Ormas tersebut harus
diberdayakan, didayagunakan dan dibina sehingga dapat
memberikan kontribusi positif bagi pembangunan nasional.
b. Dalam kenyataannya saat ini, terdapat kegiatan-kegiatan Ormas
yang bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945, yang merupakan ancaman
terhadap eksistensi bangsa dengan telah menimbulkan konflik di
masyarakat.
c. Undang-Undang nomor 17, tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan, telah tidak lagi memadai sebagai sarana untuk
mencegah meluasnya ideologi yang bertentangan dengan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945, baik dari aspek substantif terkait dengan norma, larangan
dan sanksi serta prosedur hukum yang ada. Antara lain;
d. Tidak terwadahinya asas hukum administrasi contrario actus yaitu
asas hukum bahwa lembaga yang mengeluarkan izin atau yang

10
https://polkam.go.id/penjelasan-pemerintah-tentang-peraturan-pemerintah-pengganti-
undang-undang-republik-indonesia-perppu-nomor-2-tahun-2017-tentang-perubahan-atas-
undang-undang-nomor-17-tahun-2013-tentang-organisasi-k/ (di akses pada 14 Oktober 2017
pukul 11.23 WIB)
memberikan pengesahan, adalah lembaga yang seharusnya
mempunyai wewenang untuk mencabut atau membatalkannya.
e. Pengertian tentang ajaran dan tindakan yang bertentangan dengan
Pancasila dirumuskan secara sempit, yaitu hanya terbatas pada
ajaran Atheisme, Marxisme dan Leninisme, padahal sejarah
Indonesia membuktikan bahwa ajaran-ajaran lain juga bisa
menggantikan dan bertentangan dengan Pancasila.
f. Perlu digarisbawahi bahwa Perppu ini tidak bermaksud untuk
mendiskreditkan Ormas Islam, apalagi masyarakat Muslim yang
merupakan mayoritas penduduk di Indonesia.

2. Pendapat Kalangan Kontra Perpu Ormas


Pendapat yang menolak perppu ormas ini selain dari
kalangn ormas dan HTI justru juga ada dari kalangan anggota
dewan dalam hal ini adalah DPR. Menurut Wakil Ketua DPR RI,
Fadli Zon, terbitnya Perppu No. 2 Tahun 2017 berpotensi
menimbulkan keresahan di masyarakat karena tidak adanya
kegentingan memaksa saat ini yang dinilai tidak memenuhi syarat
terbitnya Perppu No. 2 Tahun 2017.11 Tidak hanya DPR RI
pendapat lain juga disampaikan oleh Yusril Ihza Mahendra,
menurut Yusril, substansi Perppu No. 2 Tahun 2017 memberikan
peluang seluas-luasnya kepada Pemerintah, khususnya Mendagri
dan Menkumham untuk menilai apakah suatu ormas itu
menganut, mengembangkan, serta menyebarkan ajaran atau
paham yang bertentangan dengan Pancasila.12 Selain itu, pakar
hukum tata negara lainnya, Refly Harun, menilai penerbitan
Perppu No. 2 Tahun 2017 bukan hanya mengancam keberadaan
HTI, namun juga ormas lain. Sejalan dengan kedua pendapat ini,
ahli hukum tata negara Universitas Hasanuddin, Irman Putra
Sidin menyatakan, penerbitan Perppu No. 2 Tahun 2017 bisa

11
Novianti, Majalah Info Singkat Hukum (Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI) Vol. IX, No.
14/II/Puslit/Juli/2017
12
Ibid.
mengancam seluruh ormas yang ada sebab perppu tersebut
berlaku secara umum. Meskipun maksud dari penerbitan Perppu
No. 2 Tahun 2017 untuk membubarkan satu atau beberapa ormas
saja.13

F. Ending dari Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU


No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan
Setelah ditetapkannya Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang
Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang Organisasi
Kemasyarakatan atau perpu ormas, pemerintah telah membubarkan salah
satu ormas yang menurut pertimbangan pemerintah mengencam ideologi
bangsa, ormas yang telah dibubarkan pemerintan adalh Hizbrur Tahrir
Indonesia (HTI). Melalui Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
(Kemenkumham) telah mencabut status badan hukum HTI, sehingga HTI
dan eks anggota HTI dilarang melakukan aktivitas dalam bentuk apapun
dengan menggunakan nama dan atribut HTI. Setelah pembubarannya HTI
tidak tinggal diam begitu saja, tetapi HTI mengajukan permohonan Judicial
Review ke Mahkamah Konstitusi (MK), tetapi ditolak oleh MK karenan
status badan hukum HTI yang telah dicabut oleh kemenkumham. MK
menggembalikan semua draf dari HTI untuk memperbaiki draf
permohonannya ke MK karena status HTI yang saat ini dibekukan maka
pengajuan permohonan judicial review dilakuan oleh juru bicara HTI Ismail
Yusanto sebagai pemohon dengan didampingi kuasa hukumnya Yusril Ihza
Mahendra.
Tidak hanya HTI, Muhammadiyah juga dikabarkan menolak
penetapan perppu ormas ini. Dalam rapat pleno digelar di Gedung Pusat
Dakwah Muhammadiyah, Jakarta. Menurut Ketua PP Muhammadiyah
Bidang Hukum dan HAM, Busyro Muqoddas, dalam rapat tersebut,
terbitnya Perppu Nomor 2 Tahun 2017 atau Perppu Ormas menjadi salah
satu agenda bahasan. "Hasilnya ada dua pandangan, satu kita akan fokus
ke Judicial Review dan satu lagi kita akan mendesak DPR untuk

13
Ibid.
menyikapi ini secara kritis di masa sidang yang akan datang," kata
Busyro.14

14
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/sang-pencerah/17/08/10/ougkxc291-
muhammadiyah-fokus-judicial-review-perppu-ormas (diakses pada 15 Oktober 2017 pukul 19.08
WIB)
BAB III
PENUTUP

A. Simpula
Penetapan Perppu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU No. 17
Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan atau perppu ormas telah
membuat beberapa ormas keberatan dan terancam dibubarkan oleh
pemerintah. Pemerintah bersiku keras mengeluarkan perppu ormas dengan
alasan keadaan memaksa dan genting, karena undang-undang yang
sebelumya sudah tidak memadai lagi. Penetapan perppu ini juga menuai
pro kontara, dari kalangan pro mengatakan perlunya perppu ini diterbikan
karena banyak pemahaman ormas yang bertolak belakan dengan pancasila
sehingga perlu adanya pengaturan lebih lanjut. Akan tetapi kalangan
kontra berpendapat bahawa dengan perppu ini pemerintah dianggap
melaang kebebasan berserikat dan juga tidak adanya mekanisme
pembubaran ormas melalui peradilan sehingga terkesan pemerintah telah
sewenang-wenang.
Dengan ditetapkannya perppu ormas tersebut sebuah ormas yaitu HTI
melalui Kementrian Hukum dan HAM mencabut status badan hukumnya
dan melarang keras kegiatan yang berbau HTI. Dengan keluarnya perppu
tersebut serta pembubaran HTI maka HTI melalui juru bicaranya Ismail
Yusanto dengan didampingi kuasa hukumnya Yusril Ihza Mahendra
mengajukan permohonan Judicial Review ke MK. tidak hanya HTI, dari
kalangan muhammadiyah juga menolak ditetapkannya perppu ini, bahkan
muhammadiyah sekarang ini telah berfokus untuk mengajukan judicial
review ke MK dan mendesak DPR untuk menyikapinya secara kritis.
B. Saran
Banyaknya kontroversi atas ditetapkannya perppu ormas sebaiknya
menjadi pembelajaran pemerintah dalam mengeluarkan suatu produk
hukum dengan subtansi yang jelas agar tidak terjadi multitafsir tentang
subtansi alasan pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan. Dengan
subtansi yang jelas maka diharapkan bisa meminimalisir kontroversi yang
ada, sehingga tidak terjadi gejolak di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. H. Abu Daud Busroh, S.H., Ilmu Negara, Bumi Aksara, Jakarta, 2014.
Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 2013.
Novianti, Majalah Info Singkat Hukum (Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR
RI) Vol. IX, No. 14/II/Puslit/Juli/2017.
Undang-undang Dasar 1945.
Putusan MK Nomor 138/PUU-VII/2009.
Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Perpu No. 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas UU No. 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan.
https://polkam.go.id/penjelasan-pemerintah-tentang-peraturan-pemerintah-
pengganti-undang-undang-republik-indonesia-perppu-nomor-2-tahun-
2017-tentang-perubahan-atas-undang-undang-nomor-17-tahun-2013-
tentang-organisasi-k/ (di akses pada 14 Oktober 2017 pukul 11.23 WIB)
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/sang-
pencerah/17/08/10/ougkxc291-muhammadiyah-fokus-judicial-review-
perppu-ormas (diakses pada 15 Oktober 2017 pukul 19.08 WIB)
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/hukum/17/08/01/nasional/hukum/17
/10/05/oxcsbr330-fadli-zon-pembahasan-perppu-ormas-perlu-undang-hti
(diakses pada 15 Oktober 2017 pukul 19.34 WIB)

Anda mungkin juga menyukai