Anda di halaman 1dari 10

PENGGUNAAN MEDIA BONEKA DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN

KARIER DI SEKOLAH DASAR

Oleh: Elisabeth Christiana.1

Abstrak : Bimbingan karir di sekolah dasar (SD) diarahkan untuk menumbuhkan


kesadaran dan pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan pekerjaan di dunia
sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan dan orang lain,
dan mengembangkan kebiasaan hidup yang positif. Pemanfaatan media pembelajaran
berupa boneka diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan siswa dengan layanan
informasi yang diberikan. Keuntungan penggunaan boneka sebagai media BK
adalah:tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu
rumti,.tidak banyak memakan tempat, tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang
akan memainkanny,dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan
menambah suasana gembira.Berawal dari ketetarikan inilah, pemahaman informasi
karier dapat ditingkatkan, sehingga tujuan bimbingan karier yaitu membantu siswa
agar mampu merencanakan dan memutusan pilihan karier kelak dapat tercapai.
Kata kunci: media, Boneka, karir, sekolah dasar

Pendahuluan
Menghadapi era kesejagatan (globalisasi) dan tantangan dunia pekerjaan yang
semakin kompetitif, mengarahkan murid sedini mungkin mengenai karir, merupakan
upaya strategis dalam mempersiapkan generasi yang tangguh. Bimbingan karir bukan
kegiatan yang baru dan tiba-tiba melainkan memiliki perjalanan yang cukup panjang.
Bimbingan karir sangat perlu dilaksanakan pada jenjang SD karena disinilah murid mulai
dikenalkan dasar-dasar dari pada bimbingan karir. Diantara asumsi- asumsi yang
menyebabkan bimbingan karier mendapatkan kepercayaan disekolah dasar adalah
sebagai berikut: (1). Kesadaran bahwa gaya-gaya perilaku memilih pada masa remaja dan
dewasa di pengaruhi oleh tipe- tipe pengalaman perkembangan yang berlangsung pada
masa kecil ;(2) terbukti bahwa banyak materi dan teks yang digunakan disekolah- sekolah
dasar mengambarkan dunia kerja atau dunia pendidikan dimasa depan secara tidak
seksama dan membantu perkembangan yang tidak perlu mengenai tipe okupasi- okupasi
menurut jenis kelamin atau pandangan pandangan yang sempit mengenai kesempatan
kesempatan pendidikan atau okupasional yang tersedia ;dan(3) pengakuan bahwa
perasaan -perasaan mengenai kompetensi pribadi menghadapi masa depan tumbuh dari
1
Staf Pengajar Prodi BK FIP Unesa

1
pengetahuan tentang kelebihan- kelebihan ,cara- cara untuk memodifikasi kelemahan
kelemahan ,keterampilan keterampilan dalam merencanakan dan menggunakan sumber
sumber eksploratoris yang tersedia ,pemahaman tentang hubungan hubungan antara
persekolahan dan penerapannya dalam pekerjaan serta peranan peranan masyarakat
lainnya(Herr&Cramer,1984:21) Secara umum bimbingan karir diartikan sebagai upaya
bantuan kepada individu untuk menstimulasi (mendorong) dan memberikan kemudahan
perkembangan karir dalam kehidupannya. Bantuan tersebut mencakup perencanaan karir,
pengambilan keputusan dan penyesuaian pekerjaan.
Bimbingan karir di sekolah dasar diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan
pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan pekerjaan di dunia sekitarnya,
pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan dan orang lain, dan
mengembangkan kebiasaan hidup yang positif. Bimbingan karir di sekolah dasar juga
terkait erat dengan upaya membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan tak
disukai, kecakapan diri, disiplin, mengontrol kegiatan sendiri. Layanan bimbingan karir
amat erat kaitannya dengan tiga layanan bimbingan yang lainnya karena kecakapan-
kecakapan yang dikembangkan di dalam bimbingan, belajar, pribadi, maupun sosial
dakan mendukung perkembangan karir peserta didik.

Anak Sekolah Dasar

Pada dasarnya anak-anak pada usia sekolah dasar secara khas terbuka kepada dan
berinteraksi dengan rentang stimuli yang luas dan berbagai perilaku. Dalam antusiasme
dan keingin tahuannya yang tak terkendalikan, mereka belum dipaksa oleh realitas
realitas sosial yang mengganggu dan yang mengubah persepsi-persepsi dari saudara-
saudaranya yang lebih tuah dan banyak orang dewasa dimana mereka beridentifikasi.
Maslow (1959 ) mengemukakan hierarki kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai berikut:
1.kebutuhan-kebutuhan fisiologis, 2.kebutuhan-kebutuhan keamanan, 3.kebutuhan akan
keikut sertaan dan kecintaan, 4.kebutuhan akan penghargaan, harga diri , kebebasan dan
dianggap penting, 5.kebutuhan akan impormasi, 6.kebutuhan akan pengertian,
7.kebutuhan akan keindahan, 8.kebutuhan akan aktualisasi diri.

2
.
Tujuan-tujuan bimbingan karier disekolah dasar
.
Bimbingan karir di sekolah dasar diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan
pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan pekerjaan di dunia sekitarnya,
pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan dan orang lain, dan
mengembangkan kebiasaan hidup yang positif. Bimbingan karir di sekolah dasar juga
terkait erat dengan upaya membantu peserta didik memahami apa yang disukai dan tak
disukai, kecakapan diri, disiplin, mengontrol kegiatan sendiri. Menurut Muro dan
Kotman (1995:351) program bimbingan karir di SD difokuskan pada kesadaran diri dan
kesadaran karir (self and career awareness). Layanan bimbingan karir amat erat kaitannya
dengan tiga layanan bimbingan yang lainnya karena kecakapan-kecakapan yang
dikembangkan di dalam bimbingan belajar, pribadi, maupun sosial akan mendukung
perkembangan karir peserta didik.
Secara lebih operasional tujuan layanan bimbingan karir di SD adalah membantu murid
agar dapat :
a. Mengenal macam-macam dan ciri-ciri berbagai jenis pekerjaan yang ada.
b. Merencanakan masa depan.
c. Membantu arah pekerjaan.
d. Menyesuaikan keterampilan, kemampuan dan minat dengan jenis pekerjaan.
e. Membantu mencapai cita-cita (Depdikbud, 1994).
Beiley dan Nihien (1989), menyarankan program pengembangan kesadaran karir di
tingkat sekolah dasar, khususnya di kelas-kelas tinggi, hendaknya dikembangkan secara
terpadu dan mencakup hal-hal berikut ini :
1) Informasi yang difokuskan kepada tanggung jawab dan struktur pekerjaan.
2) Penyediaan waktu dan kesempatan bagi peserta didik untuk berbagi pengetahuan
tentang dunia kerja dan pengalaman yang diperolehnya dari orang-orang sekitar tentang
berbagai pekerjaan.
3) Kesempatan bagi peserta didik untuk berinteraksi dengan orang-orang yang bekerja di
sekitarnya. Interaksi ini akan menjembatani murid SD dengan dunia kerja.

3
4) Kesempatan bagi peserta didik untuk mengetahui bagaimana orang merasakan
pekerjaan atau profesi yang dipilihnya.
5) Kesempatan bagi peserta didik untuk mengenali peran faktor jenis (gender) dalam
pekerjaan.

Media
Soekamto, 1993, menyatakan bahwa medium atau media (jamak) berasal dari kata
Latin “Medium” yang berarti “di antara”, suatu istilah yang menunjukkan segala sesuatu
yang membawa informasi antara sumber dan penerima (Modul PLPG Bimbingan dan
Konseling 2009).
Martin dan Briggs (1986) menyatakan bahwa media pembelajaran
mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa,
dapat berupa perangkat keras, seperti computer, televise, proyektor, dan perangkat lunak
yang digunakan dalam perangkat-perangkat keras tersebut (Tim penyusun Media
Pembelajaran, Modul PLPG Bimbingan Konseling 2009).
Blacks dan Horalsen berpendapat media adalah saluran komunikasi atau medium
yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan suatu pesan, di mana medium itu
merupakan jalan atau alat dengan mana suatu pesan berjalan antara komunikator ke
komunikan (Setyosari & Sihkabuden, 2005 : 16).
Gerlach & Ely , 1971 (dalam Arsyad, 2006 : 3) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap.
Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai
adalah contoh-contohnya (Sadiman,dkk, 2005 : 6)
Dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa media adalah alat
menyampai pesan atau informasi dalam sebuah komunikasi antara komunikator kepada
komunikan, baik dalam bentuk fisik maupun materi, yang dapat membuat siswa belajar
dan mendapatkan pengetahuan, ketrampilan atau sikap.
Levie & Lentz (1982), dalam Arsyad (2006 : 16) mengemukakan empat fungsi
media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu :

4
a. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
b. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika
belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual
dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut
masalah sosial atau ras.
c. Fungsi Kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan peelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian
tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung
dalam gambar.
d. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa
media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks membantu
siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam
teks dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan
siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Berkaitan dengan media dalam Bimbingan dan Konseling, Nursalim (2009 :
3) menyatakan secara umum media mempunyai kegunaan :
1. Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indera
3. Menimbulkan gairah/minat siswa, interaksi lebih langsung antara murid
dengan guru bimbingan dan konseling (guru BK)
4. Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori & kinestetiknya.
5. Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman &
menimbulkan persepsi yang sama
6. Proses layanan bimbingan dan konseling dapat lebih menarik
7. Proses layanan bimbingan dan konseling menjadi lebih interaktif
8. Kualitas layanan bimbingan dan konseling dapat ditingkatkan

5
9. Sikap positif siswa terhadap materi layanan bimbingan dan konseling

Boneka Sebagai Media


Sudjana & Rivai (2007 : 188) mengatakan secara umum boneka (marionette
dalam bahasa Perancis), ada 2 yaitu :
a. Tubuh yang dihubungkan dengan lengan, kaki dan badannya, digerakkan dari
atas dengan tali-tali atau kawat-kawat halus
b. Boneka yang digerakkan dari bawah oleh seorang yang tangannya dimasukkan
ke bawah pakaian boneka.
Boneka adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang termasuk
tiruan dari bentuk binatang. Jadi sebenarnya boneka merupakan salah satu model
perbandingan juga. Dalam penggunaan boneka dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka
(http://molylovelyme.blogspot.com/2010/01/pengertian-boneka-adalah-tiruan-
dari.html) Pada perkembangannya, boneka tidak hanya sebagai mainan anak ataupun
perlambang kenegaraan. Di bidang pendidikan, boneka mulai digunakan sebagai
media dalam membantu tumbuh kembang anak. Boneka merupakan salah satu media
pembelajaran yang tidak asing lagi dan sering digunakan pada sekolah tingkat dasar
dan menengah. Cara penyajian boneka sebagai media pembelajaran bergantung pada
kretivitas guru/ konselor yang juga disesuaikan dengan kompetensi dasar yang harus
dicapai.
Dilihat dari bentuk dan cara memainkannya dikenal beberapa jenis boneka,
antara lain:
a. Boneka jari
Boneka ini dibuat dengan alat sederhana seperti tutup botol, bola
pingpong, bambu kecil yang dapat dipakai sebagai kepala boneka. Sesuai
dengan namanya boneka ini dimainkan dengan menggunakan jari tangan.
Kepala boneka diletakkan pada ujung jari kita. Dapat juga dibuat dari semacam
sarung tangan, dimana pada ujung jari sarung tangan tersebut sudah berbentuk
kepala boneka dan dengan demikian kita tinggal memainkannya saja.

6
b. Boneka Tangan
Kalau boneka dari setiap ujung jari kita dapat memainkan satu tokoh, lain
halnya dengan boneka tangan. Pada boneka tangan ini satu tangan kita hanya
dapat memainkan satu boneka. Disebut boneka tangan, karena boneka ini hanya
terdiri dari kepala dan dua tangan saja, sedangkan bagian badan dan kakinya
hanya merupakan baju yang akan menutup lengan orang yang memainkannya
disamping cara memainkannya juga hanya memakai tangan (tanpa
menggunakan alat bantu yang lain).
Cara memainkanya adalah jari telunjuk untuk memainkan atau
menggerakkan kepala, ibu jari, dan jari tangan untuk menggerakkan tangan. Di
Indonesia penggunaan boneka tangan sebagai media pendidikan/ pembelajaran
di sekolah-sekolah sudah dilaksanakan, bahkan dipakai diluar sekolah yaitu pada
siaran TVRI dengan film seri boneka “Si Unyil”
c. Boneka Tongkat
Disebut boneka tongkat karena cara memainkannya dengan menggunakan
tongkat. Tongkat-tongkat ini dihubungkan dengan tangan dan tubuh boneka.
Wayang Golek di Jawa Barat misalnya adalah termasuk boneka jenis ini. Untuk
keperluan penggunaan boneka tongkat sebagai media pendidikan/pembelajaran
di sekolah, maka tokoh-tokohnya dibuat sesuai dengan keadaan sekarang.
Misalnya dibuat tokoh tentara, pedagang, lurah, nelayan dan sebagainya Boneka
tongkat dapat dibuat dari kayu yang lunak seperti kayu kemiri, randu, dan
sebagainya.
d. Boneka Tali
Boneka tali atau “Marionet” banyak dipakai di negara barat. Perbedaan
yang menyolok antara boneka tali dengan boneka yang lain adalah, boneka tali
bagian kepala, tangan, dan kaki dapat digerak-gerakkan menurut kehendak
kita/dalangnya. Cara meng-gerakkannya dengan tali. Dengan demikian maka
kedudukan tangan orang yang memain-kannya berada di atas boneka yang
dimainkannya. Untuk memainkan boneka tali diperlukan latihan-latihan yang
teratur, sebab memainkan boneka tali ini memerlukan keterampilan yang lebih
sulit dibandingkan dengan memainkan boneka-boneka yang lainnya. Adakan

7
tetapi memiliki kelebihan lebih hidup dari pada boneka yang lain, karena
mendekati gerak manusia atau tokoh yang sebenarnya.
e. Boneka Bayang-bayang
Boneka bayang-bayang (Sadhow Puppet) adalah jenis boneka yang cara
memainkannya dengan mempertontonkan gerak bayang-bayang dari boneka
tersebut. Di Indonesia khususnya di Jawa dikenal dengan “Wayang kulit”.
Namun untuk keperluan sekolah, wayang semacam ini dirasakan kurang efektif,
karena untuk memainkan boneka ini diperlukan ruangan gelap/tertutup. Lagi
pula diperlukan lampu untuk membuat bayang-bayang layar.
Dalam pelaksanaan bimbingan karier, boneka yang dipergunakan dapat berupa bentuk
boneka yang dikemukakan di atas. Namun konselor dapat pula membuat bentuk boneka
tersendiri yang lebih menarik, mudah dibuat dan digunakan, serta efektif untuk dijadikan
media. Metode penyampaian bimbingan karier dengan menggunakan boneka juga tidak
harus dalam bentuk sandiwara atau cerita boneka, namun bisa disiasati dengan metode
penyampaian yang lebih melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pelaksanaan
bimbingan karier di kelas.

Keuntungan Penggunaan Boneka


Beberapa keuntungan penggunaan boneka sebagai media BK adalah:
a. Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang terlalu rumit.
b. Tidak banyak memakan tempat,
c. Tidak menuntut keterampilan yang rumit bagi yang akan memainkannya.
d. Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan menambah
suasana gembira.
Boneka untuk memberikan pemahaman siswa tentang bimbingan karier,
meliputi jenis pekerjaan, persyaratan-persyartan yang harus dipenuhi terhadap
pekerjaan tertentu dan persiapan-persiapan apa saja yang perlu diketahui siswa, bisa
di buat sendiri. Boneka dapat dibuat dari bahan yang lebih sederhana, misalnya
dengan kardus ataupun benda-benda tak berguna yang dipadu padankan dengan
kain dan hiasan berwarna.
Boneka dari kardus dapat dibuat dengan alat dan bahan sebagai berikut :

8
1. Kertas gambar
2. Crayon atau pewarna yang lain
3. Kardus bekas
4. Perekat i:
5. Gunting
Cara membut Boneka:
1. Gambarlah jenis pekerjaan (missal gambar polisi, dokter, guru dll dengan
seragam lengkap dan peralatan yang dibutuhkan) pada kertas gambar
2. Potong gambar yang sudah dibuat dan diwarnai tersebut
3. Potong kardus sesuai dengan bentuk gambar yang telah dilakukan pada langkah
1dan 2
4. Tempelkan gambar pada potongan kardus yang telah dibuat dengan perekat
5. Boneka dari kardus sudah bisa digunakan sebagai media pembelajaran dalam
pelaksanaan bimbingan karier di sekolah dasar.

Penggunaan Media Boneka dalam Pelaksanaan Bimbingan karier di SD

Bimbingan karir diartikan sebagai upaya bantuan kepada individu untuk


menstimulasi (mendorong) dan memberikan kemudahan perkembangan karir dalam
kehidupannya. Bimbingan karir di sekolah dasar diarahkan untuk menumbuhkan
kesadaran dan pemahaman peserta didik akan ragam kegiatan dan pekerjaan di dunia
sekitarnya, pengembangan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan dan orang lain,
dan mengembangkan kebiasaan hidup yang positif.
Media Boneka dengan metode penyampaian yang menarik akan mampu
meningkatkan pemahaman tentang karier kepada siswa dan akan dapat dimanfaatkan
kelak di kemudian hari saat informasi tersebut dibutuhkan.

Daftar Pustaka
Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta : Raj Grafindo Persada

Hariastuti, Retno Tri . 2008. Daras-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Surabaya :


Unipress.

9
Hendrarno, dkk. 2003. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya

Laksmiwati, dkk. 2002. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Surabaya : Unipress.

Munandir. 1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta: Depdikbud

Prayitno. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.


Jakarta : Rineka Cipta

Ruslan, A. Gani. 1993. Bimbingan Karier. Bandung: Angkasa

Sadiman, dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Setyosari, Punaji & Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang : Elang Mas

Slameto. 1991. Perspektif Bimbingan Konseling dan Penerapannya di berbagai


Institusi. Semarang: Satya Wacana

Sudjana, Nana & Rivai, Ahmad. 2007. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru
Algensindo

Suryabrata, Sumadi. 2005. Psikoologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Tim penyusun. 2009. Modul Bimbingan dan Konseling. Pendidikan dan Pelatihan
Profesi Guru (PLPG) Kuota 2009. Surabaya : Unipress.

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Andi

Winkel, W.S & Sri Hastuti. 2006. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta : Media Abadi.

10

Anda mungkin juga menyukai