Anda di halaman 1dari 4

Gangguan Psikologis dan Perilaku Pada Demensia

Oleh: Drs. H. Zainuddin Sri Kuntjoro, MPsi.

Jakarta, 17 Juni 2002

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa dimensia seringkali terjadi pada
usia lanjut yang telah berumur kurang lebih 60 tahun. Dimensia tersebut dapat dibagi menjadi
2 kategori, yaitu: 1) Dimensia Senilis (³60 tahun); 2) Demensia Pra Senilis (£ 60 tahun). Sekitar
56,8% lansia mengalami demensia dalam bentuk Demensia Alzheimer (4% dialami lansia yang
telah berusia 75 tahun, 16% pada usia 85 tahun, dan 32% pada usia 90 tahun). Sampai saat ini
diperkirakan ± 30 juta penduduk dunia mengalami Demensia dengan berbagai sebab (Oelly
Mardi Santoso, 2002).
Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun 1990 – 2025, tergolong
tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10). Jumlah sekarang 16 juta dan akan menjadi 25,5
juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 % penduduk dan ini merupakan peringkat ke empat
dunia, dibawah Cina, India dan Amerika Serikat. Sedangkan umur harapan hidup berdasarkan
sensus BPS 1998 adalah 63 tahun untuk pria dan 67 tahun untuk perempuan. (Meski menurut
kajian WHO (1999), usia harapan hidup orang Indonesia rata-rata adalah 59,7 tahun dan
menempati urutan ke 103 dunia, dan nomor satu adalah Jepang dengan usia harapan hidup
rata-rata 74,5 tahun).
Kondisi ini tentu saja menarik untuk dikaji dalam kaitannya dengan masalah demensia. Betapa
besar beban yang harus ditanggung oleh negara atau keluarga jika masalah demensia tidak
disikapi secara tepat dan serius, sehubungan dengan dampak yang ditimbulkannya. Mengingat
bahwa masalah demensia merupakan masalah masa depan yang mau tidak mau akan dihadapi
orang Indonesia dan memerlukan pendekatan holistik karena umumnya lanjut usia (lansia)
mengalami gangguan berbagai fungsi organ dan mental, maka masalah demensia memerlukan
penanganan lintas profesi yang melibatkan: Internist, Neurologist, Psikiater, Spesialist Gizi,
Spesialis Rehabilitasi Medis dan Psikolog Klinis

Gangguan
Demensia adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan daya ingat dan
daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut menimbulkan gangguan terhadap fungsi
kehidupan sehari-hari. Bentuk gangguan yang sangat menyolok adalah penurunan perilaku yang
secara lengkap disebut perilaku sosial (social skill) dan perilaku ini dapat dirinci lebih lanjut
menjadi:

 ADL (Activity of Daily Living yaitu kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya
sendiri) dimulai dari bangun tidur, mandi, berpakaian dan seterusnya sampai pergi tidur
kembali, pokoknya segala kegiatan orang untuk mengurus kebutuhannya sendiri.
 Perilaku Okupasional yaitu perilaku yang dilaksanakan seseorang untuk menjalankan
kehidupannya untuk bekerja dan mencari nafkah, yaitu sekolah, bekerja, berorganisasi,
menjalankan ibadah, mengisi waktu luang.
Partisipasi sosial yaitu perilaku seseorang untuk hidup bermasyarakat seperti mematuhi
kewajiban sebagai warga masyarakat, misalnya mengurus KTP, SIM, Kerja Bakti,
berorganisasi sosial, menghadiri undangan dan sebagainya.
Pada umumnya gejala yang tampak pada demensia adalah:

 Terganggunya fungsi daya ingat yang makin lama makin berat terutama daya ingat
jangka pendek. Ingatan masa lalu masih tetap baik dan bertahan.
 Terganggunya fungsi berfikir antara lain : aphasia, apraxia, agnosia, atau gangguan
fungsi eksekutif.
 Penurunan fungsi daya ingat dan daya pikir ini menimbulkan gangguan fungsi kehidupan
sehari-hari (mandi, berpakaian, kebersihan diri, buang air besar/kecil, dll)
 Makin lama gangguan yang terjadi semakin berat.

Gangguan Psikologis dan Perilaku

Gangguan psikologis dan perilaku pada penderita demensia adalah sebagai berikut:

Gangguan Psikologis Gangguan Perilaku

Jenis Bentuk Jenis Bentuk

1. Wahana (Delusi) · Isi pikiran yang salah 1. Wandering · Mondar-mandir


diyakini kebenarannya · Mencari-cari/
· Tidak dpt dikoreksi membututi
melalui bukti-bukti pengasuh/keluarga/
yang ada orang lain kemana pun
pergi.
· Berjalan mengelilingi
rumah
· Keluar rumah
/kabur /keluyuran
2. Halusinasi · Halusinasi dengar 2. Restlessness Sangat gelisah sehingga
· Halusinasi penglihatan tidak bisa diam barang
sejenak
· Halusinasi Haptic
3. Misidentifikasi / · Merasa bukan dirinya 3. Agitasi Aktivitas verbal (bicara)
Mispersepsi · Merasa bahwa maupun motorik (fisik)
istri/suami bukan lagi yang berlebihan dan
pasangan hidupnya tidak selaras. Misalnya
marah-marah, ngamuk-
· Tidak dapat
ngamuk, ngomel terus,
mengidentifikasi
dsb.
kejadian
4. Depresi · Murung, sedih, 4. Agresivitas · Agresivitas fisik
menangis seperti : memukul,
· Ingin mengakhiri menendang,
hidupnya mendorong,
mencakar, menggigit
· Uring-uringan dan
orang atau
mudah tersinggung
menggerayangi barang
orang lain
· Agresivitas Verbal
seperti : menjerit,
berteriak, membuat
suara gaduh, marah
meledak-ledak.
5. Apatis · Tak ada minat 5. Disinhibisi Kelakuan yang tidak
terhadap hal-hal yang sesuai budaya dan
biasanya disukai, norma-norma sosial yang
termasuk kegiatan berlaku karena
sehari-hari. terganggunya/hilangnya
· Perawatan diri fungsi pengendalian diri.
terganggu. Perilakunya menjadi
kurang sopan, kurang
· Interaksi sosial menjadi
terpuji, memalukan dan
sangat berkurang.
sebagainya.
6. Cemas · Menanyakan hal yang
sama berulang-ulang
· Meremas-remas tangan
· Tidak dapat duduk
diam

Adapun penyebab kedua gangguan tersebut diatas adalah:


 Perubahan zat-zat kimia di otak (neurotransmitter)
 Pengkerutan volume otak akibat kerusakan/kematian sel otak.
 Kepribadian pasien Pra Morbid
 Ketahanan (Resiliance) pasien terhadap perubahan hidup yang terjadi.
 Faktor lingkungan termasuk pengasuh.

Menghadapi Pasien Dimensia


Tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan jika menghadapi pasien demensia adalah sebagai
berikut:
1. Terapi Obat dengan pengawasan dokter
2. Terapi non obat, berupa:
· Intervensi Lingkungan
· Intervensi Perilaku
· Intervensi Psikologis
3. Terapi Lainnya:
· Aktivitas keagamaan
· Mengembangkan hobby yang ada seperti melukis, memasak, main musik, berkebun,
fotografi

Intervensi Lingkungan:
 Penyesuaian fisik (bentuk ruangan, warna, alat yang tersedia)
 Penyesuaian waktu (membuat jadwal rutin)
 Penyesuaian lingkungan malam hari (mandi air hangat, tidur teratur)
 Penyesuaian indera (mata, telinga)
 penyesuaian nutrisi (makan makanan dgn gizi seimbang)
Intervensi Perilaku:
1. Wandering:
· Yakinkan dimana keberadaan pasien
· Berikan keleluasaan bergerak di dalam dan di luar ruangan
· Gelang pengenal “ Hendaya Memory”.
2. Agitasi dan Agresivitas:
· Hindari situasi yang memprovokasi
· Hindari argumentasi
· Sikap kita tenang dan mantap
· Alihkan perhatian ke hal lain.
3. Sikap dan pertanyaan yang berulang:
· Tenang, dengarkan dengan baik, jawab dengan penuh pengertian. Bila masih berulang,
acuhkan dan usahakan alihkan perhatian ke hal yang menarik pasien.
4. Perilaku seksual yang tidak sesuai/wajar:
· Tenang dan bimbing pasien keruang pribadinya.
· Alihkan ke hal yang menarik perhatiannya.
· Bila didapatkan dalam keadaan telanjang, berilah baju / selimut untuk menutupi
badannya. Bantu mengenakan baju kembali.

Intervensi Perilaku:
1. Intervensi psikologis dapat berupa psikoterapi untuk mengurangi kecemasan, memberi rasa
aman dan ketenangan, dalam bentuk :
· Psikoterapi individual
· Psikoterapi kelompok
· Psikoterapi keluarga
2. Untuk caregiver (pengasuh) diperlukan :
· Dukungan mental
· Pengembangan kemampuan adaptasi dan peningkatan kemandirian.
· Kemampuan menerima kenyataan (realistik).
3. Mengatasi mudah “Lupa”, lakukan:
· Latihan terus-menerus, berulang-ulang
· Tingkatkan perhatian
· Asosiasikan hal yang diingat dengan hal yang sudah ada dalam otak.(jp)

Anda mungkin juga menyukai