DIURETIK
Kel. C4
Nama Anggota :
Fakultas Kedokteran
Jakarta
A. Sasaran Belajar
1. Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai macam obat diuretik dan indikasinya.
2. Mahasiswa dapat mengamati perbandingan kekuatan diuresis dari berbagai diuretik
3. Mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan uji ”tersamar ganda”
4. Mampu mancatat hasil pratikum dan membuat laporan yang baik.
C. Persiapan
1. Tiap kelompok mehasiswa menyediakan 2 orang percobaan (O.P) yang siap dalam
keadaan puasa 4 jam sebelum percobaan. Hal ini dipahmi oleh mahasiswa , agar
absobsi obat cepat dan sempurna, maka sebaiknya lambung dalam keadaan kosong.
Untuk pratikum analegesik tidak ada kontra indikasi khusus, dimana mahasiswa tidak
boleh menjadi orang percobaan, hanya hati-hati pada mahasiswa yang pernah punya
riwayat ulkus peptikum atau gastrirtis kronis.
2. Intruktur telah mempersiapkan obat - obat diatas dengan kemasan (kapsul) yang sama
bentuk, besar dan warnanya, dan telah diberi kode tertentu, dicatat dan disimpan oleh
salah satu instruktur pada orang percobaan tidak dapat memilih sendiri obat yang akan
mempengaruhi keabsahan hasil pengamatan.
3. Tiap kelompok telah menyiapkan alat-alat yang diperlukan diatas.
D. Tatalaksana
1. Mintalah orang percobaan yang telah dipilih oleh masing-masing kelompok untuk
berbaring dimeja pratikum
2. Lakukan pengukuran tekanan darah dan frekuensi nadi
3. Kosongkan kandung kemih dengan seksama
4. Segera minum obat diuretik dengan segelas air (200ml), setelah kandung kemih
kosong dan catat kodenya. Selama percobaan orang percobaan tidak boleh minum lagi
cairan dalam bentuk air, air teh, juice, dll.
5. Tampung urin yang keluar pada 30’, 60’, 90’ dan 120’ dalam gelas beaker 500cc dan
ukur jumlahnya dengan menggunakan gelas ukur, serta catat waktu pertama kali
berkemih.
6. Ukurlah tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit sampai percobaan selesai
7. Catat seluruh volume urin yang dikeluarkan selama 1 jam
8. Bandingkan jumlah urin yang dihasilkan selama 1 jam dari berbagai jenis diuretik
E. Dasar Teori
Plasebo
Plasebo (dari bahasa Latin yang artinya “saya harus nyaman”) adalah zat yang
tampaknya seperti obat padahal sebenarnya netral dan tidak memiliki efek kimia tersendiri.
Contoh plasebo adalah kapsul berisi gula atau suntikan air murni yang tidak mengandung
bahan aktif apa pun. Plasebo diketahui membantu mengurangi rasa sakit, depresi, gelisah,
penyakit Parkinson, gangguan inflamasi dan bahkan kanker. Secara umum obat plasebo dapat
memperbaiki kondisi penyakit sekitar 33-37%. Plasebo terutama lebih memengaruhi gejala
daripada penyakit yang mendasarinya, meskipun kadang-kadang seperti dalam kasus depresi
atau penyakit maag, tidak ada perbedaan di antara keduanya.1
Spironolakton
Spironolakton adalah diuretik hemat kalium (pil air) yang mencegah tubuh menyerap
terlalu banyak garam dan menjaga kadar kalium agar tidak terlalu rendah. Spironolakton
digunakan untuk mendiagnosa atau mengobati suatu kondisi di mana tubuh memiliki terlalu
banyak aldosteron. Aldosteron adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal untuk
membantu mengatur keseimbangan garam dan air dalam tubuh. Spironolakton menyebabkan
retensi cairan (edema) pada orang dengan gagal jantung kongestif, sirosis hati, atau gangguan
ginjal. Spironolakton juga digunakan untuk mengobati atau mencegah hipokalemia (kadar
kalium yang rendah dalam darah). Spironolakton merupakan obat yang diberikan untuk
menghindari hipokalemi, jangan pernah untuk diberikan pada pasien hiperkalemi, atau pada
pasien dengan pengobatan atau hal yang menyebabkan hiperkalemi. Termasuk DM, multipel
myeloma, penyakit tubulointerstitial renal dan insufisiensi renal.
Spironolakton adalah kompetitif antagonis aldosteron. Meski menghambat aldosteron-
stimulasi Na+ reabsorbsi dan ekskresi K+ dan H+ di distal tubulus dan duktus collecting.
Spironolaktone juga mengurangi aldosteron-stimulasi ammoniagenesis melalaui nefron.
Sprironolakton diberikan secara oral sampai lebih 2 hari agar efektif. Dimetabolisme di hati,
merupakan diuretic yang hanya beraksi diluar tubulus. Efek samping utama adalah
hiperkalemi, ginekomasti dan amenore. Indikasi spironolakton, efek yang besar pada pasien
yang tinggi aldoteron plasma (hiperaldosteron menyebabkan tumor adrenal atau hyperplasia)
juga pada pasien sirosis. Jangan digunakan pada hiperkalemi.1,2
Hidroclorotiazid (HCT)
Obat paling banyak diresepkan dari golongan diuretik tiazid mencegah perpindahan
Na+ dan Cl- pada lapisan korteks saluran tubulus distal. Tiazid memiliki aksi yang lebih
lemah daripada loop diuretik karena sisi nefron lebih sedikit menyerap Na+ dibandingkan
lapisan tubulus yang naik. Apabila filtrasi glomerolous menurun, maka lebih sedikit cairan
yang sampai pada tubulus distal dan tiazid berefek sedikit pada Na+ dan sekresi air. Hal ini
menyebabkan tidak efektifnya obat ini pada insufisiensi ginjal. Tiazid dapat menyebabkan
kontraksi volume dimana dapat menyebabkan reabsorpsi dari cairan dan larutan. Tiazid
menyebabkan peningkatan absorpsi dari Ca2+ dan asam urat pada tubulus proksimal,
sehingga menyebabkan terjadinya pengurangan dari Ca2+ dan asam urat.
Tiazid seluruhnya akan diabsorbsi dari usus, dimulai 1 jam dan mulai dihilangkan 6-8
jam. Bioavalabilitas menurun pada pasien dengan penyakit ginjal, penyakit hati dan CHF.
Toxisitas pada hipersensisvitas pernah dilaporkan, walaupun jarang pada penderita
pankreatitis, anemia hemolitik, trombositopenia. Tiazid diindikasikan untuk pengobatan
hipertensi, dapat juga digunakan pada CHF,sindrom nephotic and status retensi natrium.
Tiazid dapat berefek pada pasien dengan insufisiensi renal berat dan sering diberikan
kombinasi dengan loop diuretic.Thiazide dapat juga digunakan untuk mengurangi ekskresi
Ca2+ untuk mencegah batu ginjal. Kontra indikasi tiazid adalah pada pasien yang dicurigai
hipokalemi (pengguna digitalis, sirosis hepatic) Gout, atau Hiperkalsemi.1
F. Hasil
Percobaan 1.
Pembahasan
Disini kelompok kami menduga obat adalah HCT , sebab OP kami tidak
menunjukkan peningkatan volume urin yang berarti. Namun , obat tersebut merupakan
Furosemid merupakan obat diuretik kuat. Kesalahan kami disini dimana hanya melihat satu
gejala yang ada dan membandingkan hanya dari peningkatan volume urin yang tidak berarti.
Peningkatan volume urin yang drastis terjadi saat menit ke 90. Kemudian kami kurang
memperhatikan tanda-tanda vital yang diperoleh sebelum dan sesudah pemberian obat. Jadi
seharusnya kami lebih teliti dalam memperhatikan gejala dan perubahan tanda-tanda vital
pasien.
Percobaan II
Pembahasan
Disini kelompok kami menduga obat dengan kode 14 merupakan Furosemid, sebab
OP kami mengalami peningkatan frekuensi berkemih dan volume urin. Namun apabila
dilihat dari tanda – tanda vital tidak ditemukan perbedaan yang berarti.
Kesimpulan
Obat – obat yang menginduksi kejadian peningkatan aliran urine disebut diuretik.
Kegunaan klinis utama diuretik adalah penatalaksanaan gangguan yang melibatkan retensi
cairan abnormal (edema) atau mengobati hipertensi yang kerja diuretiknya menyebabkan
penurunan volume darah, mengakibatkan penurunan darah.
Daftar Pustaka
1. Suyatna FD. Antiangina. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth, editor.
Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008. h.361-66.
2. Rahardjo,R,editor.Kumpulan kuliah farmako.Edisi ke-2.Jakarta:EGC.h.382-387.