Anda di halaman 1dari 19

1

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN


“DIFUSI DAN OSMOSIS”
(Penentuan Tekanan Osmosis Cairan Sel)

Disusun Oleh :
Dinda Dwi Pratiwi
Pendidikan Biologi A 2016
16030204036

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018
2

A. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis ?.
2. Berapakah konsentrasi larutan sukrosa yang dapat menyebabkan 50% dari jumlah sel mengalami
plasmolisis ?.
3. Bagaimana nilai tekanan osmosis sel cairan pada sel epidermis bawang merah dengan metode
plasmolisis ?.

B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang terplasmolisis.
2. Mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel
mengalami plasmolisis.
3. Menghitung tekanan osmosis sel cairan sel dengan metode plasmolisis.

C. Hipotesis
Berdasarkan permasalahan diatas, hipotesis pada praktikum kali ini yang dapat disimpulkan yaitu :
Ho : Tidak ada pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel epidermis bawang
merah yang terplasmolisis
Ha : Ada pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel epidermis bawang merah
yang terplasmolisis

D. Kajian Pustaka

Menurut Bidwell (1979), molekul air dan zat terlarut yang berada dalam sel selalu bergerak.
Oleh karena itu terjadi perpindahan terus-menerus dari molekul air, dari satu bagian ke bagian yang
lain. Perpindahan molekul-molekul itu dapat ditinjau dari dua sudut. Pertama dari sudut sumber dan
dari sudut tujuan. Dari sudut sumber dikatakan bahwa terdapat suatu tekanan yang menyebabkan
molekul-molekul menyebar ke seluruh jaringan. Dari sudut tujuan dapat dikatakan bahwa ada
sesuatu kekurangan (deficit akan molekul-molekul).
Plasma sel (sitoplasma) dibungkus oleh selaput tipis yang disebut dengan membran plasma.
Selaput tersebut merupakan membran dua lapis yang mampu mengatur secara selektif aliran cairan
dari lingkungan suatu sel ke dalam sel dan sebaliknya. Pada dasarnya pengangkutan melalui
membran sel dapat terjadi secara pasif maupun aktif. Pengangkutan secara pasif terjadi jika
mengikuti arah gradient konsentrasi yang artinya dari larutan yang berkonsentrasi tinggi ke
3

konsentrasi rendah. Pada proses ini tidak memerlukan energi hasil metabolisme atau ATP.
Sedangkan pada proses pengangkutan secara aktif yang memerlukan energi hasil metabolisme atau
ATP (Adenosin Tri Phospat) karena terjadi melawan arah gradient konsentrasi yaitu dari larutan
yang berkonsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
Yang termasuk ke dalam contoh proses pengangkutan secara pasif adalah peristiwa difusi
dan osmosis. Difusi adalah gerakan partikel dari tempat dengan potensial kimia lebih tinggi ke
tempat dengan potensial kimia lebih rendah karena energi kinetiknya sendiri sampai terjadi
keseimbangan dinamis (Indradewa, 2009). Selain itu, Agrica (2009) juga menjelaskan bahwa difusi
adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian berkonsentrasi
tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Proses pertukaran gas pada tumbuhan yang terjadi di
daun adalah suatu contoh proses difusi. Dalam proses ini gas CO2 dari atmosfir masuk ke dalam
rongga antar sel pada mesofil daun yang selanjutnya digunakan untuk proses fotosintesis (Tim
Fisiologi Tumbuhan, 2009). Laju difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan)
medium. Gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat berdifusi lebih
lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran besar lebih lambat pergerakannya
dibanding dengan molekul yang lebih kecil.
Sedangkan pada Osmosis adalah gerakan air melintasi membran yanng permeabilitasnya
berbeda disebabkan karena perbedaan konsentrasi dari suatu larutan dengan pelarut murni atau
berkonsentrasi rendah yang melalui suatu membran semipermeabel menuju larutan lain dengan
konsentrasi yang lebih tinggi.Dengan adanya perpindahan ini, maka akan terjadi kesetimbangan
dalam laju pelarut. Contoh osmosis adalah penyerapan air serta mineral yang ada di dalam tanah
oleh akar pohon atau tumbuhan lainnya. Akar menyerap mineral pula bersamaan dengan air yang
diserapnya dari dalam tanah. Air akan masuk ke dalam akar dengan terlebih dahulu melewati
rambut-rambut akar. Rambut akar juga akan meningkatkan luas dari permukaan akar serta
meningkatkan jumlah air yang diambil oleh tumbuhan tersebut. Air masuk terutama karena
perbedaan pada konsentrasi air serta masuk melewati beberapa bagian dari akar, di antaranya ialah
epidermis, korteks, perisikel, endodermis dan xilem. Penyerapan air serta mineral ini terjadi dari
adanya perbedaan tekanan dari sel akar serta air tanah. Osmosis juga memungkinkan terjadinya
membuka dan menutupnya stomata.
Proses osmosis merupakan proses difusi yang sifatnya khusus yang menunjukkan adanya
perpindahan air melalui selaput membran yang besifat permeable selektif. Sehingga osmosis juga
dikenal sebagai peristiwa difusi air. Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti
jika kecepatan desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi. Dalam proses osmosis terdapat tekanan osmosis yang merupakan tekanan hidrostatik
4

yang terdapat suatu larutan pada keseimbangan osmosis. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif,
yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut
itu sendiri (Agrica,2009). Terjadinya proses osmosis sangat ditentukan oleh adanya perbedaan
potensial kimia air atau potensial air (PA). Didalam proses osmosis, di samping komponen
potensial, komponen lain yang penting adalah potensial osmotik dan potensial tekanan, yang pada
tumbuhan timbul dalam bentuk tekanan turgor. Hubungan antara nilai potensial air (PA), potensial
osmotic (PO), dan potensial tekanan( PT ) dapat dinyatakan dengan hubungan sebagai berikut :

PA = PO + PT
Jika konsentrasi antara lingkungan di dalam sel dan di luar sel telah mencapai keseimbangan
maka sudah tidak ada lagi potensial tekanan yang terjadi. Oleh karena itu persaman diatas menjadi :

PA = PO

Keterangan :

PA = Potensial Air

PO = Potensial Osmotik

Untuk mengetahui nilai potensial osmotik cairan sel salah satunya dapat digunakan dengan
metode plasmolisis. Metode ini di tempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa berapa
jumlah sel yang mengalami plasmolisis 50%. Pada kondisi tersebut dianggap konsentrasinya sama
dengan konsentrasi yang dimiliki oleh cairan sel. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut
yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai
potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar. Suhu
berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka nilai potensial
osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-partikel terlarut semakin
tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and Anderson, 1952). Larutan yang
di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis
disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam keadaan tanpa tekanan.
Nilai potensial osmosis sel dapat diketahui dengan menghitung nilai potensial osmosis larutan
sukrosa yang isotonik terhadap cairan sel. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel
terplasmolisis diketahui, maka nilai tekanan osmosis sel dapat ditemukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
5

22,4×𝑀×𝑇
TO sel = , Dengan :
273

TO= Tekanan osmotik

M= Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis

T=Temperatur mutlak (273+ 25 ℃)

Tekanan sel bernilai positif, sedangkan nilai potensial osmotik bernilai negatif. Sehingga :

PO = - TO

Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis. Jika sel tumbuhan diletakkan pada
larutan hipertonik, sel tumbuhan akan kehilangan air dan tekanan turgor, yang menyebabkan sel
tumbuhan lemah. Tumbuhan dengan kondisi sel seperti ini disebut layu. Kehilangan air lebih banyak
lagi menyebabkan terjadinya plasmolisis : tekanan terus berkurang sampai di suatu titik di mana
sitoplasma mengerut dan menjauhi dinding sel. Sehingga dapat terjadi chytorisis yaitu runtuhnya
dinding sel. Sitoplasma biasanya bersifat hipertonis (potensial air tinggi), dan cairan di luar sel
bersifat hipotonis (potensial air rendah), karena itulah air bisa masuk ke dalam sel sehingga antara
kedua cairan bersifat isotonis. Apabila suatu sel diletakkan dalam suatu larutan yang hipertonus
terhadap sitoplasma, maka air di dalam sel akan berdifusi ke luar sehingga sitoplasma mengkerut
dan terlepas dari dinding sel, hal ini disebut plasmolisis. Bila sel itu kemudian dimasukkan ke dalam
cairan yang hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel dan sitoplasma akan kembali mengembang
hal ini disebut deplasmolisis.

Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari proses
plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel yang
terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah
mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka
sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang
protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal
dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga
molekul gula dapat masuk dengan mudah.

Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah gerak air neto
ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam sel. Jika potensial
larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka
yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar,
6

maka ada kemungkinan bahwa volume sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak dapat
mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari
dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel epidermis bawang merah yang dimasukan ke
dalam larutan sukrosa mengalami plasmolisis.

E. Variabel Penelitian
Adapun variabel-variabel yang terdapat pada praktikum ini yaitu :
1. Variabel Manipulasi : Konsentrasi larutan sukrosa.
2. Variabel Kontrol : Volume larutan sukrosa, Jenis umbi yang digunakan, Bagian sel
yang disayat, Orientasi sayatan, Jumlah sayatan, Perbesaran
mikroskop dan Lama waktu perendaman.
3. Variabel Respon : Jumlah sel epidermis yang terplasmolisis dan TO (Tekanan Osmotik
sel).

F. Definisi Operasional Variabel


Variabel manipulasi merupakan variabel yang dibuat berbeda pada suatu percobaan atau
penelitian yang dilakukan. Dalam praktikum ini, yang termasuk ke dalam variabel manipulasi adalah
konsentrasi larutan sukrosa dengan tingkat konsentrasi yang berbeda-beda di setiap gelas sebesar
0,28 M; 0,26 M;0,24 M;0,22 M; 0,20 M;0,18 M; 0,16 M dan 0,14 M. Karena tujuan dari praktikum
ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel yang
terplasmolisis. Variabel kontrol adalah variabel yang perlakuannya dibuat sama pada suatu
percobaan atau penelitian, yaitu pada volume larutan sukrosa sebanyak 5 ml pada masing-masing
gelas kimia, jenis umbi yang digunakan adalah umbi lapis bawang merah, bagian sel yang disayat
pada sel epidermisnya yang mengandung cairan sel yang berwarna, orientasi sayatan yang
digunakan yaitu membujur. jumlah sayatan yang digunakan sebanyak 3 sayatan pada masing-masing
gelas, perbesaran mikroskop yang digunakan yaitu 10 x 10 dan lama waktu perendaman selama 30
menit yang dibutuhkan. Sedangkan variabel respon adalah variabel yang dicari atau yang merupakan
hasil dari suatu percobaan yang sedang dilakukan yaitu jumlah sel epidermis bawang merah yang
terplasmolisis baik yang terplasmolisis sebagian maupun sempurna, dan nilai TO yang diperoleh
22,4×𝑀×𝑇
dengan menggunakan metode plasmólisis yaitu : TO = , dimana T = 273 + 25 ℃.
273

G. Alat dan bahan


1. Alat
a. Mikroskop
7

b. Kaca arloji atau cawan petri 8 buah


c. Kaca benda dari kaca penutup
d. Pisau silet
e. Gelas beker 100 mL
f. Pipet
2. Bahan
a. Daun Rhoe discolor atau umbi lapis bawang merah yang jaringan epidermisnya
mengandung cairan sel yang berwarna.
b. Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28 M; 0,26 M;0,24 M;0,22 M; 0,20 M;0,18 M; 0,16 M
dan 0,14 M.

H. Rancangan Percobaan
1. Menimbang. Buatlah larutan sukrosa dari konsentrasi yang terbesar yaitu 0,28 M, dengan
cara menimbang sebanyak 95,76 gram Kristal sukrosa dan melarutkannya dalam aquades
sehingga volumenya menjadi 1 liter. Sedangkan untuk membuat konsentrasi larutan yang
lebih rendah, dapat digunakan rumus sebagai berikut:
V1M1 =V2M2
Dengan : V1 = Volume awal; M1 = Konsentrasi awal;
V2 = Volume akhir; M2 = Konsentrasi akhir.
2. Mengukur. Siapkan 8 buah kaca arloji, isi masing-masing dengan 5 ml larutan sukrosa yang
telah disediakan dan beri label pada masing-masing kaca arloji berdasarkan konsentrasi
larutan.
3. Ambil daun Rhoe discolor atau umbi lapis bawang merah, kemudian sayatlah lapisan
epidermis yang berwarna dengan pisau silet. Usahakan hanya menyayat selapis sel.
4. Rendamlah sayatan-sayatan epidermis tersebut pada kaca arloji yang sudah berisi larutan
sukrosa dengan konsentrasi tertentu. Setiap konsentrasi diisi dengan jumlah sayatan yang
sama. Catat waktu mulai perendamannya.
5. Mengamati. Setelah 30 menit, sayatan diambil dan diperiksa dengan menggunakan
mikroskop.
6. Menghitung. Hitung jumlah seluruh sel pada satu lapang pandang, jumlah sel yang
terplasmolisis dan prosentase jumlah sel terplamolisis terhadap jumlah sel seluruhnya.
8

I. Langkah Kerja

Larutan sukrosa

Dibuat dari konsentrasi tinggi yaitu Dibuat dari konsentrasi lebih


0,28 M rendah

95,76 gram Kristal sukrosa V1 M1 = V2 M2

− Ditimbang
− Dilarutkan dalam aquades
sehingga volumenya
menjadi 1 liter.

8 buah kaca arloji

− Diisi masing-masing 5 ml larutan


sukrosa yang telah disediakan.

− Diberi label berdasarkan konsentrasi

larutan.
Daun Rhoeo discolor atau umbi lapis bawang merah

− Diambil.
− Disayat tipis pada lapisan epidermis
yang berwarna dengan pisau silet dan
diusahakan hanya menyayat 1 sel.
Sayatan epidermis

− Direndam pada kaca arloji yang berisi


larutan sukrosa dengan konsentrasi

tertentu dengan jumlah sayatan sama.

Waktu Perendaman
9

− Dicatat.
Sayatan epidermis yang telah direndam selama 30 menit

− Diambil.
− Diamati dengan menggunakan
mikroskop.
Sel epidermis yang diamati

− Dihitung jumlah sel seluruhnya pada


satu lapang pandang.
− Dihitung jumlah sel yang
terplasmolisis.
− Dihitung prosentasi jumlah sel yang
terplasmolisis terhadap jumlah sel
seluruhnya.
− Dihitung nilai tekanan osmotik cairan
sel epidermis.

Hasil

J. Rancangan Tabel Pengamatan


1. Tabel

Tabel 1. Pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap sel epidermis umbi lapis bawang merah
yang terplasmolisis.

Kosentrasi ∑ Sel seluruhnya ∑ Sel yang % Sel yang terplasmolisis


terplasmolisis
0,14 M a. 327 a. 36 33
×100 % = 18 %
183,67
b. 153 b. 55
c. 71 c. 8
∑x1 = 551 ∑x2 = 99
̅̅̅
𝑥 1 = 183,67 ̅̅̅
𝑥 2 = 33
0,16 M a. 57 a. 8 8,67
×100 % = 11,93 %
72,67
b. 106 b. 13
10

c. 55 c. 5
∑x1 = 218 ∑x2 = 26
̅̅̅
𝑥 1 = 72,67 ̅̅̅
𝑥 2 = 8,67
0,18 M a. 54 a. 3 5
×100 % = 3,83 %
130,33
b. 168 b. 3
c. 169 c. 9
∑x1 = 391 ∑x2 = 15
̅̅̅
𝑥 1 = 130,33 ̅̅̅
𝑥2 =5
0,20 M a. 104 a. 6 7
×100 % = 4,75 %
147,3
b. 211 b. 7
c. 127 c. 8
∑x1 = 442 ∑x2 = 21
̅̅̅
𝑥 1 = 147,3 ̅̅̅
𝑥2 =7
0,22 M a. 152 a. 38 17,33
×100 % = 13,72 %
126,33
b. 109 b. 12
c. 118 c. 2
∑x1 = 379 ∑x2 = 52
̅̅̅
𝑥 1 = 126,33 ̅̅̅
𝑥 2 = 17,33
0,24 M a. 125 a. 7 6
×100 % = 7,69 %
78
b. 45 b. 4
c. 64 c. 7
∑x1 = 234 ∑x2 =18
̅̅̅
𝑥 1 = 78 ̅̅̅
𝑥2 = 6
0,26 M a. 23 a. 4 3,33
×100 % = 4,67 %
71,33
b. 11 b. 3
c. 180 c. 3
∑x1 = 214 ∑x2 =10
̅̅̅
𝑥 1 = 71,33 ̅̅̅
𝑥 2 = 3,33
0,28 M a. 225 a. 65 31,67
×100 % = 27,54 %
115
b. 90 b. 20
c. 30 c. 10
∑x1 = 345 ∑x2 = 95
11

̅̅̅
𝑥 1 = 115 ̅̅̅
𝑥 2 = 31,67

2. Grafik

Grafik 1. Pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap sel epidermis umbi lapis bawang
merah yang terplasmolisis.

60 1

0.9
Prosentase sel yang terplasmolisis (%)

50 50
0.8

0.7
40
0.6

30 0.5
27.54
0.4
20
18 0.3
13.72
11.93 0.2
10
7.69
0.1
3.83 4.75 4.67
0 0
0,14 0,16 0,18 0,20 0,22 0,24 0,26 0,28 0,31

Konsentrasi larutan sukrosa (M)

K. Rencana Analisis Data


Berdasarkan data yang telah diperoleh, maka dapat dianalisa sebagai berikut :
− Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,14 M, sel epidermis umbi lapis bawang merah terlihat
sebanyak 551 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 99 sel dengan prosentase sel
terplasmolisis sebesar 18 %.
− Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,16 M, sel epidermis umbi lapis bawang merah terlihat
sebanyak 218 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 26 sel dengan prosentase sel
terplasmolisis sebesar 11,93 %.
− Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,18 M, sel epidermis umbi lapis bawang merah terlihat
sebanyak 391 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 15 sel dengan prosentase sel
terplasmolisis sebesar 3,83 %.
− Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,20 M, sel epidermis umbi lapis bawang merah terlihat
sebanyak 442 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 21 sel dengan prosentase sel
terplasmolisis sebesar 3,83 %.
12

− Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,22 M, sel epidermis umbi lapis bawang merah terlihat
sebanyak 379 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 52 sel dengan prosentase sel
terplasmolisis sebesar 13,72 %.
− Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,24 M, sel epidermis umbi lapis bawang merah terlihat
sebanyak 234 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 18 sel dengan prosentase sel
terplasmolisis sebesar 7,69 %.
− Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,26 M, sel epidermis umbi lapis bawang merah terlihat
sebanyak 214 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 10 sel dengan prosentase sel
terplasmolisis sebesar 4,67 %.
− Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,28 M, sel epidermis umbi lapis bawang merah terlihat
sebanyak 345 sel, dan yang mengalami plasmolisis sebanyak 95 sel dengan prosentase sel
terplasmolisis sebesar 27,54 %.
Dari analisis data di atas maka dapat diketahui bahwa :
− Pada grafik diatas, data tidak sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi konsentrasi larutan
sukrosa, maka semakin tinggi prosentase sel yang terplasmolisis. Hal itu dibuktikan dengan
hasil data yang digambarkan pada grafik yang tidak signifikan (naik turun atau tidak stabil)
yang seharusnya signifikan (mengalami kenaikan).
− Dari data yang diperoleh pada grafik diatas, sebenarnya tidak ada yang menunjukkan nilai
prosentase sel yang terplasmolisis sebanyak 50 % berdasarkan konsentrasi larutan sukrosa
yang ada yaitu 0,14 M; 0,16 M; 0,18 M; 0,20 M; 0,22 M; 0,24 M; 0,26 M dan 0,28 M.
Kemudian untuk mencari nilai prosentase sel yang terplasmolisis sebanyak 50%, kami
melakukan penarikan garis pada grafik sehingga dihasilkan prosentase tersebut dari jumlah
sel epidermis pada konsentrasi larutan sukrosa sebesar 0,31 M.
M = 0,31
22,4 ×𝑀 × 𝑇 22,4 ×0,31 ×(273+25) 2069,31
TO sel = = = = 7,58 atm
273 273 273
PO = -TO
PO = -7,58 atm

L. Hasil Analisis Data


Berdasarkan data yang diperoleh, pada konsentrasi larutan sukrosa terhadap jumlah sel
epidermis umbi lapis bawang merah yang terplasmolisis menghasilkan grafik yang tidak
signifikan atau tidak stabil yang menyebabkan grafik berpola naik turun. Konsentrasi larutan
sukrosa yang menyebabkan sel epidermis bawang merah mengalami plasmolisis dengan jumlah
13

yang paling tinggi yaitu pada konsentrasi 0,28 M dengan presentase 27,54 %, sedangkan
konsentrasi yang paling rendah nilai prosentase sel yang terplasmolisis terdapat pada konsentrasi
0,18 M dengan prosentase 3,83 %.
Pada pengamatan yang telah dilakukan, konsentrasi yang menyebabkan grafik berpola naik
turun yaitu pada konsentrasi 0,18 M; 0,22 M; 0,26 M dan 0,28 M. Hal tersebut tentunya tidak
sesuai atau berlawanan dengan teori yang ada yang mengatakan bahwa semakin besar
konsentrasi larutan sukrosa maka semakin banyak sel yang terplasmolisis. Ketidaksesuaian data
tersebut mungkin dikarenakan adanya beberapa faktor kesalahan tanpa kami sadari pada saat
melakukan praktikum, misalnya pada waktu perendaman sayatan sel epidermis bawang merah
di dalam larutan sukrosa yang terlalu lama, kurang telitinya pengamat dalam menghitung jumlah
sel yang terplasmolisis dan seluruh sel dalam lapang pandang karena kurang tipisnya saat
menyayat lapisan epidermis serta dalam mencatat perhitungan waktu, dan diteteskannya air pada
saat meletakkan sayatan bawang merah yang telah direndam diatas kaca benda, hal itu
seharusnya tidak perlu dilakukan karena dapat mempengaruhi hasil prosentase sel yang
menyebabkan beberapa sel epidermis yang awalnya mengalami plasmolisis kemudian menjadi
deplasmolisis, yaitu menyatunya kembali membran plasma yang telah lepas dari dinding
sel. Deplasmolisis terjadi jika sel tumbuhan diletakkan di larutan hipotonik, sel tumbuhan akan
menyerap air dan juga tekanan turgor meningkat.
Deplasmolisis merupakan kebalikan atau lawan dari plasmolisis. Adapun peristiwa
plasmolisis terjadi karena adanya proses terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel
berada dalam larutan hipertonik. Plasmolisis dapat memberikan gambaran untuk menentukan
besarnya nilai osmosis sebuah sel. Jika sel tumbuhan ditempatkan dalam larutan yang hipertonik
terhadap cairan selnya , maka air akan keluar dari sel tersebut sehingga plasma akan menyusut.
Bila hal ini berlangsung terus menerus, maka plasma akan terlepas dari dinding sel disebut
plasmolisis. Begitu pula yang terjadi dalam praktikum kali ini, molekul air berpindah dari sel
epidermis bawang merah menuju ke larutan sukrosa, sehingga menyebabkan protoplas sel
epidermis kehilangan air, menyusut volumenya (sel menjadi mengerut) dan akhirnya terlepas
dari dinding sel, peristiwa itulah yang dinamakan plasmolisis.
Pada konsentrasi larutan sukrosa 0,31 M, jumlah sel epidermis bawang merah yang
mengalami plasmolisis telah mencapai 50% yang diperoleh dengan cara menarik garis pada
grafik pada sumbu X (Konsentrasi sukrosa) dan mencari titik potong yang sejajar dengan sumbu
Y (nilai prosentase). Hal tersebut menandakan bahwa dalam kondisi tersebut merupakan kondisi
yang isotonic, dimana dalam kondisi tersebut potensial air yang ada di dalam sel epidermis
bawang merah maupun di luar sel (pada larutan sukrosa) adalah sama, sehingga tidak terjadi lagi
14

difusi air karena air yang masuk ke dalam sel epidermis dan air yang keluar meninggalkannya
terdapat dalam jumlah yang sama, sehingga dapat dikatakan terjadi keseimbangan dinamis. Jika
potensial di dalam sel dan di luar sel sama, maka besarnya potensial osmosis yang ada di dalam
dan di luar sel juga akan sebanding atau sama.
Untuk mengetahui nilai potensial osmotik cairan sel salah satunya dapat digunakan dengan
metode plasmolisis. Metode ini di tempuh dengan cara menentukan pada konsentrasi sukrosa
berapa jumlah sel yang mengalami plasmolisis 50%, maka nilai tekanan osmosis sel pada sel
epidermis bawang merah dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
22,4 ×𝑀 × 𝑇
TO sel = .
273
Dengan : TO = Tekanan Osmotik
M = Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis.
T = Temperatur Mutlak (273 + t ℃ )
Sehingga diperoleh :
22,4 ×0,31 ×(273+25) 2069,31
= = = 7,58 atm
273 273
PO = -TO
PO = -7,58 atm

M. Diskusi
Jelaskan mengapa terjadi peristiwa plasmolisis. Dukung dengan data yang anda peroleh !.
Jawab :
Plasmolisis merupakan dampak dari peristiwa osmosis yang dapat terjadi karena adanya
perbedaan potensial air yang berada di dalam suatu sel dengan di luar sel, dimana potensial air
di dalam sel lebih besar dari pada diluar sel yang pada akhirnya mempengaruhi pergerakan atau
perpindahan air, misalnya pada sel epidermis bawang merah yang sesuai dengan kegiatan
praktikum kali ini. Dengan adanya peristiwa ini menyebabkan membran plasma terlepas dari
dinding sel yang diakibatkan air yang ada di dalam dinding sel terus keluar sampai terjadi
keseimbangan antara potensial air yang ada di dalam dan di luar sel.
Berdasarkan data yang telah diperoleh, tidak sesuai dengan teori bahwa dengan semakin
pekat atau tingginya konsentrasi larutan sukrosa maka semakin banyak pula sel yang
mengalami plasmolisis. Hal itu terjadi dikarenakan adanya beberapa faktor kesalahan tanpa
kami sadari pada saat melakukan praktikum, misalnya pada waktu perendaman sayatan sel
epidermis bawang merah di dalam larutan sukrosa yang terlalu lama, kurang telitinya pengamat
15

dalam menghitung jumlah sel yang terplasmolisis dan seluruh sel dalam lapang pandang karena
kurang tipisnya saat menyayat lapisan epidermis serta dalam mencatat perhitungan waktu, dan
diteteskannya air pada saat meletakkan sayatan bawang merah yang telah direndam diatas kaca
benda, hal itu seharusnya tidak perlu dilakukan karena dapat mempengaruhi hasil prosentase
sel yang menyebabkan beberapa sel epidermis yang awalnya mengalami plasmolisis kemudian
menjadi deplasmolisis, yaitu menyatunya kembali membran plasma yang telah lepas dari
dinding sel.
Jika data yang diperoleh sesuai dengan teori, maka plasmolisis yang terjadi pada sel
epidermis bawang merah disebabkan oleh adanya potensial air yang ada di dalam sel epidermis
bawang merah lebih besar dari pada di luar sel (larutan sukrosa), dan oleh karena potensial air
berbanding lurus dengan potensial osmotiknya, maka potensial yang ada di dalam sel epidermis
tersebut juga akan lebih besar dibandingkan dengan potensial osmosis yang ada di luar sel.
Sel yang mengalami plasmolisis akan mencapai 50% dari jumlah keseluruhan sel yang
tampak pada satu lapang pandang jika konsentrasi larutan sukrosa 0,31 M, karena pada kondisi
tersebut potensial air yang ada di dalam sel epidermis bawang merah maupun di luar selnya
menjadi sama disebut dalam keadaan yang isotonic.

N. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah kami lakukan, maka didapatkan suatu data
yang dapat disimpulkan yaitu dengan menerima Ha atau menolak Ho yang artinya ada pengaruh
konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel epidermis bawang merah yang terplasmolisis
yang berarti semakin tinggi konsentrasi larutan sukrosa, maka semakin banyak pula sel yang
mengalami plasmolisis pada sel epidermis bawang merah, pada konsentrasi sukrosa 0,31 M
dapat menyebabkan 50% dari jumlah sel mengalami plasmolisis yang ditunjukkan pada grafik,
dan nilai tekanan osmotik sel (TO) dengan menggunakan metode plasmolisis yang diperoleh
sebesar 7,58 atm.

O. Daftar Pustaka
Kimball, John W. 1983. BIOLOGI. Jakarta: PT Erlangga.
Lakitan, B. 2008. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Rachmadiarti, Fida, dkk. 2007. Biologi Umum. Surabaya: Unesa University Press.
Rahayu, Yuni Sri, dkk. 2018. Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA Unesa.
16

Tim fisiologi tumbuhan. 2009. Penuntun Praktikum FISIOLOGI TUMBUHAN. Bandung :


Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.
Salisbury, Frank B. et al. 1995. Plant Physiology 2nd Edition. Mc Graw Hill Company. New
York.
17

LAMPIRAN

5 ml sukrosa 0,14 M Pada sel epidermis 5 ml sukrosa 0,16 M Pada sel epidermis
bawang merah dengan prosentase sel 18 bawang merah dengan prosentase sel
% yang terplasmolisis 11,93 % yang terplasmolisis

5 ml sukrosa 0,18 M Pada sel epidermis 5 ml sukrosa 0,20 M Pada sel epidermis
bawang merah dengan prosentase sel 3,83 bawang merah dengan prosentase sel
% yang terplasmolisis 4,75 % yang terplasmolisis
18

5 ml sukrosa 0,22 M Pada sel epidermis 5 ml sukrosa 0,24 M Pada sel epidermis
bawang merah dengan prosentase sel 13,72 bawang merah dengan prosentase sel
% yang terplasmolisis 7,69 % yang terplasmolisis

5 ml sukrosa 0,26 M Pada sel epidermis 5 ml sukrosa 0,28 M Pada sel epidermis
bawang merah dengan prosentase sel 4,67 bawang merah dengan prosentase sel
% yang terplasmolisis 27,54 % yang terplasmolisis
19

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Menghitung nilai prosentase sel epidermis bawang merah yang mengalami plasmolisis
− Konsentrasi sukrosa 0,14 M = 18 %
− Konsentrasi sukrosa 0,16 M = 11,93 %
− Konsentrasi sukrosa 0,18 M = 3,83 %
− Konsentrasi sukrosa 0,20 M = 4,75 %
− Konsentrasi sukrosa 0,22 M = 13,72 %
− Konsentrasi sukrosa 0,24 M = 7,69 %
− Konsentrasi sukrosa 0,26 M = 4,67 %
− Konsentrasi sukrosa 0,28 M = 27,54 %

2. Menghitung nilai tekanan osmotik (TO) pada sel epidermis bawang merah
Diketahui :
M = 0,31 M
T ℃ = 25 ℃
Ditanya : Tekanan Osmotik (TO) ?
Jawab :
22,4 ×𝑀 × 𝑇
TO sel =
273
22,4 ×0,31 ×(273+25)
=
273
2069,31
= = 7,58 atm
273
PO = -TO
PO = -7,58 atm
Sehingga nilai tekanan osmotik (TO) telah diperoleh yaitu 7,58 atm

Anda mungkin juga menyukai