Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh :
Agus Sopian / 21 – 2013 – 072
1. Judul Proyek
Stasiun Kereta Api
2. Pengertian Judul
2.1 Stasiun Kereta Api
Bedasarkan KBBI Nasional adalah tempat menunggu bagi calon penumpang
kereta api dan sebagainya; tempat perhentian kereta api dan sebagainya.
Selain stasiun, pada masa lalu dikenal juga dengan halte kereta api yang
memiliki fungsi nyaris sama dengan stasiun kereta api. Untuk daerah/kota yang baru
dibangun mungkin stasiun portabel dapat dipergunakan sebagai halte kereta.
a. Stasiun Kecil
b. Stasiun Sedang
Stasiun sedang umumnya berada di kota kecil. Kereta api cepat berhenti di
stasiun ini serta kadang-kadang kereta api kilat. Pada stasiun ini letak sepur hampir
sama dengan stasiun kecil akan tetapi letak sepur yang bukan sepur kereta api (sepur
gudang barang, sepur langsir, sepur simpan) harus di isolasi sedemikan rupa
sehingga tidak mengganggu sepur kereta api. Stasiun ini bisa melayani penumpang
± 8.000 orang/hari.
c. Stasiun Besar
Stasiun besar umumnya ada di kota-kota besar serta kota pelabuhan dan
disinggahi semua kereta api. Pada stasiun ini sepur-sepur langsir harus dibuat jauh
dari sepur kereta api, melainkan dapat dicapai dengan memasang sepur-sepur
isolasi. Stasiun ini bisa melayani penumpang ± 20.000 orang/hari.
a. Stasiun Penumpang
Stasiun yang berfungsi menurunkan dan menaikan penumpang serta
membongkar barang yang dibawa oleh penumpang.
b. Stasiun Barang
Stasiun yang berfungsi untuk membongkar dan memuat barang-barang
muatan.
c. Stasiun Langsiran
Stasiun yang berfungsi untuk menyusun dan mengumpulkan gerbong-
gerbong yang mempunyai tujuan yang berbeda-beda.
b. Stasiun Paralel
Biasanya pada stasiun ini gedungnya sejajar dengan sepursepur.
Skematik Stasiun Pararel
Sumber : (Subarkah, 1981)
c. Stasiun Pulau
Biasanya gedung stasiun ini terletak ditengah-tengah jalur kereta api.
d. Stasiun Semenanjung
Biasanya gedung stasiun ini terletak di sudut antara dua sepur yang
bergandengan
3. Tema Perancangan
Tema perancangan yang diambil adalah Penerapan Ornamentasi Struktur bangunan dilihat
dari struktur atap bangunan. (Arsitektur Metafora)
Ornamentasi Struktur
Menurut Angus Jhon Mcdonald didalam bukunya struktur dan arsitektur, “Estetika dan
Struktur adalah 2 hal yang bergerak bersama dan saling mengikuti. Hubungan antara struktur dan
arsitektur yang dikelompokan dalam kategori struktur sebagai ornament meliputi manipulasi pada
elemen struktur dengan kriteria visual sebagai kriteria utama. Hubungan antara struktur dan
arsitektur ini adalah fenomena yang sangat menonjol pada abad kedua puluh. Seperti halnya dalam
kategori ornamentasi pada struktur, kategori struktur sebagai ornament juga mementingkan efek
visual akan tetapi tidak seperti dalam ornamentasi pada struktur, proses desain pada kategori ini
lebih dikendalikan oleh pertimbangan visual dibandingkan pertimbangang teknis.
Struktur sebagai ornament dapat dibedakan dalam tiga versi. Pertama, pada awalnya,
struktur digunakan secara simbolik. Struktur digunakan sebagai pembedaharaan visual yang
dimaksudkan untuk menyampaikan ide tentang kemajuan dan dominasi teknologi di masa depan.
Gambaran yang berhubungan dengan teknologi maju dimanipulasi dengan bebas untuk
menghasilkan arsitektur dengan teknologi tekemuka. Seringkali, konteksnya tidak tepat dan
struktur yang dihasilkan menjadi kurang baik secara teknis.
Dalam versi yang kedua, struktur ekspos yang mengagumkan direncanakan sebagai respon
terhadap keadaan buatan yang diciptakan. Pada bangunan jenis ini, bentuk struktur yang diekspos
dibenarkan secara teknis, tetapi hanya sebagai solusi untuk permasalahan teknis yang tidak perlu
diciptakan oleh para perencana bangunan.
Dalam versi yang ketiga, struktur sebagai ornament meliputi penggunaan pendekatan
diaman struktur diekspresikan untuk menghasilkan bangunan yang menarik dengan teknologi
terkenal, tetapi dimana tujuan visual tidak cocok dengan logika structural.
Penerapan tema “Ornamentasi Struktur” pada museum ini akan lenih menonjolkan pada
struktur atap yang menggunakan bentang lebar sehingga kontruksi atap yang ada pun tidak hanya
sebagai struktur kekuatan atap melainkan menjadi suatu elemen estetika yang ada di dalam ruangan
maupun diluar ruangan. Bagian struktur bangunan yang lain pun seperti balok dan kolom akan
dirubah menjadi satu elemen estetika, sehingga bagian terpenting dari struktur bangunan ini pun
tidak hanya menjadi struktur semata. Pendekatan Metafora pun digunakan melihat fungsi bangunan
sebagai museum burung air, sehingga bentuk bangunan pun akan mengikuti bentuk dari burung.
Diterapkan sebagai konsep bangunan, arsitektur metafora menurut Anthony C. Antoniades dalam
buku Poetics of Architecture: Suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal
yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam
pembahasan. Dengan kata lain menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk
melihat suatu subyek sebagai suatu yang lain.
4. Latar Belakang
Alasan Judul
Kota Bandung telah berkembang menjadi kota yang modern, khususnya di
lokasi perencanaan yang merupakan daerah pusat kota dan dikelilingi bangunan-
bangunan tinggi menjadikan desain yang direncakan berorientasi dengan bangunan
sekitar yang memiliki sifat high tech baik dari segi struktur maupun material yang
digunakan.
5. Tujuan Proyek
Tujuan Umum:
- Memeberikan sarana untuk interaksi antara penumpang dan pelayanan stasiun itu
sendiri.
- Penyediaan ruang yang memadai untuk aktifitas penumpang dan pengelola.
Tujuan khusus :
- Terciptanya desain yang baik, tepat dan efisien serta berkesinambungan baik dengan
lingkungan sekitar maupun secara fungsi stasiun dengan wujud bangunan yang
berkonteks high tech.
6. Misi Proyek
Visi : “Mampu mewadahi fasilitas transpotasi umum yang mampu mewujudkan
keamanan dan kenyaman bagi penumpang maupun pengelola sehingga menjadikan suasana
yang harmonis dan stabil.”
Misi :
- Memenuhi kebutuhan sarana transportasi bagi masyarakat.
- Memberikan tingkat kepuasan dengan desain yang diberikan.
- Meningkatkan rasa kebanggaan para pengunjung stasiun.
- Memberikan desain yang mampu mengurangi tingkat keterlambatan
penumpang.
7. Deskripsi Proyek
- Nama proyek : Stasiun Kereta Api Bandung
- Sifat proyek : Fiktif
- Owner : Pemerintah Kota Bandung
- Sumber dana : Anggaran pemerintah provinsi
- Lokasi : Kebon Jeruk, Kota Bandung, Jawa Barat
- Iklim : Tropis
- Luas lahan : m2
8.2 Aktifitas
Kegiatan di stasiun kereta api meliputi:
a) Kegiatan Pokok
Kegiatan pokok di stasiun meliputi:
8.3 Fasilitas
Fasilitas di stasiun kereta api meliputi:
Sarana Transit
Administrasi dan Manajemen
Operasional
Bagian Pelayanan Penumpang Kereta
Restaurant
Café
Retail
ATM Center
9. Studi Banding
9.1 The Flinders Street Station – Zaha Hadid Architect
A. Deskripsi Bangunan
Proyek ini merupakan sebuah proyek pengembangan dari Stasiun bersejarah
di Melbourne yang bertujuan untuk menambah pelayanan Stasiun dan menciptakan
ruang public baru bagi para warga. Bangunan ini didesain dengan pola
pengembangan restorasi dan adaptive reuse dari bangunan Stasiun Lama dengan
menyuntikkan fungsi baru seperti kantor, hotel dan ruang publik sedangkan Stasiun
lama difungsikan sebagai lobby hotel dan restaurant. Bangunan pengembangan
seolah-olah mengikuti skala awal bangunan existing kemudian membesar sebagai
bentuk penghargaan terhadap bangunan lama.
Enterance Stasiun Lama dan Baru
Sumber : (www.archdaily.com/the-flinders-street-station-shortlisted-proposalzaha-
hadid-architects-bvn-architecture/)
Peron Stasiun
Sumber : (https://www.archdaily.com/801731/utrecht-central-station-
benthem-crouwel-architects)
B. Data Proyek
Arsitek : Benthem Crouwel Architects
Luas : 26030.0 m2
Pengembang : Metaglas
Selama fase desain Jan Benthem dan Mels Crouwel memiliki ide untuk
merancang atap datar asli Utrecht Central Station sebagai gelombang yang
memancarkan gerakan dinamis dan juga berfungsi sebagai pencari jalan alami.
Melintas ke jalur, dalam arah membujur aula, gelombang mengacu pada pintu
masuk dan pintu keluar. Gelombang ini memiliki tiga 'undulasi': yang tertinggi di
atas stasiun kereta api, yang terendah di masing-masing sisi berisi stasiun trem dan
bus. Gelombang juga mewakili distribusi logis fungsi di stasiun. Untuk
mendapatkan lebih banyak cahaya alami di terminal, kaca skylight dirancang, yang
juga berfungsi sebagai hatches asap. Gerakan bergelombang ditekankan oleh lampu
LED terus menerus di langit-langit. Berkat bentuk atap baja bergelombang yang
signifikan - dan bangunan bertingkat rendah relatif (setinggi 18 meter) - stasiun ini
dapat dikenali dengan jelas di antara bangunan dan kantor
Bird Eye View
Sumber : (https://www.archdaily.com/801731/utrecht-central-station-
benthem-crouwel-architects)
Data primer
Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mempelajari buku - buku yang
berkaitan dengan teori, konsep, standar perencanaan dan perancangan fasilitas
museum berskala nasional.
Pencarian online dilakukan dengan mencari referensi, kajian teori, jurnal dengan
masing – masing keyword yang diperlukan, mencari peta digital melalui google
maps, google earth, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA