BAB II
2.1 Posyandu
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk
kesehatan dasar sehingga mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi
yang merupakan tujuan utama dari posyandu. Tujuan khusus posyandu yaitu
RW paling sedikit terdapat 100 orang balita, terdiri dari 120 Kepala Keluarga
(KK), disesuaikan dengan kemampuan petugas dan jarak antara rumah dan jumlah
terutama bayi, anak balita, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, serta
Pasangan Usia Subur (PUS). Kegiatan yang dilakukan di Posyandu terdiri dari
dilaksanakan 1 (satu) bulan kegiatan, dengan waktu buka posyandu minimal satu
10
posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader dengan bimbingan teknis dari
puskesmas.
Jumlah ini mengacu pada sistem 5 meja (Kemenkes, 2006). Kegiatan yang
antara lain frekuensi kunjungan (penimbangan) setiap bulan, namun tidak semua
posyandu dapat berfungsi setiap bulan sehingga frekuensinya kurang dari 12 kali
11
12
posyandu telah dilaksanakan sejak krisis ekonomi timbul agar posyandu dapat
jumlah sel serta jaringan interseluler, bertambahnya ukuran fisik dan struktur yang
tubuh yang lebih kompleks seperti kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara,
Masa lima tahun pertama setelah anak lahir (bayi dan balita) yang merupakan
(Sulistijani,2001).
13
menangani yang pada umumnya dipandang sebagai suatu bentuk perilaku, salah
satu bentuk perilaku kesehatan adalah partisipasi ibu balita dalam program
Posyandu, adalah dengan membawa anak mereka untuk ditimbang berat badannya
ke Posyandu secara teratur setiap bulan mulai umur 1 bulan hingga 5 tahun di
posyandu. Penimbangan balita dikatakan baik apabila minimal empat kali anak
RI, 2006)
partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk
14
partisipasi antara lain melalui manpower (tenaga), money (uang), material (seperti
beras, gula, dan sebagainya), mind (idea atau gagasan) (Notoatmodjo, 2007).
perbandingan antara jumlah anak balita di daerah kerja posyandu (S) dengan
jumlah balita yang ditimbang pada setiap kegiatan posyandu yang ditentukan (D).
balitanya. Hasil cakupan penimbangan merupakan salah satu alat untuk memantau
gizi balita yang dapat dimonitor dari berat badan hasil penimbangan yang tercatat
penunjang dalam membantu kegiatan posyandu baik dari kader sendiri maupun
pengguna posyandu.
maupun dengan perintah lisan. Pada umumnya cara ini akan lebih cepat
15
didasari pada kesadaran, sulit diterapkan dan membutuhkan waktu yang lama,
namun tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan rasa memelihara.
(lingkungan fisik, tersedia atau tidak fasilitas atau sarana kesehatan), dan faktor
penguat (sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain) (Notoatmodjo,
2010). Green dan Marshall (2005), mengatakan faktor penguat dapat bersifat
positif atau negatif, tergantung dari sikap dan perilaku orang di lingkungan
tersebut. Sebagai contoh, dalam program posyandu dimana yang menjadi penguat
dampak dari kurang aktifnya sarana pelayanan kesehatan seperti posyandu yaitu
16
kesehatan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Selain itu,
melibatkan keluarga, teman sebaya, dan lain sebagainya. Hubungan sosial ini
Bila dilihat dari Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 Provinsi DKI
Jakarta, wilayah Jakarta Pusat menduduki urutan pertama dari segi kepadatan
17
mementingkan nilai fungsi yang didasari oleh budaya dan kebutuhan primer tanpa
dilahirkan (Hoetomo, 2005). Ibu yang relatif muda cenderung kurang memiliki
terdahulu. Sebaliknya pada ibu yang lebih berumur cenderung akan menerima
dengan senang hati tugasnya dan sebagai ibu yang lebih berumur cenderung akan
menerima dengan senang hati tugasnya sebagai ibu sehingga akan mempengaruhi
pula terhadap kualitas dan kuantitas pengasuhan anak (Hurlock, 1999). Umur
dan mental orang tersebut sehingga perilakunya akan semakin matang dengan
dan pengeluaran yang dilakukan oleh sebuah keluarga. Keluarga yang tidak
18
penduduk miskin di Jakarta semakin banyak sebesar 4,29%, hasil ini meningkat
barang, jasa dan kepuasan yang dapat dipakai oleh keluarga untuk memenuhi
yang digunakan Badan Pusat Statistik, yaitu konsep pemenuhan kebutuhan dasar,
19
kesehatan karena biaya yang tidak terjangkau. Pusat Pelayanan Kesehatan seperti
serta mengembangkan kemampuan manusia baik secara jasmani dan rohani yang
20
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat
semakin baik. Kurnia (2011) meyatakan bahwa orang tua yang berpendidikan
rendah akan sulit beradaptasi dengan situasi dan kondisi dari kegiatan yang
Posyandu. Sejalan pula dengan teori bahwa ibu dengan pendidikan yang rendah
tumbuh kembang dan status gizi anak terutama pada anak usia balita (Sudiyanto
sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang bekerja karena ada sesuatu
21
yang hendak dicapainya dan harapan bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya
akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dalam upaya
dengan faktor lain seperti kesehatan. Hal tersebut sesuai menurut Khomsan (2007)
keluarga dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka keluarga
dalam pelaksanaan Posyandu. Orang tua yang bekerja akan tidak mempunyai
Jarak tempuh adalah ukuran jauh dekatnya dari rumah atau tempat
dalam Kurnia (2011), jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda
menjadi efektif (Sumarno, 2006). Menurut Effendy (1997) dalam Kurnia (2011),
22
balai rakyat, pos rukum tetangga (RT) atau rukun warga (RW) atau pos lainnya.
Hal ini agar jarak Posyandu mudah dijangkau sehingga memudahkan masyarakata
memandaatkan posyandu.
Pada setiap posyandu yang berjalan lancar dan teratur selalu ada tokoh
puskesmas dan bidan desa merupakan motivasi yang penting bagi kader dan
makanan tambahan yang teratur dan menarik, insentif kader dan dukungan dari
semakin tinggi tingkat partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu maka semakin
baik pula status gizi balita berdasarkan BB/U. Angka partisipasi yang aktif ke
belum mencapai target yang diharapkan. Hasil penelitian Yuryanti pada tahun
23
2010 dalam Kurnia (2011) yang dilakukan di Batam dengan judul “Faktor-Faktor
Cianjur yaitu didapatkan 57,7% ibu balita yang berpartisipasi aktif ke Posyandu.
berdasarkan beberapa hasil penelitian antara lain menurut Raharjo (2000), dalam
24
dimeja 4, jumlah anak, dan umur anak yang berhubungan dengan kehadiran ibu
bermakna antara umur ibu dengan pemanfaatan pelayanan Posyandu Baita, yang
menunjukkan bahwa ibu balita yang berusia > 30 tahun memiliki tingkat
sejalan dengan penelitian Anderson dan Andersen (1972) dalam Kurnia (2011)
bahwa pelayanan kesehatan lebih banyak dimanfaatkan oleh orang yang berusia
terdapat hubungan bermakna untuk umur ibu balita (p= 0,016), untuk pendidikan
ibu balita (p= 0,032), pekerjaan ibu balita (p= 0,0001), untuk sikap ibu balita (p=
0,0001), dan untuk hubungan antara pengetahuan ibu balita dengan kunjungan
kepatuhan kunjungan ibu balita sedangkan untuk variabel umur tidak terdapat
dengan angka partisipasi rata-rata 56,1%. Kunjungan Ibu ke Posyandu pada hasil
25
penelitian Jannah (2010) tidak dipengaruhi oleh usia ibu balita, namun
nyata cakupan kapsul vitamin A dengan pendidikan ibu dan ayah. Grover (2008)
dengan hasil penelitian Handayani pada tahun 2010 yaitu bahwa faktor
penelitian Anderson and Andersen (1972) dan Aday and Eichhorn (1972) bahwa
ahli kesehatan (Greenly, 1980) dalam Kurnia (2008). Hasil penelitian serupa
dengan ibu yang bekerja. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian kualitatif di
26
Kota Denpasar yang dilakukan Widiastuti (2006), ditemukan bahwa ibu yang
ekonomi yang lebih rendah. Penduduk dengan pendapatan yang lebih rendah
seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian Sambas (2002) bahwa responden
yang jarak tempuhnya dekat dari rumah ke Posyandu (<10 menit) berpeluang baik
menit). Sebanyak 50% ibu balita berpartisipasi tidak aktif di posyandu beralasan
penelitian Kartini, dan Ashdhany (2012) bahwa semakin dekat jarak tempuh
posyandu maka akan semakin banyak ibu balita yang hadir dalam pelaksanaan
posyandu.
27
kesehatan menjadi salah satu daya tarik bagi ibu balita untuk membawa anaknya
posyandu(Lestari, 2006) adalah selain hal tersebut sudah menjadi tradisi yang
mayoritas masyarakat, di samping itu juga para tenaga ahli kesehatan tidak
memberikan pelayanan yang lebih responsif terhadap masyarakat. Hal ini juga
salah satunya diakibatkan oleh masih rendahnya wawasan dan pendidikan para
tenaga ahli.
keaktifan kader, jumlah anak, persepsi ibu balita terhadap kader, kelengkapan
posyandu. Seperti yang diutarakan oleh Widiastuti (2006) bahwa posyandu yang
persepsi yang baik terhadap tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan sarana serta
terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan dari kader dengan kunjungan
ibu-ibu anak balita ke Posyandu. Penelitian lainnya dilakukan oleh Tuti Pradianto
28
persepsi ibu tentang perilaku kader merupakan faktor yang memudahkan ibu
anak pertama atau kedua di daerah kumuh New Delhi lebih tinggi secara nyata
pengetahuan, dan sikap ibu balita mempengaruhi partisipasi ibu membawa balita
29
utama yaitu perilaku itu sendiri dan faktor diluar perilaku tersebut. Faktor perilaku
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa salah faktor yang dapat mempengaruhi
30
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Faktor Predisposisi
- Umur
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Pengetahuan
- Ras/Suku
- Status ekonomi
Faktor Pendukung
- Jarak tempuh posyandu
- Persepsi individu tentang Rata-rata Partisipasi
pelayanan kesehatan (D/S) Pelayanan
- Sumber Daya Masyarakat Posyandu
- kelengkapan posyandu
Faktor Pendorong
- dukungan petugas kesehatan
- kader
- tokoh masyarakat.
Sumber : Modifikasi Teori Andersen (1995), Teori Lawrence Green (1980) dalam
Notoatmodjo (2005), dan Sudarti (2008)
31
Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), dan Sudarti (2008) terdapat 3
Faktor predisposisi yaitu setiap individu mempunyai ciri yang berbeda untuk
pendukung yaitu fasilitas kesehatan seperti jarak tempuh dari rumah ke Posyandu
yang termasuk pendapatan keluarga, dan motivasi individu antara lain kehadiran
maka peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian yang akan menjadi acuan
32
- pendidikan ibu
- statusbekerja ibu balita
Partisipasi ibu balita
- pendapatan keluarga menimbang berat badan anak
- Jarak tempuh posyandu di Posyandu
- dukungan petugas kesehatan
Letak wilayah :
- Wilayah A
- Wilayah B
33
2.10.2 Ada perbedaan rata-rata partisipasi ibu balita berdasarkan usia ibu