Isolasi Sosial
Isolasi Sosial
PEMBAHASAN
jaringan dari hubungan sosial positif memberikan sumber dukungan, arti hidup dan petunjuk
yang mempengaruhi outcome kesehatan jangka panjang(Matthews, et al. 2016). Isolasi sosial
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan sensitisasi sistem mesolimbik dopamin
Ny. P periksa ke poli jiwa RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 18 Desember 2017 karena
merasa ketakutan karena melihat setan dan mendengar bisikan bahwa ada yang ingin
tanggal 06 Januari 2018 keluarga membawa pasien untuk MRS di RSUD Dr. Soetomo karena
pasien gelisah dan tidak dapat menahan keinginan yang dimilikinya, saat keinginan tidak
dituruti, pasien memukul ibu, suami dan pamannya, marah-marah dan teriak-teriak.
Anamnesa yang dilakukan pada Ny. P tanggal 09 Januari 2018 menunjukkan gejala-
gejala seperti merasa tidak aman berada bersama orang lain, menjawab pertanyaan dengan
pelan dan singkat (hanya "ya" dan "tidak"), berpikir sesuatu menurut pikirannya sendiri,
apatis, tidak merawat diri dan kontak mata klien kurang. Hal-hal tersebut menunjukkan
terjadinya isolasi sosial: menarik diri yang dialami Ny.P. Isolasi sosial pada Ny. P salah
satunya disebabkan oleh stressor psikologi berupa kecemasan menghadapi ujian nasional
yang dialami klien saat SMA. Saat itu pasien berteriak-teriak sehingga keluarga membawa
Berdasarkan hasil pengkajian, masalah utama yang dialami Ny. P adalah isolasi sosial:
menarik diri, sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk membuat
pasien dapar berinteraksi dengan orang lain. Rencana intervensi yang sudah
diimplementasikan pada Ny.N dengan masalah keperawatan isolasi sosial-menarik diri antara
lain SP1, membina hubungan saling percaya dengan berkenalan dan menjelaskan tujuan
kedatangan perawat, dengan adanya kepercayaan pasien pada perawat akan membuat pasien
merasa nyaman. kemudian mengidentifikasi penyebab pasien menarik diri dan menyebutkan
tanda dan gejala pasien menarik diri, dengan mengetahui hal tersebut dapat ditemukan
mekanisme koping pasien dalam berinteraksi sosial. Dan yang terakhir melatih pasien supaya
Pada SP2 mengevaluasi untuk mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain serta
membantu pasien untuk berkenalan dengan orang lain, melibatkan pasien dalam interaksi
social akan mendorong pasien untuk melihat dan merasakan secara langsung manfaat dari
berhubungan dengan orang lain. Setelah pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
Pada saat SP3 perawat mengevaluasi cara berinteraksi dengan orang lain, kemudian
menganjurkan pasien untuk menanyakan alamat dan hobi kepada orang lain, hal ini bertujuan
supaya lebih akrab dengan orang lain dan kemudian menganjurkan supaya hal ini
dimasukkan ke dalam buku harian. Setelah itu pada SP4 perawat mengevaluasi jadwal
kegiatan pasien untuk menilai keberhasilan dalam strategi pelaksanaan, kemudian melatih
pasien untuk berkenalan dengan lebih dari 1 orang. Pada SP5 mengevaluasi jadwal kegiatan
pasien, mengevaluasi pasien berinteraksi dengan orang lain dan membantu pasien untuk
Matthews, T., Danese, A., Wertz, J., Odgers, C. L., Ambler, A., Moffitt, T. E. and Arseneault,