Anda di halaman 1dari 3

BAB 4

PEMBAHASAN

Hubungan sosial merupkan komponen dasar dalam kehidupan manusia. Sebuah

jaringan dari hubungan sosial positif memberikan sumber dukungan, arti hidup dan petunjuk

yang mempengaruhi outcome kesehatan jangka panjang(Matthews, et al. 2016). Isolasi sosial

dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan sensitisasi sistem mesolimbik dopamin

dan meningkatkan risiko terjadinya halusinasi (Hoffman 2007).

Ny. P periksa ke poli jiwa RSUD Dr. Soetomo pada tanggal 18 Desember 2017 karena

merasa ketakutan karena melihat setan dan mendengar bisikan bahwa ada yang ingin

membunuhnya. Pasien juga menjerat lehernya karena mengikuti bisikannya. Kemudian,

tanggal 06 Januari 2018 keluarga membawa pasien untuk MRS di RSUD Dr. Soetomo karena

pasien gelisah dan tidak dapat menahan keinginan yang dimilikinya, saat keinginan tidak

dituruti, pasien memukul ibu, suami dan pamannya, marah-marah dan teriak-teriak.

Anamnesa yang dilakukan pada Ny. P tanggal 09 Januari 2018 menunjukkan gejala-

gejala seperti merasa tidak aman berada bersama orang lain, menjawab pertanyaan dengan

pelan dan singkat (hanya "ya" dan "tidak"), berpikir sesuatu menurut pikirannya sendiri,

apatis, tidak merawat diri dan kontak mata klien kurang. Hal-hal tersebut menunjukkan

terjadinya isolasi sosial: menarik diri yang dialami Ny.P. Isolasi sosial pada Ny. P salah

satunya disebabkan oleh stressor psikologi berupa kecemasan menghadapi ujian nasional

yang dialami klien saat SMA. Saat itu pasien berteriak-teriak sehingga keluarga membawa

pasien MRS di BDH.

Berdasarkan hasil pengkajian, masalah utama yang dialami Ny. P adalah isolasi sosial:

menarik diri, sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk membuat

pasien dapar berinteraksi dengan orang lain. Rencana intervensi yang sudah

diimplementasikan pada Ny.N dengan masalah keperawatan isolasi sosial-menarik diri antara
lain SP1, membina hubungan saling percaya dengan berkenalan dan menjelaskan tujuan

kedatangan perawat, dengan adanya kepercayaan pasien pada perawat akan membuat pasien

merasa nyaman. kemudian mengidentifikasi penyebab pasien menarik diri dan menyebutkan

tanda dan gejala pasien menarik diri, dengan mengetahui hal tersebut dapat ditemukan

mekanisme koping pasien dalam berinteraksi sosial. Dan yang terakhir melatih pasien supaya

mau berkenalan dengan orang lain.

Pada SP2 mengevaluasi untuk mempraktekkan cara berkenalan dengan orang lain serta

membantu pasien untuk berkenalan dengan orang lain, melibatkan pasien dalam interaksi

social akan mendorong pasien untuk melihat dan merasakan secara langsung manfaat dari

berhubungan dengan orang lain. Setelah pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan

orang lain, perawat menanyakan perasaan pasien setelah berkenalan, kemudian

menganjurkan pasien untuk memasukkan kegiatan ini ke dalam buku harian.

Pada saat SP3 perawat mengevaluasi cara berinteraksi dengan orang lain, kemudian

menganjurkan pasien untuk menanyakan alamat dan hobi kepada orang lain, hal ini bertujuan

supaya lebih akrab dengan orang lain dan kemudian menganjurkan supaya hal ini

dimasukkan ke dalam buku harian. Setelah itu pada SP4 perawat mengevaluasi jadwal

kegiatan pasien untuk menilai keberhasilan dalam strategi pelaksanaan, kemudian melatih

pasien untuk berkenalan dengan lebih dari 1 orang. Pada SP5 mengevaluasi jadwal kegiatan

pasien, mengevaluasi pasien berinteraksi dengan orang lain dan membantu pasien untuk

memasukkan kegiatan ini dalam buku harian.


Daftar Pustaka:

Hoffman, R. 2007, ‘A social deafferentation hypothesis for induction of active schizophrenia’,

Schizophrenia Bulletin 33(5). 1066-1070.

Matthews, T., Danese, A., Wertz, J., Odgers, C. L., Ambler, A., Moffitt, T. E. and Arseneault,

L. 2016, ‘Social isolation , loneliness and depression in young adulthood : a

behavioural genetic analysis’, Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, ,

Springer Berlin Heidelberg doi: 10.1007/s00127-016-1178-7.

Anda mungkin juga menyukai