Soal Jawaban
Soal Jawaban
*2. Kota
*3. Provinsi
*4. Type RS
RS Swasta Tipe A
RS Swasta Tipe B
RS Swasta Tipe C
RS Swasta Tipe D
RS Pemerintah Tipe A
RS Pemerintah Tipe B
RS Pemerintah Tipe C
RS Pemerintah Tipe D
101 - 200
201 - 300
No
*9. Petugas PPI telah mengikuti pelatihan PPI yang dan bersertifikat HIPPII
/ Perdalin
Yes
No
*10. ICRA program PPI dilakukan minimal 1 tahun sekali dan menentukan
prioritas masalah terkait risiko infeksi, kontaminasi, dan paparan dan
program disiapkan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko tersebut.
Yes
No
No
NO
13. RS memiliki program training berbasis kompetensi tentang hand hygiene
Yes
No
*14. Training hand hygiene diberikan kepada semua petugas rumah sakit
termasuk petugas yang tidak kontak langsung dengan perawatan pasien
namun berpotensi terpapar sumber infeksius (misalnya pengantar makanan,
housekeeping, asisten kesehatan)
Yes
No
No
16. Training hand hygiene diadakan minimal 1x setahun
Yes
No
No
No
No
No
No
*22. Fasilitas untuk hand hygiene (sabun, air, handrub berbasis alkohol)
selalu tersedia di area perawatan pasien
Yes
No
No
*24. RS memiliki program training berbasis kompetensi tentang Alat
Pelindung Diri (APD)
Yes
No
No
*26. Training APD diberikan kepada karyawan baru sebelum mereka mulai
memberikan pelayanan kepada pasien
Yes
No
No
*28. Training APD dilakukan juga ketika ada alat/perlengkapan baru dan
prosedur baru
Yes
No
*29. Training APD meliputi : Indikasi APD, cara memakai dan melepas
APD, cara menyimpan, perawatan, dan pembuangan APD
Yes
No
No
No
No
No
*35. Perlengkapan APD (misalnya : gloves, gown, face shield, masker) selalu
tersedia dan mudah dijangkau petugas
Yes
No
*36. Program terkait APD mencakup fit test (tes kebocoran pelindung
saluran pernafasan) minimal 1x setahun untuk semua petugas yang
mebutuhkan alat pelindung saluran pernafasan.
Yes
No
No
No
CAUTI : Catheter Associated Urinary Tract Infection / Pencegahan ISK Sehubungan Dengan Pemakaian
Katater Urin.
*39. RS memiliki dokter atau perawat sebagai champion (PIC) terkait
aktivitas pencegahan CAUTI
Yes
No
*40. RS memiliki program training berbasis kompetensi terkait pemasangan
kateter urin
Yes
No
No
No
No
No
No
No
*47. RS melakukan secara rutin : audit dan dokumentasi tentang kepatuhan
prosedur pemasangan kateter urin
Yes
No
No
No
50. RS memiliki program training berbasis kompetensi tentang perawatan
pasien terpasang kateter urin.
Yes
No
*51. Training perawatan kateter urin diberikan kepada seluruh petugas yang
merawat pasien dengan kateter urin (meliputi perawatan perineal,
pembuangan urin dari urine bag secara aseptik, mempertahankan closed
system, mempertahankan aliran urin tetap lancar)
Yes
No
No
No
No
*55. Petugas diminta mendemonstrasikan kompetensi perawatan kateter urin
(teknik yang benar) setiap selesai mengikuti training.
Yes
No
No
No
No
No
*60. Pasien yang terpasang kateter urin dikaji setiap hari tentang
kebutuhannya memakai kateter urin agar bisa segera dilepas bila sudah tidak
ada indikasi
Yes
No
No
No
CLABSI : Central Line-associated Blodstream Infection
*63. RS memiliki dokter atau perawat sebagai champion (PIC) terkait
aktivitas pencegahan CLABSI
Yes
No
Tidak ada CVC, ada PIC pencegahan infeksi aliran darah terkait infus perifer
Tidak ada CVC, tidak ada PIC pencegahan infeksi aliran darah terkait infus perifer
No
No
Tidak ada CVC, ada training pemasangan infus perifer untuk semua petugas yang melakukan tindakan
Tidak ada CVC, tidak ada training pemasangan infus perifer untuk semua petugas yang melakukan tindakan
No
Tidak ada CVC, ada training pemasangan infus perifer untuk karyawan baru sebelum mulai bekerja
Tidak ada CVC, tidak ada training pemasangan infus perifer untuk karyawan baru
*67. Training pemasangan CVC dilakukan minimal 1 x setahun
Yes
No
Tidak ada CVC, ada training pemasangan infus perifer minimal 1x setahun
Tidak ada CVC, tidak ada training pemasangan infus perifer minimal 1x setahun
No
Tidak ada CVC, ada training pemasangan infus perifer ketika ada alat/prosedur baru
Tidak ada CVC, tidak ada training pemasangan infus perifer ketika ada alat/prosedur baru
No
Tidak ada CVC, petugas diminta mendemonstrasikan cara pemasangan infus perifer setelah training
Tidak ada CVC, petugas tidak diminta mendemonstrasikan cara pemasangan infus perifer setelah training
No
Tidak ada CVC, ada dokumentasi tentang kompetensi pemasangan infus perifer
Tidak ada CVC, tidak ada dokumentasi tentang kompetensi pemasangan infus perifer
No
Tidak ada CVC, ada audit rutin tentang prosedur pemasangan infus perifer
Tidak ada CVC, tidak ada audit rutin tentang prosedur pemasangan infus perifer
No
Tidak ada CVC, ada upaya peningkatan kepatuhan pemasangan infus perifer
Tidak ada CVC, tidak ada upaya peningkatan kepatuhan pemasangan infus perifer
No
Tidak ada CVC, ada feedback ke petugas tentang hasil audit pemasangan infus perifer
Tidak ada CVC, tidak ada feedback ke petugas tentang hasil audit pemasangan infus perifer
No
Tidak ada CVC, tidak ada training perawatan pasien dg infus perifer
No
Tidak ada CVC, ada training perawatan infus perifer untuk seluruh petugas yang merawat pasien
Tidak ada CVC, tidak ada training perawatan infus perifer untuk seluruh petugas yang merawat pasien dg infus perifer
*76. Training perawatan CVC diberikan kepada karyawan baru sebelum
mereka mulai bekerja
Yes
No
TIdak ada CVC, ada training perawatan infus perifer untuk karyawan baru
Tidak ada CVC, tidak ada training perawatan infus perifer untuk karyawan baru
No
Tidak ada CVC, tidak ada training perawatan infus perifer minimal 1x setahun
No
Tidak ada CVC, ada training perawatan infus perifer ketika ada alat/prosedur baru
Tidak ada CVC, tidak ada training perawatan infus perifer ketika ada alat/prosedur baru
No
Tidak ada CVC, petugas diminta mendemonstrasikan perawatan infus perifer setelah training
Tidak ada CVC, petugas tidak diminta mendemonstrasikan perawatan infus perifer setelah training
No
Tidak ada CVC, ada dokumentasi tentang kompetensi perawatan infus perifer
Tidak ada CVC, tidak ada dokumentasi tentang kompetensi perawatan infus perifer
No
Tidak ada CVC, ada audit rutin prosedur perawatan infus perifer
Tidak ada CVC, tidak ada audit rutin prosedur perawatan infus perifer
No
Tidak ada CVC, ada upaya peningkatan kepatuhan prosedur perawatan infus perifer
Tidak ada CVC, tidak ada upaya peningkatan kepatuhan prosedur perawatan infus perifer
No
TIdak ada CVC, ada feedback ke petugas tentang hasil audit perawatan infus perifer
TIdak ada CVC, tidak ada feedback ke petugas tentang hasil audit perawatan infus perifer
*84. Pasien yang terpasang CVC dikaji setiap hari tentang kebutuhannya
memakai CVC agar bisa segera dilepas bila sudah tidak ada indikasi
Yes
No
Tidak ada CVC, pasien dengan infus perifer dikaji setiap hari tentang kebutuhannya memakai infus perifer
Tidak ada CVC, pasien dengan infus perifer tidak dikaji setiap hari tentang kebutuhannya memakai infus perifer
*85. RS memonitor data CLABSI (Central-line associated Bloodstream
Infection) dan menggunakannya untuk tindakan pencegahan.
Yes
No
Tidak ada CVC, ada monitoring data infeksi aliran darah terkait infus perifer
Tidak ada CVC, tidak ada monitoring data infeksi aliran darah terkait infus perifer
No
Tidak ada CVC, ada feedback kepada petugas tentang data infeksi aliran darah terkait infus perifer
Tidak ada CVC, tidak ada feedback kepada petugas tentang data infeksi aliran darah terkait infus perifer
No
No
No
No
No
No
No
No
No
Tidak ada ventilator di RS
No
No
No
No
No
Tidak ada ventilator di RSnjection Safety (Kemanan Injeksi) - tidak termasuk disini yaitu program
farmasi
*103. RS memiliki program training berbasis kompetensi tentang teknik
persiapan dan pemberian obat parenteral (diluar program farmasi)
Yes
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
*115. Antibiotik profilaksis diberikan dalam waktu max 1 jam sebelum insisi
atau max 2 jam sebelum insisi untuk vancomycin dan fluoroquinolon
Yes
No
No
No
No
No
No
*121. RS memberikan feedback kepada petugas tentang hasil audit prosedur
perawatan pasien operasi
Yes
No
No
No
124. Audit mencakup penggunaan baju operasi dan drapes yang tepat
Yes
No
No
No
No
No
*129. Bila ditemukan ketidakpatuhan prosedur, dilakukan upaya-upaya
untuk meningkatkan kepatuhan
Yes
No
No
No
*132. RS memberikan feedback tentang data IDO kepada dokter bedah dan
petugas yang terkait prosedur operasi
Yes
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
*144. Bila ditemukan ketidakpatuhan prosedur pembersihan dan disinfeksi,
dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kepatuhan
Yes
No
No
No
No
No
No
*150. Training pemrosesan alat kritikal juga dilakukan ketika ada
alat/perlengkapan baru dan prosedur baru
Yes
No
No
No
*153. Jika menggunakan pihak luar untuk memproses alat kritikal, pihak
tersebut harus memiliki program training pemrosesan alat kritikal yang
mencakup jenis alat yang dipakai RS
Yes
No
No
No
No
*157. RS memberikan feedback kepada petugas tentang hasil audit
pemrosesan alat kritikal
Yes
No
No
No
No
No
No
No
*164. RS melakukan dokumentasi tentang kompetensi pemrosesan alat semi-
kritikal untuk semua petugas yang melakukan tindakan
Yes
No
*165. Jika menggunakan pihak luar untuk memproses alat semi kritikal,
pihak tersebut harus memiliki program training pemrosesan alat semi
kritikal yang mencakup jenis alat yang dipakai RS
Yes
No
No
No
No
*169. Bila RS melakukan proses ulang pada alat single use, maka proses
tersebut harus sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh lembaga yang
ditunjuk pemerintah
Yes (sesuai prosedur)
No
No
No
No
No
No
*176. RS tidak menggunakan secara rutin IUSS (Immediate Use Steam
Sterilization) / autoflash / mesin sterilisasi cepat
Yes
No
*177. PPI dilibatkan ketika ada produk/alat baru yang akan dibeli untuk
memastikan prosedur pemrosesan alat (disinfeksi / sterilisasi) bisa dilakukan
sesuai standar.
Yes
No
No
No
*180. Sistem deteksi dini pasien infeksius dan triage mencakup pengkajian
riwayat perjalanan dan pekerjaan
Yes
No
No
*183. Terkait etika batuk, RS menyediakan tissue dan tempat sampah yang
bisa dibuka tanpa disentuh tangan.
Yes
No
No
No
*186. Tersedia tempat dengan jarak yang cukup di ruang tunggu (misalkan
ruang tunggu UGD) untuk pasien dengan gejala infeksi saluran nafas agar
duduk sejauh mungkin dengan pasien lain.
Yes
No
*187. RS memiliki sistem deteksi dini pada pasien yang rawat inap : untuk
deteksi dini dan penatalaksanaan orang yang diduga infeksius, termasuk
tempat isolasi sesuai kebutuhan
Yes
No
No
No
No
No
No
No
No
No
*197. RS memiliki kebijakan untuk mengendalikan peresepan antibiotik :
misalnya
Setiap resep harus dituliskan apa indikasinya, atau
Ada pedoman antibiotik yang dibuat berdasarkan pedoman nasional untuk
membantu pemilihan antibiotik, atau
Ada prosedur untuk semua klinisi agar meninjau kembali pemberian
antibiotik setelah 48 jam pemberian (antibiotic time out), atau
Dokter atau petugas farmasi melakukan review tentang terapi pada antibiotik
tertentu dan menyampaikan hasilnya pada dokter yang memberi resep
Yes
No
No
No
No
No
No
No
No
No
No
207. Terima kasih atas waktu Anda ... Jika anda berkenan silahkan isi
pesan/komentar dibawah ini