Anda di halaman 1dari 27

TUGAS AKHIR SEMESTER GENAP 2017/2018

MATA KULIAH KMS 111 SESI 12


DASAR-DASAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

TENTANG
SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI
PT.X DI TANGERANG TAHUN 2017

Disusun Oleh
ULUMUDDIN
NIM. 20160301351

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA, 2017

Hal. 1 dari 27
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunianya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Sistem Pengolahan Limbah Cair Industri PT.X di Tangerang Tahun 2017”.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan di Fakultas Ilmu Kesehatan
Masyarakat di Universitas Esa Unggul.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada:
1. Bapak Dandy Maslow, dosen Dasar-Dasar Ilmu Kesehatan,
2. Tim Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja PT.X di Tengareng,
3. Rekan-rekan mahasiswa kesehatan masyarakat Universitas Esa Unggul.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak
yang membutuhkan , khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai,
Amiin.

Tangerang, Januari 2017

Penulis

Hal. 2 dari 27
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..... 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 3
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR………………………………………………….. 4
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….…... 5
1. Latar Belakang…………………………………………….…………...... 5
2. Rumusan Masalah……….……………………………….……………… 6
3. Tujuan Penelitian……………………………………….……….............. 6
4. Manfaat Penelitian……………………………………….………............ 6
BAB II TINJAUAN TEORI……………………………………......………….……… 8
2.1. Pengertian Baku Mutu Limbah Cair……………….…….……………. 8
2.2. Macam Limbah Industri………….…………………….………………. 8
2.3. Maksud dan Tujuan Pengolahan Limbah…………….………..…….... 9
2.4. Pengertian Sanitasi……………………………….…….……………….. 9
2.5. Pengertian Pencemaran………………………………….…………….... 10
2.6. Penanganan Air Buangan……………………………….……………… 10
2.7. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan……………….….….…………….. 11
2.8. Pengertian Dampak…………………………………..….…………........ 11
2.9. Pentingnya Pengolahan Limbah……………………..……………......... 12
BAB III LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN…………….………………….. 13
3.1. Laporan Kasus…………………………………………………………... 13
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan………….….…….…………..…....... 13
3.1.2 Lokasi dan Deskripsi Usaha/ Kegiatan…..……………………....... 14
3.1.3 Sumber dan Penggunaan Air Perusahaan…...…………….……. 14
3.1.4 Sumber Timbulan Limbah Cair…………………….……….…… 15
3.2 Pembahasan……………………………………………………………… 15
3.2.1 Pengolahan Limbah Cair Proses Produksi………………….…… 15
3.2.2 Pengolahan Limbah Cair Domestik……………………………… 20
BAB IV PENUTUP…………….…………………………….……………………...... 23
4.1. Kesimpulan………………………………………………………………. 23
4.2. Saran………………………………………………………...…………… 23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….………………. 24

Hal. 3 dari 27
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Hal.
Gambar 1. Alur Penggunaan Air pada PT.X 14
Gambar 2. Waste Water Treatment Plant PT. X 11
Gambar 3. Proses Pengolahan Limbah Cair WWTP PT. X 18
Gambar 4. Ultrafiltration PT. X di Tangerang 19
Gambar 5. Proses Pengolahan Limbah Cair WWTP UF PT. X 20
Gambar 6. Sewage Treatment Plant (STP) 21
Gambar 7. Proses Pengolahan Limbah Cair Domestik pada STP PT. X 21
Tabel 1. Sumber Timbulan Limbah Cair 15
Tabel 2. Daftar STP pada PT. X 20

Hal. 4 dari 27
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertumbuhan industri yang semakin pesat menimbulkan munculnya industri baru
yang secara otomatis akan menambah jumlah limbah buangan industri hasil dari proses
produksinya, yang selalu menjadi permasalahan internal maupun eksternal bagi
perusahaan. Limbah yang dimiliki berbeda - beda di dalam jenis maupun banyaknya,
tergantung dari jenis usaha masing masing perusahaan. Limbah industri yang dihasilkan
dapat berupa limbah padat, cair, maupun gas. Limbah tersebut harus diolah agar tidak
mencemari lingkungan. Limbah hasil buangan industri akan dapat menurunkan kualitas
air dan dapat berpotensi menimbulkan dampak yang buruk terhadap komponen
lingkungan baik biotik maupun abiotik jika tidak diolah dengan benar. Perubahan kualitas
air yang terjadi karena buangan bahan organik maupun anorganik yang larut maupun
tidak larut kedalam air inilah yang bisa disebut pencemaran. Sangat disadari bahwa air
yang bersih dan bebas dari pencemaran yang akan sangat dibutuhkan oleh manusia dan
makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu seluruh industri yang menghasilkan limbah cair
seharusnya mengolah limbahnya dengan benar sesuai dengan baku mutu limbah cair agar
limbah yang dihasilkan dan dibuang ke badan air penerima tidak berbahaya. Baku Mutu
Limbah Cair merupakan batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar
untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak
mengakibatkan dilampauinya baku mutu air ( Srikandi Fardiaz, 202 : 16).
Secara umum limbah buangan industri yang kadarnya masih berada dalam ambang
batas baku mutu limbah cair dapat berarti bahwa effluent yang dibuang masuk dalam
badan air penerima tidak akan merusak lingkungan dan tidak akan menggangu daya
dukung lingkungan disekitar badan air penerima. Demikian pula jika limbah buangan
industri yang kadarnya diatas ambang batas baku mutu limbah cair dapat berarti bahwa
effluent yang dibuang masuk dalam badan air penerima akan berpotensi merusak
lingkungan dan akan mengganggu daya dukung lingkungan di sekitar badan air penerima.
Seperti halnya PT.X di Tanggerang sebagai perusahaaan yang merupakan produsen
merk sepatu ternama yang juga menghasilkan limbah, baik limbah padat, cair, maupun
gas. Untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan di sekitar wilayah pabrik maka pihak
intern perusahaan perlu meninjau ulang bagaimana sistem pengelolaan dan pengolahan

Hal. 5 dari 27
limbah produksinya apakah telah mencapai baku mutu limbah cair atau tidak.
Pengelolaan dan pengolahan limbah cair ini mempunyai tujuan untuk mewujudkan suatu
sistem pengelolaan dan pengolahan limbah cair yang berwawasan lingkungan sehingga
lingkungan tetap menjadi bersih dan sehat.
Berdasarkan uraian masalah diatas menunjukkan bahwa permasalahan pengolahan
limbah cair merupakan masalah yang serius dan perlu penanganan yang intensif. Maka
dari penelitian yang telah dilakukan, penulis mengambil judul yaitu “Kesehatan
Lingkungan Mengenai Sistem Pengolahan Limbah Cair PT.X di Tangerang Tahun 2017”.

B. Rumusan Maslah
Dari latar belakang diatas, maka dapat timbul permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah sistem pengolahan limbah cair PT. X di Tangerang sudah dilakukan dengan
baik dan optimal?
2. Apakah dampak yang ditimbulkan oleh sistem pengolahan limbah cair PT. X di
Tangerang?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui sistem pengolahan limbah cair PT. X di Tangerang sudah
dilakukan dengan baik dan optimal.
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh sistem pengolahan limbah cair
PT. X di Tangerang.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
a. Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi mengenai pengolahan limbah cair yang
telah diterapkan selama ini.
b. Sebagai sarana pertimbangan guna meningkatkan kualitas air buangan agar tidak
mencemari lingkungan.
c. Mendapat masukan dalam rangka perbaikan mengenai pengolahan limbah cair.

2. Bagi Penulis
a. Sebagai penerapan teori – teori yang diperoleh dari bangku perkuliahan ke dalam
perusahaan sesunggunhnya.

Hal. 6 dari 27
b. Menambah wawasan dan pengalaman dalam lingkungan dunia industri terkait
dengan ilmu manajemen lingkungan khususnya pengolahan limbah cair.
c. Untuk bahan perbandingan antara teori tentang penerapan manajemen lingkungan
dengan kenyataan dalam dunia industri yang sesungguhnya.
3. Bagi Pihak Lain
a. Memberi gambaran kepada masyarakat tentang sistem pengolahaan limbah cair
yang dilakukan oleh PT. X di Tangerang.
b. Dapat dijadikan sebagai pembanding dan referensi untuk kasus yang sama.

Hal. 7 dari 27
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Baku Mutu Limbah Cair


Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang
atau dilepas ke dalam media air dari suatu usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2014).

2.2 Macam Limbah Industri


Menurut Himpunan Peraturan – Peraturan Lingkungan Hidup dalam Soeparmoko
(1997 : 300 ) menyebutkan bahwa :
1. Jenis / Buangan Industri antara lain :
a. Buangan padat
b. Endapan lumpur
c. Buangan air
d. Buangan gas
e. Partikel debu
f. Suara dan sinar radio aktif
2. Industri – industri pencemar berat
a. Peleburan logam
b. Pestisida
c. Penghasil / pengguna B3 (Bahan berbahaya dan beracun )
d. Radio aktif
e. Pengawetan kayu dengan proses kimia
f. Pembuatan hujan buatan
3. Unsur – unsur limbah yang menggangu kesehatan, yatiu :
a. Cadmium ( Cd ) ; ginjal, hati
b. Timah hitam ( Pb ) ; gigi, tulang
c. Merkuri ( Hg ) ; melalui ikan , ginjal, otak
d. Crom ( Cr ) ; melalui ikan, ginjal, otak
e. Cobalt ( Co ) ; sel – sel tubuh
f. Cyanida ( Cn ) ; hati, metabolisme oksigen g. Hidrokarbon ( Co ) ; carcinogenis

Hal. 8 dari 27
g. Minyak dan lemak ; pernafasan
h. Nikel ( Ni ) ; mengganggu tanaman
i. Perak ( Ag ); kulit, mata
j. Phenol ; racun untuk tubuh
k. Seng ( Zn ) ; rasa pahit dan sepat pada air minum
l. Tembaga ( Cu ) ; hati
m. Zat organik ; sakit perut
4. Unsur – unsur pencemaran di udara yang menggangu kesehatan yaitu :
a. SO2 : dari pembakaran ; bronchitis, asma
b. CO : dari asap mobil ; darah
c. NO, NO2 : dari pembakaran ; pernafasan
d. CO2 : dari pembakaran ; paru – paru
e. H2S : dari buangan industri ; mengganggu lingkungan
f. NH2 : dari got, sampah ; bau
g. Ox : dari foto kimia ; iritasi mata
h. Pb ( timah hitam ) : pembakaran bensin ; limpa, hati, otak, sumsum

2.3 Maksud dan Tujuan Pengolahan Limbah


Maksud dan tujuan pengolahan limbah ini tentunya untuk menjaga kesehatan
lingkungan dan agar tidak terjadi pencemaran lingkungan. Kesehatan lingkungan atau
lebih dikenal dengan environmental sanitation adalah bagian dari general publik health
yang meliputi prinsip – prinsip usaha untuk mengadakan atau setidak – tidaknya
menguasai faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit, Slamet ( 1984 : 69 ).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa usaha sanitasi tersebut meliputi :
1. Kebersihan air ( water sanitation )
2. Kebersihan makanan ( food sanitation )
3. Kebersihan rumah ( refuse disposal )
4. Pembuangan najis dan kotoran ( sewage and excheta disposal )
5. Pemberantasab tikus dan viktor ( vector anad rodent controle )

2.4 Pengertian Sanitasi


Menurut Azrul ( 1983 : 9 ) sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitik
beratkan pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi atau
mungkin mempengaruhi derajat kesehatan manusia.

Hal. 9 dari 27
2.5 Pengertian Pencemaran
Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup NO.
02/MENKLH/I/1988 dalam Fardiaz ( 2002 : 15 ) menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan pencemaran air dan udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energy dan atau komponen lain ke dalam air / udara oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam, sehingga kualitas aiar / udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air / udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.

2.6 Penanganan Air Buangan


Menurut Fardiaz ( 2002 : 80 ) Air yang telah digunakan untuk keperluan industri,
irigasi, keperluan rumah tangga, dan keperluan lainnya sering dikembalikan lagi ke
sumber asalnya. Bentuk control polusi air yang apling umum dilakukan di dalam industri
– industri terdiri dari system buangan dan penanganan air buangan air buangan
dikumpulkan melalui system buangan dan dialirkan ke tempat pengolahsn limbsh, dimana
air buangan yang keluar dari tempat pengolahan limbah tersebut diharapkan
mutunyasudah memenuhi syarat untuk dibuang kembali ke dalam suplai air umum.
Proses penanganan air buangan pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1. Proses penanganan primer
Proses penanganan air buangan primer pada pinsipnya terdiri dari tahap – tahap
untuk memisahkan air dari limbah padatan, yaitu dengan cara membiarkan padatan
tersebut mengendap atau memisahkan bagian – bagian padatan yang mengapung
seperti daun, plastikc, kertas, dan sebagainya Tahap – tahapnya antara lain
penyaringan, pengendapan dan pemisahan benda – benda kecil, dan pemisahan
endapan. Air hasil proses penanganan primer yang telah dihilangkan padatan dan
padatan tersuspensinya kemudian diberi perlakuan dengan gas khlorin sebelum
dibuang ke sungai atau saluran air. Tujuan pemberian gas khlorin adalah untuk
membunuh bakteri penyebab penyakit yang dapat membahayakan lingkungan. Proses
ini dapat menghilangkan kira – kira sepertiga BOD dan padatan tersuspensi dan
beberapa persen dari komponen organic dan nutrient tanaman yang ada.
2. Proses penanganan sekunder
Dalam proses penanganan sekunder dikenal dua macam proses yang biasa digunakan,
yaitu proses penyaring trikel dan lumpur aktif. Suatu system lumpur aktif yang efisien
dapat menghilangkan padatan tersuspensi dan BOD sampai 80 – 85 %, tetapi dalam

Hal. 10 dari 27
praktek biasanya hanya mencapai 75 %. System penyaring trikel ( biologis )
merupakan cara lama dalam penanganan sekunder air buangan, sedangkan cara yang
lebih baru disebut proses lumpur aktif, yaitu proses yang dilakukan dengan mengganti
udara dengan oksigen murni yang memungkinkan lebih banyak bakteri yang dapat
tumbuh di dalam tempat yang lebih kecil. System ini dapat mencapai efisiensi tinggi
yaitu 90 % penggunaan oksigen dibandingkan dengan 5 – 10 % pada system
konvensional.
3. Proses penanganan tersier
Proses penanganan primer dan sekunder terhadap air buangan dapat menurunkan nilai
BOD air dan menghilangkan bakteri yang berbahaya. Tetapi kedua proses tersebut
tidak dapat menghilangkan komponen – komponen organik dan anorganik yang
terlarut. Jika air buangan tersebut harus memenuhi standard mutu air yang ada, maka
bahan – bahan terlarut tersebut harus dihilangkan terlebih dahulu yaitu dengan
melakukan proses penanganan tersier atau penanganan lanjut. Berbagai proses
penanganan untuk menghilangkan bahan – bahan terlarut tersebut telah
dikembangkan, mulai dari proses biologis untuk menghilangkan senyawa – senyawa
nitrogen dan fosfor sampai pada poses pemisahan fisika – kimia.

2.7 Pengaruh Air Terhadap Kesehatan


Menurut Soemirat ( 2004 : 95 ) Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat
bermacam – macam antara lain sebagai berikut :
1. Air sebagai penyebar mikroba pathogen.
2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit.
3. Jumlah air bersih tidak mencukupi sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya
dengan baik.

2.8 Pengertian Dampak


Menurut Soemirat ( 2001 : 38 ) Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai
akibat suatu aktivitas. Aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah baik kimia, fisika maupun
biologi. Dampak dapat bersifat biofisik, sosial ekonomi dan budaya.

2.9 Pentingnya Pengolahan Limbah


Kiranya orang telah tahu bahwa pengolahan sumber daya untuk maksud – maksud
produksi dan konsumsi selama ini memberikan manfaat bagi manusia juga menimbulkan

Hal. 11 dari 27
bahaya masyarakat yaitu dalam bentuk limbah buangan yang harus dikurangi atau
dihilangkan sama sekali agar tidak menimbulkan hal – hal yang tidak diinginkan seperti
kematian, kelahiran cacat, sakit produktifitas berkurang dan penderita lainnya dikalangan
masyarakat. Walaupun keadaan dan gejala – gejala yang ditimbulkan akibat dari limbah
buangan belum meluas dan mungkin baru akan dirasakan beberapa tahun mendatang
tetapi dengan semakin meningkatnya pembangunan di segala bidang dikawatirkan bahwa
pada waktu dekat ini intensitas penderitaan masyarakat karena lingkungan yang semakin
memburuk dengan cepat ini akan semakin meningkat ( Reksohadiprodjo, Brodjonegoro
2000 : 139 ).

Hal. 12 dari 27
BAB III
LAPORAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Laporan Kasus


3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
PT.X memulai operasi bisnisnya di tahun 1969. Lebih dari 4 tahun, PT.X
Group sudah membangun reputasi bisnisnya dan kemampuan tehnisnya mulai dari
Taiwan dan mengembangkan bisnisnya dengan kelas dunia di China,Vietnam dan
Indonesia.
Di tahun 1986 PT.X membuat visi dan bisnisnya dan menetapkan satu konsep
management dengan menekankan kualitas, mencari peluang bisnis,
mengembangkan pegawai, menjaga kelestarian lingkungan, dan saling
menguntungkan. Sejak itu beliau membuat ringkasan filosofi ke dalam 8 prinsip
sebagai berikut:
1. Management yang bijaksana berdasarkan metode yang kreatif.
2. Kontrol yang ketat untuk memastikan ketetapan.
3. Pengembangan yang berkesinambungan dengan menekankan ramah
lingkungan.
4. Memperhatikan masyarakat sekitar untuk maju bersama- sama
5. Tempat kerja yang aman dengan memperhatikan kepentingan karyawan.
6. Pengembangan tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan pimpinan di masa
depan.
7. Pertanggungjawaban secara pragmatis di dalam kewajiban sosial.
8. Memaksimalkan nilai pemegang saham dan membagikan keuntungan.
Saat ini PT. X Group adalah salah satu dari pabrik terbesar yang memproduksi
sepatu olah raga dengan pelayanan yanng utuh dengan menyuplai merk- merk
global ternama dengan pendapatan tahunnan lebih dari US$ 1 Milyar, dan
mempunyai 80.000 karyawan.
PT.X di Tengareng didirikan pada tahun 2009 dengan peletakan batu pertama
yang di laksanakan pada tanggal 19 September 2009. Setelah 12 bulan persiapan
satu fasilitas maha karya yang terbaru dari PT.X Group beroperasi di bulan
september 2010. PT.X di Tengareng dirancang berdasarkan konsep ramah
lingkungan, pabrik yang efisien dan tenaga kerja yang terlatih untuk memproduksi

Hal. 13 dari 27
sepatu olahraga yang berkualitas tinggi untuk para pelanggan, PT.X di Tengareng
akan terus bekerja sama dengan masyarakat dan pemerintah setempat dan ikut
menyumbang untuk pengembangan lingkungan sekitar PT.X di Tengareng saat ini
jumlah karyawan yang bekerja ± 15.353 karyawan dari 16.000 yang direncanakan.

3.1.2 Lokasi dan Deskripsi Usaha/Kegiatan


PT. X merupakan salah satu perusahaan yang terletak di daerah pasar kemis
Tangerang, Banten. Perusahaan yang bergerak dibidang industri manufaktur ini
memproduksi sepatu jadi dan komponen-komponen sepatu lainnya., dengan luas
lahan 248,104 m2.

3.1.3 Sumber Penggunaan Air Perusahaan


Sumber air bersih yang digunakan untuk kegiatan industri sepatu PT.X di
Tengareng adalah air tanah dari sumur dalam (deep well) yang berada pada lokasi
pabrik dan juga air hujan yang ditampung. Perkiraan kebutuhan air bersih yang
terpakai untuk kegiatan domestik dan proses produksi adalah sebesar 486 m3/hari.
Pemakaian air untuk proses produksi berasal dari kegiatan proses pencucian pada
produksi dan proses pendinginan mesin produksi, sedangkan untuk kegiatan
domestik berasal dari kegiatan MCK karyawan. Adapun neraca air bersih yang
digunakan dalam seluruh aktifitas PT. X di Tengareng diperlihatkan pada gambar
berikut ini:
Penggunaan Air
Pembuangan Proses Pengolahan

Pencucian Outsole

Saluran Drainase
WWTP
Kota

Proses Stockfit
SprayPainting
Deep Well / Sumur Dalam

Daur Ulang ke
Pencucian Midsole WWTP UF
Proses Produksi

Pencucian Screen Saluran Drainase


WWTP
Painting Kota

Daur Ulang ke
Toilet STP Proses Flushing
toilet
Air Hujan

Gambar 1. Alur Penggunaan Air pada PT.X


Sumber: Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) PT. X tahun 2017

Hal. 14 dari 27
3.1.4 Sumber Timbulan Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan kegiatan industri sepatu PT. X di Tanggerang
adalah limbah cair domestik yang berasal dari kegiatan mandi cuci kakus (MCK)
karyawan sedangkan dari kegiatan produksi limbah cair berasal dari proses
pencucian Sole, peralatan dan pencucian mesin. Untuk data lebih rinci mengenai
sumber limbah cair maupun proses penanganannya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 1. Sumber Timbulan Limbah Cair
No Proses Karakteristik Pengolahan Keterangan
Produksi
1 Anti-Sticking (rubber) Bahan kimia WWTP Discharged
2 IP Washing (Phylon) Air bersih Ultrafiltration Recycle
3 Degreaser (stockfiting) Chemical WWTP Discharged
4 Washing (stockfiting) Air bersih WWTP Discharged
5 Spray painting Collector Cat WWTP Discharged
6 Screen washing (printing) Cat WWTP Discharged
Non-Produksi
1 Toilet Domestik STP Recycle
2 Kantin Domestik STP Recycle
Sumber: Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) PT. X tahun 2017

3.2.Pembahasan
3.2.1 Pengolahan Limbah Cair Proses Produksi
a. Waste Water Treatment Plant (WWTP)
WWTP merupakan fasilitas pengolahan limbah cair dari proses produksi tanpa
ada proses daur ulang limbah. Limbah sebagian besar berasal dari proses kimia
seperti printing, painting, proses pencucian bahan baku maupun peralatan atau
mesin-mesin produksi yang mengandung bahan kimia.

Hal. 15 dari 27
Gambar 2. Waste Water Treatment Plant PT. X
Sumber: Foto pribadi di PT. X tahun 2017

Adapun proses pengolahan limbah cair di WWTP adalah sebagai berikut :


1. Aerasi
Cairan limbah dari proses prngolahan kimiawi kemudian diaerasi dengan
aerator selama priode tertentu. Selama proses aerasi, mikroba pendegradasi
senyawa organik yang terdapat di dalam akan tumbuh berkembang dengan
mengonsumsi pencemar tersebut.
2. Screening
Screening dimaksudkan untuk menyisihkan materi besar yang kemungkinan
terdapat di dalam limbah. Screen yang akan dipakai yaitu saringan halus
(fine screen).
3. Ekualisasi
Ekualisasi adalah proses penggabungan dan pencampuran limbah-limbah
dari berbagai sumber yang dimaksudkan untuk membuat beban limbah yang
akan masuk. ke IPAL menjadi seragam, baik dari segi besarnya debit
maupun dari segi karakteristik. Hal ini menghindari terjadinya Shock-
loading pada IPAL. Selain itu pada bak ekualisasi ada proses mixing dan
oksidasi. Untuk proses tersebut digunakan udara yang disuplai dari
kompresor udara.
4. Pompa Transfer
Pompa ini berfungsi memompa air ekualisasi tank ke tangki proses (pH
adjustment, koagulasi, flokulasi, klarifier).
5. pH adjustment
Proses koagulasi dan flokulasi berlangsung secara optimum pada pH ±9.
Karena kondisi air limbah mempunyai ph ±6/kurang dari 9, maka diperlukan

Hal. 16 dari 27
penetralan (menaikan pH) agar proses pembentukan flok dapat berlangsung
optimum sehingga proses pengendapan menjadi lebih baik. Untuk
menetralkan agar pH± maka ditambahkan larutan asam / basa. dalam hal ini
digunakan larutan asam/basa CaOH atau NaOH.
6. Koagulasi
Penambahan koagulan bertujuan untuk membentuk bibit flok yang akan
mengikat padatan tersuspensi dalam air limbah, ikatan ini akan berkembang
membentuk flok yang semakin membesar dan flok yang besar akan
diendapkan pada clarifier sedangkan flok yang ringan difilter di sand filter.
7. Flokulasi
Penambahan flokulan bertujuan untuk mengikat bibit flok yang terbentuk
pada proses koagulasi dan akan menambah besar padatan tersuspensi dalam
air limbah. Flok yang besar akan lebih mudah diendapkan pada clarifier
sedangkan flok yang ringan akan berkurang jumlahnya setelah proses ini.
8. Clarifier
Berbentuk prismatis pada bagian bawah clarifier berfungsi untuk
memperlambat aliran, dan separator / lamella yang terbuat dari fiber glass
pada bagian atas clarifier berfungsi untuk menghambat flok-flok yang akan
naik ke bagian atas, sehingga akan menimbulkan efek sedimentasi yang
optimal dengan waktu yang relatif singkat. Dan untuk mencegah
penumpukan sludge pada clarifier maka dilakukan pembuangan dengan
menggunakan valve yang terdapat pada saluran pembuangan (drainase).
Pembuangan sludge dapat dilakukan selama clarifier bekerja tanpa
menggangu proses sedimentasi yang terjadi.
9. Pompa Filter
Pompa yang digunakan untuk mentransfer hasil olahan proses clarifier ke
sand filter dengan tekanan tertentu (1-2 bar).
10. Sand Filter
Sand filter beroperasi ntuk jangka waktu terbatas, apabila sand filter tersebut
sudah jenuh (tidak mengikat kotoran lagi) dan filer menjadi tersumbat, maka
harus dilakukan pembersihan filter dengan cara cuci balik (backwash) dan
kemudian pembilasan (rinsing)

Hal. 17 dari 27
11. Slurry Pump
Slurry pump, tipe diaphragm digunakan untuk memompa sludge dari
endapan clarifier ke filter pressed.

12. Filter Press


Lumpur kental yang ada didasar tangki clarifier kemudian dialirkan masuk
ke dalam alat filter press dengan bantuan slurry pump, lumpur kental
tersebut ditekan (dipress) di antara dua filter. Air hasil filtrasi kemudian
dialirkan masuk kembali ke dalam IPAL. Sedangkan lumpur kering (cake)
yang terbentuk dapat dibuang.

Inlet Equalizing Tank Buffle Tank Chemical Adjustment

Clean Water Tank Aeration Tank


Multimedia Filter Clarifier

Over Flow

l
Dry Sludge to PPLI Filter Press

Gambar 3. Proses Pengolahan Limbah Cair WWTP PT. X


Sumber: Foto pribadi di PT. X tahun 2017

b. Waste Water Treatment Plant Ultrafiltration (WWTP UF)


Proses ultrafiltrasi merupakan pengolahan limbah cair dari proses pencucian
sole dengan menggunakan membran semipermeabel yang menghasilkan output
pengolahan dengan kualitas mendekati air bersih. Hal ini ditujukan agar air yang
diolah dapat didaur ulang dan digunakan kembali pada proses pencucian sole.
Mesin ultrafiltrasi ini dibangun dengan kapasitas pengolahan 500 m3/hari.
Selain membran semipermeabel sebagai unit pengolahan utama, mesin
ultrafiltrasi ini dilengkapi dengan pengolahan kimia-fisika sebagai pengolahan

Hal. 18 dari 27
pendahuluan untuk mengkondisikan limbah agar lebih mudah diolah dan dapat
mengurangi beban pengolahan pada membran semipermeabel dan
memperpanjang masa pakai membran.

Gambar 4. Ultrafiltration PT. X


Sumber: Foto pribadi di PT. X tahun 2017

Tahapan pengolahan pada proses Ultrafiltrasi adalah sebagai berikut :


1. pH adjustment
Proses penyesuaian pH air limbah agar sesuai dengan pH optimum untuk
proses koagulasi dan flokulasi. Air limbah yang masuk akan diatur pH-nya
secara otomatis dari kontrol panel, dan tabung dari pH adjustment harus
dicek setiap hari.
2. Koagulasi dan Flokulasi
Merupakan proses penjernihan air dengan menyisihkan kandungan koloid
atau partikel tersuspensi yang ada. Proses ini dapat menggabungkan partikel-
partikel kecil menjadi partikel-partikel yang lebih besar sehingga lebih
mudah di saring pada tahap selanjutnya.
3. Ultrafiltration
Setelah proses koagulasi & flokulasi, air limbah disaring dengan membran
semipermeabel, pada tahap ini semua partikel yang tersuspensi akan dapat
tersisihkan. Sehingga effluen pun sudah bersih dan dapat digunakan kembali
untuk proses produksi.
4. Clear Water Tank
Penampungan Akhir untuk menampung air hasil olahan.

Hal. 19 dari 27
Gambar 5. Proses Pengolahan Limbah Cair WWTP UF PT. X
Sumber: Foto pribadi di PT. X tahun 2017

3.2.2 Pengolahan Limbah Cair Domestik


Untuk pengelolaan limbah domestik pada PT. X di Tangerang,
dilakukan dengan membangun Sewage Treatment Plant (STP) berkapasitas
bervariasi antara 15 m3, 50 m3 dan 75 m3. Sewage Treatment Plant (STP)
yang terdapat pada PT. X di Tangerang seperti pada tabel berikut :
Tabel 2. Daftar STP pada PT. X
Lokasi Sample Jenis limbah cair Kapasitas
Production N1-N2 Limbah domestik 75 m3/hari
Production N3-N4 Limbah domestik 75 m3/hari
Production N5-N6 Limbah domestik 75 m3/hari
Production N7-N8 Limbah domestik 75 m3/hari
Chemical Factory Limbah Domestik 75 m3/hari
Printing Factory Limbah Domestik 75 m3/hari
Klinik Limbah domestik 15 m3/hari
Kantin Limbah domestik 150 m3/hari
Office 1 Limbah domestik 50 m3/hari
Office 2 Limbah domestik 50 m3/hari
Production S1 – S2 Limbah domestik 75 m3/hari
Sumber: Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) PT. X tahun 2017

Hal. 20 dari 27
Gambar 6. Sewage Treatment Plant (STP)
Sumber: Foto pribadi di PT. X tahun 2017

Proses treatment pada STP ini pada dasarnya adalah memberdayakan


aktivitas mikro organisme untuk menguraikan senyawa polutan, dimana mikro
organisme yang digunakan dibiakan pada suatu media atau melekat pada
permukaan media (biofilm). Lapisan biofilm ini akan mengurai senyawa
polutan yang ada di dalam air limbah seperti: BOD, COD, amonia, phospor
dan lain-lain. Sementara dengan memanfaatkan oksigen yang terlarut dalam
air, senyawa polutan tersebut akan diuraikan menjadi biomasa.

Gambar 7. Proses Pengolahan Limbah Cair Domestik pada STP PT. X


Sumber: Foto pribadi di PT. X tahun 2017

Adapun Tahapan Proses Pengolahan limbah pada STP adalah sebagai berikut :
1. Tanki anaerobik 1
Merupakan proses penguraian senyawa organik oleh biomassa melalui
metabolisme secara anaerob (tanpa menggunakan Oksigen bebas). Proses

Hal. 21 dari 27
ini berlangsung dengan metode terlekat, yaitu biomassa menempel pada
media tumbuh berupa filter dari bahan PVC+Polyurethane foam. Proses
anaerob di tujukan untuk mendegradasi parameter organik yaitu COD dan
BOD. Selain itu proses ini juga dapat menguraikan senyawa xenobiotik
(seperti chlorinated aliphatic hydrocarbons seperti trichloroethylene,
trihalometanes) dan senyawa recalcitrant seperti lignin.
2. Ekualisasi
Ekualisasi berfungsi untuk menyetarakan debit aliran air agar dalam proses
mikrobiologis tidak terjadi fluktuasi aliran yang akan berakibat kurang
optimalnya proses biologis oleh microorganism.
3. Anaerobik 2
Secara prinsip, proses pengolahan yang berlangsung sama seperti
anaerobik 1. Tangki anaerobik ini ditujukan untuk memaksimalkan proses
anaerobik yang terjadi, agar sisa parameter organik yang tersisa dapat
terolah lebih lanjut.
4. Aerobik
Limbah organik biologis aerobik akan terurai oleh aktifitas
mikroorganisme aerob dengan bantuan oksigen yang disuplai oleh blower.
Proses ini berfungsi sebagai proses degradasi senyawa organik yang masih
tersisa di dalam air limbah. Disamping itu melalui proses mixing dengan
metode pneumatic dapat menghilangkan bau yang timbul sebagai efek
samping proses anaerob.
5. Klorinasi
Klorinasi atau proses desinfeksi merupakan injeksi klorin untuk
mematikan mikroba yang terdapat dalam air limbah yang sudah terolah.
Proses klorinasi ini di lakukan pada tanki effluen STP.
6. Filter pump
Pompa yang berfungsi untuk mengatur suplai air ke proses filtrasi.
7. Sand & Carbon filter
Merupakan proses penyaringan untuk menyaring biomassa, atau partikel
tersuspensi yang mungkin masih terdapat dalam air limbah yang sudah
terolah di STP.

Hal. 22 dari 27
8. Clear Water Tank
Merupakan tangki pengumpul air hasil olahan akhir setelah proses filtrasi
(ground tank).
9. Pressure Tank
Tangki atas (elevated tank) untuk penampungan akhir sebelum air
didistribusikan.

Hal. 23 dari 27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Secara garis besar sistem pongalahan limbah cair industry di PT. X sudah memenuhi
standar aman yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia, dengan point kesimpulan
sebagai berikut:
1. Limbah cair yang dihasilkan kegiatan industri sepatu PT. X di Tengareng adalah
limbah cair domestik yang berasal dari kegiatan mandi cuci kakus (MCK) karyawan
sedangkan dari kegiatan produksi limbah cair berasal dari proses pencucian Sole.
2. Untuk pengelolaan limbah domestik pada PT. X di Tangerang, dilakukan dengan
membangun Sewage Treatment Plant (STP) berkapasitas bervariasi antara 15 m3,
50 m3 dan 75 m3.
3. Pengolahan limbah cair di PT.X tanggerang dilakukan dengan proses Waste Water
Treatment Plant, dan Waste Water Treatment Plant Ultrafiltation.

4.2 Saran
Bagi perusahaan pengelolahan limbah cair yang dijalankan sudah bagus namun masih
diperlukan pengawasan dan pengukuran secara berkala terhadap proses pengelolahan air
limbah dan hasil limbah cair industrinya.

Hal. 24 dari 27
DAFTAR PUSTAKA

1. Agung. 2012. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Metode Elektrokoagulasi.
(https://core.ac.uk/download/files/379/11735109.pdf, diakses 7 Januari 2017).
2. Bawamenewi, A.Y.A. 2015. Pengolahan Limbah Minyak Pelumas Bekas oleh Bengkel
Sebagai Upaya Pengendalian Pencemaran Lingkungan di Kota Yogyakarta Berdasarkan
Peraturan Daerah Tentang Pengolahan Lingkungan Hidup. Jurnal. Yogyakarta: Fakultas
Hukum Universitas Atma Jaya.
3. Eddy. 2008. Karakteristik Limbah Cair. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, Vol.2, No.2,
p.20.
4. Effendi. 2008. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
5. Gamaeissa, Mutiara Windika, dkk. 2012. Pengolahan Tersier Limbah Cair Industri
Pangan dengan Teknik Elektrokoagulasi Menggunakan Elektroda Stainless Steel.
Bogor: Insitut Pertanian Bogor.
6. Holt, P. K. 2012. A Quantitative Comparison Between Chemical Dosing and
Electrocoagulation. Colloids and Surfaces A: Physicochem. Eng. Aspects, 211: 233-
248.
7. Kamilul. 2008. Kelebihan dan Kekurangan Metode Elektrokoagulasi.Skripsi Program
Studi Kimia Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
8. Environment team, 2017. Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH) PT. X tahun
2017.
9. Mardana, M. Y. A. 2007. Pengolahan yang Tepat bagi Limbah Cair.
(http://akademik.che.itb.ac.id/labtek/wp-content/upload/2007/08/modul- pengolahan-
air.pdf, diakses pada diakses 7 Januari 2017)
10. Metcalf dan Eddy, Inc. 2008. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal and Reuse.
McGraw-Hill, Inc: USA.
11. Mukimin, Aris. 2006. Pengolahan Limbah Industri Berbasis Logam dengan Teknologi
Elektrokoagulasi Flotasi (Tesis). Semarang: Universitas Dipenogoro

Hal. 25 dari 27
12. Nouri. 2010. Application of Electrocoagulation Process in Removal of Copper from
Aqueous Solution by Aluminum Electrodes. International Journal of Environment, vol
2, p.201-208.
13. Peraturan Gubernur. 2013. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 69 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Perbengkelan.
14. Peraturan Pemerintah. 2014. Peraturan Pemerintah No. 101 tentang Pengelolaan
Limbah B3.
15. Peraturan Pemerintah. 2012. Peraturan Pemerintah No. 20 tentang Pedoman Umum
Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
16. Putero, S. H, dkk. 2008. Pengaruh Tegangan dan Waktu pada Pengolahan Limbah
Radioaktif yang mengandung Sr-90 menggunakan Metode Elektrokoagulasi Dalam
Prosding Seminar Nasional Ke-14 Teknologi dan Keselamatan PLTN serta Fasilitas
Nuklir ISSn: 0854-2910. Bandung.
17. Respati, S. 2010. Bahan Biomaterial Stainless Steel dan Keramik. Jurnal. Semarang:
Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim.
18. Rusdianasari. 2013. Application of electrocoagulation process for coal stockpile
wastewater treatment. Prosding Internasional Conference Chemical Engineering on
Science and Application. Universitas Syah Kuala Banda Aceh. September 18-19, 2013.
p. 235-241.
19. Samosir, A. 2009. Pengaruh Tawas dan Diatomea dalam Proses Pengolahan Air
Gambut dengan Metode Elektrokoagulasi. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Jurusan Kimia, Universitas Sumatera Utara. SNI 06-6989-3-2004.
Cara Uji Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid, TSS) secara
gravimetri.(http://sisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/sni/6894.pdf, diakses 6 Januari
2017)
20. SNI 06-6989-11-2004. Cara Uji Derajat Keasaman (pH) dengan Menggunakan Alat pH
meter. (http://sisni.bsn.go.id/index.php? /sni_main/sni/6894.pdf, diakses 6 Januari 2017)
21. SNI 06-6989-3-2004. Cara Uji Minyak dan Lemak secara Gravimetri.
(http://sisni.bsn.go.id/index.php? /sni_main/sni/6894.pdf, diakses 6 Januari 2017)
22. SNI 6989-3-2009. Cara Uji Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand,
COD). (http://sisni.bsn.go.id/index.php? /sni_main/sni/6894.pdf, diakses 6 Januari
2017)

Hal. 26 dari 27
Hal. 27 dari 27

Anda mungkin juga menyukai