Anda di halaman 1dari 2

Gangren adalah kondisi serius yang muncul ketika banyak jaringan tubuh

mengalami nekrosis atau mati. Kondisi ini terjadi setelah seseorang mengalami luka,
infeksi, atau masalah kesehatan kronis yang memengaruhi sirkulasi darah.
Penyebab utama gangren adalah berkurangnya suplai darah ke jaringan yang
terjangkit gangren, sehingga mengakibatkan kematian sel. Diabetes dan merokok
jangka panjang turut menambah risiko gangren. Gangren pada penderita diabetes
disebut Ulkus Diabetikum.
Ulkus Diabetikum, yang juga dikenal dengan ulkus kaki diabetikum, adalah kondisi
medis yang ditandai dengan luka cekung yang lama, tidak menyembuh, dalam
dengan pembengkakan dan berbatas tegas. Hal ini merupakan tanda umum dari
diabetes yang tidak terkontrol pada penderita baik diabetes melitus tipe 1 atau tipe 2.
Ulkus kaki diabetik sampai saat ini menjadi masalah kesehatan utama diseluruh
dunia, karena kasus yang semakin meningkat, ulkus bersifat kronis dan sulit
sembuh, mengalami infeksi dan iskemia tungkai dengan risiko amputasi bahkan
mengancam jiwa, membutuhkan sumber daya kesehatan yang besar, sehingga
memberi beban sosio-ekonomi bagi pasien, masyarakat, dan negara. Berbagai
metode pengobatan telah dikembangkan namun sampai saat ini belum memberikan
hasil yang memuaskan.
Kenapa penderita diabetes mempunyai risiko tinggi terkena gangrene? Pada pasien
diabetes cenderung terjadi penyakit arteri perifer, suatu kondisi dimana terjadi
penyumbatan pembuluh darah di tungkai dan neuropati perifer, suatu kondisi dimana
terjadi kerusakan saraf-saraf pada tungkai akibat kadar gula darah yang tinggi. Dua
kondisi ini seringkali merupakan komplikasi akibat diabetes dengan pengendalian
yang buruk. Neuropati perifer dapat menyebabkan berkurangnya sensasi pada kaki.
Oleh karena itu, penderita diabetes yang tidak terkontrol mungkin tidak merasakan
adanya jejas atau abrasi pada tungkai yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti sepatu yang terlalu sempit dan terjatuhnya benda pada kaki. Jejas berulang
pada kaki, sebagai tambahan dari kurangnya sirkulasi darah di dalam kaki akibat
tersumbatnya arteri-arteri yang disebabkan oleh penyakit arteri perifer,
menyebabkan penyembuhan luka yang buruk. Sebagai konsekuensinya hal ini
menyebabkan terbentuknya ulkus.
Ulkus diabetikum adalah penyebab seringnya dilakukan amputasi pada penderita
diabetes. Oleh karena itu penderita diabetes harus memeriksa kaki mereka setiap
hari untuk melihat apakah ada jejas dan menggunakan alas kaki yang sesuai.
Mereka juga tidak diperkenankan untuk berjalan tanpa alas kaki karena jejas-jejas
sekecil apapun pada kaki akan sulit disembuhkan dan dapat menyebabkan
terjadinya ulkus.
Saat kulit kaki kering, jari bengkok, telapak kaki datar, ada benjolan bagian tertentu
di kaki, atau kuku kaki kusam dan menebal, maka penyandang kaki diabetes harus
waspada. Luka sekecil apa pun bisa jadi sumber infeksi yang memicu amputasi.
Menurut Dosen IPD FK UI yang juga konsultan, EM Yunir,”85 persen amputasi kaki
diabetes didahului ulkus (luka terbuka). Artinya, amputasi sebenarnya bisa dicegah”.
Dikutip dari meetdoctor, dibawah ini ada beberapa cara merawat kaki penderita
diabetes untuk memperkecil risiko terjadinya ulkus diabetikum:
Periksa kaki Anda setiap hari.
 Periksa kaki apakah terdapat bengkak, perubahan warna, nyeri atau retak pada kulit dan
cari bantuan secepatnya ke dokter jika hal ini terjadi.
 Jika terdapat luka yang sukar sembuh, segera konsultasikan dengan dokter.
 Rajin membersihkan kaki.
 Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan air bersih dan sabun mandi.
 Segera keringkan kaki dan sela-sela jari kaki sehabis mencucinya. Tepuk-tepuk perlahan
dengan handuk, jangan menggosok-gosok.
 Jika terdapat masalah ( kulit kering, kulit bersisik, kulit pecah, luka, kutil atau trauma ),
carilah bantuan dari dokter.
 Gunakan pelembab pada kulit yang kering untuk menghindari kulit pecah-pecah dan luka.
Gunting kuku dengan teknik yang benar
 Potonglah kuku setelah mandi dimana kuku menjadi lebih lembut.
 Jangan mencoba memotong seluruh kuku dalam satu potongan.
 Jangan memotong kuku terlalu pendek.
 Jika kuku nyeri atau sulit dipotong, hubungi podiatris ( dokter ahli kaki ).
Sepatu
 Belilah sepatu yang ukurannya tepat yang dapat diikat dengan tali.
 Carilah sepatu yang mengikuti bentuk kaki.
 Tinggi hak sepatu sebaiknya dibawah 5 cm.
 Jangan menggunakan sandal sepanjang hari.
 Hati-hati saat mengenakan sepatu. Pastikan tidak ada sesuatu dalam sepatu saat
memakainya.
Periksa rutin ke dokter terutama bila ada luka

Anda mungkin juga menyukai