Anda di halaman 1dari 31

Laboratorium Obgyn Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

KANKER SERVIKS STADIUM IIIB + ANEMIA

Oleh
Helti Shary Rahmadani
1510029047

Pembimbing
dr. Achmad Mansyur, Sp. OG

LAB / SMF OBGYN


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
2016
BAB I
LAPORAN KASUS

Anamnesa
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Usia : 44 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jalan M.Said
Masuk Rumah Sakit pada tanggal 21 Oktober 2016, pukul 11.15 WITA
b) Identitas Suami
Nama : Tn. B
Usia : 46 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan M.Said
c) Keluhan Utama:
Perdarahan dari jalan lahir
d) Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak ± 1 tahun yang lalu pasien mengeluh sering keluar darah dari
kemaluan, tidak terus menerus, terjadi terutama setelah berhubungan
suami istri. Pasien juga mengeluh sering keluar cairan putih kekuningan
dan berbau dari kemaluan. Nafsu makan biasa, BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Pasien tidak berobat.
± 3 bulan yang lalu pasien mengeluh perdarahan semakin sering dari
kemaluan, nafsu makan menurun, BAB dan BAK biasa. Pasien berobat ke
RS AWS selama 11 hari dan dilakukan biopsi , lalu pasien pulang. Setelah
satu minggu pulang, perdarahan dari kemaluan terjadi kembali, lalu
Pasien kembali berobat ke RS AWS dan dirawat kembali.

e) Riwayat Haid
Menarche pada usia 12 tahun, lama haid ± 7 hari, jumlah darah haid :
ganti pembalut 2-3 kali sehari.
HPHT : 07-10-2016

f) Riwayat Obstetri
Keadaan
N Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Jenis Kelamin
Anak
o Partus Partus kehamilan Persalinan Persalinan Anak/ BB
Sekarang
1 1995 Puskesmas Aterm Spontan Bidan P/ 2.500 gr Hidup
2 1997 Puskesmas Aterm Spontan Bidan L/ 2.800 gr Hidup
3 1999 Puskesmas Aterm Spontan Bidan P/ 2.700 gr Hidup
4 2000 Puskesmas Aterm Spontan Bidan P/ 3.000 gr Hidup

g) Riwayat Penyakit Dahulu


-
h) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak memiliki keluhan serupa,DM (-), HT(-), Asma (-)
i) Riwayat Penggunaan Kontrasepsi
Kontrasepsi yang pernah dipakai yaitu suntik 3 bulan selama 1 tahun.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 92x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,4oC
Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik -/-
Jantung : S1,S2 reguler , gallop (-), murmur (-)
Thorak : Suara napas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, sufel , BU (+), Nyeri tekan (-).
Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat+/+
Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar
Abdomen datar, sofel dan simetris. Fundus uteri tak teraba, massa (-), nyeri tekan
suprasimfisis (-),tanda cairan bebas (-).
Inspeksi
Terlihat darah merembes keluar melalui vagina, berbau, volume sekitar 50 cc,
tidak disertai rasa nyeri baik pada perut maupun alat genital. Tidak terdapat
massa dan pembesaran pada alat genital luar.
Inspekulo
Terlihat fluksus (+), fluor albus (+) berwarna putih kental berbau. Porsio terlihat
berdungkul di sekelilingnya
Pemeriksaan dalam:
VT
Fluor albus (+), teraba massa berbenjol-benjol pada sekeliling porsio.
Rectal toucher
Tonus sfingter ani baik, mukosa licin, ampula rekti kosong, massa intralumen (-),
cavum uteri setara normal, adnexa parametrium kanan-kiri tegang, cavum
douglas tidak menonjol,
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium: 21 Oktober 2016
Hb : 8,4 mg/dl
L : 8,300 mg/dl
PLT : 503.000
HT : 27,3 %
BT : 3’
CT : 10’
GDS : 94
Ur : 21,6
Cr : 0,6
HbsAg : NR
112 : NR

- Histopatologi :
Mikroskopik : jaringan terdiri dari sel epithel squamous anaplastik, inti
pleomorfik, hiperkromatik, sitoplasma luas eosinofilik, tersusun dalam
kelompok- kelompok tumbuh infiltratif. Banyak didapatkan mitosis. Terdapat
bentukan keratin pearl, tampak area nekrosis dan perdarahan luas.
Kesimpulan Biopsi Cervix : Invasive Keratinizing Squamous Cell Carcinoma

- USG
Interpretasi :
1. Hepar, lien, dan pankreas normal
2. Ginjal
a. Kanan : Pelvic Calyceal System tidak dilatasi, batu (-)
b. Kiri : Pelvic Calyceal System di;atasi, batu (-)
3. VU Normal
4. Uterus Anteversi, cavum uteri tertekan tampak massa pada cervix diameter ±
3,44 cm X 3,33 cm.
5. Adneksa Normal
Kesan :
 Hidronefrosis Kiri
 Massa Cervix

- Foto Thorax PA
Interpretasi :
1. Corakan Bronchovaskuler paru dalam batas normal
2. Tidak tampak infiltrat maupun nodul metastasis
3. COR : bentuk, letak, ukuran normal
4. Kedua sinus dan diagfragma normal
5. Tulang-tulang intak
Kesan:
Foto thorax dalam batas normal

Diagnosis di Ruangan
Ca. Cervix Stadium IIIB + Anemia

Penatalaksanaan
1. Perbaikan keadaan umum
- Tranfusi darah sampai Hb ≥ 10 g/dL
- IVFD RL .
2. Injeksi Cefotaxim 2x1gr
3. Injeksi Asam Traneksamat 3x1 amp IV
4. Biosanbe 1x1 tablet
5. R/ Kemoterapi / Radioterapi

Follow Up
Tanggal & Jam Observasi
21 Oktober 2016 S : Perdarahan dari jalan lahir P : Lapor dr. Sp.OG, Advis:
11.15 WITA O: 1. Perbaikan keadaan
Keadaan Umum : Sedang umum
Kesadaran : Komposmentis GCS 2. Tranfusi darah sampai
E4V5M6 Hb ≥ 10 g/dL (Cek DL/
Tekanan darah : 120/80 mmHg hari)
Nadi : 92x/menit 3. IVFD RL .
Pernafasan : 20x/menit 4. Injeksi Cefotaxim
Suhu : 36,4oC 2x1gr
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) 5. Injeksi Asam
Pembesaran KGB : - Traneksamat 3x1 amp
Abdomen : datar, sufel, BU (+) IV
A : Ca. Cervix Stadium IIIB + 6. Biosanbe 1x1 tablet
Anemia 7. R/ Kemoterapi /
Radioterapi
15.30 WITA S : Perdarahan dari jalan lahir P : Lanjutkan terapi sesuai
O: advis dr. Sp.OG
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis GCS
E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 89x/menit
Pernafasan : 21x/menit
Suhu : 36,2oC
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-)
Pembesaran KGB : -
Abdomen : datar, sufel, BU (+)
A : Ca. Cervix Stadium IIIB +
Anemia
19.00 S:- P: memulai transfusi PRC 2
O: kolf
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis GCS
E4V5M6
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 92x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,2oC
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-)
Pembesaran KGB : -
Abdomen : datar, sufel, BU (+)
A : Ca. Cervix Stadium IIIB +
Anemia

21.45 WITA S : Perdarahan dari jalan lahir P : Melanjutkan advis;


berkurang Observasi keadaan umum,
O: TTV,
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis GCS
E4V5M6
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 94x/menit
Pernafasan : 19x/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-)
Pembesaran KGB : -
Abdomen : datar, sufel, BU (+)
A : Ca. Cervix Stadium IIIB +
Anemia

22 Oktober 2016 S : Perdarahan dari jalan lahir P :


07.45 WITA berkurang 1. Perbaikan keadaan
O: umum
Keadaan Umum : Sedang 2. Injeksi Cefotaxim
Kesadaran : Komposmentis GCS 2x1gr
E4V5M6 3. Injeksi Asam
Tekanan darah : 120/70 mmHg Traneksamat 3x1 amp
Nadi : 86x/menit IV
Pernafasan : 21x/menit 4. Biosanbe 1x1 tablet
Suhu : 36,5oC 5. R/ Kemoterapi /
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) Radioterapi
Pembesaran KGB : - 6. Cek DL (tunggu Hasil)
Abdomen : datar, sufel, BU (+)
A : Ca. Cervix Stadium IIIB +
Anemia

17.00 WITA S : Perdarahan dari jalan lahir P :


berkurang 1. Perbaikan keadaan
O: umum
Keadaan Umum : Sedang 2. Injeksi Cefotaxim
Kesadaran : Komposmentis GCS 2x1gr
E4V5M6 3. Injeksi Asam
Tekanan darah : 120/80 mmHg Traneksamat 3x1 amp
Nadi : 87x/menit IV
Pernafasan : 21x/menit 4. Biosanbe 1x1 tablet
Suhu : 36,5oC 5. R/ Kemoterapi /
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) Radioterapi
Pembesaran KGB : - 6. Transfusi lagi PRC
Abdomen : datar, sufel, BU (+) sampai HB ≥10
Lab :
Hb : 9,2 mg/dl
L : 7,000 mg/dl
PLT : 480.000
HT : 27,6 %
BT : 3’
CT : 10’
GDS : 96
Ur : 20,6
Cr : 0,6
A : Ca. Cervix Stadium IIIB +
Anemia (Perbaikan)
19.00 WITA S : Perdarahan dari jalan lahir P: memulai transfusi PRC 2
berkurang kolf
O:
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis GCS
E4V5M6
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 86x/menit
Pernafasan : 21x/menit
Suhu : 36,5oC
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-)
Pembesaran KGB : -
Abdomen : datar, sufel, BU (+)
A : Ca. Cervix Stadium IIIB +
Anemia (Perbaikan)
23.00 WITA S : Perdarahan dari jalan lahir P : Melanjutkan advis;
berkurang Observasi keadaan umum,
O: TTV, pagi cek DL
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Komposmentis GCS
E4V5M6
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 98x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,2oC
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-)
Pembesaran KGB : -
Abdomen : datar, sufel, BU (+)
A : Ca. Cervix Stadium IIIB +
Anemia (Perbaikan)
23 Oktober 2016 S : Perdarahan dari jalan lahir (-) P:
07.00 WITA O: 1. Perbaikan keadaan
Keadaan Umum : Sedang umum
Kesadaran : Komposmentis GCS 2. Injeksi Cefotaxim
E4V5M6 2x1gr
Tekanan darah : 120/70 mmHg 3. Injeksi Asam
Nadi : 86x/menit Traneksamat 3x1 amp
Pernafasan : 21x/menit IV
Suhu : 36,5oC 4. Biosanbe 1x1 tablet
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) 5. R/ Kemoterapi /
Pembesaran KGB : - Radioterapi
Abdomen : datar, sufel, BU (+) 6. Cek DL (tunggu Hasil
A : Ca. Cervix Stadium IIIB + jika hasil ≥10 boleh
Anemia pulang besok)
24 Oktober 2016 S : Perdarahan dari jalan lahir (-) P:
7.00 WITA O: 1. Perbaikan keadaan
Keadaan Umum : baik umum
Kesadaran : Komposmentis GCS 2. Injeksi Cefadroxil
E4V5M6 3x500 mg tab
Tekanan darah : 120/80 mmHg 3. Asam Traneksamat
Nadi : 87x/menit 3x500 mg tab
Pernafasan : 21x/menit 4. Biosanbe 1x1 tablet
Suhu : 36,5oC 5. R/ Kemoterapi /
Mata : Anemis (+/+), Ikterik (-/-) Radioterapi
Pembesaran KGB : - 6. Pulang hari ini
Abdomen : datar, sufel, BU (+)
Lab :
Hb : 10,3 mg/dl
L : 6,300 mg/dl
PLT : 424.000
HT : 30,6 %
BT : 3’
CT : 10’
GDS : 86
Ur : 20,0
Cr : 0,5
A : Ca. Cervix Stadium IIIB +
Anemia (Perbaikan)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. EPIDEMIOLOGI
Kanker serviks merupakan penyebab kematian utama kanker pada wanita
di negara-negara sedang berkembang. Setiap tahun diperkirakan terdapat 500.000
kasus kanker serviks baru diseluruh dunia, 77 % diantaranya ada dinegara-negara
sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan sekitar 90-100 kanker baru di
antara 100.000 penduduk pertahunnya, atau sekitar 180.000 kasus baru
pertahun, dengan kanker serviks menempati urutan pertama di antara kanker
padawanita. Studi epidemiologik menunjukkan bahwa faktor-faktor risiko
terjadinya kanker serviks meliputi hubungan seksual pada usia dini (<20tahun),
berganti-ganti pasangan seksual, merokok,trauma kronis pada serviks uteridan
higiene genitalia.1
Kanker serviks uteri merupakan kanker pada wanita nomor dua tersering di
seluruh dunia, yaitu 15% dari semua kanker pada wanita. Di negara berkembang
merupakan kanker yang terbanyak yaitu 20-39% dari semua kanker pada
wanita.Di negara maju frekuensinya hanya berkisar antara 4-6%. Di Indonesia,
diantara tumor ganas ginekologik, kanker serviks masih menduduki tingkat
pertama. Prevalensi umur penderita berkisar antara 30-60 tahun, terbanyak umur
45-50 tahun. Periode laten pada fase prainvasive menjadi invasive sekitar 10
tahun, hanya 9% dari penderita berumur 35 tahun yang menunjukan keganasan
serviks uteri pada saat terdiagnosis, sedangkan 53% dari karsinoma insitu
terdapat pada wanita dibawah umur 35 tahun.1

B. ETIOLOGI

Kejadiannya berhubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik,


diataranya : jarang ditemukan pada perawan, coitarche diusia sangat muda (16
tahun), multi paritas dengan jarak persalinan terlalu dekat, sosial ekonomi rendah,
higien seksual jelek, merokok, serta jarang ditemukan pada wanita yang
suaminya disirkumsisi.2
Seiring dengan berkembangan biomolekuler, tampak bahwa HPV
anogenital beperan penting dalam patogenesis kanker serviks. Pada 90-95 %
kanker serviks telah dibuktikan adanya hubungan dengan HPV resiko tinggi.
Pada saat ini diketahui terdapat 70 macam tipe HPV. Yang dimaksud dengan
HPV tipe “high risk” adalah HPV tipe 16,18,31, 33, 39, 45, 51, 52, 56 dan 58.
Tipe 16 dan 18 merupakan tipe HPV onkogen yang dapat menyebabkan
instabilitas kromosomal, terjadinya mutasi dalam DNA dan gangguan regulasi
pertumbuhan. Sedangkan HPV tipe 6, 11, 42, 43 dan 44 disebut “low risk” yang
merupakan tipe non-onkogen.1

C. PATOLOGI

Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel yang melapisi ektoserviks


(portio) dan endoserviks kanalis serviks yang disebut skuamo kolumnar junction
(SCJ). Pada wanita muda SCJ terletak diluar OUE, sedang pada wanita diatas 35
tahun, didalam kanalis serviks.2,3
Tumor dapat tumbuh :
1. Eksofitik. Mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai massa proliferatif
yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
2 Endofitik. Mulai dari SCJ tumbuh kedalam stroma serviks dan cenderung
infitratif membentuk ulkus
2. Ulseratif. Mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan pelvis
dengan melibatkan fornices vagina untuk menjadi ulkus yang luas. Serviks
normal secara alami mengalami metaplasi/erosi akibat saling desak kedua
jenis epitel yang melapisinya. Dengan masuknya mutagen, portio yang
erosif (metaplasia skuamos) yang semula faali berubah menjadi patologik
(diplatik-diskariotik) melalui tingkatan NIS-I, II, III dan KIS untuk akhirnya
menjadi karsinoma invasive. Sekali menjadi mikroinvasive, proses
keganasan akan berjalan terus.

D.PENYEBARAN

Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu


perkontinuitatum ke dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung
kemih. Penyebaran secara limfogen terjadi terutama paraservikal dalam
parametrium dan stasiun-stasiun kelenjar di pelvis minor, baru kemudian
mengenai kelenjar para aortae terkena dan baru terjadi penyebaran hematogen
(hepar, tulang).
Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah :
1. fornices dan dinding vagina
2. korpus uteri
3. parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum
rektovagina dan kandung kemih.
Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar kelenjar limfe
regional melalui ligamentum latum, kelenjar iliaka, obturator, hipogastrika,
parasakral, paraaorta, dan seterusnya ke trunkus limfatik di kanan dan vena
subklvia di kiri mencapai paru, hati, ginjal, tulang serta otak.3

E. DIAGNOSIS

Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut.


Yang menjadi masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah
kanker serviks, dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap
lesi prakanker serviks. Kemampuan untuk mendeteksi dini kanker serviks disertai
dengan kemampuan dalam penatalaksanaan yang tepat akan dapat menurunkan
angka kematian akibat kanker serviks.1,2,3
a. Keputihan.
Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan, berbau busuk
akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
b. Pendarahan kontak merupakan 75-80% gejala karsinoma serviks. Perdarahan
timbul akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama makin sering
terjadi diluar senggama.
b. Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.
c. Gejala lainnya adalah gejala-gejala yang timbul akibat metastase jauh.

Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan


diagnosa kanker serviks adalah :
1. Sitologi.
Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus
mengandung komponen ektoserviks dan endoserviks.
2. Kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu
suatu alat seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di
dalamnya. Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila
ditemukan pap smear yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi,
merupakan pemeriksaan dengan pembesaran, melihat kelainan epitel
serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan
kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi
vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat
diagnosa histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi
harus dilakukan.
3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di bagian yang telah dilakukan
kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara
konisasi.

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan karsinoma serviks dibagi berdasarkan stadium4

1. Karsinoma serviks mikroinvasive


Histerektomi totalis
2. Stadium IA1
Total Abdominal Histerektomi (TAH)/Total Vaginal Histerektomi (TVH).
Bila disertai Vaginal Intra Epitelial Neoplasma (VAIN) dilakukan
pengangkatan vaginal cuff.
3. Stadium IA2
Histerektomi radikal tipe 2 dan limfe adenektomi pelvis
4. Ca invasive
Biopsi untuk konfirmasi diagnosis
5. Stadium IB1 – IIA < 4cm
Jika mempunyai prognosis baik dapat dikontrol dengan operasi dan radio
terapi
6. Stadium IB2 – IIA >4cm
Kemoradiasi primer
Histerektomi radikal primer + limfadenektomi + radiasi neoadjuvan
Kemoterapi neo adjuvan
7. Ca serviks stadium lanjut meliputi stadium IIB, III, IV A
Pengobatan terpilih adalah radioterapi lengkap yaitu radiasi eksterna
dilanjutkan intrakaviter radioterapi. Terapi variasi yang sering diberikan
khemoradiasi, khemoterapi yang sering diberikan antara lain cisplatinum,
pachitaxel, docetaxel, fluorourasil, gemcitabine
8. Stadium IV B
Pengobatan yang diberikan bersifat paliatif, radioterapi paliatif yang
diberikan

Radioterapi, Kemoterapi, dan Radikal Histerektomi


Adapun alasan untuk memilih salah satu terapi diatas adalah berdasarkan
keuntungan dan kerugian masing-masing terapi.

KEMOTERAPI
Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat
sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel kanker.5
Prinsip kerja obat kemoterapi (sitostatika) terhadap kanker :
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat ini bekerja
terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi, semakin aktif sel-sel
kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka terhadap sitostatika hal ini
disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin lambat proliferasinya maka
kepekaannya semakin rendah. Hal ini disebut Kemoresisten.6,7
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1) Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik
Anthrasiklin obst golongsn ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di
inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel,
yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes
bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan
mitosis sel.
4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat
sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA
dari sel-sel kanker tersebut.

Pola pemberian kemoterapi 4,5


1) Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah
sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor)
atau pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan
pengobatan penyelamatan.
2) Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan
atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih
tersisa atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
3) Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan
pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum
pengobatan yang lain misalnya bedah atau radiasi.
4) Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan/tindakan yang lain seperti
pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi.
Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi
atau radiasi akan lebih berhasil guna.

Cara pemberian obat kemoterapi5,7


1) Intra vena (IV)
Kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini, dapat berupa bolus IV
pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per drip IV sekitar 30 – 120 menit, atau
dengan continous drip sekitar 24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat
tetesannya.
2) Intra tekal (IT)
Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk memusnahkan tumor
dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis) antara lain Metrotexat, Ara.C.
3) Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum radiasi,
tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl kemoterapi ini antara
lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere, Hydrea.
4) Oral
Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran®, Alkeran®,
Myleran®, Natulan®, Puri-netol®, hydrea®, Tegafur®, Xeloda®, Gleevec®.
5) Subkutan dan intramuskular
Pemberian subkutan sudah sangat jarang dilakukan, biasanya adalah
L-Asparaginase, hal ini sering dihindari karena resiko syok anafilaksis.
Pemberian per IM juga sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
6) Topikal
7) Intra arterial
8) Intracavity
9) Intraperitoneal/Intrapleural
Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis yang banyak
pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain Cisplastin. Pemberian intrapleural
yaitu diberikan kedalam cavum pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker
dalam cairan pleura atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis
yang amat banyak , contohnya Bleocin

Tujuan pemberian kemoterapi5,6


1) Pengobatan.
2) Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
3) Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
4) Mengurangi komplikasi akibat metastase.
Efek samping kemoterapi7
Umumnya efek samping kemoterapi terbagi atas :
1. Efek samping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul dalam 24
jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah.
2. Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul dalam
beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya netripenia dan
stomatitis.
3. Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang timbul
dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer,
neuropati.
4. Efek samping yang terjadi kemudian ( Late Side Effects) yang timbul dalam
beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan sekunder.
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap
pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada
setiap penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor
nutrisi dan psikologis juga mempunyai pengaruh bermakna.7
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal,
supresi sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling
utama adalah mual, muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan
mukositis, mual dan muntah biasanya timbul selang beberapa lama setelah
pemberian sitostatika dab berlangsung tidak melebihi 24 jam.5,6
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel
darah putih (leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah
(anemia), supresi sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat
terjadi segera atau kemudian, pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera,
penurunan kadar leukosit mencapai nilai terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-
14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk menaikan kadar laukositnya
kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian penurunan kadar
leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada sekitar
minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan
mencapai nilai mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat
menurunkan daya tubuh, trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang
terus-menerus/ berlabihan bila terjadi erosi pada traktus gastrointestinal.6
Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan sampai pada
kebotakan. efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah
kerusakan otot jantung, sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati,
sklerosis kulit, reaksi anafilaksis, gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan
perubahan genetik yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker baru.7
Kardiomiopati akibat doksorubin dan donorubisin umumnya sulit diatasi,
sebagian besar penderita meninggal karena “pump failure”, fibrosis paru
umumnya irreversibel, kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian
sitistatika selanjutnya karena banyak diantaranya yang dimetabolisir dalam hati,
efek samping pada kulit, saraf, uterus dan saluran kencing relatif kecil dan lebih
mudah diatasi.5

RADIOTERAPI
Dalam menentukan teknik dan dosis radiasi pada pengobatan karsinoma serviks
uteri perlu dipertimbangkan faktor daya toleransi dari jaringan-jaringan di dalam
rongga pelvis.5
Teknik radiasi
Kombinasi antara radiasi lokal dan radiasi eksternal merupakan pilihan yang
umumnya diberikan dengan maksud:6
 Radiasi lokal (intrakaviter) dapat memberikan dosis tinggi pada serviks
dan korpus uteri tetapi dosis cepat menurun pada jaringan di sekitarnya,
sehingga dosis ke rektum, sigmoid, kandung kencing dan ureter dapat
dibatasi sampai batas-batas toleransi.
 Kemungkinan timbulnya metastase limfogen pada karsinoma serviks uteri
cukup tinggi. Oleh karena itu kelenjar-kelenjar dalam panggul kecil harus
mendapat penyinaran juga. Dosis radiasi lokal cepat menurun diluar
uterus, sehingga dosis yang sampai pada kelenjar limfe sangat rendah.
Untuk mencapai dosis yang dapat mengamankan metastasis kelenjar limfe
ini diperlukan penyinaran luar yang dapat memberikan distribusi dosis
yang merata pada daerah yang lebih luas.
Komplikasi-komplikasi sesudah terapi radiologik antara lain:6,7
a. Komplikasi umum
Gejala umum yang sering timbul adalah nafsu makan menurun, rasa mual,
lesu, dan tidak ada gairah kerja. Pada keadaan yang lebih berat terdapat
muntah-muntah, tidak bisa makan, lemah, sampai tidak bisa bangun dari
tempat tidur. Berat ringannya gejala-gejala sangan dipengaruhi oleh status
fisik dan psikologi penderita.
b. Komplikasi lokal
Gejala-gejala yang timbul ialah gejala-gejala dari alat-alat tubuh yang
terkena radiasi secara langsung, yaitu:
 Problema koitus (pengkerutan vagina)
 Fistel radiologik
 Gejala sistitis
 Proktitis hemoragik
 Fibrosis daerah pelvis demikian luas terutama pada penyinaran yang
luas dengan dosis yang tinggi sehingga timbul frozen pelvis dengan
kemungkinan penyempitan vagina, rectum, kandung kencing atau
ureter.
 Atropi mucosa rectum yang disertai teleangiektasi yang sewaktu-
waktu bila defekasi keras dapat menimbulkan perdarahan
 Nekrosis pada dinding vagina dengan kemungkinan timbulnya fistula
rectovaginalis atau fistula vesikovaginalis.

HISTEREKTOMI RADIKAL
Histerektomi radikal primer menguntungkan karena dapat dilakukan
surgical staging.3,6
Operasi radikal yang memerlukan waktu yang cukup lama, tidak mungkin
tanpa terjadi komplikasi. Oleh karena itu, persiapan operasi perlu dilakukan
dengan cermat sehingga dapat mengurangi komplikasi seperti lazimnya
komplikasi operasi, yaitu :6
1. Trias pokok komplikasi (perdarahan, infeksi dan trauma tindakan operasi).
2. Komplikasi emboli (kardiovaskular dan paru).
3. Komplikasi lainnya
Emboli dan emboli paru yang berat
Faktor yang dapat menimbulkan terjadinya emboli paru, yaitu:6
1. Operasi yang lama saat mengangkat jaringan lemak di pelvis.
2. Invasi sel karsinoma yang dapat menimbulkan emboli melalui proses
“hiperkoagulasi”.
Komplikasi alat perkemihan
Manipulasi yang cukup lama dan bervariasi sekitar pelvis menyebabkan
kemungkinan terjadi komplikasi alat perkemihan pada:5
1. Disfungsi vesikouterina
Kejadian ini berkaitan dengan upaya penyisihan dan upaya pemotongan
ligamentum kardinale yang terlalu ke lateral dan pemotongan ligamentum
sakrouterinum terlalu dekat dengan rektum.
2. Fistula
Manipulasi yang berat di sekitar vesika urinaria
Infeksi pascaoperatif
Infeksi yang berat dapat menimbulkan komplikasi berantai, seperti:5
 Sepsis meningkatkan morbiditas dan mortalitas.
 Memperpanjang hospitalisasi
 Terjadi wound dehicense
 Pembentukan abses sekitar pelvis.

G. FOLLOW UP

Tiap 3 bulan selama 2 tahun pertama, kemudian tiap 6 bulan, tergantung


keadaan. Jangan lupa meraba kelenjar inguinal dan supraclavikla, abdomen,
abdominal vaginal, dan abdominalrektal, pemeriksan sitologik puncak vagina,
dan foto rontgen thoraks (setiap 6 bulan).1,2
Kolposkopi untuk meneliti puncak vagina, serta bentuk-bentuk praganas.
Rektoskopi, sistoskopi, renogram, Intra Venous Pyelografi (IVP), dan CT scan
panggul, hanya dilakukan menurut indikasi.5

H. PROGNOSIS

Faktor-faktor yang menentukan prognosis adalah: umur, keadaan umum,


tingkat klinik keganasan, ciri histologi sel tumor, kemampuan tim penolong, dan
sarana pengobatan.2
Angka ketahanan hidup 5 tahun menurut data internasional
Tingkat AKH-5 Thn
TIS Hampir 100%
T1 70-85%
T2 40-60%
T3 30-40%
T4 <10%

BAB III
PEMBAHASAN

I. Anamnesis
Anamnesis Teori Fakta
Tanda dan gejala : - Sejak ± 1 tahun yang lalu
a) Keputihan. pasien mengeluh sering
Keputihan merupakan gejala yang paling keluar darah dari kemaluan,
sering ditemukan, berbau busuk akibat tidak terus menerus, terjadi
infeksi dan nekrosis jaringan. terutama setelah
b) Perdarahan. berhubungan suami istri.
Pendarahan kontak merupakan 75-80% -Pasien juga mengeluh
gejala karsinoma serviks. Perdarahan sering keluar cairan putih
timbul akibat terbukanya pembuluh kekuningan dan berbau dari
darah, yang makin lama makin sering kemaluan.
terjadi diluar senggama. -Nafsu makan biasa, BAB
c) Rasa nyeri, dan BAK tidak ada keluhan.
terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke
serabut saraf. Pasien tidak berobat.
d) Gejala lainnya
gejala-gejala yang timbul akibat ± 3 bulan yang lalu pasien
mengeluh perdarahan
metastase jauh.
semakin sering dari
kemaluan, nafsu makan
menurun, BAB dan BAK
biasa.

II. Pemeriksaan Fisik


Pemerisaan Teori Fakta
Fisik Tanda dan gejala : -Keadaan umum : Sedang
e) Keputihan. -Kesadaran : Composmentis
Keputihan merupakan gejala yang paling -TD :120/80 mmHg
sering ditemukan, berbau busuk akibat -Nadi : 92x/menit
infeksi dan nekrosis jaringan. -Pernafasan : 20x/menit
f) Perdarahan. -Suhu : 36,4oC
Pendarahan kontak merupakan 75-80%
gejala karsinoma serviks. Perdarahan Status Obstetrikus
timbul akibat terbukanya pembuluh -Pemeriksaan Luar
darah, yang makin lama makin sering Abdomen datar, sofel dan
terjadi diluar senggama. simetris. Fundus uteri tak
g) Rasa nyeri, teraba, massa (-), nyeri tekan
terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke suprasimfisis (-),tanda cairan
serabut saraf. bebas (-).
h) Gejala lainnya -Inspeksi
gejala-gejala yang timbul akibat Terlihat darah merembes
metastase jauh. keluar melalui vagina, berbau,
volume sekitar 50 cc, tidak
disertai rasa nyeri baik pada
perut maupun alat genital.
Tidak terdapat massa dan
pembesaran pada alat genital
luar.
-Inspekulo
Terlihat fluksus (+), fluor
albus (+) berwarna putih
kental berbau. Porsio terlihat
berdungkul di sekelilingnya
Pemeriksaan dalam:
-VT
Fluor albus (+), teraba massa
berbenjol-benjol pada
sekeliling porsio.
III. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Teori Fakta
Penunjang Tiga komponen utama yang saling - Laboratorium: 21 Oktober
mendukung dalam menegakkan diagnosa 2016
kanker serviks adalah : Hb : 8,4 mg/dl
1. Sitologi. L : 8,300 mg/dl
Bila dilakukan dengan baik ketelitian PLT : 503.000
melebihi 90%. Tes Pap sangat HT : 27,3 %
bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara BT : 3’
dini. Sediaan sitologi harus mengandung CT : 10’
komponen ektoserviks dan endoserviks. GDS : 94
2. Kolposkopi. Ur : 21,6
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan Cr : 0,6
menggunakan kolposkop, yaitu suatu HbsAg : NR
alat seperti mikroskop bertenaga rendah 112 : NR
dengan sumber cahaya di dalamnya.
Pemeriksaan kolposkopi merupakan - Histopatologi :
pemeriksaan standar bila ditemukan pap Mikroskopik : jaringan
smear yang abnormal. Pemeriksaan terdiri dari sel epithel
dengan kolposkopi, merupakan squamous anaplastik, inti
pemeriksaan dengan pembesaran, pleomorfik, hiperkromatik,
melihat kelainan epitel serviks, sitoplasma luas eosinofilik,
pembuluh darah setelah pemberian asam tersusun dalam kelompok-
asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak kelompok tumbuh infiltratif.
hanya terbatas pada serviks, tetapi Banyak didapatkan mitosis.
pemeriksaan meliputi vulva dan vagina. Terdapat bentukan keratin
Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan pearl, tampak area nekrosis
untuk membuat diagnosa histologik, dan perdarahan luas.
tetapi untuk menentukan kapan dan Kesimpulan Biopsi Cervix :
dimana biopsi harus dilakukan. Invasive Keratinizing
3. Biopsi Squamous Cell Carcinoma
Biopsi dilakukan di daerah abnormal di
bagian yang telah dilakukan - USG
kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit Kesan :
dinilai, sampel diambil secara konisasi.  Hidronefrosis Kiri
IV. Penatalaksaan
Penatalaksaan Teori Fakta
Penatalaksanaan karsinoma serviks 1. Perbaikan keadaan
umum
dibagi berdasarkan stadium4
2. Tranfusi darah sampai
1. Karsinoma serviks mikroinvasive
Hb ≥ 10 g/dL
Histerektomi totalis
3. IVFD RL .
2. Stadium IA1
4. Injeksi Cefotaxim
Total Abdominal Histerektomi
2x1gr
(TAH)/Total Vaginal Histerektomi
5. Injeksi Asam
(TVH). Bila disertai Vaginal Intra
Traneksamat 3x1 amp
Epitelial Neoplasma (VAIN) dilakukan
IV
pengangkatan vaginal cuff.
6. Biosanbe 1x1 tablet
3. Stadium IA2
7. R/ Kemoterapi /
Histerektomi radikal tipe 2 dan
Radioterapi
limfe adenektomi pelvis
4. Ca invasive
Biopsi untuk konfirmasi
diagnosis
5. Stadium IB1 – IIA < 4cm
Jika mempunyai prognosis baik
dapat dikontrol dengan operasi dan
radioterapi
6. Stadium IB2 – IIA >4cm
Kemoradiasi primer
Histerektomi radikal primer +
limfadenektomi + radiasi neoadjuvan
Kemoterapi neo adjuvan
7. Ca serviks stadium lanjut meliputi
stadium IIB, III, IV A
Pengobatan terpilih adalah
radioterapi lengkap yaitu radiasi eksterna
dilanjutkan intrakaviter radioterapi.
Terapi variasi yang sering diberikan
khemoradiasi, khemoterapi yang sering
BAB IV
KESIMPULAN

Pasien Ny. S, usia 44 tahun pasien masuk ke ruang Mawar dengan Ca.
Cervix Stadium IIIB + Anemia dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir. Sejak
± 1 tahun yang lalu pasien mengeluh sering keluar darah dari kemaluan, tidak
terus menerus, terjadi terutama setelah berhubungan suami istri. Pasien juga
mengeluh sering keluar cairan putih kekuningan dan berbau dari kemaluan. Ca.
cerviks kejadiannya berhubungan erat dengan sejumlah faktor ekstrinsik,
diataranya : jarang ditemukan pada perawan, coitarche diusia sangat muda (16
tahun), multi paritas dengan jarak persalinan terlalu dekat, sosial ekonomi rendah,
higien seksual jelek, merokok, serta jarang ditemukan pada wanita yang
suaminya disirkumsisi.2
Pada pemeriksaan Inspeksi terlihat darah merembes keluar melalui
vagina, berbau, volume sekitar 50 cc, tidak disertai rasa nyeri baik pada perut
maupun alat genital. Tidak terdapat massa dan pembesaran pada alat genital luar.
Inspekulo terlihat fluksus (+), fluor albus (+) berwarna putih kental berbau.
Porsio terlihat berdungkul di sekelilingnya
Pemeriksaan dalam didapati fluor albus (+), teraba massa berbenjol-benjol pada
sekeliling porsio.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratorium ,
Biopsi jaringan, USG dan foto rontgen thorax yang menunjang untuk diagnosis
dari Ca. Cerviks.
Penanganan pasien dilakukan observasi tanda vital, kesadaran dan
perbaikan keadaan umum seperti transfusi untuk penanganan anemia , baru akan
direncanakan kemoterapi ataupun radioterapi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuddin S. Pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Cermin Dunia


Kedokteran 2001;133;9-14.
2. Wiknjosastro H. Karsinoma Serviks Uterus. Dalam : Wiknjosastro H. Ilmu
Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta :
1999,380-388
3. Mansjoer A dkk. Kanker Serviks. Dalam : Mansjoer A dkk. Kapita Selekta
Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta; 2001, 379-381.
4. Agustria ZS. Penuntun pelaksanaan praktis kanker ginekologi. Palembang,
2004;20-26
5. Kaufman RH. Adam E. Vonka V. Human papilloma virus infection and
cervikal carcinoma. Clin obstet gynecol 2002;43:363-80
6. Bosman FT, Wagener DJ, et al. Tumor alat kelamin wanita. Dalam : Bosman
FT, Wagener DJ, et al. Onkologi. Edisi kelima. Yogyakarta : 1996;494-507.
7. Aziz, M. F, Kemoterapi pada kanker serviks. Dalam : Indones J Obstet Gynecol
20(3):Jakarta 1996, 186-192.

Anda mungkin juga menyukai