Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

I.2. Maksud dan Tujuan

1
BAB II
DASAR TEORI

II.1. Prinsip Dasar Metode VLF


Metode Very Low Frequency (VLF-EM) merupakan salah satu metode
dalam eksplorasi geofisika. Metode ini menggunakan prinsip induksi gelombang
elektromagnetik akibat adanya suatu benda yang konduktif di bawah permukaan
bumi. Dalam penelitian ini dibahas fenomena efek induksi elektromagnetik akibat
adanya batuan yang mempunyai nilai konduktivitas yang cukup tinggi.
Metode VLF mengukur daya hantar listrik batuan dengan cara
mengetahui sifat-sifat gelombang EM sekunder. Gelombang sekunder ini
dihasilkan dari induksi EM sebuah gelombang EM primer yang berfrekuensi
sangat rendah dari 10 sampai 30 KHz. Karena rendahnya harga frekuensi yang
digunakan, maka jangkau frekuensi dikelompokkan ke dalam kelompok VLF
(Very Low Frequency).
Metode ini memanfaatkan gelombang pembawa (carrier wave) dari
pemancar yang dibuat oleh militer yang sebenarnya untuk komunikasi bawah laut.
Gelombang ini memiliki penetrasi yang cukup dalam karena frekuensinya yang
cukup rendah. Gelombang VLF menjalar ke seluruh dunia dengan atenuasi yang
kecil dalam pandu gelombang antara permukaan bumi dan ionosfer.
Karena induksi gelombang primer tersebut, di dalam medium akan
timbul arus induksi (arus Eddy). Arus induksi inilah yang menimbulkan medan
sekunder yang dapat ditangkap di permukaan. Besarnya kuat medan EM sekunder
ini sebanding dengan besarnya daya hantar listrik batuan (), sehingga dengan
mengukur kuat medan pada arah tertentu, secara tidak langsung kita dapat
mendeteksi daya hantar listrik batuan di bawahnya.

II.2 Perambatan medan Elektromagnetik


Medan elektromagnetik dinyatakan dalam 4 vektor-vektor medan. Yaitu;
E = intensitas medan listrik (V/m), H = intensitas medan magnetisasi (A/m), B =
induksi magnetik, atau rapat fluks (Wb/m2 atau tesla) dan D = pergeseran listrik

2
(C/m2). Keempat persamaan tersebut dikaitkan dalam 4 persamaan maxwell
(persamaan II.1).
B
E  
t
D
H  i  (II.1)
t
B  0
  D  c
Persamaan (II.1) dapat direduksi dengan menggunakan hubungan-hubungan
tensor tambahan sehingga diperoleh persamaan yang hanya berkait dengan medan
E dan H saja (Grant and West, 1965. p496). Apabila diasumsikan medan E dan H
tersebut hanya sebagai fungsi waktu eksponensial, akan diperoleh persamaan
vektorial sebagai;
 2E  iE   2E
(II.2)
 2H  iH   2E
dengan permitivitas dielektrik (F/m),  permeabilitas magnetik (H,m), dan 
kondukivitas listrik (S/m). Bagian kiri pada sisi kanan persamaan (II.2)
menunjukkan arus konduksi, sedangkan bagian kanannya menunjukkan
sumbangan arus pergeserannya.
Di dalam VLF (pada frekuensi < 100 KHz), arus pergeseran akan lebih
kecil daripada arus konduksi karena permitivitas dielektrik batuan rata-rata cukup
kecil (sekitar 100dengan 0sebesar 910-12 F/m) dan konduktivitas target VLF
biasanya  10-2 S/m. Hal ini menunjukkan bahwa efek medan akibat arus
konduksi memegang peranan penting ketika terjadi perubahan konduktivitas
medium (Sharma, 1997).

II.3 Fase dan polarisasi elips


Pada saat gelombang primer masuk ke dalam medium, gaya gerak listrik
(ggl) induksi es akan muncul dengan frekuensi yang sama, tetapi fasenya
tertinggal 90o. Gambar 3 menunjukkan diagram vektor antara medan primer P dan
ggl induksinya.

3
e
s

S S cos 
R R sin  
 P
0
R cos  S sin 

Gambar II 1. Hubungan amplitudo dan fase gelombang sekunder (S) dan


primer

Andaikan Z(=R + iL) adalah impedansi efektif sebuah konduktor dengan


tahanan R dan induktans L, maka arus induksi (eddy), Is (=es/Z) akan menjalar
dalam medium dan menghasilkan medan sekunder S. Medan S tersebut memiliki
fase tertinggal sebesar  yang besarnya tergantung dari sifat kelistrikan medium.
Besarnya  ditentukan dari persamaan tan  = L/R. Total beda fase antara medan
P dan S akan menjadi 90o + tan-1(L/R).
Berdasar hal ini dapat dikatakan bahwa, jika terdapat medium yang sangat
konduktif (R0), maka beda fasenya mendekati 180o, dan jika medium sangat
resistif (R) maka beda fasenya mendekati 90o.
Kombinasi antara P dan S akan membentuk resultan R. Komponen R yang
sefase dengan P (Rcos) disebut sebagai komponen real (in-phase) dan komponen
yang tegak lurus P (Rsin) disebut komponen imajiner (out-of-phase, komponen
kuadratur). Perbandingan antara komponen real dan imajiner dinyatakan dalam
persamaan;
Re
 tan   L / R (II.3)
Im
Persamaan (II.3) menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan Re/Im
(semakin besar pula sudut fasenya), maka konduktor semakin baik, dan semakin
kecil maka konduktor semakin buruk.
Dalam pengukurannya, alat T-VLF akan menghitung parameter sudut tilt
dan eliptisitas dari pengukuran komponen in-phase dan out-of phase medan
magnet vertikal terhadap komponen horisontalnya. Besarnya sudut tilt (%) akan

4
sama dengan perbandingan Hz/Hx dari komponen in-phase-nya, sedangkan
besarnya eliptisitas  (%) sama dengan perbandingan komponen kuadraturnya.
Jika medan magnet horisontal adalah Hx dan medan vertikalnya sebesar Hx
ei (gambar 2), maka besar sudut tilt diberikan sebagai;
H 
2 z  cos 
tan( 2 )   x  2
H
(II.4)
H 
1   z 
 Hx 
dan eliptisitasnya diberikan sebagai;
b H z H x sin 
 
 
(II.5)
i
a H z e sin   H x cos 2

a
H
b  z
x

H
x
Gambar II. 2. Parameter polarisasi elips

II.4 Rapat Arus Ekuivalen


Rapat arus ekuivalen terdiri dari arus yang menginduksi konduktor dan
arus yang terkonsentrasi dalam konduktor dari daerah sekelilingnya yang kurang
konduktif. Asumsi untuk menentukan rapat arus yang menghasilkan medan
magnetik yang identik dengan medan magnetik yang diukur. Secara teori,
kedalaman semu rapat arus ekuivalen memberikan gambaran indikasi tiap-tiap
kedalaman variasi konsentrasi arus.
∆𝑍 ∆𝑥
𝐼 ( 2 ) = −0.205𝐻−2 + 0.323𝐻−1 − 1.446𝐻0 + 1.446𝐻+1 − 0.323𝐻+2 +
2𝜋 𝑎

0.205𝐻+3 (II.6)

5
Persamaan filter linear (Karous dan Hjelt) di atas adalah persamaan untuk
menentukan rapat arus ekuivalen dan merupakan filter terpendek yang
memberikan kesalahan kurang dari 8% untuk medan dari lintasan arus tunggal.

II.5 Sinyal VLF


Pada pengukuran dengan metode elektromagnetik menggunakan sinyal
yang berasal dari sumber yang berupa pemancar gelombang elektromagnetik.
Pembangunan pemancar VLF dimulai pada awal PD I, pada tahun 1910, untuk
komunikasi jarak jauh. Komunikasi dengan frekuensi VLF ini kemudian diperkuat
hingga dapat digunakan untuk komunikasi sub-marine yaitu kapal selam.frekuensi
gelombang elektromagnetik ini adalah 15 KHz – 25 KHz. Dua alasan pemakaian
gelombang VLF adalah (1) kemampuannya untuk komunikasi global karena
pelemahan yang sangat kecil di dalam pandu gelombang bumi-ionosfer dan (2)
penetrasinya cukup efektif hingga dapat menembus laut dalam.
Secara fisik, ukuran luas antena VLF sangatlah besar yaitu sekitar 10 km2.
Ukuran luas yang cukup lebar tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
kapasitas input dari pemancar tunggal VLF yang dipasang hingga ketinggian 200
sampai dengan 300 meter.

II.6 Kedalaman Skin (Skin Depth)


Kedalaman pada saat amplitudo menjadi 1/e (sekitar 37%) dari amplitudo
permukaan dikenal sebagai kedalaman kulit (skin depth ()). Kedalaman ini di
dalam metode EM sering ditengarai sebagai kedalaman penetrasi gelombang,
yaitu:

 2 
  1 /      504 (  / f ) (II.7)
 
 0 
Implementasi praktis persamaan (II.7) dapat dilihat pada Tabel II.1.
Tabel II.1. Variasi skin depth dengan frekuensi gelombang bidang pada medium
homogen dengan resistivitas 

6
SkinDepth (m)
F (Hz) Resistivitas (Ohmm)
0.01 1 102 104
0.01 500 5000 5104 5105
10 16 160 1600 16000
103 1.6 16 160 1600
4
10 0.5 5 50 500
105 0.16 1.6 16 160

II.7 Moving Average


Moving average adalah nilai rata – rata pengolahan data yang di
jumlahkan kemudian dibagi 4. Biasanya data yang diolah yaitu data tilt dan elipt.
Dengan perhitungan sebagai berikut :

(II.8)
Dimana :
MA tilt: moving average tilt
MA elipt : moving average elipt
Elipt : data elipt
Tilt : data tilt
(n-1) : data sebelumnya
(n+1) : data selanjutnya
Moving average elipt adalah nilai rata – rata pengolahan data yang di
jumlahkan kemudian dibagi 4. Biasanya data yang diolah yaitu data tilt dan elipt.
Dengan perhitungan sebagai berikut :

(II.9)
Dimana :
MA tilt: moving average tilt

7
MA elipt : moving average elipt
Elipt : data elipt
Tilt : data tilt
(n-1) : data sebelumnya
(n+1) : data selanjutnya

8
BAB III
METODOLOGI

III.1. Diagram Alir Pengolahan

Mulai

Data Sintetik Elektromagnetik

Pengolahan data dengan


menggunakan Ms. Excel

Pembuatan Grafik Tilt Vs DF,grafik


Tilt vs elipt, grafik Ma tilt vs Ma elipt

Pembuatan Penampang Rapat Arus

Manual (Surfer) Matlab

Interpretasi

Kesimpulan

Selesai

Gambar III.1. Diagram Alir

9
III.2. Pembahasan Diagram Alir

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Pengolahan Data


Titik
Pengukur
NO an Tilt (%) Elipt (%) MA TILT MA ELIPT JARAK FRASER DERIFATIF FRASER
1 0 60 3
2 20 67 3 261 24 30 10
3 40 67 15 271 48 50 6
4 60 70 15 277 58 70 4
5 80 70 13 281 53 90 3
6 100 71 12 284 50 110 6
7 120 72 13 290 53 130 7
8 140 75 15 297 59 150 -11
9 160 75 16 286 68 170 -27
10 180 61 21 259 74 190 -2
11 200 62 16 257 68 210 21
12 220 72 15 278 61 230 11
13 240 72 15 289 58 250 3
14 260 73 13 292 46 270 2
15 280 74 5 294 28 290 -4
16 300 73 5 290 20 310 -4
17 320 70 5 286 32 330 -54
18 340 73 17 232 -32 350 20
19 360 16 -71 252 -120 370 199
20 380 147 5 451 -55 390 100
21 400 141 6 551 27 410 -56
22 420 122 10 495 36 430 -91
23 440 110 10 404 42 450 -108
24 460 62 12 296 49 470 -45
25 480 62 15 251 56 490 7
26 500 65 14 258 59 510 23
27 520 66 16 281 54 530 27
28 540 84 8 308 39 550 3
29 560 74 7 311 30 570 -13
30 580 79 8 298 44
31 600 66 21

11
20 M 40M 60 80
Jarak RAE Jarak RAE JARAK RAE JARAK RAE

50 -32.715
70 -35.069
90 -34.5889 100 -35.4988
110 -35.5768 120 -34.5825
130 -37.3385 140 -35.2025 140 -35.7619
150 -38.1365 160 -38.4059 160 -38.4678
170 -37.8859 180 -38.1888 180 -37.6008
190 -30.8718 200 -29.8598 200 -35.7488 200 -29.7738
210 -31.5958 220 -30.8878 220 -22.5377 220 -24.6337
230 -35.6758 240 -37.2087 240 -28.9826 240 -22.9406
250 -35.2927 260 -42.7306 260 -28.5417 260 -41.3607
270 -37.0646 280 -28.1447 280 -38.471 280 -41.175
290 -37.1397 300 -26.225 300 -42.8157 300 -41.0687
310 -42.781 320 -36.1237 320 -42.9034 320 -44.0604
330 -24.3657 340 -38.4494 340 -32.9003 340 -31.1983
350 -37.6624 360 -36.7193 360 -32.9469 360 -30.8719
370 0.5627 380 -4.6499 380 -0.2588 380 -31.8008
390 -77.0369 400 -75.7898 400 -75.899 400 -1.925
410 -65.3818 420 -76.052 420 -74.6998
430 -66.28 440 -59.0038 440 -69.6898
450 -62.4438 460 -47.8908
470 -34.3608 480 -35.8295
490 -34.0235 500 -36.6054
510 -32.8364
530 -31.1106
550 -43.6376

12
13
Tabel IV.1Tabel Data

14
IV.2. Grafik Analisa
IV.2.1. Grafik Tilt Vs Elipt Australia

Gambar IV.1. Grafik Tilt Vs Elipt

15
IV.2.2. Grafik MA Tilt Vs MA Elipt Australia

Gambar IV.2. Grafik MA Tilt Vs MA Elipt

16
IV.2.3. GrafikTilt Vs DF Australia

Gambar IV.3. Grafik Tilt Vs DF

17
IV.2.4. Grafik Tilt Vs Elipt Jepang

Gambar IV.4. Grafik Tilt Vs Elipt

18
IV.2.2. Grafik MA Tilt Vs MA Elipt Jepang

Gambar IV.5. Grafik MA Tilt Vs MA Elipt

19
IV.2.3. GrafikTilt Vs DF Jepang

Gambar IV.6. Grafik Tilt Vs DF

20
IV.3. Pembahasan Penampang Rapat Arus
IV.3.1. Penampang Rapat Arus Menggunakan Matlab

Gambar IV.4. Penampang Rapat Arus Menggunakan Matlab Pemancar Jepang

21
Gambar IV.5. Penampang Rapat Arus Menggunakan Matlab Pemancar Australia

22
IV.3.2. Penampang Rapat Arus Menggunakan Surfer

Gambar IV.5. Penampang Rapat Arus Menggunakan Surfer Pemancar Jepang

23
Gambar IV.5. Penampang Rapat Arus Menggunakan Surfer Pemancar Australia

24
IV.3.3. Penampang Rapat Arus Menggunakan KHfilt

Gambar IV.6. Penampang Rapat Arus Menggunakan Khfilt Jepang

25
Gambar IV.6. Penampang Rapat Arus Menggunakan Khfilt Australia

26
BAB V
PENUTUP

V.1. Kesimpulan

V.2. Saran

27
28

Anda mungkin juga menyukai