Oleh :
SUDIYO
NBI : 12.616.000.25
Model Manajemen P1 – P2 – P3
Manajemen Puskesmas terdiri dari P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan Pelaksanaan),
dan P3 (Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian)
A. P1 (Perencanaan) Puskesmas : Microplanning Puskesmas.
Microplanning adalah penyusunan rencana 5 (lima) tahunan dengan
tahapan tiap-tiap tahun di tingkat Puskesmas untuk mengembangkan dan
membina Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Keluarga Berencana- Kesehatan
diwilayah kerjanya, berdasarkan masalah yang dihadapi dan kemampuan yang
dimiliki dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas (Departemen
Kesehatan, 1989).
Tujuan umum microplanning adalah meningkatkan cakupan
pelayanan program prioritas yang mempunyai daya ungkit terbesar terhadap
penurunan angka kematian bayi, anak balita dan fertilitas dalam wilayah
kerjanya yang pada gilirannya dapat meningkatkan fungsi Puskesmas.
Sedangkan tujuan khususnya adalah :
1) mengembangkan dan membina pos-pos pelayanan terpadu KB-Kesehatan di
desa-desa wilayah kerja Puskesmas, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
dan masalah yang dihadapi sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien,
2) meningkatkan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan, dan
3) meningkatkan kemampuan staf Puskesmas dalamberfikir secara analitik dan
mendorong untuk berinisiatif, kreatif, dan inovatif.
Ruang Lingkup microplanning adalah kegiatan pokok Puskesmas, meliputi 18
kegiatan pokok. Namun demikian, mengingat dalam Pelita IV prioritas
diberikan pada penurunan angka kematian bayi dan anak balita serta angka
fertilitas, maka perencanaan yang dimaksud baru diarahkan pada 5 (lima)
program terpadu KB-Kesehatan, yaitu program Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, Gizi, Imunisasi, dan Penanggulangan Diare. Kelima
program tersebut mempunyai daya ungkit terbesar terhadap upaya penurunan
angka kematian bayi, anak balita, dan angka fertilitas.
A. Kepala Puskesmas
Dalam organisasi dan tata kerja, sebuah Puskesmas dipimpin oleh kepala
Puskesmas yang mempunyai tugas memimpin, mengawasi dan mengkoordinasi
kegiatan Puskesmas yang dapat dilakukan dalam jabatan struktural dan jabatan
fungsional. Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib
menetapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan
Puskesmas maupun dengan satuan organisasi di luar Puskesmas sesuai dengan
tugasnya masing-masing. Selain itu kepala Puskesmas wajib mengikuti dan
mematuhi petunjuk-petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan teknis
pelaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Departemen kesehatan
kabupaten/kotamadya, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Kepala Puskesmas bertanggung-jawab memimpin, mengkoordinasi
semua unsur dalam lingkungan Puskesmas, memberikan bimbingan serta
petunjuk bagi pelaksanaan tugas masing-masing. Kegiatan managemen
Puskesmas yang dilaksanakan oleh kepala Puskesmas meliputi tiga fungsi
manajemen Puskesmas yakni Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian, dan
Pengawasan dan Pertanggungjawaban.
B. Perencanaan
Perencanaan adalah proses penyusunan rencana tahunan Puskesmas untuk
mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas. Rencana tahunan
Puskesmas dibedakan atas dua macam yakni rencana tahunan upaya kesehatan
wajib dan rencana tahunan upaya kesehatan pengembangan.
a. Wabah
Wabah adalah suatu peningkatan kejadian kesakitan/kematian yang
telah meluas secara cepat baik jumlah kasus maupun luas daerah
terjangkit.
b. Kejadian Luar Biasa
1) KLB adalah:
o Petugas Puskesmas mampu melakukan tatalaksana kasus diare yang tepat dan
efektif. - Petugas Puskesmas mampu melakukan penyuluhan pemberantasan
diare.
o Petugas Puskesmas mampu meningkatkan peran serta aktif masyarakat.
o Petugas kesehatan mampu melakukan pencatatan dan pelaporan serta
monitoring kegiatan pemberantasan diare.
Prinsip utama tatalaksana diare akut adalah pemberian cairan dan makanan
serta pengobatan medikamutosa yang rasional yang hanya diberikan untuk
kasus tertentu yang jelas penyebabnya.
a. Pemberian cairan
Pada garis besarnya jenis cairan dibagi dalam :
1) Cairan rehidrasi oral.
Cairan rehidrasi oral (oralit) diberikan kepada semua penderita diare,
kecuali bila oralit tidak ada atau diare baru dimulai, cairan rumah
tangga misalnya larutan gula garam atau air tajin diberikan untuk
mencegah dehidrasi Pemerintah menyediakan 2 macam kemasan
oralit:
a. Bungkusan 1 (satu) liter (20% dari persediaan) digunakan untuk
rumah sakit atau KLB dan diberikan /dilarutkan di sarana
kesehatan.
b. Bungkusan 200 ml (80% dari persediaan) tersedia sampai ke
posyandu dan dapat diberikan/dibawa pulang oleh masyarakat.
Cara melarutkan oralit harus dilarutkan dengan baik agar lebih
berhasil guna dan tidak terjadi gejala sampingan.
Dosis oralit disesuaikan dengan umur penderita dan keadaan diare atau
dehidrasinya. Dosis acuan adalah sebagai berikut:
Di bawah 1 tahun : 3 jam pertama 1,5 gelas, kemudian 0,5 gelas setiap
mencret.
Antara 1-4 tahun : 3 jam pertama 3 gelas, kemudian 1 gelas setiap
mencret.
Antar 5-12 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, kemudian 1,5 gelas setiap
mencret.
Di atas 12 tahun : 3 jam pertama 12 gelas, kemudian 2 gelas setiap
mencret.
2) Cairan rehidrasi parenteral (intravena).
Terapi cairan intravena diberikan kepada penderita diare dengan
dehidrasi berat atau keadaan menurun sangat lemah, muntah-muntah
berat sehingga penderita tidak dapat minum sama sekali.
III. PROGRAM KESEHATAN IBU DAN ANAK
A. Program Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya dibidang kesehatan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki,
bayi dan balita serta anak prasekolah. Tujuan program kesehatan Ibu dan Anak
adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat
kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju NKKBS serta
meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang
optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Salah satu kegiatan petugas Puskesmas untuk mencapai tujuan tersebut diatas
adalah dengan kegiatan imunisasi.
B. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Jadi imunisasi adalah
suatu tindakan untuk memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke
dalam tubuh manusia. Secara umum imunisasi bertujuan untuk menurunkan
angka kematian dan kesakitan serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Sasaran kegiatan imunisasi dalam
program kesehatan ibu dan anak adalah bayi umur 0-11 bulan dan ibu hamil.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mendukung keberhasilan program
imunisasi meliputi :
1) Menentukan besarnya sasaran dan target cakupan sasaran imunisasi. Ini bisa
ketahuan dari data yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik. Jumlah bayi
puskesmas tahun ini =
Jumlah penduduk Puskesmas tahun lalu X jumlah bayi Kab. tahun ini Jumlah
penduduk Kab. tahun lalu
Jumlah bayi : 5 angka kelahiran Propinsi dikalikan jumlah penduduk
puskesmas.
Jumlah sasaran ibu hamil untuk TT adalah seluruh ibu hamil.
Jumlah ibu hamil = 1,1 x jumlah bayi.
1. Depkes RI, Pedoman Kerja Puskesmas Tahun 1989-1990. Jilid 1. Jakarta. 1989
2. Depkes RI, Pedoman Kerja Puskesmas Tahun 1989-1990. Jilid 2. Jakarta. 1989
3. Depkes RI, Pedoman Kerja Puskesmas Tahun 1989-1990 .Jilid 3. Jakarta. 1989
4. Depkes RI. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 128/ Menkes/
SK/ II/ 2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Dinkes
Propinsi Jawa Tengah. 2005