Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

IMPLAN KOKLEA

STASE ROTASI KLINIK THT


RSUD KOTA YOGYAKARTA

Disusun oleh :
Fityah Ufi Atiyah
20120310103

Dokter Pembimbing :
dr. Indera Istiadi Sp. THT

BAGIAN ILMU THT RSUD KOTA JOGJA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 6
1. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA .......................................................................... 6
2. PROSES MENDENGAR DAN BICARA PADA BAYI .................................................. 11
3. GANGGUAN PENDENGARAN ..................................................................................... 12
4. KLASIFIKASI DERAJAT GANGGUAN PENDENGARAN ......................................... 13
5. IMPLAN KOKLEA ........................................................................................................... 14
6. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN IMPLAN KOKLEA ............................................ 22
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 25
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Telinga Luar ................................................................................................................................. 6


Gambar 2. Telinga Tengah ........................................................................................................................... 8
Gambar 3. Telinga Dalam ............................................................................................................................. 9
Gambar 4. Implan Koklea ........................................................................................................................... 14
Gambar 5. Komponen Implan Koklea ........................................................................................................ 16
Gambar 6. Proses Implan Koklea ............................................................................................................... 18
Gambar 7. Proses Implan Koklea ............................................................................................................... 19
Gambar 8. Proses Implan Koklea ............................................................................................................... 19
Gambar 9. Proses Implan Koklea ............................................................................................................... 20
Gambar 10. Proses Implan Koklea ............................................................................................................. 20
Gambar 11. Proses Implan Koklea ............................................................................................................. 21
BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan pendengaran merupakan salah satu gangguan sensorik yang paling


umum dan di Amerika terdapat 28 juta orang dengan gangguan pendengaran. Sekitar 1-3
dari 1.000 bayi baru lahir mengalami tunarungu. 40-50% orang tua usia di atas 75 tahun
mengalami gangguan pendengaran. Berdasarkan data WHO, bahwa 360 juta (5,3%)
penduduk dunia terkena gangguan pendengaran, setengahnya (180 juta lebih) berada di
asia tenggara. Termasuk Indonesia, yang menduduki tempat ke 4 setalah Bangladesh,
Myanmar dan India. Data Indonesia menunjukkan prevalensi ketulian cukup tinggi yaitu
4,6%, yaitu penyakit telinga 18,5%, gangguan pendengaran 16,8%, ketulian berat 0,4%
dengan populasi tertinggi pada kelompok usia sekolah (7 – 18 tahun).8
Data WHO menyebutkan bayi lahir tuli ( tuli kongenital) berkisar 0,1 - 0,2%,
sehingga diperkirakan akan ada 5200 bayi tuli di Indonesia pertahun. Bayi-bayi ini
berisiko gangguan perkembangan bahasa dan komunikasi, berdampak pada turunnya
kemampuan akademik dan kualitas SDM, jika tidak di tolong maka anak-anak akan
menjadi warga terbelakang yang tidak mandiri dan tidak sejahtera
Terapi untuk gangguan pendengaran, tergantung pada derajat gangguan
pendengarannya. Gangguan pendengaran dengan derajat sedang sampai sedang-berat
dapat diatasi dengan alat bantu dengar. Untuk pasien dengan derajat gangguan
pendengaran berat sampai sangat berat, yang tidak dapat diatasi dengan alat bantu dengar,
implan koklea dapat dijadikan sebagai solusi.8
Implan koklea adalah alat elektronik yang ditanam pada rumah siput (koklea),
berfungsi sebagai pengganti koklea yang mengalami gangguan pendengaran
sensorineural derajat berat sampai sangat berat, alat ini akan mengubah energi mekanik
menjadi energi listrik yang kemudian dihantarkan melalui syaraf pendengaran ke pusat
pendengaran di otak.6

Penemuan implant koklea dicetuskan dari tahun 1790 dimana temuan stimulasi
listrik di sistem pendengaran dapat membuat persepsi suara, ketika Alessandro Volta
(pengembang listrik baterai) meletakkan batang-batang besi di telinganya sendiri dan
dihubungkan ke sebuah tegangan listrik sebesar 50 Volt, beliau lalu mengalami
guncangan dan mendengar suara "seperti sup yang mendidih". Eksperimen lainnya terus
dijalankan sehingga penemuan alat bantu dengar mulai dikembangkan pada abad ke-20.9

Rangsangan langsung pertama dari saraf akustik dengan elektroda dilakukan pada
1950-an oleh dokter bedah Perancis-Aljazair André Djourno dan Charles Eyriès. Mereka
menempatkan kabel pada saraf selama operasi, dan melaporkan bahwa pasien mendengar
suara-suara ketika arus diterapkan.9.

Pada tahun 1961 Dr. William House (seorang ahli penyakit telinga), John Doyle
(seorang ahli bedah saraf) dan James Doyle (seorang insinyur listrik) mulai melakukan
penelitian pada satu perangkat saluran di Los Angeles. Penilitian oleh House dan kawan-
kawan unit yang pertama disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration dari
Amerika Serikat) untuk implantasi pada orang dewasa pada tahun 1984.9

Pada tahun 1964, Blair Simmons dari Stanford University memasang implan pada
orang percobaannya dengan enam perangkat saluran. Perangkat ini menggunakan plug
perkutan untuk mengaktifkan elektroda untuk dirangsang secara individual. Walau
bagaimanapun penerima masih tidak mengerti kata-kata yang terdengar melalui
perangkat tetapi percobaan tersebut penting karena menunjukkan bahwa dengan
merangsang di berbagai area pada koklea, persepsi yang berbeda-beda bisa diproduksi. 9

Pada tahun 1972 DPR 3M oleh House dan kawan-kawan menjadi implan
elektroda tunggal yang pertama dipasarkan secara komersial. Pada bulan Desember
1984, implan koklea Australia telah disetujui oleh United States Food and Drug
Administration untuk ditanamkan ke orang dewasa di Amerika Serikat. 9

Implan koklea merupakan terobosan yang luar biasa. Karena bisa membuat orang
yang awalnya tidak bisa mendengar (Hearing Sensory Loss) suara menjadi bisa
mendengar suara, terutama pada bayi – anak dengan tunarungu. 9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA


Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran bunyi dan untuk
keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu bagian telinga luar,
telinga tengah, dan telinga dalam.10
1. TELINGA LUAR
Telinga luar (auris externa) terdiri dari daun telinga (auricula/pinna), liang telinga
(meatus acusticus externus) sampai gendang telinga (membrana tympanica) bagian
luar. Telinga luar terletak pada pars tympanica ossis temporalis dan pada bagian
belakang berbatasan dengan processus mastoideus. 1

Gambar 1. Telinga Luar 3


Pusat dari pinna yaitu concha yang mengarah ke meatus akustikus eksternus,
dimana panjangnya sekitar 2,5 cm. 1/3 lateral dari kanal tersusun atas kartilago,
mengandung kelenjar yang memproduksi serumen dan folikel rambut. 2/3 medial
kanal tersusun atas tulang keras yang dilapisi epitel sampai pada membran tympani.
Saraf sensorik yang mensyarafi kulit yang melapisi meatus berasal dari nervus
auriculo temporalis dan ramus auricularis nervi vagi. 1
Telinga luar berfungsi sebagai penyalur suara dan sebagai proteksi telinga tengah.
Fungsi telinga luar sebagai penyalur suara tergantung dari intensitas, frekuensi, arah,
dan ada atau tidaknya hambatan dalam penyalurannya ke gendang telinga. Sedangkan
fungsinya sebagai proteksi telinga tengah yaitu menahan atau mencegah benda asing
yang masuk ke dalam telinga dengan memproduksi serumen, menstabilkan
lingkungan dari input yang masuk ke telinga tengah, dan menjaga telinga tengah dari
efek angin dan trauma fisik. 12
Membran tympani (ear drum) adalah partisi tipis yang semitransparan diantara
meatus akutikus eksternus dengan telinga tengah. Membrane tympani ditutupi oleh
epidermis dengan lapisan epitel selapis kubis. Diantara lapisan epitel terdapat
jaringan ikat yang tersusun atas kolagen, sabut elastis dan fibroblast. Robekan pada
membrane tympani dapat diperiksa secara langsung dengan menggunakan otoskop,
sebuah alat yang dapat menjelaskan dan memperbesar meatus akustikus eksternus dan
membran tympani. 11
2. TELINGA TENGAH
Telinga tengah (auris media) berada di sebelah dalam gendang telinga sekitar 3-6
mm. Atap rongga telinga tengah adalah tegmen tympani dari pars petrosa ossis
temporalis yang berbatasan dengan cavitas cranii. Dinding lateral telinga tengah
berbatasan dengan membrane timpani beserta tulang di sebelah atas dan bawahnya.
Dinding depannya berbatasan dengan canalis caroticus yang di dalamnya terdapat
arteri karotis interna. Dinding medial telinga tengah ini berbatasan dengan tulang
pembatas telinga dalam yang terlihat menonjol karena terdapat prominentia canalis
facialis di bagian posterior atas. Telinga tengah ini juga secara langsung berhubungan
dengan nasofaring yaitu melalui tuba eustachius. 11
Gambar 1. Telinga Tengah 4
Telinga tengah berfungsi untuk menyalurkan suara dari udara dan memperkuat
energi suara yang masuk sebelum menuju ke telinga dalam yang berisi cairan. Fungsi
telinga tengah dalam memperkuat energi suara dibantu oleh tulangtulang kecil seperti
maleus, incus, dan stapes sehingga energi suara tadi dapat menggetarkan cairan
perilimfe di koklea untuk proses mendengar 1
Telinga tengah dilapisi epitel selapis pipih yang terletak pada lamina propria tipis
yang melekat kuat pada periosteum. 2 Di dalam telinga tengah terdapat dua buah otot
yaitu m. Tensor tympani yang melekat pada dinding semikanal tensor tympani. Kerja
otot ini untuk meningkatkan frekuensi resonasi sistem penghantar suara serta
melemahkan suara dengan frekuensi rendah. Otot selanjutnya m. Stapedius yang
berfungsi memperlemah transmisi suara dan meningkatkan frekuensi resonasi tulang
pendengaran. 12
3. TELINGA DALAM
Telinga dalam tersusun atas 2 struktur. Bony labyrinth yaitu ruangan pada pars
petrosus os. Temporal yang ditempati membranous labyrinth berisi perilymph,
dimana komposisinya mirip dengan cairan extracellular tapi kadar proteinnya rendah.
Membranous labyrinth berisi endolymph, dimana dikarakteristikan dengan rendah
kadar sodium dan tingginya kadar potassium dengan kadar protein yang rendah. Bony
labyrinth dibagi menjadi 3 area utama : (1) vestibulum, (2) canalis semisircularis, (3)
cochlea.2
Cochlea manusia berbentuk tabung bergulung yang tersusun atas tulang keras
dengan panjang sekitar 35mm yang dibagi menjadi skala vestibule, skala media dan
skala tympani. Skala vestibule dan skala tympani mengandung perilymph. Skala
media diikat oleh membrane vestibularis, membrane basilaris, osseus spiral lamina
dinding lateral. Skala media mengandung endolymph.2
Ductus cochlearis yang mengandung endolymph berakhir pada apex cochlea. 2
skala lain yang berisi perilymph merupakan tabung panjang yang berawal dari
tingkap lonjong dan berakhir pada tingkap bundar. Skala-skala ini saling
berhubungan pada apex cochlea melaluicelah yang disebut helicotrema. 2
Struktur pada telinga dalam memiliki reseptor khusus pendengaran disebut organ
of corti; mengandung hair cells yang merespon terhadap frekuensi suara yang
berbeda-beda. Organ corti terletak pada lapisan tebal membran basilaris. Terdapat sel
penyokong dan 2 jenis sel rambut. 3 – 5 baris sel rambut luar dan terdapat satu baris
sel rambut dalam. 2

Gambar 2. Telinga Dalam 3


4. FISIOLOGI MENDENGAR
Suara akan masuk ke telinga luar, kemudian akan ditrasmisikan ke telinga tengah.
Transmisi energi suara melalui telinga tengah ke telinga dalam ini dimulai dari
getaran membrane timpani yang menggerakkan tangkai malleus, dan selanjutnya
menggerakan tulang inkus dan stapes. 1
Getaran suara dihantarkan lewat liang telinga tengah ke telinga dalam,
menimbulkan suatu gelombang berjalan di sepanjang membran basilaris dan organ
corti. Hal ini disebabkan adanya getaran dari tulang stapes menggerakkan fenestra
ovalis ke luar dan ke dalam, yang menimbulkan suatu perubahan tekanan kemudian
dihantarkan melalui perilymph ke sekat koklea, untuk kemudian keluar melalui
fenestra rotundum. Transmisi tekanan melalui sekat koklea mengakibatkan sekat
tersebut menggelembung ke atas atau ke bawah, tergantung pada arahperubahan
tekanannya. Penggembungan sekat koklea ini akanmengakibatkan sel-sel rambut di
dalam organ corti merangsang ujungsaraf auditorius 1
Kompleks stereosilia dan sel rambut merupakan komponen yang penting untuk
proses transduksi. Stereosilia pada sel rambut dalam tidak bersentuhan dengan
membran tectorial, tetapi sel rambut luar mengalami kontak langsung. Karena sel
rambut luar melekat pada membran, sedangkan sel rambut dalam tidak melekat, maka
berubahnya bentuk membran basilar akan menjadikan silia sel rambut melengkung.
Pembengkokan dari stereosilia oleh gelombang yang bergerak tersebut menyebabkan
terbukanya dan tertutupnya kanal ion non spesifik pada ujung jari stereosilia tersebut,
yang akan menghasilkan aliran kalium menuju ke sel sensoris. Hasil dari depolarisasi
intraselular ini menyebabkan suatu kaskade enzim termasuk kalsium. Hal ini
menghasilkan pelepasan dan transmiter kimia, dan menciptakan potensial aksi pada
serabut saraf afferen yang melekat. 1
Semua serabut saraf afferen koklearis berhenti pada nucleus koklearis. Dari
nukleus koklearis, banyak serabut saraf yang menyilang ke brainstem menuju ke
kompleks oliva superior bagian kontralateral, dan sebagian kecil dari serabut saraf
menuju ke bagian ipsilateral dari kompleks oliva superior. Kompleks oliva superior
ini merupakan pusat pertama dari sistem pendengaran yang asenden, dimana input
dari keduatelinga terkumpul. 1
Penyilang selanjutnya terjadi pada inti lemniskus lateralis dan kolikulus inferior.
Kolikulus inferior ini menunjukkan sifat dari pendengaran, termasuk membedakan
sensitifitas dari frekuensi dan intensitas keras dan pendengaran binaural. Selanjutnya,
dari kolikulus inferior, jaras pendengaran berlanjut ke korpus genikulatum medial
dari thalamus dan melanjutkan proyeksi ke korteks pendengaran. Korteks
pendengaran ini terletak pada fissura silvii dari lobus temporalis. 1

2. PROSES MENDENGAR DAN BICARA PADA BAYI


Dari Komnas Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian. Proses
mendengar dan bicara pada bayi yaitu :
a. 0 - 3 bulan
a) Berkedip atau mengernyit ketika mendengar suara
b) Saat diajak bicara dia tenang, memandang wajah yang
berbicara.
c) Tertawa atau berceloteh dengan suara tenggorok.
b. 3 – 6 bulan
a) Mencari dan melihat kearah asasi suara.
b) Menyukai bunyi mainan yang gemerincing.
c) Senyum dan mengoceh saat diajak bicara.
c. 6 – 9 bulan
a) Menengok arah papa atau mama saat dipanggil.
b) Mengeluarkan bunyi vokal saat ingin diperhatikan.
c) Bersuara “da” “ba” “ma”.
d. 9 – 12 bulan
a) Tahu nama mainan dan mampu mengikuti petunjuk.
b) Menari dan menari jika ada musik.
c) Bersuara “M,D,G,B,N” dan merubah intensitas suara.
e. 12 – 18 bulan
a) Menunjukkan bagian tubuh saat diminta.
b) Mengambil barang atas permintaan kita.
c) Meniru suara dan kata – kata baru ( 10 – 20 kata ).
f. 18 – 24 bulan
a) Mengerti kalimat sederhana, seperti : dibawah meja.
b) Suka dibacakan cerita dan menunjuk gambar dibuku.
c) Bisa menyebut namanya dan kalimat dengan dua kata seperti : main bola.

3. GANGGUAN PENDENGARAN
1. Definisi
Gangguan pendengaran berbeda dengan ketulian. Gangguan pendengaran
(hearing impairment) berarti kehilangan kemampuan untuk mendengar dari salah
satu atau kedua telinga. Ketulian (deafness) berartikehilangan mutlak kemampuan
mendengar dari salah satu atau kedua telinga.6

2. Jenis
Gangguan pendengaran dapat di klasifikasikan menjadi tuli konduksi, tuli
sensorineural dan tuli campuran. 1
1. Tuli konduksi atau conductive hearing loss
Terjadi karena hasil perubahan mekanisme konduksi secara anatomis
dan fisiologis pada telinga luar dan telinga tengah. Telinga luar yang
menyebabkan tuli konduktif ialah atresia liang telinga, sumbatan oleh
serumen, otitis eksterna dan osteoma liang telinga. Sedangkan kelainan telinga
tengah yang menyebabkan tuli konduktif ialah sumbatan tuba eustachii, otitis
media, otosklerosis, timpanosklerosis dan dislokasi tulang pendengaran
Terjadi pada 8% dari seluruh kejadian gangguan pendengaran.
Gangguan pendengaran konduktif tidak melebihi 60 dB karena dihantarkan
menuju koklea melalui tulang (hantaran melalui tulang) bila intensitasnya
tinggi.

2. Tuli sensorineural atau sensorineural hearing loss

Merupakan jenis yang paling banyak terjadi yaitu sebesar 90% dari
seluruh kejadian gangguan pendengaran. Disebabkan oleh kerusakan atau
malfungsi koklea, saraf pendengaran dan batang otak sehingga terjadi
kegagalan untuk memperkuat gelombang suara sebagai impuls saraf secara
efektif pada koklea atau untuk mengirimkan impuls tersebut melalui nervus
vestibulokoklearis. Bila kerusakan terbatas pada sel rambut di koklea maka sel
ganglion dapat bertahan atau mengalami degenerasi transneural. Bila sel
ganglion rusak, maka nervus VIII akan mengalami degenerasi wallerian.

Tuli sensorineural koklea disebabkan oleh aplasia(kongenital),


labirintis (oleh bakteri / virus), intoksikasi obat streptomisin, kanamisin,
noemisin. Selain itu juga dapat disebabkan karena tuli mendadak, trauma
kapitis dan akustik dan terpapar bising. Sedangkan pada tuli sensorineural
retrokoklea disebabkan oleh neuroma akustik, myeloma multiple dan cedera
otak
3. Tuli campuran atau mixed deafnessTuli konduksi yang terjadi bersamaan
denga tuli sensorineural

4. Klasifikasi Derajat Gangguan Pendengaran


Menurut WHO, derajat gangguan pendengaran dibagi menjadi lima.
1. Tidak ada gangguan pendengaran ( 0 – 20 dB ) : Tidak ada atau sangat sedikit
gangguan pendengaran. Masih mampu untuk mendengar bisikan.
2. Gangguan pendengaran ringan ( 20 – 45 dB ) : Mampu mendengar dan
mengulang kata yang diucapkan dengan suara normal dalam jarak 1 meter. Di
rekomendasikan untuk konseling alat bantu dengar, mungkin di butuhkan.
3. Gangguan pendengaran sedang ( 45 – 60 dB ) : Mampu mendengar dan
mengulang kata yang diucapkan dengan suara meninggi pada jarak 1 meter. Alat
bantu dengar biasanya direkomendasikan.
4. Gangguan pendengaran sedang – berat ( 60 – 75 dB ) : Mampu mendengar dan
mengulang kata yang diucapkan dengan suara meninggi dan keras pada jarak
kurang dari 1 meter. Alat bantu dengar biasanya di pertimbangkan.
5. Gangguan pendengaran berat ( 75 – 90 dB ) : Mampu mendengar beberapa kata
dengan suara berteriak. Alat bantu dengar dibutuhkan, implan koklea di
pertimbangkan.
6. Gangguan pendengaran sangat berat ( > 90 dB ) : Tidak dapat mendangar dan
mengerti bahkan dengan suara berteriak. Alat bantu dengar mungkin membantu
memahami kata – kata. Implan koklea disarankan karena memberi peluang dengar
lebih optimal sehingga mampu menirukan dengan lebih baik. Habilitasi sangat
dibutuhkan agar anak dapat seperti anak normal.

5. IMPLAN KOKLEA
1. DEFINISI
Implan koklea adalah sebuah alat kecil yang dapat membantu orang untuk
mendengar. Implan ini biasanya digunakan pada orang yang mengalami gangguan
pendengaran berat – sangat berat. Implan koklea tidak sama dengan hearing aid (alat
bantu dengar) karena alat ini ditanamkan dengan pembedahan dan bekerja dengan
cara yang berbeda. Implan koklea disebut juga telinga bionic. 9
Implan koklea berfungsi untuk menggantikan fungsi rambut getar dalam rumah
siput yang telah rusak sehingga stimulasi suara dapat diterima kembali oleh saraf
pendengaran untuk selanjutnya diteruskan ke otak untuk diterjemahkan sebagai
bunyi.

Gambar 3. Implan Koklea 9


2. KOMPONEN IMPLAN KOKLEA
Tidak seperti alat bantu dengar / hearing aid, implan koklea tidak memperkuat
suara, akan tetapi bekerja secara langsung merangsang fungsi nervus auditorius
didalam koklea menggunakan medan listrik
Bagian implan koklea ada dua : komponen eksternal dan komponen internal.
Komponen eksternal diletakkan di belakang daun telinga dan komponen internal di
pasang dengan jalan operasi, rumah mplan diletakkan diantara tulang tengkorak
kepala dan kulit kepala,
sedangkan elektroda dimasukkan ke dalam rongga koklea tempat dimana beradanya
rambut getar yang rusak. 9
Bagian-bagian implan koklea :
1. Eksternal :
a. Mikrofon. Berfungsi untuk menangkap suara dari luar / lingkungan
b. Prosesor percakapan (speech processor), untuk menyaring suara terutama suara
yang dapat didengar dan mengirimkan sinyal suara elektrik melalui kabel tipis ke
transmitter.
c. Transmitter, sebuah gulungan kawat yang ditahan magnet, terletak dibelakang
telinga luar, yang memancarkan sinyal suara yang telah diproses ke alat internal
dengan menggunakan induksi elektromagnetik.
2. Internal :
a. Receiver (alat penerima) dan simulator, yang mengubah sinyal menjadi impuls
elektrik dan mengirimkannya melalui kabel internal ke elektroda-elektroda.
b. Susunan elektroda-elektroda, adalah sebuah susunan yang terdiri dari 22
elektroda yang membalut koklea, yang mengirimkan impuls ke nervus pada skala
timpani dan langsung ke otak melalui nervus auditorius
Gambar 4. Komponen Implan Koklea 8
3. CARA KERJA IMPLAN KOKLEA: 9
1. Suara ditangkap mikrofon, diperkeras, dan dialihkan menjadi signal elektrik.
2. Diterjemahkan melalui gelombang mekanik ke telinga bagian tengah.
3. Sinyal dikirim ke transducer--perangkat elektrik yang bisa mengubah satu bentuk
energi menjadi bentuk yang lain.
4. Merangsang telinga bagian dalam.

4. INDIKASI IMPLAN KOKLEA: 9


Indikasi utama untuk melakukan implan koklea adalah gangguan pendengaran
berat dan sangat berat bilateral, yang tidak bisa diatasi dengan alat bantu dengar. Pada
orang dewasa, kriteria yakni menggunakan alat bantu dengar lebih dari tiga bulan
Antara lain, pada pasien dengan gangguan pendengaran kongenital dan tuli
prelingual, gangguan pendengaran didapat dan ketulian postlingual, implan koklea
dilakukan pada anak – anak berusia 12 bulan ke atas.

5. KONTRAINDIKASI IMPLAN KOKLEA: 9


Kontraindikasi pemasangan implan koklea antara lain :
1. tuli akibat kelainan pada jalur saraf pusat (tuli sentral)
2. proses penulangan koklea, dan koklea tidak berkembang
3. Infeksi kronik pada mastoid
4. Perforasi memban timpani

6. TAHAPAN IMPLAN KOKLEA: 9


Pelayanan Program Implan Koklea melalui beberapa tahap :
1. Proses seleksi dan evaluasi kandidat.
Nilai dari anamnesis terhadap pasien untuk menggali factor resiko, jika pasien
adalah anak maka lakukan alloanamensis kepada orang tua pasien. Kemudian lakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan telinga luar dengan otoskop
Setelah itu, dilakukan pemeriksaan gangguan pendengaran seperti BERA,
Otoakustik Emisi, Timpanometri, Audiometri. Dilanjutkan dengan Auditory-Verbal
Therapy (AVT) dengan memakai ABD untuk melatih kandidat berbicara dengan fokus
pendengaran selama + 2 bulan. Setelah ABD diyakini tidak memberi manfaat, maka
direncanakan untuk dilakukan operasi.
Jenis- jeni pemeriksaan audiologi:
 Tympanometri, menilai fungsi telinga bagian tengah.
 Free field test untuk menilai kemampuan anak dalam memberikan respon
terhadap rangsang bunyi sambil bermain dievaluasi pendengarannya.
 Play audiometri, yaitu pemeriksaan fungsi pendengaran yang dilakukan
sambil bermain.
 OAE (OtoAcoustic Emosion), menilai fungsi rumah siput secara obyektif
dan dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. Sangat bermanfaat untuk
screening.
 ABR (Auditory Brain Respon) syaraf, yaitu pemeriksaan yang menilai
fungsi pendengaran secara obyektif sepanjang jarak pendengaran.
 ASSR (Auditory Steady State Respone), yaitu pemeriksaan yang hampir
sama dengan ABR namun hasilnya dapat menunjukkan beberapa frekuensi
pendengaran sekaligus (frekuensi spesifik).
Sebelum dilakukan operasi dilakukan tes laboratorium standar pre- operasi yakni
hematologi lengkap, elektrolit dan masa pembekuan darah. Jika pasien dicurigai
mempunyai gejala autoimun maka dilakukan pemeriksaan imunologi untuk evaluasi
pasien. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan tiroid dan fungsi ginjal jika ada indikasi
2. Tindakan operasi dilakukan setelah pemeriksaan laboratorium, CT Scan dan atau MRI,
konsultasi dokter Spesialis Anak, dokter Spesialis Anestesi dan psikologi. 8
Sebelum dilakukan operasi dilakukan tes laboratorium standar pre- operasi yakni
hematologi lengkap, elektrolit dan masa pembekuan darah. Jika pasien dicurigai
mempunyai gejala autoimun maka dilakukan pemeriksaan imunologi untuk evaluasi
pasien. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan tiroid dan fungsi ginjal jika ada indikasi
CT Scan bermanfaat untuk melihat gambaran tulang temporal dan keadaan dari
koklea serta saraf pendengaran. CT scan dengan resolusi tinggi juga dapat engintepreatasi
adaanya kelainan pada tulang dan adanya infeksi seperti keadaan otitis media kronis.
MRI bermanfaat untuk melihat keadaan koklea secara lebih detail lagi, selain itu MRI
juga dapat mendeteksi pengerasan dari koklea
Operasi pemasangan Cochlear Implant harus dilaksanakan di rumah sakit. Operasi
dilaksanakan dengan pembiusan total dengan tahap-tahap yakni
1. Membuat flap dan desain insisi

Gambar 5. Proses Implan Koklea


Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/857242-overview
2. Mastoidektomi dan timpanostomi posterior

Gambar 6. Proses Implan Koklea


Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/857242-overview

3. membuat tatakan (pad)

Gambar 7. Proses Implan Koklea


Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/857242-overview
4. kokhleostomi

Gambar 8. Proses Implan Koklea


Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/857242-overview

5. Memasukkan electrode ke kokhlea.

Gambar 9. Proses Implan Koklea


Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/857242-overview
6. Telemetry, closure, and radiograph

Gambar 10. Proses Implan Koklea


Sumber: https://emedicine.medscape.com/article/857242-overview

Perangkat pembedahan ditanamkan di bawah anestesi umum, dan operasi


biasanya berdurasi dari 1 ½ sampai 5 jam. Pertama area kecil dari kulit kepala tepat di
belakang telinga dicukur dan dibersihkan. Kemudian insisi kecil dibuat di kulit tepat di
belakang telinga dan ahli bedah akan mengebor tulang mastoid dan telinga dalam di
mana array elektroda dimasukkan ke koklea. Biasanya pasien pulang hari yang sama atau
sehari setelah operasi, meskipun beberapa penerima implan koklea tinggal di rumah sakit
selama 1 hingga 2 hari

Seperti halnya dengan setiap prosedur medis, operasi melibatkan sejumlah resiko, dalam
kasus ini, termasuk resiko infeksi kulit, onset tinnitus, kerusakan pada sistem vestibular,
dan kerusakan pada saraf wajah yang dapat menyebabkan kelemahan otot, gangguan
sensasi wajah, atau, dalam kasus-kasus terburuk, terjadi kelumpuhan pada otot wajah.
Ada juga resiko kegagalan komponen implan, biasanya di mana luka sayatan tidak
benar-benar sembuh. Hal ini terjadi pada 2% kasus dan komponen harus dikeluarkan.
Operasi juga dapat merusak pendengaran residu pasien mungkin telah tertanam di
telinga; sebagai akibatnya, beberapa dokter menyarankan implantasi telinga tunggal,
menyelamatkan telinga lain dalam kasus perawatan biologis akan tersedia di masa
mendatang.
3. Proses rehabilitasi dilakukan dengan menyalakan elektroda / switch on ( pada minggu ke
2 - 3 pasca operasi) dan pemetaan / mapping, selanjutnya diteruskan dengan AVT untuk
latihan bicara yang berfokus pada kemampuan mendengar.

6. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN IMPLAN KOKLEA 9


1. KERUGIAN
Beberapa efek implantasi yang ireversibel misalnya komponen dari implan dapat
merusak system saraf yang ada di dalam koklea dan akhirnya menyebabkan kehilangan
pendengaran secara total pada kandidat. Sementara baru-baru ini diusahakan perbaikan
teknologi, dan teknik penanaman untuk meminimalkan kerusakan seperti itu namun
resiko dan tingkat kerusakan masih bervariasi.
Selain itu, saat perangkat penerima dapat membantu untuk dapat mendengar dan
mengerti suara di lingkungan mereka, namun hal itu tidak sebagus kualitas suara yang
diproses oleh koklea alami. Masalah utama adalah dengan usia penerima. Implan koklea
mengembalikan kemampuan untuk mendengar, namun hal ini tidak berarti otak dapat
secara otomatis memproses dan membedakan pidato jika penerima melewati periode
kritis remaja. Akibatnya, mereka tuli sejak lahir ketika menerima implan sebagai saat
dewasa hanya dapat membedakan perbedaan antara suara sederhana, seperti telepon,
dering bel pintu, sementara mereka yang menerima implant pada usia yang lebih dini
dapat mengerti dengan jelas dan dapat berbicara. Tingkat keberhasilan tergantung pada
berbagai faktor, yang paling penting adalah usia penerima. Namun factor lain seperti
teknologi yang digunakan dan kondisi penerima koklea juga mempengaruhi
Nekrosis yang terjadi pada lipatan kulit sekitar koklea implant dapat diatasi dengan
terapi hyperbaric. Hyperbaric oksigen telah terbukti menjadi terapi tambahan yang
berguna dalam pengelolaan implan koklea flap yang mengalami nekrosis.
Pada tahun 2003, CDC dan FDA mengumumkan bahwa anak-anak dengan implan
koklea mempunyai resiko meningitis bakteri (Reefhuis 2003). Walaupun risiko ini sangat
kecil, masih 30 kali lebih tinggi daripada anak-anak dalam populasi umum. CDC dan
organisasi kesehatan nasional lainnya (seperti Inggris) sekarang menjalankan program
vaksinasi terhadap meningitis pneumokokus pada anak-anak yang menjadi kandidat
implan koklea.
Banyak pengguna, audiologists, dan ahli bedah juga melaporkan bahwa bila ada
infeksi telinga yang menyebabkan cairan di telinga tengah, hal itu dapat mempengaruhi
koklea implan, sehingga untuk sementara berkurang pendengaran.

9
KELEBIHAN:
1. Keberadaannya tidak tampak dari luar
2. Membuat kanal telinga terbuka.
3. Mengurangi distorsi pengeras suara.
BAB III

KESIMPULAN

Implan Koklea merupakan terobosan besar di bidang kedokteran. Penelitian tentang


Implan Koklea telah dilakukan sejak awal tahun 1950 dan diakui oleh FDA (Food and Drug
Administration) pada pertengahan 1980-an. Implan Koklea merupakan alat prostetik dengan
komponen internal yang dipasang lewat pembedahan dan komponen eksternal yang memerlukan
penyesuaian dan pemograman.

Untuk menentukan apakah seseorang dapat menjadi kandidat Koklea, memerlukan


pemeriksaan dan berbagai tes oleh dokter spesialis telinga, hidung, tenggorokan-kepala leher.

Prosedur pemasangan Implan Koklea diawali dengan melakukan tindakan bedah untuk
memasang komponen internal. Dengan hanya memasang komponen internal, maka pasien masih
belum bisa mendengar. Setelah luka bekas operasi sembuh dan bengkaknya hilang (sekitar 3-6
minggu) dapat dilanjutkan dengan pemasangan transmitter eksternal dan prossesor suara.
Sehingga pasien dapat mulai mendengar suara layaknya normal.

Pasien dengan Implan Koklea memerlukan rehabilitasi khusus untuk menyesuaikan


dengan pendengaran barunya. Program rehabilitasi terfokus pada belajar mendengarkan dan
menyediakan lingkungan auditif, sehingga memaksimalkan potensi kinerja pasien dengan Implan
Koklea.

Walau bagaimanapun implan koklea masih terdapat kerugian dan kelebihannya tersendiri
berbanding alat bantu dengar yang biasa. Aspek-aspek seperti individu yang siap dengan
konsekuensi dari efek samping pemasangan implan dan keluarga yang cukup mendukung sangat
menentukan keberhasilan fungsi dari implan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton AC., Hall JE., 2006. Buku ajar fisiologi kedokteran, edk 11, EGC, Jakarta, hh.
684-692

2. Juncqueira LC., 2007. Histologi Dasar Teks dan Atlas, edk 10, EGC, Jakarta, hh. 464-
470.

3. Drake RL, Vogl W, Mitchell AWM. Gray’s Anatomy for Students. 2007. Elsevier Inc.
p.854-871.
4. Netter, F.H. Atlas of human anatomy 4th ed. Philadelphia : Elsevier Saunders. 2006. Hal.
87-89.
5. Coats AC., 1994, Fisiologi Sistem Auditori dan Vestibuler dalam Penyakit Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher, edk 13, Ballenger JJ (eds), hh. 152-160, Binapura
Akssara, Jakarta.

6. World Health Organization ., 2007. Available from :


http://www.who.int/pbd/deafness/hearing_impairment_grades/en/ (akses 31 desember
2017)

7. Ekorini, haris M. Lima tahun program implan koklea di RSUD Dr. Soetomo Surabaya,
jurnal IDI Surabaya, 2014

8. Kenneth H Lee, MD, PhD , indication for cochlear implant. Medscape reference 2017.
Available from : http://emedicine.medscape.com/article/857164-overview#a1 (akses 30
desember 2017)

9. Cliff A Megerian. Cochlear Implant Surgery. Medscape reference 2017. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/857242-overview (akses 1 Januari 2017)

10. Marieb EN and Hoehn K. Human Anatomy & Physiology. 7th edition. 2007. Pearson
Education, Inc. San Francisco, CA 94111. p. 583-593.
11. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, et al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher Epdisi Keenam. Jakarta; Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007. Hal. 10-18.
12. Marieb EN and Hoehn K. Human Anatomy & Physiology. 7th edition. 2007. Pearson
Education, Inc. San Francisco, CA 94111. p. 583-593.

Anda mungkin juga menyukai